• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi, meliputi langkah-langkah operasional yang perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan kinerja TNI dalam melaksanakan operasi

V.6 Konsepsi Pelibatan Tugas Operasi Militer Selain Perang (OMSP) TNI dalam Penanggulangan Bencana

V.6.3 Implementasi, meliputi langkah-langkah operasional yang perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan kinerja TNI dalam melaksanakan operasi

Bhakti TNI sebagai bentuk operasi bantuan kemanusiaaan.

1. Pengorganisasian

a. Mengoptimalkan tugas dan fungsi Bakornas PBP, Satkorlak PBP dan Satlak PBP sebagai wadah yang mengkoordinasikan berbagai instansi terkait termasuk pelibatan kekuatan TNI dalam penanggulangan bencana alam, sehingga organisasi tersebut berperan aktif untuk merumuskan, menetapkan kebijakan yang lebih tepat dalam mengkoordinasikan upaya penanggulangan bencana. Dengan berperannya Bakornas PBP, Satkorlak PBP dan Satlak PBP, maka akan memberikan kejelasan tentang kedudukan dan tugas TNI serta dukungan logistik maupun anggaran dalam pelaksanaan penanggulangan bencana alam.

1) Merumuskan struktur organisasi TNI untuk tugas penanggulangan bencana alam dengan membentuk Komando Operasi pada Operasi Militer Selain Perang (OMSP), sehingga kesatuan TNI dapat terkoordinir dikendalilkan dalam suatu komando untuk melaksanakan tugas yang diembannya.

2) Organisasi TNI yang dibentuk adalah organanisasi kerangka dan bersifat kenyal dengan maksud organisasi TNI yang di bentuk senantiasa disesuaikan dengan kondisi dan bencana alam yang akan dihadapi, sehingga pengerahan serta penggunaan TNI dengan berbagai peralatannya akan lebih tepat.

3) Dengan berlakunya UU No.32 tahun 2004 tentang otonomi daerah, pemerintah daerah seharusnya mengalokasikan anggaran kontigensi sosial, baik untuk dukungan kepada instansi terkait maupun bantuan kepada korban serta rehabilitasi daerah.

98

4) Organasasi kerangka yang di bentuk TNI harus disosialisasikan kepada pemerintah dan dibuat buku petunjuk lapangannya.

5) Pembentukan organisasi TNI dalam bentuk kerangka akan memberikan konsekuensi kepada pengalokasian anggaran yang bersifat kontigensi dalam kurung waktu 1 tahun, sebagaimana anggaran yang disediakan untuk kontigensi ancaman selama 1 tahun. Ketika terjadi bencana alam di suatu daerah, maka organisasi yang telah dibentuk akan berfungsi dan anggaran kontigensi yang tersedia dapat digunakan untuk pengerahan TNI. Bentuk organisasi tersebut sebagai berikut:88

(a) Bentuk struktur Organisasi Tingkat Mabes TNI

      

88 Paparan Kolonel Czi Aditiawarman, tentang penanggulangan bencana tahun 2005, Sesko AD  KOMANDO PBP BAKORNAS PBP STAF SATGAS KES SATGAS TRANSPORT SATGAS PEN&KUM SATGAS KONSTRUKSI SATGAS BANTUAN UMUM SATGAS PENGUNGSIAN BANTUAN LOGISTIK DAPUR LAP

99

(b) Bentuk Struktur Organisasi Tingkat Kodam/Korem

(c) Bentuk struktur Organisasi Tingkat Kodim KOMANDO PBP SATKORLAK PBP STAF SATGAS KES SATGAS TRANSPORT SATGAS PEN&KUM SATGAS KONSTRUKSI SATGAS BANTUAN UMUM SATGAS PENGUNGSIAN BANTUAN LOGISTIK DAPUR LAP SATGAS PBP SATLAK PBP STAF SEKSI KES SEKSI TRANSPORT SEKSI PEN&KUM SEKSI KONSTRUKSI SEKSI BANTUAN UMUM BANTUAN LOGISTIK DAPUR LAP

100

6) Pelibatan TNI dalam organisasi Satkorlak PBP untuk penanggulangan bencana alam didasarkan kepada kondisi objektif di lapangan, apakah keputusan Panglima TNI untuk melibatkan unsur-unsur TNI setempat atau perlu pengerahan satuan yang lebih besar yang berada di luar kemampuan satuan setempat. Apabila kondisi objektif di lapangan menghendaki pengerahan satuan yang lebih besar (keputusan pemerintah), maka saat itulah Panglima memberlakukan Komando Operasi

7) Perlu adanya kejelasan tentang penggunaan kekuatan TNI setempat atau satuan TNI yang lebih besar yang menyangkut keputusan pemerintah yang didasarkan permintaan,, sehingga ada kejelasan dukungan anggaran dan dukungan logistik dalam rangka kesiapan dan pelaksanaan operasi.

2. Sumber Daya Manusia.

Prajurit TNI selama ini di latih dan terlatih menjadi prajurit yang profesional di bidang tempur dalam rangka mempertahankan kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI untuk menghadapi invasi dari luar dan mengatasi pemberontakan bersenjata di dalam negeri, namun TNI sampai saat ini belum terlatih untuk bantuan kemanusiaan dalam penanggulangan bencana alam. Hal ini harus dilakukan oleh TNI sebagai konsekuensi dari tugas TNI dalam UU No.34 tahun 2004, sehingga TNI juga akan profesional dalam menangani penanggulangan bencana alam. Upaya yang harus dilakukan :

a. Peningkatan kualitas prajurit. Agar prajurit TNI profesional dalam penanggulangan bencana alam, perlu upaya peningkatan tugas bantuan kemanusiaan, khususnya penanggulangan bencana alam. Hal yang penting dari penataan perangkat pendidikan yaitu :

101

1) Penataan dan penyempurnaan perangkat pendidikan di angkatan masing-masing yang menyangkut pelaksanaan tugas bantuan kemanusiaan, khususnya penanggulangan bencana alam. Hal penting dari penataan perangkat pendidikan yaitu ;

(a) Menyiapkan kemampuan guru militer dan pelatih di lembaga pendidikan di tiap-tiap angkatan melalui pendidikan tentang permasalahan teritorial dan bencana alam serta penanggulangannya.

(b) Memperbaiki kurikulum pendidikan dengan memasukkan mata pelajaran yang terkait dengan penanggulangan bencana alam dan penanganan pengungsian.

2) Melaksanakan latihan bersama antar institusi TNI dengan unsur-unsur terkait dalam koordinasi Bakornas PBP baik tingkat Mabes TNI, Kodam/Korem, dan Kodim guna memantapkan perencanaan, dan pelaksanaan penanggulangan bencana alam dan penanganan pengungsi. Latihan ini diwujudkan dalam bentuk geladi Posko.

3) Memantapkan pembinaan moril kejuangan kepada seluruh prajurit TNI baik yang bertugas, staf, pasukan maupun di teritorial, agar timbul kepedulian bagi prajurit TNI akan pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dan saling membantu sebagai bangsa serta menyadari akan tugas TNI sejak masa perjuangan selalu tampil untuk mengatasi kesulitan rakyat. Dasar pemikiran tersebut tercantum dalam ideologi Pancasila, UUD 1945 dan UU No.34 tahun 2004.

b. Peningkatan kuantitas prajurit, perlu diupayakan untuk memenuhi jumlah personil terutama satuan Komando Kewilayahan, sebab pimpinan satuan kewilayahan dalam hal ini Pangdam, Danrem, Dandim

102

ditunjuk menjadi anggota dalam organisasi Bakornas PBP, Satkorlak, dan Satlak PBP. Keterlibatan prajurit akan lebih banyak mulai dari sebelum terjadi bencana kemudian pada saat bencana sampai dengan akhir bencana. 3. Alat Utama dan Alat Pendukung.

Disamping prajurit TNI harus profesional dalam penanggulangan bencana alam, juga dibutuhkan kesiapan alat utama dan alat pendukung yang memadai agar TNI dapat melaksanakan tugas lebih optimal. Peristiwa gempa bumi dan gelombang tsunami di Aceh membuktikan bahwa alat utama dan alat pendukung yang dimiliki TNI tidak siap dan tidak memadai untuk mendukung tugas TNI. Sehingga TNI tidak bisa berbuat banyak terhadap akibat bencana alam, walaupun secara kuantitas prajurit TNI cukup banyak yang dikerahkan ke lokasi bencana. Upaya yang harus dilakukan sebagai berukut :

a. Adanya kemauan politik dari pemerintah dan DPR yang didasarkan kepada UU No. 34 tahun 2004 tentang tugas pokok dan tugas-tugas TNI untuk konsisten dan peduli terhadap kelengkapan alat utama dan alat pendukung TNI bila dihadapkan kepada hakekat ancaman faktual dan potensial diantarannya bahaya bencana alam yang setiap saat bisa terjadi. Adapun yang harus dilakukan Pemerintah dan DPR adalah:

1) Meningkatkan anggaran pemeliharaan terhadap alat utama dan alat pendukung TNI yang masih bisa diperpanjang usia pakainya, terutama peralatan yang dapat menunjang/mendukung tugas prajurit TNI dalam penanggulangan bencana alam.

2) Peremajaan alat utama dan alat pendukung TNI yang sudah tidak layak pakai untuk memenuhi standar TOP/DSPP.

3) Untuk meningkatkan kinerja TNI dalam penanggulangan bencana alam, perlu penambahan anggaran untuk membeli alat utama TNI di luar TOP/DSPP seperti kapal rumah sakit, kontainer medis dan lain-lain.

103

4) Mengoptimalkan kinerja satuan TNI dengan memperbaiki dan melengkapi alat utama dan alat pendukung agar mampu mendukung penanggulangan bencana alam, alat-alat tersebut antara lain;

(a) TNI AD. Alat peralatan Satuan Zeni, Bekang, Kesdam, dan Penerbad.

(b) TNI AL. Alat peralatan YonMarHanLan, YonKesMar, kapal angkut (LST BAP dan Sat kapal bantuan).

(c) TNI AU. Alat peralatan Sat HarLan, pesawat angkut (Hercules dan Helly)

b. Menyerahkan kepada pemerintah untuk menginventarisis dan membuat perjanjian dengan pihak swasta guna pemanfaatan milik swasta untuk diberdayakan apabila terjadi bencana alam yang juga bisa dimanfaatkan oleh TNI untuk mobilisasi prajurit dan peralatan maupun alat pendukung lainnnya seperti alat berat dan angkut.

4. Anggaran.

Setiap pengerahan dan penggunaan TNI untuk melaksanakan operasi perlu didukung dengan anggaran yang cukup, agar tugas-tugas TNI dapat berjalan berhasil guna dan mencapai sasaran, untuk itu berkaitan dengan dengan Bakornas PBP, Satkorlak dan Satlak PBP sebagai organisasi yang dibentuk pemerintah dalam penanggulangan bencana alam, hendaknya organisasi tersebut didukung anggaran kontigensi sosial.

5. Piranti Lunak.

Agar tugas TNI dalam penanggulangan bencana alam mempunyai legitimasi dan pedoman dalam penyelenggaraannya serta menghadapi kejelasan tentang kedudukan, Kodal, prosedur penyelenggaraan, maka diperlukan piranti lunak untuk mendukungnya. Piranti lunak yang lengkap selain dipakai untuk pedoman

104

penyelenggaraan, juga dapat dijadikan dasar untuk memperoleh anggaran dalam rangka mendukung kegiatan. Upaya yang dilakukan sebagai berikut:

a. Kemauan pemerintah untuk segera menyelesaikan konsep UU penanggulangan bencana alam sebagai realisasi UU No.34 tahun 2004, yang selanjutnya diajukan ke DPR. Diharapkan DPR juga memiliki kemauan politik untuk segera menyetujui RUU tersebut menjadi UU, mengingat bencana alam tidak dapat diprediksi kapan dan dimana akan terjadi.

b. Pembuatan buku petunjuk pelaksanaan tentang prosedur permintaan bantuan kepada TNI berkaitan dengan UU No.34 tahun 2004, yang merupakan produk Bakornas PBP atau pemerintah, namun dalam buku petunjuk pelaksanaan prosedur permintaan bantuan kepada TNI, harus ada batasan tingkatan/skala seperti apa akibat bencana alam itu terjadi, sehingga diberlakukannya prosedur permintaan bantuan dan terkait dimana sementara bencana alam tersebut terjadi dihadapan prajurit TNI. c. Mabes TNI harus memberi aturan pelibatan Satuan TNI dalam penanggulangan bencana alam untuk dipedomani oleh satuan TNI dalam melaksanakan bantuan bencana alam.

d. Mabes TNI harus membuat buku petunjuk lapangan tentang organisasi kerangka di tingkat Mabes TNI, maupun di tingkat Kotama Ops sebagai pedoman bagi TNI tentang kedudukan, tugas dan fungsi serta pelibatan TNI dalam penanggulangan bencana alam sebagai bentuk operasi bantuan kemanusiaan dalam rangka operasi militer selain perang. Berdasarkan hasil analisis di atas, Konsepsi Pelibatan Tugas OMSP TNI dalam Penanggulangan Bencana yang sesuai dengan Kerangka Hukum yang ada dapat dilihat pada Tabel: V.6.

105 V.7 Diskusi

Berdasarkan analisis yang telah diuraikan di atas, beberapa hal dapat didiskusikan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan tugas OMSP TNI terkait penanggulangan bencana telah dilaksanakan TNI melalui Operasi Bhakti pasca bencana Nias sebagai berikut:

a. Pada tahap tanggap darurat, TNI melakukan pendataan orang

asing, pencarian dan evakuasi korban dan jenasah, pengobatan, pendataan korban dan kerusakan materill, serta pendistribusian logistik

b. Pada tahap pemulihan, TNI melakukan perbaikan jalan, jembatan

dan perbaikan Run Way Binaka.

c. Pada tahap rekonstruksi, TNI melakukan pembangunan sekolah

(SDN1 dan SDN 2)

2. Mengacu pada prinsip-prinsip OMSP, dalam pelaksanaan Operasi Bhakti TNI ditemukan beberapa hambatan yaitu sebagai berikut :

a. Hambatan Aspek Keterpaduan (Kesatuan Usaha), terjadi disebabkan karena :

1) Organisasi yang mendukung kesiap-siagaan Batalion

Bantuan Kemanusiaan belum disiapkan.

2) Kualitas dan Kuantitas personel TNI yang terlibat dalam

tugas penanggulangan bencana.belum memadai.

3) Piranti lunak belum memadai yaitu belum adanya regulasi

yang mengatur tentang pelibatan TNI mengakibatkan tidak adanya dasar bagi TNI untuk terlibat tanpa ada permintaan. Hal ini mempersulit TNI melakukan koordinasi dengan pihak Pemda selaku koordinator Satkorlak dan Satlak saat pelaksanaan tugas operasi di lapangan yang notabene mengharuskan ketepatan dan kecepatan respon. Pedoman umum penanggulangan bencana alam yang dikeluarkan oleh Sekretariat BAKORNAS PBP No 2 tahun 2001 memang sudah ada, namun untuk tingkat Kabupaten/Kota sebagai

106

SATLAK perlu penjabaran yang lebih luas mengingat penanggulangan bencana alam ini melibatkan berbagai unsur termasuk TNI, sehingga memerlukan Juklak maupun Prosedur Tetap yang baru sesuai perubahan yang ada saat ini.

4) Peralatan yang tersedia terkadang tidak sesuai dengan

kebutuhan di lapangan.

5) Anggaran untuk mendukung penyelenggaraan Operasi

Bantuan Kemanusiaan masih belum dialokasikan sebagaimana anggaran yang dialokasikan untuk operasi tempur

b. Hambatan Pengendalian

1) Lemahnya koordinasi antara TNI dengan Satkorlak PBP Sumut.

2) Masih kurang jelasnya batasan wewenang komando dan pengendalian dalam pelaksanaan operasi, terutama dalam pengambilan keputusan akibat hierarkis tentang kendali komando, dihadapkan pada kebutuhan kecepatan dan ketepatan reaksi.

c. Hambatan Legislasi

Belum memadainya perangkat hukum yang mengatur tentang pelibatan TNI, belum memadainya Petunjuk Lapangan dan Prosedur Tetap yang menyebabkan sulitnya kontrol dan kendali, koordinasi dalam penanganan bencana dan penyaluran bantuan ke daerah sasaran.

Berdasarkan hasil diskusi di atas mekanisme pelaksanaan tugas OMSP TNI dalam penanggulangan bencana di Nias secara umum dapat divisualisasikan seperti pada Gambar: V.18.

107

Gambar: V.18 Visualisasi Mekanisme Pelaksanaan tugas OMSP TNI dalam Penanggulangan Bencana di Nias.89

3. Untuk meningkatkan kinerja TNI melaksanakan operasi bantuan kemanusiaan dalam Operasi Militer Selain Perang khususnya usulan terkait tugas OMSP TNI dalam penanggulangan bencana ke depan, diperlihatkan pada Tabel: V.7.

       89 Sumber: Di olah sendiri

108

Tabel: V.7 Konsepsi Pelibatan Tugas OMSP TNI dalam Penanggulangan Bencana.90

Kebijakan Strategi Implementasi

Kebijakan Politik pemerintah dan DPR untuk membangun TNI baik sumber daya, alut sista, piranti lunak agar TNI lebih profesional dalam melaksanakan tugas pokok OMSP

Tujuan : Agar TNI memiliki

UU pelibatan dalam PB sebagai legitimasi TNI dalam melaksanakan tugas serta tersedianya dukungan sesuai dengan UU

Sasaran : Terwujudnya

implementasi UU No.34 tahun 2004 dengan terbitnya UU PB serta terwujudnya piranti lunak

yang mendukung terselenggaranya PB di

lingkungan TNI maupun Bakornas

Subjek :

- DPR - Presiden

- Dephan, Menko Kesra, Depsos - BNPB, BPBD - Mabes TNI Objek : - Pengorganisasian - SDM, Sarana dan Prasarana

- Piranti Lunak dan Kodal

Metode :

- Pembentukan organisasi kerangka PB

- Pendidikan dan Latihan - Pemenuhan dukungan Legislasi

Pengorganisasian

Mengoptimalkan tugas dan fungsi Bakornas, Satkorlak dan Satlak sebagai wadah yang mengkoordinasikan berbagai instansi terkait termasuk pelibatan TNI dalam PB sehingga pelaksanaannya lebih cepat, efektif dan efisien sesuai UU.

Alat Utama dan Alat Pendukung

Kesiapan alutsista yang memadai

Piranti Lunak

Agar tugas TNI memiliki legitimasi dan pedoman PB, kejelasan kedudukan, kodal, dan prosedur

Anggaran

Bakornas didukung dengan anggaran kontigensi sosial.

Usulan tentang Tugas OMSP TNI dalam Penanggulangan Bencana dapat dijelaskan yaitu:

       90 Sumber : Diolah Sendiri 

109

a. Perlunya suatu kebijakan politik pemerintah dan DPR untuk membangun TNI baik sumber daya manusia, Alutsista, Piranti lunak agar TNI lebih profesional dalam melaksanakan tugas-tugas OMSP.

b. Perlu suatu strategi penyelenggaraan tugas OMSP yang tepat dengan merumuskan tujuan, sasaran, sarana dan prasarana, subjek, objek dan metode.

c. Implementasi dari strategi ini dapat diwujudkan melalui :

1) Pengorganisasian yang jelas dengan mengoptimalkan tugas Bakornas PBP, Satkorlak dan Satlak yang bisa Mengkoordinasikan keterlibatan instansi terkait dan TNI sehingga memberikan kejelasan tentang kedudukan dan tugas dalam pelaksanaan penanggulangan bencana alam.

2) Perlunya peningkatan sumber daya manusia TNI, untuk mendukung penyelenggaraan tugas Operasi Militer Selain Perang melalui penanggulangan bencana.

3) Agar tugas TNI dalam penanggulangan bencana mempunyai legitimasi dan pedoman dalam penyelenggaraannya serta menghadapi kejelasan tentang kedudukan, Kodal, prosedur penyelenggaraan, maka diperlukan piranti lunak yang memadai untuk mendukungnya.

4) Setiap pengerahan dan penggunaan TNI untuk melaksanakan operasi perlu di dukung dengan anggaran yang cukup, agar tugas-tugas TNI dapat berjalan berhasil guna dan mencapai sasaran, untuk itu berkaitan dengan Bakornas PBP, Satkorlak PBP dan Satlak PBP sebagai organisasi yang di bentuk pemerintah dalam penanggulangan bencana alam, hendaknya organisasi tersebut di dukung anggaran kontigensi sosial.

110

V.8 Konsepsi Mekanisme Pelibatan TNI dalam Penanggulangan Bencana

Dokumen terkait