HASIL STUDI KASUS
5.1 Pembahasan .1 Pengkajian
5.1.4 Implementasi keperawatan
Penulis telah melakukan tindakan keperawatan selama 3 hari. Pada hari pertama tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien 1 dan pasien 2 memonitor tanda-tanda vital, implementasi yang kedua pasien 1 dan 2 mengkaji status dehidrasi, implementasi yang ke tiga pasien 2 dan pasien 2 memberikan cairan peroral (larutan gula garam), berkolaborasi pemberian obat diare ( zink syrup 10 ml), berkolaborasi pemberian obat diare ( zink syrup 10 ml). Menurut hasil penelitian jurnal menunjukkan perbedaan frekuensi defekasi dan durasi diare antara kelompok kontrol (tidak diberikan zink dalam penanganan diare, tetapi hanya diberikan cairan rehidrasi oral) dan kelompok
intervensi (diberikan zink dan cairan rehidrasi oral).Rerata frekuensi defekasi pada kelompok intervensi lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol (Ulfah dkk, 2012). Implementasi yang keempat pasien 1 dan pasien 2 memonitor status cairan, implementasi yang ke lima menginformasikan kepada keluarga untuk membantu klien menambah intake oral (minum).
Implementasi pada hari kedua pada pasien 1 ada 6 tindakan memonitor tanda-tanda vital, mengkaji status dehidrasi, memberikan cairan peroral (larutan gula garam), berkolaborasi pemberian obat diare ( zink syrup 10 ml), memonitor status cairan, menginformasikan kepada keluarga untuk membantu pasien menambah intake oral (minum). Pada pasien 2 melakukan 6 tindakan yaitu memonitor tanda-tanda vital, mengkaji status dehidrasi, berkolaborasi pemberian obat diare ( zink syrup 10 ml), memonitor status cairan, menginformasikan kepada keluarga untuk membantu pasien menambah intake oral (minum).
Sesuai NIC yaitu monitor tanda-tanda vital, kaji status dehidrasi : mata, turgor kulit dan membran mukosa, monitor status cairan termasuk input dan output, berikan cairan peroral, informasikan kepada keluarga agar membantu klien untuk menambah intake oral, kolaborasi pemberian obat diare. Penulis melakukan 6 tindakan pada pasien 1 dan pasien 2, tindakan yang tidak dilakukan pada pasien 1 yaitu tindakan memonitor tanda-tanda vital, mengkaji status dehidrasi, memberikan cairan peroral (larutan gula garam), berkolaborasi
pemberian obat diare ( zink syrup 10 ml), memonitor status cairan, menginformasikan kepada keluarga untuk membantu pasien menambah intake oral (minum). Pada pasien 2 melakukan 6 tindakan yaitu memonitor tanda-tanda vital, mengkaji status dehidrasi, berkolaborasi pemberian obat diare ( zink syrup 10 ml), memonitor status cairan, menginformasikan kepada keluarga untuk membantu pasien menambah intake oral (minum).
Implementasi pada hari ketiga pada pasien 1 ada 4 tindakan memonitor tanda-tanda vital, memonitor status cairan, mengkaji status dehidrasi, berkolaborasi pemberian obat diare (zink syrup 10 ml), Sedangkan implementasi pada pasien 2 ada 4 tindakan, yaitu memonitortanda-tanda vital, berkolaborasi pemberian obat diare (zink syrup 10 ml), mengkaji status dehidrasi, memonitor status cairan.
Sesuai Nursing Intervention Classification (NIC) yaitu monitor tanda-tanda vital, kaji status dehidrasi : mata, turgor kulit dan membran mukosa, monitor status cairan termasuk input dan output, berikan cairan peroral, informasikan kepada keluarga agar membantu klien untuk menambah intake oral, kolaborasi pemberian obat diare.
Pada klien 1 dan klien 2 sama-sama dilakukan 4 tindakan.Tidak melakukan tindakan memberikan cairan peroral (larutan gula garam), karena pasien 1 dan 2 analisa keseimbangan cairannya sudah positif,
dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi.Tetapi penulis tetap
menginformasikan kepada keluarga untuk membantu pasien menambah intake oral (minum), agar tidak terjadi dehidrasi.
5.1.5 Evaluasi
Pada evaluasi hari pertama pasien 1 dan pasien 2 masalah kekurangan volume cairan belum teratasi karena dari data evaluasi didapatkan analisa keseimbangan cairannya masih minus dan tanda-tanda dehidrasi seperti mukosa bibir kering, turgor kulit kurang elastis, mata cowong masih tampak di kedua pasien. Penderita diare pada dasarnya mengalami mukosa bibir kering, mata cowong, turgor kulit berkurang, peningkatan suhu tubuh tubuh hal tersebut dikarenakan terjadinya dehidrasi pada pasien (Sodikin, 2011).Dapat disimpulkan dari data evaluasi hari pertama kedua pasien tidak ada kesenjangan antara teori dan keadaan pasien 1 dan 2 yang mengalami diare dengan dehidrasi. Gejala diare yang umumnya terjadi pada bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah, suhu badannya meninggi, muntah sebelum maupun sesudah diare, nafsu makan berkurang, dehidrasi yang ditandai dengan menurunnya berat badan, ubun- ubun besar cekung, mata cekung, turgor kulit berkurang, mukosa bibir kering (Wijoyo, 2013).
Pada evaluasi hari kedua pasien 1 diare sebanyak 3x/ hari, pada klien 2 diare sebanyak 3x/ hari dengan respon, pasien 1 dan pasien 2 masalah kekurangan cairan teratasi sebagian, ditandai dengan balance cairan yang masih minus dan tanda-tanda dehidrasi masih ada seperti mukosa bibir kering, turgor kulit kurang elastis, mata cowong. Intake minum dan makan pasien 1 masih banyak dari outputnya, maka
didapatka balance cairan masih negatif.Sehingga tanda-tanda dehidrasi masih ada, mukosa bibir agak kering, turgor kulit kurang elastis.
Pada hasil penelitian jurnal memperlihatkan perbedaan frekuensi defekasi dan durasi diare antara kelompok kontrol (tidak diberikan zink dalam penanganan diare, tetapi hanya diberikan cairan rehidrasi oral) dan kelompok intervensi (diberikan zink dan cairan rehidrasi oral).Rerata frekuensi defekasi pada kelompok intervensi lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara frekuensi defekasi kelompok kontrol dan kelompok intervensi (p 0,000;α =0,05). Begitu juga dengan perbedaan durasi diare pada kedua
kelompok.Rerata durasi kelompok intervensi lebih rendah dibanding kelompok kontrol. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada durasi diare pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi (p 0,000;α =0,05) (Ulfah dkk, 2012).
Hal tersebut maka didapatkan hasil bahwa antara teori dengan hasil studi kasus tidak ada kesenjangan.Zink berfungsi mempersingkat lamanya diare. Mekanismenya adalah dapat memperbaiki atau meningkatkan absorbsi air dan elektrolit dengan cara mengurangi kadar air dalam lumen usus yang dapat menghasilkan perbaikan pada konsistensi feses. Pemberian rehidrasi oral (larutan gula garam) dapat digunakan untuk meningkatkan keseimbangan elektrolit dan pencegahan komplikasi akibat kadar cairan yang tidak normal.
Larutan gula garam sendiri digunakan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang hilang karena diare (Ariani, 2016).
Evaluasi hari ketiga pada pasien 1 diare sebanyak 1x/ hari, pada pasien 2 diare sebanyak 1x/ hari.Tidak ada tanda-tanda dehidrasi di kedua pasien, seperti turgor kulit elastis, mukosa bibir lembab, mata tidak cowong. Dapat disimpulkan kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif pada pasien 1 terhadap An.F dan pasien 2 An.A teratasi sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan. Kriteria hasil yang tercapai adalah nadi, suhu tubuh dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan (Nursalam, 2013).
Hal ini sesuai dengan jurnal pemberian zink dan rehidrasi oral mempengaruhi frekuensi dan durasi diare.Pada hasil penelitian jurnal memperlihatkan perbedaan frekuensi defekasi dan durasi diare antara kelompok kontrol (tidak diberikan zink dalam penanganan diare, tetapi hanya diberikan cairan rehidrasi oral) dan kelompok intervensi (diberikan zink dan cairan rehidrasi oral).Rerata frekuensi defekasi pada kelompok intervensi lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara frekuensi defekasi kelompok kontrol dan kelompok intervensi (p 0,000;α =0,05). Begitu juga dengan perbedaan durasi diare pada kedua kelompok.Rerata durasi kelompok intervensi lebih rendah dibanding kelompok kontrol. Hasil analisis
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada durasi diare pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi (p 0,000;α =0,05) (Ulfah dkk, 2012).
75 BAB VI