• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi CSR Melalui Program Kemitraan

BAB IV HASIL PEMBAHASAN

4.2 Penyajian Data

4.2.1 Implementasi Program Corporate Social Responsibility

4.2.1.1 Implementasi CSR Melalui Program Kemitraan

Program Kemitraan merupakan program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh melalui pemanfaatan dana dari bagian laba perusahaan yang ditetapkan dalam RUPS. Program Kemitraan mempersiapkan pengusaha kecil yang feasible tetapi belum bankable untuk selanjutnya diharapkan dapat mengakses fasilitas pinjaman komersial PT. Perkebunan Nusantara IV.

Bentuk-bentuk program CSR melalui Program Kemitraan yang dilakukan PTPN IV seperti yang dijelaskan oleh Pak Irham Sinaga antara lain:

1. Pemberian Pinjaman, dalam bentuk:

a Pinjaman untuk membiayai modal kerja dan atau pembelian aktiva tetap dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan dengan dikenakan jasa administrasi pinjaman sebesar 6% per tahun dari limit pinjaman.

b Pinjaman khusus untuk membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan usaha Mitra Binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan berjangka pendek dalam rangka memenuhi pesanan dari rekanan usaha Mitra Binaan yang dikenakan jasa administrasi 12% per tahun dari limit pinjaman maksimal 1 tahun.

2. Hibah, dalam bentuk :

a Bantuan pendidikan dan pelatihan serta pemagangan untuk mitra binaan dalam rangka :

1. Meningkatkan keterampilan manajerial dan teknik produksi/ pengolahan.

2. Meningkatkan pengendalian mutu produksi. 3. Meningkatkan pemenuhan standarisasi teknologi 4. Meningkatkan rancang bangun dan perekayasaan

b Bantuan pemasaran produk mitra binaan, dalam bentuk : 1. Membantu penjualan produk mitra binaan

2. Membantu mempromosikan produk mitra binaan melalui kegiatan pameran maupun penyediaan ruang pamer (showroom)

3. Bantuan pendidikan, pelatihan dan pemagangan untuk mitra binaan dapat dilakukan sendiri oleh BUMN Pembina atau menyediakan tenaga penyuluh yang berasal dari lembaga pendidikan/pelatihan swasta professional maupun perguruan tinggi 4. Jangka waktu atau masa pembinaan untuk mitra binaan tersebut

menjadi tangguh, mandiri dan bankable.

Dalam pasal 1 angka (5) dan pasal 3 Kepmen BUMN No. 236/MBU/2003 dijelaskan bahwa usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria :

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2. Memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 1.000.000.000 (satu milyar rupiah)

3. Milik warga Negara Indonesia

4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau besar.

5. Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, termasuk koperasi.

6. Telah melakukan usaha minimal 1 tahun serta mempunyai potensi dan prospek untuk dikembangkan

Adapun sektor usaha yang mendapat pinjaman dan dana hibah program kemitraan ini meliputi sektor industri, perdagangan, pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, jasa, dan koperasi. Berdasarkan keterangan Tim kerja Program Kemitraan PT. Perkebunan Nusantara IV, kegiatan pembinaan terhadap Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang dilakukan oleh PT. Perkebunan Nusantara IV telah dimulai sejak tahun 1994, dan sampai tahun 2012 telah membina sebanyak 6.593 UKM se-Sumatera Utara dengan rincian dana sebagai berikut :

1. Alokasi Dana : 114,7 Milyar 2. Dana bergulir : 133,2 Milyar 3. Dana Hibah : 15,8 Milyar

Sampai akhir Desember 2012, piutang dana bergulir bersaldo Rp 61,85 Milyar yang berarti bahwa sebesar Rp 71,35 Milyar telah dikembalikan (lunas). Rincian saldo piutang Rp 61,85 Milyar tersebut dapat dilihat pada tabel. Piutang macet pada tabel 1, umumnya terjadi pada tahun 1994 sampai dengan 2002 yang disebabkan karena kurangnya kesadaran UKM untuk membayar hutang disebabkan tidak adanya ikatan jaminan pinjaman.

Mulai tahun 2003, diberlakukan ikatan jaminan pinjaman bagi UKM yang meminjam, berupa surat-surat berharga seperti BPKB kendaraan dan sertifikat tanah. Selain itu pelaku UKM juga diberi training manajemen usaha selama lebih kurang 2 (dua) hari. Pelatihan ini dilakukan bekerjasama dengan Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) Medan.

Tabel 4.1. Rincian Saldo Piutang Kemitraan sampai dengan Desember 2012

Piutang Kemitraan Jumlah

Piutang lancar/ tepat waktu 41,05 Milyar Piutang kurang lancar (terlambat 1 s/d

180 hari) 1,90 Milyar

Piutang ragu-ragu ( terlambat 181 s/d

360 hari) 1,02 Milyar

Piutang macet 17,88 Milyar

TOTAL PIUTANG 61,85 Milyar

(Sumber: Laporan PKBL PTPN IV tahun 2012)

Total dana kemitraan yang disalurkan kepada mitra binaan sepanjang tahun 2012 mencapai Rp. 17,33 miliar atau meningkat sebesar Rp. 853 jt (5 %) dari tahun 2011 dan angka kolektibilitas pengembalian pinjaman tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 21,99 %. Angka kolektibilitas pengembalian

pinjaman tahun 2011 sebesar 48,10 % sedangkan pada tahun 2012 sebesar 70,09 %. Sedangkan dana Hibah yang disalurkan selama tahun 2012 sebesar Rp.3,439 Milyar. (Annual Report PTPN IV tahun 2012).

Tabel 4.2 Penyaluran Program Kemitraan tahun 2012 Berdasarkan wilayah

Wilayah Penyaluran Unit Jumlah (Rp)

Asahan 36 989.990.000 Batubara 35 970.000.000 Labuhan Batu 41 1.060.875.600 Langkat 11 195.000.000 Madina 44 1.074.671.000 Medan 90 2.170.308.350 Padang Lawas 0 -- Serdang Bedagai 92 2.511.840.550 Simalungun 136 3.654.990.650 Binjai 2 45.000.000 Dairi 3 75.000.000 Deli Serdang 26 619.980.000 Karo 2 79.890.550

Pematang Siantar 13 340.000.000 Paluta 31 835.000.000 Sibolga 4 95.547.250 Tapanuli Selatan 16 545.000.000 Tapanuli Tengah 4 90.000.100 Tapanuli Utara 11 255.000.000 Tebing Tinggi 66 1.669.999.700 Tobasa 4 60.000.000 TOTAL 667 17.338.094.400

(Sumber : Laporan PKBL PTPN IV tahun 2012)

“Kriteria penerima Program Kemitraan antara lain usaha kecil produk unggulan daerah sebagai penyerap tenaga lokal, dan anggota kelompok usaha pemberdayaan masyarakat yang memiliki potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan. Memenuhi kriteria usaha kecil dan koperasi, memiliki jiwa wirausaha serta memiliki karakter dan berkepribadian yang baik, usaha yang dijalankan telah berjalan minimal 1 tahun, usaha tidak bersifat musiman atau temporer dan memiliki modal sendiri minimal 25%. Pengusaha kecil ini juga merupakan inkubator bisnis PT. Perkebunan Nusantara IV, dimana setelah melewati masa pembinaan selama 3 tahun, diharapkan sudah dapat mengakses pembiayaan secara komersial. Jelas pak Irham Sinaga selaku Kepala Urusan program kemitraan PT. Perkebunan Nusantara IV”

Pak Irham lebih lanjut menjelaskan, bahwa :

“Program Kemitraan diimplementasikan dalam bentuk penyaluran Pinjaman Kemitraan dan bantuan Hibah Pembinaan yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas Mitra Binaan usaha kecil. Dan adapun bentuk usaha yang dapat menjadi mitra binaan kita (PTPN IV) adalah usaha kecil

yang berbentuk badan usaha seperti : Firma, CV, PT dan Koperasi (KUD, KOPTI, KPN/KPRI) dan usaha kecil yang dilakukan oleh perorangan seperti pengerajin, industry rumah tangga serta usaha lainnya. Walaupun demikian tidak selamanya bantuan PTPN IV kepada usaha kecil dalam bentuk kredit dengan kelayakan usaha seperti yang telah disebutkan, tetapi PTPN IV juga memberi bantuan kepada usaha kecil dan usaha perorangan dalam bentuk hibah.”

“Untuk wilayah operasional penyaluran program kemitraan, pak irham menjelaskan bahwa wilayah yang menjadi sasaran dari program kemitraan ada seluruh wilayah yang ada di Sumatera Utara yang tersebar di beberapa kabupaten/kota. Namun yang lebih di prioritaskan adalah masyarakat yang berada di sekitar wilayah operasi perusahaan dan dalam pelaksanaannya program kemitraan selalu bekerjasama dengan Pemerintah Daerah setempat, agar dapat ditemukan kesesuaian antara ketersediaan sumber daya alam yang ada dan kemampuan olah sumber daya manusia.”

“Besarnya dana program kemitraan yang berasal dari penyisihan laba perusahaan setelah pajak ditetapkan oleh RUPS bagi PTPN IV sebagai Persero Terbuka. Maka dari itu besar kecilnya dana program kemitraan bergantung kepada laba perusahaan dan persetujuan RUPS dan Menteri BUMN. Dana program kemitraan ini, disetorkan kepada unit program kemitraan selambat-lambatnya 1 bulan setelah ditetapkan. Dan seluruh dana yang sudah ditetapkan tersebut dapat segera disalurkan di wilayah kantor cabang/perwakilannya di unit satuan usaha perusahaan dengan mempertimbangkan dana yang tersedia dan kondisi wilayahnya.”

Selanjutnya, pak Irham menjelaskan bahwa

“Para mitra binaan yang menerima bantuan program kemitraan akan dikenakan bunga pinjaman sebsar 6% pertahun nya. Tentu saja para mitra tidak keberatan dengan hal tersebut yang dikarenakan bunga yang dibebankan jauh lebih rendah jika dibandingkan mereka harus melakukan kredit modal usaha ke bank. Tingkat bunga yang dikenakan kepada mitra binaan bersifat regresif proporsional, yang berarti semakin besar jumlah pinjaman maka semakin besar pula tingkat bunga yang dikenakan. Perusahaan juga tidak berhak menetapkan jumlah bunga sendiri, melainkan sudah ditetapakan oleh Menteri BUMN, jika ada perusahaan sewenang-wenang dalam menetapkan pinjaman dan bunganya maka perusahaan akan dikenakan sanksi oleh Menteri BUMN.”

Dalam hal kualitas pinjaman yang dilakukan oleh Mitra, pak Irham menerangkan bahwa terdapat 4 kategori yaitu:

1. Lancar, adalah pembayaran angsuran pokok dan bunga tepat waktu sesuai dengan perjanjian yang sudah disepakati bersama.

2. Kurang Lancar, apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok atau bunga yang telah melampaui 1 hari dan belum melampaui 180 hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama. 3. Diragukan, apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran

pokok dan atau bunga yang telah melampaui 180 hari dan belum melampaui 360 hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama. 4. Macet, apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok

dan atau bunga yang telah melampaui 360 hari dari tanggal ajatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama.

Apabila kualitas pinjaman kurang lancar, diragukan dan macet dapat dilakukan usaha-usaha pemulihan pinjaman dengan cara penjadwalan kembali (rescheduling) atau penyesuaian persyaratan (reconditioning) apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Mitra binaan beriktikad baik atau kooperatif terhadap upaya penyelamatan yang akan dilakukan.

2. Usaha mitra binaan masaih berjalan dan mempuyai prospek usaha untuk kedepannya.

3. Mitra binaan masih mempunyai kemampuan untuk membayar angsuran.

Pinjaman macet yang telah diusahakan pemulihannya namun tidak terpulihkan, dikelompokkan dalam aktiva lain-lain dengan pos pinjaman bermasalah. Terhadap pinjaman bermasalah yang akan dihapus bukukan harus

mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Menteri/RUPS. Walaupun telah dihapus bukukan upaya untuk penagihan kepada mitra yang bermasalah tetap diupayakan dan hasilnya dicatat dalam pos pinjaman bermasalah yang diterima kembali.

Lebih lanjut pak irham menjelaskan, bahwa pinjaman terhadap mitra binaan yang macet dikarenakan oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Pemilik usaha meninggal dunia

2. Kebangkrutan usaha/pailit yang telah ditetapkan oleh pengadilan niaga.

3. Musibah/bencana alam seperti terjadinya banjir, kebakaran dan wabah penyakit yang menyerang suatu daerah.

4. Terjadi salah persepsi di masayarakat, yang membuat masyarakat berfikir program kemitraan itu merupakan hibah

Untuk prosedur menerima bantuan program kemitraan, pak Irham juga menjelaskan “bahwa ada beberapa tahap yang harus dilalui calon mitra sebelum mereka diterima menjadi mitra binaan PTPN IV, dan adapun prosedur yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Pertama sekali, para calon mitra binaan harus membuat proposal permohonan bantuan program kemitraan yang ditujukan kepada pihak PTPN IV.

2. Tahap Evaluasi dan Seleksi

Bagi proposal permohonan dari calon mitra binaan akan dilakukan evaluasi pendahuluan berdasarkan data-data yang ada guna menentukan dapat tidaknya proposal tersebut untuk ditindak lanjuti. Bila memenuhi persyaratan maka akan diadakan peninjauan langsung ketempat usaha dan akan dilakukan wawancara guna mengetahui layak tidaknya usaha yang dijalankan oleh calon mitra binaan. Adapun data yang harus dilengkapi dalam proposal sebelum dievaluasi adalah :

a. Nama dan alamat unit usaha

c. Foto copy KTP

d. Izin usaha atau surat keterangan usaha dari pemerintahan setempat. e.Perkembangan kinerja usaha (arus kas, perhitungan

pendapatan/beban dan neraca atau data yang menunjukkan keadaan keuangan serta hasil usaha)

f.Rencana usaha dan kebutuhan dana yang disertai dengan penjelasan agunan apa yang diberikan sebagai jaminan dalam melakukan peminjaman.

3. Tahap Identifikasi

Pada tahap ini penelitian dilakukan lebih lanjut kepada calon mitra binaan yang berdasarkan hasil peninjauan layak untuk dibina guna dapat diidentifikasi jenis bantuan apa yang paling dibutuhkan, apakah berupa bantuan modal kerja, investasi maupun bantuan pemasaran atau pelatihan. 4. Tahap Implementasi

Selanjutnya setelah calon mitra binaan dinyatakan layak untuk dibina, dilakukan perjanjian kerja sama dalam bentuk bantuan pinjaman lunak dengan tingkat bunga sebesar 6% pertahun, dengan tenggat waktu pengembalian pinjaman selama 36 bulan dan pembayaran bantuan pinjaman dilakukan melalui transfer ke rekening bank mitra binaan yang bersangkutan.

5. Tahap Monitoring

Pada tahap ini, monitoring dilakukan untuk mengetahui perkembangan yang telah dicapai oleh mitra binaan melalui monitoring berkala yaitu terhadap perkembangan tenaga kerja, volume produksi, omset penjualan, asset usaha dan lain sebagainya. Untuk selanjutnya pihak PTPN IV, juga akan memberikan masukan solusi kepada mitra binaan yang mengalami permasalahan dan kendala yang dihadapi mitra binaan.

6. Tahap Pelepasan

Tahap ini merupakan tahap terakhir dari prosedur untuk menjadi mitra binaan, dimana penilaian akan dilakukan setelah melewati masa pembinaan selama 3 tahun apakah usaha yang dijalankan sudah menjadi usaha yang mandiri sehingga sudah dapat dilepas. Dan apabila dinilai belum mandiri maka pembinaan dapat diperpanjang paling lama 2 tahun atau hanya diberikan berupa bantuan yang bersifat konsultasi manajemen bisnis saja”.

4.2.1.2 Implementasi CSR melalui Program Bina Lingkungan

Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat di sekitar kantor dan unit usaha PT. Perkebunan Nusantara IV melalui pemanfaatan dana dari bagian laba perusahaan.

Bentuk-bentuk program CSR yang diterapkan PT. Perkebunan Nusantara IV melalui Program Bina Lingkungan antara lain :

1. Bantuan bencana alam, berupa bantuan penyediaan makanan pokok, bantuan obat-obatan, tenda sementara, angkutan untuk transportasi dan alat berat.

2. Bantuan Pendidikan, berupa penyediaan peralatan sekolah, beasiswa, pelatihan, magang, dan bantuan penyuluhan.

3. Bantuan Kesehatan, berupa renovasi balai pengobatan, dan bantuan pelayanan berobat, sunat massal dan operasi katarak mata gratis.

4. Bantuan sarana umum, seperti rehabilitasi sarana pendidikan, panti asuhan, panti jumpo, mesjid, dan sarana prasarana umum lainnya.

5. Bantuan lainnya, seperti pembagian sembako gratis, hewan qurban, dan lainnya.

Pengimplementasian Program Bina Lingkungan dimulai dari adanya permohonan atau usulan/proposal dari pemohon yang diketahui pemerintahan setempat atau grup unit usaha yang diajukan ke Kantor Pusat PTPN IV pada

bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Ketika di Kantor Pusat PTPN IV, proposal tersebut diperiksa dan diproses oleh bagian PKBL.

“Pak Siman menjelaskan bahwa dalam memproses proposal tersebut ada patokan/indikator penilaian yang harus diikuti, berikut proses dan indikatornya:

1. Analisa dokumen, yang dilakukan untuk mengetahui pemohon, lokasi atau tempat diselanggarakan, jenis/bentuk bantuan yang diminta, jumlah kebutuhan, relevansi dengan program PKBL, frekuensi bantuan, rencana kerja, waktu pelaksanaan.

2. Survey lapangan (bila diperlukan), yang dilakukan untuk mengetahui kelayakan permohonan, menambah fakta lapangan yang belum tertuang dalam proposal, memastikan lokasi/tempat yang akan dibantu, menilai jenis bantuan yang dibutuhkan (tunai atau natura).

3. Menyampaikan usulan dari hasil evaluasi administrasi dan survey lapangan yang berisikan antara lain latar belakang usulan, dasar pertimbangan berdasarkan informasi yang diperoleh saat evaluasi dan ketentuan yang berlaku, rekomendasi penolakan atau persetujuan.

4. Menyampaikan surat penolakan atau persetujuan kepada pemohon atau unit operasional”.

Lebih lanjut pak Siman menjelaskan, bahwa :

“Setelah proposal disetujui, maka dana dapat dicairkan dan dialokasikan kepada pemohon atau grup unit usaha yang membutuhkannya. Setelah dana Program Bina Lingkungan cair, maka pihak yang bersangkutan dalam hal ini grup unit usaha yang dimiliki PTPN IV dan tempat dan masyarakat penerima dana Program Bina Lingkungan melaksanakan Program Bina Lingkungan. Bukti pemanfaatan dana Program Bina Lingkungan oleh grup unit usaha yang bersangkutan perlu diadministrasikan dan disimpan oleh grup unit usaha tersebut. Laporan Program Bina Lingkungan terbagi menjadi dua yakni laporan eksternal dan laporan internal.”

“Laporan eksternal disampaikan oleh Perusahaan kepada Menteri Negara BUMN dengan tembusan kepada Dewan Komisaris PTPN IV yang terdiri dari laporan triwulan dan laporan tahunan, sedangkan laporan internal dilakukan oleh grup unit usaha kepada Kantor Pusat PTPN IV yang kemudian diteruskan kepada bagian PKBL guna mengkoordinasikan laporan-laporan pelaksanaan program. Laporan penyaluran dana Program Bina Lingkungan memuat realisasi anggaran program dan berita acara program, laporan langsung dibuat setiap kali sebuah acara selesai diselenggarakan dan disampaikan kepada Kantor Pusat PTPN IV.”

Berdasarkan laporan kegiatan Bina Lingkungan penyaluran bantuan bina lingkungan dan BUMN Peduli tahun 2012 sebesar Rp. 22,132 Milyar yang merupakan bantuan untuk ; korban bencana alam, pendidikan dan pelatihan, peningkatan kesehatan, pengembangan sarana dan prasarana umum, sarana ibadah dan pelestarian alam. Rincian saldo Rp. 16,132 Milyar tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3. Rincian Saldo bentuk bantuan Program Bina Lingkungan Tahun 2012 Kegiatan Bina Lingkungan Jumlah (Rp)

Korban Bencana Alam 565,38 Juta

Pendidikan dan Pelatihan 3,70 Milyar

Peningkatan Kesehatan 1,67 Milyar

Pengembangan Sarana dan Prasarana

Umum 5,90 Milyar

Sarana Ibadah 2,87 Milyar

Pelestarian Alam 1,40 Milyar

BUMN Peduli 6,00 Milyar

TOTAL 22,132 Milyar

(Sumber: Laporan PKBL PTPN IV tahun 2012)

Menurut penjelasan Bapak Siman, beliau mengatakan bahwa :

“Kriteria bantuan untuk Program Bina Lingkungan ,adalah supaya dana/bantuan yang disalurkan pasti akan ada manfaatnya untuk komunitas rakyat banyak. Jadi bukan ke individu.”

Lebih lanjut pak Siman menjelaskan :

“Untuk bina lingkungan sendiri, PTPN IV telah melaksanakan program CSR ini di beberapa bidang, seperti :

1. Bidang pendidikan, Memberikan beasiswa kepada mahasiswa yang berprestasi tetapi tergolong keluarga yang tidak mampu.

Pemberian beasiswa ini dilakukan dengan bekerja sama dengan beberapa kampus antara lain USU dan UNIMED serta beberapa SD, SMP dan SMA di wilayah usaha PTPN IV.

2. Dibidang layanan kesehatan, PTPN IV telah memberikan bantuan berupa khitan massal dan pengobatan katarak mata gratis kepada warga yang tidak mampu dan memberikan berobat murah di Rumah Sakit yang dimiliki oleh PTPN IV.

3. Dalam bidang pengembangan sarana dan prasarana umum PTPN IV memberikan bantuan memberikan 10 unit sepeda motor kepada Polda Sumut untuk mendukung kelancaran keamanan, 2 unit dum truck dan 6 unit roda tiga pengangkut sampah untuk Pemkot Medan, 1.000 unit kursi untuk Universitas Sumatra Utara, bantuan lain adalah peralatan teknik untuk Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Medan dalam membina para narapidana agar mampu mandiri setelah keluar dari penjara.

4. Sedangkan dalam hal pelestarian alam, PTPN IV memberikan bantuan 50.000 bibit tanaman untuk menghijaukan Danau Toba kepada kepada Kodam I/BB.

5. Dan dalam bidang bantuan terhadap sarana ibadah, PTPN juga telah ikut membantu dalam renovasi atau pembuatan masjid ataupu gereja yang ada di sekitar kantor pusat dan unit usaha PTPN IV. 6. Selain itu PTPN IV juga sempat mengadakan Pasar Rakyat

bertempat di sekitar unit usaha PTPN IV guna membantu para masyarakat sekitar unit usaha untuk mendapatkan bahan pokok lebih murah dari biasanya”.

Dalam pelaksanaan program kemitraan dan bina lingkungan nya ini, PTPN IV telah memiliki langkah-langkah praktis dalam penyaluran dana kemitraan dan bina lingkungan.

Hal ini dijelaskan oleh Bapak Siman yang menerangkan bahwa:

“PTPN IV ditargetkan untuk mencari mitra-mitra atau kelompok-kelompok masyarakat yang bisa kita bina dan kembangkan dan dukung modalnya sehingga menjadi kuat usahanya. Mekanismenya kelompok-kelompok ini bisa langsung menghubungi grup unit usaha yang dimiliki PTPN IV atau langsung datang ke kantor pusat PTPN IV. Sedangkan untuk bina lingkungan kita sudah punya program. Biasanya program bina lingkungan ini selalu kita koordinasi dengan pemerintah daerah setempat. Tentang apa yang bisa kita bantu untuk daerah setempat seperti pengaspalan dan perbaikan jalan,

pembuatan sistem pengairan yang baik dan lain-lain. Bisa juga kelompok masyarakat mencari informasi secara aktif melalui grup unit usaha PTPN IV yang terdekat dimana mereka berada.”

Penjelasan ini dibenarkan oleh Bapak Irham Sinaga. Beliau menjelaskan :

“Untuk Kredit kemitraan, kita mencari pengusaha-pengusaha kecil yang dia tidak mungkin didukung dengan produk kredit bank lainnya. Jadi usaha yang sangat-sangat kecil dan berpotensilah yang akan kita bantu.”

Sedangkan untuk bina lingkungan sendiri mekanisme untuk memperoleh bantuan melalui beberapa tahap, seperti yang dijelaskan oleh Bapak Siman. Bahwa :

“Kita punya tim untuk survey apa yang akan kita lakukan untuk program bina lingkungan ini akan tetapi Kita juga terima proposal permohonan disertai dengan keterangan dari pemerintahan setempat, kalau memang sesuai dan bisa kita laksanakan dan tujuan betul-betul untuk lingkungan kita terima dan akan kita bantu.

4.2.2 Dampak Implementasi CSR PTPN IV

4.2.2.1 Dampak CSR Bagi Perusahaan (PTPN IV)

Secara umum untuk saat ini perkembangan CSR sudah cukup menggembirakan, CSR sudah banyak dipandang sebagai suatu keharusan di dalam berbisnis. Perusahaan-perusahaan makin menyadari bahwa CSR pada akhirnya akan membawa dampak positif bagi bisnis yang dijalankannya. Perusahaan dapat terbimbing dengan etika bisnis yang kuat, mereka bias membangun hubungan dengan masyarakat secara lebih positif. Hubungan yang kuat ini akan menjadi benteng sosial yang saat berarti bagi perusahaan apabila ada oknum-oknum tertentu yang akan mengganggu perusahaan.

Dampak yang tak kalah pentingnya adalah terangkatnya citra perusahaan dimana citra perusahaan ini merupakan investasi perusahaan yang penting untuk di masa depan, karena semakin kuat citra perusahaan yang dibangun maka akan semakin sukses perusahaan itu untuk kedepannya. Akan tetapi, kepentingan ini harus dipandang sebagai bonus saja dari pelaksanaan CSR itu dan bukan merupakan tujuan utamanya.

Pak Siman menuturkan, bahwa :

“Sesuai dengan kebijakan pemerintah, PTPN IV telah melaksanakan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Semua ini tidak dilakukan hanya sekedar perintah dari pemerintah atau kewajiban semata akan tetapi karena adanya kesadaran dan kepedulian yang ikhlas. PTPN IV menyadari bahwa keuntungan sebesar-besarnya merupakan tujuan utama perusahaan, namun perusahaan harus maju, tumbuh dan berkembang bersama masyarakat

Dokumen terkait