• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

B. Temuan Penelitian

1. Implementasi Metode Al-Qosimi Dalam Pembelajaran Tahfizhul

Menurut kamus besar bahasa Indonesia implementasi adalah pelaksanaan, penerapan, pertemuan kedua ini bermaksud mencari bentuk tentang hal yang disepakati dulu. (Departemen Pendidikan Nasional, 2007:427).

2. Metode al-Qosimi

Metode adalah seperangkat cara yang digunakan oleh seorang guru dalam menyampaikan ilmu atau transfer ilmu kepada anak

didiknya yang berlangsung dalam proses belajar dan mengajar atau proses pembelajaran. Atau juga dapat diartikan sebagai sebuah sistematika umum bagi pemilihan, penyusunan, dan penyajian materi.(Ulin Nuha, 2012:157)

Sedangkan Qosimi adalah salah satu metode menghafal

al-Qur‟anyang dalam pelaksanaanya membaca minimal 40x sebelum

proses menghafal (Abu Hurri, 2014:36).

Jadi, metode al-Qosimi bisa diartikan sebagai sekumpulan cara yang dipergunakan untuk menghafal al-Qur‟an yang dalam pelaksanaannya membaca minimal 40x sebelum proses menghafal. 3. Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan (Heri Rahyubi, 2004:6).

4. Al-Qur‟an

Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan oleh Allah SWT Tuhan Seru Sekalian Alam kepada junjungan Nabi Besar dan Rasul terakhir Muhammad SAW melalui malaikat Jibril, untuk diteruskan penyampaiannya kepada seluruh umat manusia di muka bumi ini sampai akhir zaman nanti(Arya, 2009:46). Sedangkan menurut IAIN Walisongo Semarang (1999:23), mengartikan bahwa al-Qur‟an adalah firman Allah SWT untuk menjadi petunjuk dan

pedoman bagi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

5. Pondok Pesantren An-Nida

Pondok Pesantren adalah lembaga keagamaan yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama islam (Ridlwan, 2005:80).Sedangkan menurut Iskandar (2014:172), Pondok Pesantren ialah tempat berlangsungnya suatu pendidikan agama islam yang telah melembaga sejak jaman dahulu.

Sedangkan Pondok Pesantren An-Nida adalah lembaga keagamaan non formal yang berada di Kota Salatiga. Dimana Pondok PesantrenAn-Nida termasuk jenis pondok yang di dalamnya terdapat program tahfizhul Qur‟an dan mempelajari ilmu-ilmu agama.

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan pendekatan penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini penulis menggunakan penelitian kualitatif yaitu suatu penelitian yang berfokus pada perasaan dan persepsi dari partisipan di bawah studi.

2. Kehadiran Peneliti

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian, maka peneliti hadir dan terlibat secara langsung dalam aktifitas santri di lokasi penelitian, terutama dalam memperoleh data-data dan berbagai informasi yang diperlukan.

3. Lokasi dan Sumber penelitian

Lokasi penelitiannya adalah Pondok Pesantren An-Nida kota Salatiga.Sedangkan sumber penelitiannya adalah ketua yayasan An-Nida, para ustadz pondok pesantren An-Nida, dan para santri Pondok Pesantren An-Nida.

4. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah: a. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari objeknya.(Suparno, 2007:52).

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi berupa publikasi. (Supranto, 2007:52)

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data ialah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Suharsimi, 2005:100). Ada tiga metode dalam pengumpulan data, yaitu sebagai berikut:

a. Metode Pengamatan (Observasi) Partisipasi

Observasi merupakan proses untuk mengakses dan memahami cara-cara yang digunakan orang-orang dalam bertindak dan berinteraksi secara komunikatif. Observasi merupakan dasar fundamental dari semua metode riset (Christine, 2008: 320).

Observasi partisipasi adalah observasi yang dilakukan dengan observer terlibat langsung secara aktif dalam objek yang diteliti (Husaini, 2008: 57)

Jadi, cara kerja metode pengamatan (observasi) partisipasi ini penulis terlibat langsung dalam objek yang diteliti yaitu untuk mengetahui bagaimana cara berlangsungnya pembelajaran di Pondok Pesantren An-Nida khususnya program tahfizhul Qur‟an. b. Metode Wawancara/interviu

Metode wawancara ialah, metode yang dilakukan dengan pembicaraan santai dalam berbagai situasi, dilakukan secara terus-menerus untuk mendapatkan informasi dan penjelasan yang utuh, mendalam, terperinci dan lengkap (Nusa, 2013:33).

Jadi, dengan metode wawancara terstrukturyang di gunakan penulis dalam penelitian ini berharap dapat mengetahui lebih mendalam dari para pengelola Pondok Pesantren An-Nida yaitu ketua yayasan An-Nida, para ustadz dan para Santri Pondok Pesantren An-Nida.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan sember penting dalam bukti tambahan maupun bukti utama riset.Dokumen mampu bertahan sepanjang waktu karena mampu memberikan pemahaman historis (Christine, 2008: 344).

Jadi, dengan metode dokumentasi ini diharapkan penulis bisa mendapatkan bukti tambahan, seperti: foto, dan data-data Pondok lainnya yang penulis perlukan.

6. Analisis Data

Analisis data ialah data dalam penelitian kualitatif dianalisis melalui membaca dan mereview data untuk mendeteksi tema-tema dan pola-pola yang muncul (Emzir, 2010: 17).

Adapunlangkah-langkah yang peneliti lakukan dilapanganadalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan peneliti dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi.

b. Reduksi Data

Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih, memokuskan, membuang, dan menyusun data dalam suatu cara dimana kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasikan (Emzir, 2010: 130).

c. Penyajian Data

Sekumpulan informasi yang tersusun sehingga memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data yang baik merupakan suatu cara utama bagi penyajian data yang benar.

d. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari satu kegiatan konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga dideverifikasiselama penelitian berlangsung. ferivikasi itu kemungkinan setingkat dengan pemikiran kembali yang melintas dalam menganalisis selama menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan di lapangan serta tukar pikiran dan akhirnya berusaha menarik kesimpulan. Dengan demikian verifikasi yang pada mulanya mengambang atau kabur menjadi relevan.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam memperoleh keabsahan data, maka peneliti menggunakan teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2008:331). Ada dua macam trianggulasi yang digunakan, yaitu:

a. Triangulasi sumber

Trianggulasi sumber berarti, mencari sumber-sumber lain di samping sumber yang telah kita dapatkan (Nusa, 2013:34). b. Triangulasi metode

Trianggulasi metode dilakukan dengan cara mengecek derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama (Moleong, 2008:331)

8. Tahap-tahap penelitian

Menurut Moloeng (2008:127-128) tahap-tahap penelitian kualitatif harus memuat:

a. Tahap Pra Lapangan

Tahap pra lapangan yaitu memperhatikan Segala macam persoalan dan segala macam persiapan sebelum peneliti terjun kedalam kegiatan penelitian berupa: menyusun rancangan penelitian, mengurus perizinan kepada pihak Pondok Pesantren An-Nida, menjajaki dan menilai keadaan, memilih dan memanfaatkan informasi, serta menyiapkan perlengkapan penelitian.

b. Tahap Pekerja Lapangan

Pada tahap ini peneliti harus sungguh-sungguh dalam memahami latar penelitian dan mempersiapkan diri dengan segala daya dan upayanya, memasuki lapangan dengan beberapa serta sambil mengumpulkan data.

c. Tahap Analisis Data

Pada tahap ini dianalisiskan konsep analisis data juga dipersoalkan bahwa analisis data itu dibimbing oleh usaha untuk menemukan data dan kesimpulan.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu: 1. Bagian muka, yang berisi tentang: Halaman Judul, nota pembimbing,

pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, dan daftar lampiran.

2. Bagian isi yang terdiri dari:

BAB I : Pendahuluan, yang terdiri dari Latar belakang masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian dan Sistematikan Penuliasan.

BAB II : Kajian Pustaka

A. Pembelajaran Tahfidzul Qur‟an

B. Metode Al-Qosimi

BAB III :Paparan data dan temuan penelitian, berisi gambaran umumPondok Pesantren An-Nida, metode al-Qosimi dalam pembelajaran tahfizhul Qur‟an di Pondok Pesantren An-Nida, dan faktor yang mempengaruhi metode al-Qosimi dalam pembelajaran tahfizhul Qur‟an di Pondok Pesantren An-Nida. BAB IV : Analisa data yang berisi:

A. Analisis Metode Al-Qosimi dalam Pembelajaran tahfizhul Qur‟an di Pondok Pesantren An-Nida.

B. Faktor yang mempengaruhi Metode Al-Qosimi dalam Pembelajaran tahfizhul Qur‟an di Pondok Pesantren An -Nida.

BAB V : Penutup, meliputi :

A. Kesimpulan. B. Saran-saran. C. Penutup. 3. Bagian Akhir, terdiri dari :

Daftar pustaka, daftar riwayat pendidikan penulis dan lampiran-lampiran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Tahfizhul Qur’an

1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan. Pembelajaran merupakan subsistem dari penyelenggaraan pendidikan/pelatihan (Hamzah, 2008:54)

Sedangkan menurut Omar Hamalik (2010:57), Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.

Jadi, pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik.

2. Tujuan dan Ciri-ciri Pembelajaran

a) Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran ialah tujuan yang hendak dicapai setelah selesai diselenggarakannya suatu proses pembelajaran (Omar Hamalik, 2010: 6).

b) Ciri-ciri Pembelajaran

Menurut Omar Hamalik (2010: 65-66), juga mengatakan bahwa ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran, antara lain:

1) Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus.

2) Kesalingtergantungan, antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan.

3) Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Ciri ini menjadi dasar perbedaan antara sistem yang dibuat oleh manusia dan sistem yang alami (natural). Jadi, suatu sistem pembelajaran memiliki tiga ciri utama, yaitu memiliki rencana khusus, kesalingtergantungan antara unsur-unsurnya, dan tujuan yang hendak dicapai.

3. Prinsip Pembelajaran

Menurut Abdul Majid (2011: 131), mengatakan bahwa terdapat beberapa prinsip dalam pembelajaran, antara lain:

a. Motivasi, sebagai pendorong dalam melakukan semua suatu kegiatan.

b. Memperhatikan keragaman anak, sehingga dapat melahirkan pemahaman yang berbeda dan tidak terbatas satu pemahaman saja.

c. Memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak (aspek psikologis/ilmu jiwa).

d. Menumbuhkan kreatifitas anak dan pintar berbaur dengan anak, masyarakat dan sebagainya.

e. Do‟a, setiap perbuatan diawali dan diakhiri dengan menyebut asma Allah.

f. Teladan, satu kata antara ucapan dan perbuatan yang dilandasi dengan niat yang tulus karena Allah.

4. Pengertian Tahfidzul Qur’an

Menghafal merupakan bahasa Indonesia yang berarti menerima, mengingat, menyimpan dan memproduksi kembali tanggapan-tanggapan yang diperolehnya melalui pengamatan. Sedangkan al-Qur‟an berasal dari bahasa arab yang artinya bacaan atau yang dibaca. Orang yang hafal seluruh al-Qur‟an, oleh masyarakat Indonesia dijuluki atau diberi gelar sebagai seorang hafizh.

Sedangkan secara istilah yang dimaksud dengan hafizhul

Qur’an adalah menghafal al-Qur‟an sesuai dengan urutan yang terdapat dalam mushaf Ustmani mulai dari surah al-Fatihah hingga surat an-Nas dengan maksud beribadah, menjaga dan memelihara kalam Allah yang merupakan mu‟jizat dengan perantara Malaikat Jibril yang ditulis dalam beberapa mushaf yang dipindahkankepada kita dengan jalan mutawatir (Munjahid, 2007:73-74).

5. Dasar Hukumdan Tata Cara dalam Tahfizhul Qur’an

a. Dasar Hukum Tahfizhul Qur‟an

Al-Qur‟an memperkenalkan diri dengan berbagai ciri dan sifatnya. Salah satunya ialah bahwa ia merupakan salah satu Kitab Suci yang dijamin keasliannya oleh Allah SWT. Sejak diturunkan

kepada Nabi Muhammad SAW hingga sekarang bahkan sampai hari kemudian. Sebagaimana ditegaskan dalam firmanNya:

a

)

ِإَو َزْكِّذلا اَىْلَّزَو ُهْحَو اَّوِإ

َنوُظِفاَحَل ُهَل اَّو

Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan

sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al

-Hijr/15:9).

Dengan jaminan Allah dalam ayat tersebut tidak berarti umat Islam terlepas dari tanggung jawab dan kewajiban untuk memelihara kemurniannya dari tangan-tangan jahil dan musuh-musuh Islam yang tak henti-hentinya berusaha mengotori dan memalsukan ayat-ayat Al-Qur‟an.

Umat Islam pada dasarnya tetap berkewajiban untuk secara rill dan konsekuen berusaha memeliharanya, karena pemeliharaan terbatas sesuai dengan sunatullah yang telah ditetapkanNya tidak menutup kemungkinan kemurnian ayat-ayat Al-Qur‟an akan diusik dan diputarbalikkan oleh musuh-musuh Islam, apabila umat Islam sendiri tidak mempunyai kepedulian terhadap pemeliharaan kemurnian Al-Qur‟an. Salah satu usaha nyata dalam proses pemeliharaan kemurnian Al-Qur‟an itu ialah dengan menghafalkannya.

Menghafal Al-Qur‟an hukumnya adalah fardu kifayah. Ini berarti bahwa orang yang menghafal Al-Qur‟an tidak boleh kurang dari jumlah mutawatir sehingga tidak akan ada kemungkinan

terjadinya pemalsuan dan pengubahan terhadap ayat-ayat suci Al-Qur‟an.

Dalam Nihayah Qaulul-Mufid, Syeikh Muhammad Makki Nashr mengatakan:

Sesungguhnya menghafal Al-Qur’an di luar kepala hukumnya

fardu kifayah” (Ahsin, 2000: 21-24).

b. Tata Cara Dalam Tahfizhul Qur‟an

Menghafal al-Qur‟an merupakan pekerjaan tidak mudah. Menurut Ahmad (2009:96-99) mengatakan bahwa ada beberapa tata cara yang harus dipenuhi dalam menghafalkan al-Qur‟an, antara lain:

1) Keinginan yang tulus dan niat yang kuat untuk menghafal al-Qur‟an.

2) Mempelajari aturan-aturan membaca al-Qur‟an di bawah bimbingan seorang guru yang mempelajari dan mengetahui dengan baik aturan-aturan tersebut.

3) Terus bertekad dan memiliki keyakinan untuk menghafal al-Qur‟an setiap hari, yaitu dengan menjadikan hafalan sebagai wirid harian.

4) Mengulang hafalan yang telah dilakukan sebelum melanjutkan hafalan selanjutnya disertai dengan kesinambungan.

5) Niat dalam menghafal dan mendalami selayaknya diniatkan demi mencari keridhaan Allah SWT, bukan untuk tujuan dunia.

6) Mengerjakan apa yang ada dalam al-Qur‟an, baik urusan -urusan kecil maupun yang besar dalam kehidupan kita. Karena, melakukan apa yang diperintahkan dan meningkatkan apa yang dilarang Allah merupakan kebahagiaan sebenarnya, yaitu jalan menuju pendekatan diriNya. Semua kebaikan ada di dalam al-Qur‟an, dan pada setiap huruf yang dibawanya.

7) Hendaknya ada penyadaran pada diri penghafal serta usaha menjadikan iman yang kuat.

8) Setiap permulaan sesuatu biasanya agak sulit dan menjenuhkan, namun dengan keimanan, kesabaran, dan ketabahan, niscaya kebaikan yang besar akan melingkupi para penghafal. Bahwa setiap huruf yang dibaca akan mendapatkan pahala dan ganjaran yang hanya diketahui oleh Allah Swt. 6. Metode Pembelajaran Tahfizhul Qur’an

Ada beberapa metode yang mungkin bisa dikembangkan dalam rangka mencari alternatif terbaik untuk menghafal al-Qur‟an, dan bisa memberikan bantuan kepada para penghafal dalam mengurangi kepayahan dalam menghafal al-Qur‟an. Berikut beberapa metode yang dianggap sesuaisebagai variasi untuk menghilangkan kejenuhan (Ahsin,2000:63-66):

a. Metode Wahdah

Metode wahdah yaitu menghafal satu per satu terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat bisa dibaca sebanyak sepuluh kali, atau dua puluh kali,

atau lebih sehingga proses ini mampu membentuk pola dalam bayangannya. Dengan demikian penghafal akan mampu mengkondisikan ayat-ayat yang dihafalkannya bukan saja dalam bayangannya, akan tetapi hingga benar-benar membentuk gerak refleks pada lisannya. Setelah benar-benar hafal barulah dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama, demikian seterusnya hingga mencapai satu muka.

b. Metode Kitabah

Kitabah artinya menulis. Metode ini memberikan alternatif lain daripada metode yang pertama. Pada metode ini penulis terlebih dahulu menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik kertas yang telah disediakan untuknya. Kemudian ayat-ayat tersebut dibacanya sehingga lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalkannya.

Menghafalnya bisa dengan metode wahdah, atau dengan menuliskannya ia dapat sambil memperhatikan dan sambil menghafalkannya dalam hati. Berapa banyak ayat tersebut ditulis tergantung kemampuan penghafal. Mungkin cukup sekali, dua kali atau tiga kali, atau mungkin sampai sepuluh kali atau lebih sehingga ia benar-benar hafal terhadap ayat yang dihafalkannya.

Metode ini merupakan gabungan antara metode pertama dan metode kedua, yakni metode wahdah dan metode kitabah. Hanya saja kitabah (menulis) di sini lebih memiliki fungsional sebagai uji coba terhadap ayat-ayat yang telah dihafalnya. Maka dalam hal ini, setelah penghafal selesai menghafal ayat yang telah disediakan untuknya dengan hafalan pula. Jika ia telah mampu mereproduksi kembali ayat-ayat yang dihafalnya dalam bentuk tulisan, maka ia bisa melanjutkan kembali untuk menghafal ayat-ayat berikutnya, tetapi jika penghafal belum mampu mereproduksi hafalannya ke dalam tulisan secara baik, maka ia kembali menghafalkannya sehingga ia benar-benar mencapai nilai hafalan yang valid. Demikian seterusnya.

d. Metode Jama‟

Yang dimaksud dengan metode Jama’ ialah cara menghafal yang dilakukan secara kolektif, atau bersama-sama, dipimpin oleh seorang instruktur. Pertama, instruktur membacakan satu ayat atau beberapa ayat dan siswa menirukan secara bersama-sama. Kemudian instruktur membimbingnya dengan mengulang kembali ayat-ayat tersebut dan siswa mengikutinya. Setelah ayat-ayat itu dapat mereka baca dengan baik dan benar, selanjutnya mereka mengikuti bacaan instruktur dengan sedikit demi sedikit mencoba melepas mushaf (tanpa melihat mushaf) dan demikian seterusnya sehingga ayat-ayat yang sedang dihafalnya itu benar-benar

sepenuhnya masuk dalam bayangannya. Setelah semua siswa hafal, barulah kemudian diteruskan pada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama. Cara ini termasuk metode yang baik untuk dikembangkan, karena akan dapat menghilangkan kejenuhan di samping akan banyak membantu menghidupkan daya ingat terhadap ayat-ayat yang dihafalkannya.

Menurut Ilham Agus (2004:78-80), dalam menghafal al-Qur‟an dapat menggunakan metode-metode yang lain, diantaranya sebagai berikut:

a. Metode Menghafal Dengan Tulisan

Materi hafalan ditulis pada buku atau pada lembaran kertas, lalu dibacakan di hadapan guru hingga dinyatakan baik, benar dan lancar. Materi tersebut dihafalkan ayat per ayat dengan dibaca berulang-ulang hingga hafal dan lancar.

b. Metode Menghafal Dengan Memahami Makna

Materi hafalan dipahami arti kalimat per kalimat terlebih dahulu. Setelah paham arti kalimat per kalimatnya, kemudian dihafal ayat per ayat dengan dibaca berulang-ulang hingga hafal dan lancar. Adapun cara penyambungan antara ayat satu dengan yang lainnya yaitu dengan relevansi (hubungan) ayat sesuai dengan kefahaman makna ayat.

Materi hafalan tersebut dibacakan oleh sang guru dan ditirukan oleh murid (penghafal) secara berulang-ulang. Materi hafalan tersebut dihafalkan ayat per ayat yaitu dengan dibacakan oleh sang guru dan ditirukan oleh murid secara berulang-ulang hingga hafal. Demikian seterusnya dari ayat ke ayat hingga hafal satu materi hafalan. Metode ini biasanya digunakan oleh para tuna netra.

Menurut Abu Hurri (2015:36), dalam menghafalkan al-Qur‟an bisa juga dengan metode Al-Qosimi. Metode Al-Qosimi adalah metode yang digunakan untuk memudahkan para penghafal al-Qur‟an untuk pemula diantaranya adalah metode MMUSBOB (Metode Menghafal Untuk Sebodoh-Bodoh Orang Bisa) atau MMUSUB (Metode Menghafal Untuk Semua Umur Bisa) yang memiliki tiga putaran.Ada juga metode MHL-PA (Metode Hafal Lancar Per Ayat) dan metode MMC (Metode Manghafal Cepat). Dimana dalam pelaksanaanya membaca minimal 40x sebelum proses menghafal. Metode ini ada 3 fase dalam menghafal al-Qur‟an yaitu fase pertama membaca 40 kali, fase kedua menghafal, fase ketiga mengulangi.

7. Keutamaan Dalam Tahfizhul Qur’an

Yahya (2015:31-40)mengatakan bahwa dalam menghafal al-Qur‟an terdapat beberapa keutamaan yang diperoleh oleh para penghafal al-Qur‟an, antara lain:

Sesungguhnya Allah bersama para penghafal al-Qur‟an.Dia senantiasa mengulukan bantuan dan pertolongan kepada mereka. Dan mereka akan dianggap sebagai orang-orang kuat.

Pada dasarnya kekuatan itu bukan terletak pada besarnya badan dan kebesaran nama, tetapi kekuatan itu adalah kekuatan hati, maka apabila pada diri seseorang merasa ragu maka hendaknya ia mendalami sirah Rasulullah SAW dan kehidupan para sahabatnya.

b. Allah akan memberkahi para penghafal al-Qur‟an

Sesungguhnya ini termasuk barakah al-Qur‟an, ketika seseorang yang sibuk dengan al-Qur‟an pada siang dan malam hari maka Allah akan memberkahi waktu demi waktu yang dilaluinya, meskipun mereka sibuk dengan menghafal, membaca, dan muraja‟ah (mengulang) al-Qur‟an.

c. Doa ahli al-Qur‟an (orang yang hafal al-Qur‟an) tidak tertolak Orang yang menghafal al-Qur‟an adalah orang yang paling banyak berdzikir kepada Allah. Mereka adalah para wali Allah, oleh sebab itu doa-doa mereka akan dikabulkan dan keperluan-keperluan mereka terpenuhi. Allah membukakan mereka pintu-pintu rezeki itu adalah segala sesuatu yang bermanfaat bagi penghafal al-Qur‟an di dunia dan akhirat.

d. Orang yang hafal al-Qur‟an adalah orang yang memiliki perkataan yang baik.

Rasulullah bukanlah seorang yang buruk (perkataannya), jorok, pelaknat, dan bukan pula seorang pencela kepada siapapun.Beliau Nabi tidak pernah menyebutkan keburukan seseorang, lisannya terjaga, baik dan indah perkataannya.

Perkataan Rasulullah SAW memiliki pengaruh yang besar ke dalam hati, perkataan yang menggugah semangat (motivasi), indah dan menarik.Itu semua karena akhlak beliau adalah al-Qur‟an.Beliau senantiasa mengikuti dan melaksanakanajaran -ajaran dan perintah-perintah yang ada di dalam al-Qur‟an.

B. Metode Al-Qosimi

1. Pengertian Metode Al-Qosimi

Metode adalah seperangkat cara yang digunakan oleh seorang guru dalam menyampaikan ilmu atau transfer ilmu kepada anak didiknya yang berlangsung dalam proses belajar dan mengajar atau proses pembelajaran. Atau juga dapat diartikan sebagai sebuahsistematika umum bagi pemilihan, penyusunan, dan penyajian materi. (Ulin Nuha, 2012:157)

Dokumen terkait