BAB V PENUTUP
B. Saran
1. Pemerintah Kabupaten Bantul hendaknya tetap selalu berupaya melakukan perbaikan untuk mengatasi permasalahan yang timbul pada pelaksanaan pelayanan publik bidang administrasi kependudukan (pembuatan KTP), dengan cara melakukan evaluasi secara berkala. 2. Pemerintah Kabupaten Bantul hendaknya selalu berkoordinasi dengan
Pemerintah Pusat terkait tiap perkembangan program e-KTP, sehingga pihak Pemetintah Pusat dapat melakukan langkah strategis lebih cepat. Sebagai contoh dalam hal terdapatnya keterlambatan pengiriman blangko e-KTP yang sampai ke Pemerintah Kabupaten.
Arikunto, S, 2010, Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi), Jakarta : Rineka Cipta.
Bachsan Mustafa, 2001, Sistem Aministrasi Negara Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bkati
Islamy, M. Irfan, 1997, Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara,
Jakarta: Sinar Grafika.
J.B Daliyo, 2001, Pengantar Hukum Indonesia, Jakarta : PT Prenhallindo
Mardalis, 2007, Metode penelitian – Suatu Pendekatan Roposal, Jakarta, Bumi Aksara.
Mukti Fajara, Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris,Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Restu Kartiko Widi, 2010, Asas Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rusdi Pohan, 2007, Metode Penelitian Pendidikan, Yogyakarta: Lanarka.
Saifudin Azwar, 2004, Metode Peneltian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatis dan R&D, Bandung : Alfabeta.
Wahab, Solichin Abdul. 1997. Analisis Kebijaksanaan; Dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta:PT Bumi Aksara.
82
Wahab, Solichin Abdul, 2001, Analisis Kebijaksanaan: dari Formulasi ke Implemetasi Kebijakansanaan Negara, Jakarta: Bumi Aksara.
Wahyudi Kumorotomo, Implementasi e-KTP Isu Kebijakan Adminstrasi Kependudukan, Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Yulies Tiena Masriani, 2004, Pengantar Hukum Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika
Peraturan Perundang-Undangan
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang “Administrasi Kependudukan”, Bab I, Pasal 1.
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor : 471/1768/SJ Hal Percepatan Penerbitan KTP-el dan Akta Kelahiran tertanggal 12 Mei 2016
Internet
Badan Pusat Statistik, “Penduduk Indonesia menurut Provinsi 1971, 1980, 1990,
1995, 2000 dan 2010”, 9 Juli 2012,
http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1267, diakses 28 April 2016
jam 08.13 WIB
Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Tertib Administrasi Kependudukan, http://www.dukcapil.kemendagri.go.id/, diakses pada tanggal 19 April 2016 pukul 10.46 WIB.
Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Belajar Pelayanan
Digital ke Bantul dan Solo,
http://www.dukcapil.kemendagri.go.id/detail/belajar-pelayanan-digital-ke-bantul-dan-solo , diakses pada tanggal 10 Juni 2016 pukul 14.43 WIB.
Pemerintah Kabupaten Bantul
https://www.bantulkab.go.id/profil/sekilas_kabupaten_bantul.html diakses
Admin http://www.e-ktp.com/2011/06/hello-world/ diakses pada hari Rabu tanggal 19 Oktober 2016 pukul 13.11
Fokky Fuad, Metode Penelitian Antropologi Hukum, 13 April 2011, http://
http://uai.ac.id/2011/04/13/metode-penelitian-antropologi-hukum/ , diakses
pada 10 Juni 2016 jam 11.06 WIB.
Intansaf, Permasalahan Kependudukan di Indonesia, 26 September 2013,
https://intansaf.wordpress.com/2013/09/26/permasalahan-kependudukan-di-indonesia/, diakses 9 Juni 2016 jam 11.45.
Trisna Sunawar,
http://trisnasunawar.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-dan-ruang-lingkup-hukum.html diakses pada hari Rabu tanggal 19 Oktober
2016 pukul 14.22 WIB
Kertya Witaradya, Implemetasi Kebijakan Publik Model Van Meter Van Horn :
The Policy Implementation Process, 13 April 2010,
http://kertyawitaradya.wordpress.com/2010/04/13/implementasi-
kebijakan-publik-model-van-meter-van-horn-teh-policy-implementation-process/, diakses pada tanggal 8 Juni 2016 pukul 14.21 WIB
Kompas.com, Tak Ada Sanksi Jika Warga Terlambat Buat E-KTP setelah Akhir
September 2016,
http://nasional.kompas.com/read/2016/08/23/06384291/tak.ada.sanksi.jika.
warga.terlambat.buat.e-ktp.sebelum.akhir.september.2016, diakses pada
hari Jumat tanggal 16 Desember 2016 pukul 11.40 WIB
Muhammad Adam Fahmil 'Ilmi
https://civitas.uns.ac.id/adamfahmil96/paper-proses-munculnya-ktp-di-indonesia/ diakses pada hari Rabu tanggal 19
Oktober 2016 pukul 13.08 WIB
Sindonews, Bantul Kekurangan Puluhan Ribu Blangko e-KTP,
http://daerah.sindonews.com/read/952309/22/bantul-kekurangan-puluhan-ribu-blangko-e-ktp-1421582495, diakses 28 April 2016 jam 11.27 WIB
Tribun Jogja, 100 Persen Warga Bantul Ditargetkan Miliki e-KTP pada 2016,
http://jogja.tribunnews.com/2016/04/26/100-persen-warga-bantul-ditargetkan-miliki-e-ktp-pada-2016, diakses pada 28 April 2016 jam 10.50
84
Yusfi, Pelayanan, 27 Januari 2013,
LEMBARAN DAERAH
KABUPATEN BANTUL
No.16,2015 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bantul.
Tertib Administrasi, kependudukan.
BUPATI BANTUL
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTULNOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG
TERTIB ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BANTUL,
Menimbang : a. bahwa peningkatan pelayanan Administrasi
Kependudukan yang profesional, memenuhi standar
teknologi informasi, dinamis, tertib, dan tidak
diskriminatif, untuk mewujudkan pencapaian standar
pelayanan minimal, menuju pelayanan prima yang
menyeluruh untuk mengatasi permasalahan
2 2015
b. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 26
Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Administrasi
Kependudukan sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 10 Tahun
2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah
Kabupaten Bantul Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Penyelenggara Administrasi Kependudukan sudah tidak
sesuai lagi dengan kebutuhan pengaturan
penyelenggaraan administrasi kependudukan saat ini, sehingga perlu ditetapkan Peraturan Daerah yang baru;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Tertib Administrasi Kependudukan;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam
Lingkungan Daerah Istimewa Jogjakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 44);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4674) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 232, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5475);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Penetapan Mulai Berlakunya Undang-Undang Tahun 1950 Nomo 12, 13, 14 dan 15 (Berita Negara Republik tanggal 14 Agustus 1950 Nomor 59);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 80, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4736) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 102
Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 265, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 5373);
7. Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 tentang
Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil;
8. Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 tentang
Penerapan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk
Kependudukan Secara Nasional sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2013 tentang Perubahan Ke Empat Atas Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penerapan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional;
9. Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 9
Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Administrasi
Kependudukan dan Kartu Identitas Anak (Lembaran Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015 Nomor 9, Tambahan Lembaran Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 12);
4 2015
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KABUPATEN BANTUL dan
BUPATI BANTUL
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG TERTIB ADMINISTRASI
KEPENDUDUKAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Bantul.
2. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Bantul.
3. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah.
4. Bupati adalah Bupati Bantul.
5. Instansi Pelaksana adalah Perangkat Daerah yang bertanggung jawab dan
berwenang melaksanakan pelayanan dalam urusan Administrasi
Kependudukan.
6. Warga Negara Indonesia yang selanjutnya disingkat WNI adalah orang-orang
bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan Undang-Undang sebagai Warga Negara Indonesia.
7. Orang Asing adalah orang bukan Warga Negara Indonesia.
8. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang
bertempat tinggal di Indonesia.
9. Dokumen Kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh
Instansi Pelaksana yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik yang dihasilkan dari pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.
10. Data Kependudukan adalah data perseorangan dan/atau data agregat
yang terstruktur sebagai hasil dari kegiatan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.
kartu identitas atau surat keterangan kependudukan.
12. Peristiwa Kependudukan adalah kejadian yang dialami penduduk yang
harus dilaporkan karena membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk, dan/atau surat keterangan kependudukan lainnya meliputi pindah datang, perubahan alamat, serta status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap.
13. Nomor Induk Kependudukan yang selanjutnya disingkat dengan (NIK)
adalah nomor identitas penduduk yang bersifat unik/khas, tunggal dan melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai penduduk Indonesia.
14. Kartu Keluarga yang selanjutnya disingkat dengan KK adalah kartu
identitas keluarga yang memuat data tentang nama, susunan dan hubungan dalam keluarga, serta identitas anggota keluarga.
15. Kartu Tanda Penduduk Elektronik, selanjutnya disingkat KTP-el, adalah
Kartu Tanda Penduduk yang dilengkapi cip yang merupakan identitas resmi penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana.
16. Izin Tinggal Terbatas adalah izin tinggal yang diberikan kepada Orang
Asing untuk bertempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam jangka waktu yang terbatas sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.
17. Izin Tinggal Tetap adalah izin tinggal yang diberikan kepada Orang Asing
untuk bertempat tinggal menetap di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
18. Surat Keterangan Tempat Tinggal yang selanjutnya disingkat SKTT adalah
surat keterangan yang dikeluarkan oleh Instansi Pelaksana yang
diberikan kepada Orang Asing yang telah mempunyai izin tinggal terbatas yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang dalam jangka waktu tertentu.
19. Domisili adalah tempat tinggal tetap dan resmi penduduk yang datanya
tercantum dalam Database Kependudukan Instansi Pelaksana, terwujud dalam kepemilikan KK dan KTP-el.
20. Pindah datang penduduk adalah perubahan Domisili untuk menetap
karena perpindahan dari tempat lama ke Domisili yang baru.
21. Pencatatan Sipil adalah pencatatan peristiwa penting yang dialami oleh
seseorang dalam register pencatatan sipil pada Instansi Pelaksana.
22. Peristiwa Penting adalah kejadian yang dialami seseorang meliputi
kelahiran, kematian, lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak, pengesahan anak, pengangkatan anak, perubahan nama, perubahan jenis kelamin dan perubahan status kewarganegaraan.
23. Petugas Registrasi adalah pegawai yang diberi tugas dan tanggung jawab
memberikan pelayanan pelaporan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting serta pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan di desa.
6 2015
24. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan yang selanjutnya disingkat
dengan SIAK adalah sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi pengelolaan informasi
administrasi kependudukan di tingkat penyelenggara dan Instansi
Pelaksana sebagai satu kesatuan.
25. Data Pribadi adalah data perseorangan tertentu yang disimpan, dirawat
dan dijaga kebenaran serta dilindungi kerahasiaannya.
26. Orang Asing Tinggal Terbatas adalah Orang Asing yang tinggal dalam
jangka waktu terbatas di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan telah mendapat Izin Tinggal Terbatas dari instansi yang berwenang.
27. Orang Asing Tinggal Tetap adalah Orang Asing yang berada dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan telah mendapat Izin Tinggal Tetap dari Instansi yang berwenang.
28. Penduduk Rentan Administrasi Kependudukan adalah penduduk yang
mengalami hambatan dalam memperoleh dokumen penduduk yang disebabkan oleh bencana alam, bencana sosial dan orang terlantar.
29. Biodata Penduduk adalah keterangan yang berisi elemen data tentang jati
diri, informasi dasar serta riwayat perkembangan dan perubahan keadaan yang dialami oleh penduduk sejak saat kelahiran.
30. Kartu Identitas Anak yang selanjutnya disingkat KIA adalah identitas
resmi anak sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana sampai dengan wajib KTP-el.
31. Penduduk Non Permanen adalah penduduk Warga Negara Indonesia yang
bertempat tinggal di luar wilayah kabupaten/kota tempat tinggalnya tetapi berbeda dengan alamat pada KTP-el yang dimilikinya, dan tidak berniat untuk pindah menetap.
32. Kantor Urusan Agama Kecamatan yang selanjutnya disingkat KUA
Kecamatan adalah satuan kerja yang melaksanakan pencatatan nikah, talak, cerai dan rujuk bagi penduduk yang beragama Islam.
BAB II
HAK DAN KEWAJIBAN Bagian Kesatu
Penduduk Pasal 2
Setiap penduduk mempunyai hak untuk memperoleh :
a. dokumen kependudukan;
b. pelayanan yang sama dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil;
c. perlindungan atas data pribadi;
d. kepastian hukum atas kepemilikan dokumen;
e. informasi mengenai data hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil
pribadi oleh Instansi Pelaksana.
Pasal 3
Setiap penduduk wajib melaporkan peristiwa penting dan peristiwa
kependudukan yang dialaminya kepada Instansi Pelaksana dengan memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
Pasal 4
Warga Negara Indonesia yang berada di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib melaporkan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialaminya kepada Instansi Pelaksana Pencatatan Sipil negara setempat dan/atau kepada Perwakilan Republik Indonesia dengan memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
Bagian Kedua Pemerintah Kabupaten
Pasal 5
Pemerintah Kabupaten berkewajiban dan bertanggungjawab
menyelenggarakan urusan administrasi kependudukan dengan kewenangan meliputi :
a.koordinasi penyelenggaraan administrasi kependudukan;
b.pembentukan Instansi Pelaksana yang bertugas melaksanakan
administrasi kependudukan;
c. pengaturan teknis penyelenggaraan administrasi kependudukan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
d.pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan administrasi kependudukan;
e. pelaksanaan kegiatan pelayanan masyarakat di bidang administrasi
kependudukan;
f. penugasan kepada Kecamatan dan Desa untuk menyelenggarakan sebagian
urusan administrasi kependudukan berdasarkan asas tugas pembantuan;
g. penyajian Data Kependudukan berskala Daerah berasal dari Data
Kependudukan yang telah dikonsolidasikan dan dibersihkan oleh
Kementerian yang bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan dalam negeri; dan
8 2015
h.koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan administrasi kependudukan.
Pasal 6
(1) Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf a, Bupati mengadakan koordinasi dengan instansi vertikal dan lembaga pemerintah non kementerian.
(2) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkaitan dengan aspek
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, pelaporan dan evaluasi penyelenggaraan administrasi kependudukan.
Pasal 7
Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat huruf c, Bupati menetapkan pengaturan teknis penyelenggaraan Administrasi
Kependudukan dengan Peraturan Bupati, berpedoman pada Peraturan
perundang-undangan di bidang Administrasi Kependudukan.
Pasal 8
Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat huruf d, Bupati mengadakan :
a. koordinasi sosialisasi antar instansi vertikal dan lembaga pemerintah non
kementerian;
b. kerjasama dengan organisasi kemasyaratan;
c. sosialisasi iklan layanan masyarakat melalui media cetak dan
elektronik;dan
d. komunikasi, asistensi, informasi dan edukasi kepada masyarakat.
Pasal 9
(1) Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf e, Bupati menyelenggarakan kegiatan pelayanan masyarakat di bidang Administrasi Kependudukan, dilaksanakan dengan stelsel aktif kepada seluruh penduduk dengan melibatkan Kecamatan, Desa, Dukuh dan RT.
(2) Tata Cara Pelayanan administrasi kependudukan di Desa yang
dengan Keputusan Bupati.
Pasal 10
Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf f Bupati memberikan penugasan pada Kecamatan dan Desa untuk menyelenggarakan sebagian urusan administrasi kependudukan berasaskan tugas pembantuan, disertai pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia diatur dalam Peraturan Bupati.
Pasal 11
Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf g, Bupati menyajikan Data Kependudukan berskala Daerah berasal dari Data Kependudukan yang telah dikonsolidasikan dan dibersihkan oleh Kementerian yang bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan dalam negeri.
Pasal 12
(1) Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf h, Bupati
melakukan koordinasi pengawasan antar Instansi terkait.
(2) Koordinasi pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui rapat koordinasi, konsultasi, pencegahan dan tindakan koreksi.
Bagian Ketiga Instansi Pelaksana
Pasal 13
Penyelenggara urusan Administrasi Kependudukan di Daerah dilaksanakan oleh Instansi Pelaksana.
10 2015
Pasal 14
(1) Kewajiban Instansi Pelaksana dalam menyelenggarakan Administrasi
Kependudukan, meliputi :
a. mendaftar peristiwa kependudukan dan peristiwa penting;
b. memberikan pelayanan yang sama dan profesional kepada setiap
Penduduk atas laporan peristiwa kependudukan dan peristiwa
penting;
c. mencetak, menerbitkan, dan mendistribusikan dokumen
kependudukan;
d. mendokumentasikan hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan
sipil;
e. menjamin kerahasiaan dan keamanan data atas peristiwa
kependudukan dan peristiwa penting; dan
f. melakukan verifikasi dan validasi atas informasi yang disampaikan
oleh penduduk dalam pelayanan pendaftaran penduduk dan
pencatatan sipil.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dikecualikan
untuk pencatatan nikah, talak, cerai dan rujuk bagi penduduk yang beragama Islam.
(3) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk persyaratan dan
tata cara pencatatan peristiwa penting bagi penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan diatur sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 15
(1) Kewenangan Instansi Pelaksana dalam menyelenggarakan urusan
administrasi kependudukan, meliputi :
a. memperoleh keterangan dan data yang benar serta dapat
dipertanggungjawabkan tentang peristiwa kependudukan dan
peristiwa penting yang dilaporkan penduduk;
b. memperoleh data mengenai peristiwa penting yang dialami oleh penduduk atas dasar putusan atau penetapan pengadilan;
c. memberikan keterangan atas peristiwa kependudukan dan peristiwa penting untuk kepentingan penyelidikan, penyidikan dan pembuktian di Pengadilan; dan
d. mengelola data dan mendayagunakan informasi hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil untuk kepentingan pembangunan.
(2) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi
Pelaksana mempunyai kewenangan untuk mendapatkan data hasil
pencatatan peristiwa perkawinan, perceraian dan rujuk bagi penduduk yang beragama Islam dari KUA Kecamatan.
Pasal 16
Pejabat Pencatatan Sipil mempunyai kewenangan melakukan verifikasi
kebenaran data, melakukan pembuktian pencatatan atas nama jabatannya, mencatat data dalam Register Akta Pencatatan Sipil, menerbitkan Kutipan
Akta Pencatatan Sipil dan membuat catatan pinggir pada Akta-akta
Pencatatan Sipil.
Pasal 17
(1) Instansi Pelaksana sesuai tugas dan tanggung jawabnya berkewajiban menerbitkan dokumen pendaftaran penduduk sebagai berikut :
a. KK baru karena pindah datang, paling lambat 4 (empat) hari kerja;
b. KK baru karena perubahan data, paling lambat 4 (empat) hari kerja;
c. KK penggantian karena hilang/rusak, paling lambat 4 (empat) hari
kerja;
d. KTP-el untuk pertama kali, paling lambat 4 (empat) hari kerja;
e. KTP-el karena hilang/rusak, paling lambat 3 (tiga) hari kerja;
f. KTP-el karena perubahan data, paling lambat 3 (tiga) hari kerja;
g. Surat Keterangan Pindah, paling lambat 3 (tiga) hari kerja;
h. Surat Keterangan Pindah Datang, paling lambat 3 (tiga)hari kerja;
i. Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri, paling lambat 3 (tiga) hari;
kerja
j. Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri, paling lambat 3 (tiga) hari
kerja;
k. Surat Keterangan Tempat Tinggal untuk orang Asing yang memiliki
izin tinggal terbatas, paling lambat 5 (lima) hari kerja;
l. Surat Keterangan Pelepasan Kewarganegaraan Indonesia paling
lambat 5 (lima) hari kerja;
m.Kutipan Akta-akta Pencatatan Sipil paling lambat 3 (tiga) hari kerja;
n. Surat Keterangan Kelahiran, paling lambat 2 (dua) hari kerja;
o. Surat Keterangan Lahir Mati, paling lambat 2 (dua) hari kerja;
12 2015
q. Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan, paling lambat 3 (tiga) hari
kerja;
r. Surat Keterangan Pembatalan Perceraian, paling lambat 3 (tiga) hari
kerja.
s. Surat Keterangan Pencatatan Sipil, paling lambat 3 (tiga) hari kerja.
(2) Perhitungan hari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sejak
tanggal diterimanya berkas persyaratan secara lengkap dan benar.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tatacara dan persyaratan untuk
memperoleh dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB III
PENDAFTARAN PENDUDUK Bagian Kesatu
Nomor Induk Kependudukan Pasal 18
(1) Setiap penduduk wajib memiliki NIK.
(2) NIK sebagaimana dimaksud ayat (1) berlaku seumur hidup dan
selamanya, yang diberikan oleh Instansi Pelaksana kepada setiap penduduk setelah dilakukan pencatatan biodata.
(3) NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicantumkan dalam setiap
dokumen kependudukan dan dijadikan dasar penerbitan dokumen identitas lainnya.
Bagian Kedua
Pendaftaran Peristiwa Kependudukan Pasal 19
Dalam hal terjadi perubahan alamat penduduk, Instansi Pelaksana
Pendaftaran Perpindahan Penduduk
Dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia Paragraf 1
Pindah Datang Penduduk WNI Dalam Dan Luar Daerah Pasal 20
(1) Penduduk WNI yang pindah dalam atau keluar daerah wajib melapor
kepada Instansi Pelaksana untuk mendapatkan Surat Keterangan Pindah.
(2) Pindah sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah bertempat tinggalnya
penduduk di alamat yang baru untuk waktu lebih dari 1 (satu) tahun atau berdasarkan kebutuhan yang bersangkutan untuk waktu yang kurang dari 1 (satu) tahun.
(3) Berdasarkan Surat Keterangan Pindah sebagaimana dimaksud ayat (1)
penduduk bersangkutan melapor kepada Instansi Pelaksana di tempat tujuan untuk mendapatkan Surat Keterangan Pindah Datang.
(4) Pelaporan sebagaimana dimaksud ayat (3) paling lama 30 (tiga puluh) hari
kerja sejak diterbitkan Surat Keterangan Pindah dari daerah asal.
(5) Surat Keterangan Pindah Datang yang dimaksud pada ayat (3) digunakan
sebagai dasar perubahan atau penerbitan KK dan KTP-el bagi Penduduk yang bersangkutan.
(6) Setiap penduduk luar daerah yang lebih dari 1 (satu) tahun sudah pindah
fisik di Daerah dan tidak menyelesaikan Surat Keterangan Pindah dari tempat asalnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenai denda administrasi sebesar Rp.20.000,00 (dua puluh ribu rupiah) pada saat yang bersangkutan melakukan pengurusan dokumen kependudukan.
14 2015
Paragraf 2
Pindah Datang Orang Asing Dalam Daerah Pasal 21
(1) Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas atau yang memiliki Izin
Tinggal Tetap yang pindah dalam dan luar daerah wajib melaporkan kepindahannya kepada Instansi Pelaksana.
(2) Berdasarkan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Instansi
Pelaksana mendaftar dan menerbitkan Surat Keterangan Pindah Datang.
(3) Orang Asing sebagaimana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
pindah datang ke Daerah wajib melaporkan kedatangannya pada Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak diterbitkannya Surat Keterangan Pindah Datang.
(4) Surat Keterangan Pindah Datang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
sebagai dasar perubahan atau penerbitan KK, KTP-el bagi orang asing pemegang Izin Tinggal Tetap atau Surat Keterangan Tempat Tinggal bagi Orang Asing pemegang Izin Tinggal Terbatas yang bersangkutan.
(5) Setiap Penduduk orang asing yang melampaui batas waktu pelaporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikenai denda administrasi sebesar