(STUDI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANTUL)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Strata Satu
pada Prodi Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh :
FREDIAN DWI NURCAHYO
Nomor Mahasiswa : 20100610036 Program Studi : Ilmu Hukum
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA FAKULTAS HUKUM
IMPLEMENTASI PENDAFTARAN PENDUDUK SEBAGAI WUJUD TERTIB ADMINISTRASI DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (STUDI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANTUL)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Strata Satu
pada Prodi Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh :
FREDIAN DWI NURCAHYO
Nomor Mahasiswa : 20100610036
Program Studi : Ilmu Hukum
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA FAKULTAS HUKUM
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
IMPLEMENTASI PENDAFTARAN PENDUDUK SEBAGAI WUJUD TERTIB ADMINISTRASI DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (STUDI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANTUL)
Adalah hasil karya asli saya dan bukan plagiat baik secara utuh maupun
sebagian, serta belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada suatu perguruan
tinggi atau lembaga manapun. Hal-hal bukan karya asli saya dalam skripsi ini
diberi tanda dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya
bersedia mempertanggungjawabkan pernyataan ini.
Yogyakarta, 18 Desember 2016
Yang menyatakan,
MOTTO
“Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang.
Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang tangguh,”
(Andrew Jackson)
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan Shalatmu sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”
(Al-Baqarah: 153)
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama
kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu
urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada
Tuhanmulah engkau berharap,”
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih
sayang-Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta
memperkenalkanku dengan cinta. Dari semua yang telah engkau tetapkan baik itu
rencana indah yang engkau siapkan untuk masa depanku sebagai harapan
kesuksesan. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi
yang sederhana ini dapat terselesaikan.
Kupersembahkan karya skripsi yang sederhana ini untuk :
1. Ayahanda Daliman Innuk dan Ibunda Tri Utari ku tercinta yang telah tulus
mencintai, merawat, mendidik dan merelakan dengan tulus penuh kasih
sayang, serta yang senantiasa memotifikasi dan dorongan yang tiada henti
demi keberhasilan anakmu ini.
2. Kakanda Ina Noviyatun Nugraheni S.IP yang senantiasa memberi
motivasi, semangat, serta selalu memberi masukan selama penulisan
skripsi ini.
3. Adikku Hanung Tri Wicaksono yang selalu memberi semangat dan
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alahamdulillah dengan segala puji dan rasa syukur kepada Allah SWT
yang selalu memberikan rahmat, hidayah dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “IMPLEMENTASI
PENDAFTARAN PENDUDUK SEBAGAI WUJUD TERTIB
ADMINISTRASI DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (STUDI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANTUL), yang disusun sebagai syarat akademis dalam menyelesaikan studi program Sarjana (S1) Jurusan
Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa selesainya penyusunan skripsi ini tidak terlepas
dari bimbingan, bantuan, dukungan, doa serta saran membangun dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati
penulis hendak menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Trisno Raharjo, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Bapak Dr. Leli Joko Suryono, SH., M.Hum, selaku Ketua Program Studi
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Bapak Sunarno, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I yang telah
berkenan meluangkan banyak waktunya untuk memberikan saran, petunjuk
dan bimbingan yang sangat berarti bagi penulis selama menyusun skripsi ini.
5. Seluruh Bapak Ibu Dosen dan staf Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan ilmu, bimbingan dan
bantuannya dengan ikhlas demi kelancaran penulis dalam menyusun skripsi
ini.
6. Teman seperjuanganku Bagus H.Putranto, Prastowo Jati, Novan Fernando,
terimaksih atas semangat dan bantuannya selama ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menulis skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dansaran membangun
guna perbaikan di masa yang akan datang dan berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamu’alikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 18 Desember 2016
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
ABSTRAK ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
A. Tinjauan Teoritis ... 10
4. Administrasi Kependudukan ... 20
5. Kartu Tanda Penduduk (KTP) ... 22
6. Instansi yang Berwewenang ... 26
BAB III METODE PENELITIAN ... 28
A. Jenis Penelitian ... 28
B. Jenis Data ... 30
C. Metode Pengumpulan Data ... 33
D. Lokasi Penelitian ... 34
E. Responden Penelitian... 35
F. Analisis Data ... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS ... 38
A. Profil Kabupaten Bantul ... 38
1. Keadaan Alam ... 38
2. Pemerintah ... 40
3. Kependudukan ... 40
4. Lambang Daerah Kabupaten Bantul ... 41
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi dan Penghambat Pelayanan
Publik Bidang Administrasi Kependudukan (Pembuatan KTP) di Pemerintah
Kabupaten Bantul ... 69
BAB V PENUTUP ... 79
A. Kesimpulan ... 79
B. Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 81
Tabel 1 ... 61
Tabel 2 ... 62
ABSTRAK
Fredyan Dwi Nurcahyo, 2016, Skripsi berjudul Implementasi Pendaftaran Penduduk sebagai Wujud Tertib Administrasi Ditinjau dari Hukum Administrasi Negara (Studi Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul), Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui implementasi pelayanan publik bidang administrasi kependudukan (pembuatan KTP) di Pemerintah Kabupaten Bantul dan mengetahui faktor yang mempengaruhi implementasi dan penghambat pelayanan publik bidang administrasi kependudukan (pembuatan KTP) di Pemerintah Kabupaten Bantul. Jenis penelitaian ini adalah penelitian normatif, yakni titik tolak penelitian yang difokuskan untuk mengkaji kaidah atau norma dalam hukum positif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa 1) Implementasi kebijakan tertib administrasi kependudukan dalam hal ini penerapan kepemilikan e-KTP bagi seluruh penduduk Republik Indonesia, khususnya implementasi pelayanan publik bidang administrasi kependudukan (pembuatan KTP) di Pemerintah Kabupaten Bantul secara umum dapat berjalan lancar. 2) Kelancaran implementasi pelayanan publik bidang administrasi kependudukan (pembuatan KTP) di Pemerintahan Kabupaten Bantul didukung beberapa faktor yaitu adanya dasar hukum pelaksanaan kebijakan tertib administrasi kependudukan (pembuatan KTP), dukungan Pemerintah Pusat Pemerintah Pusat Republik Indonesia dalam penyediaan peralatan dan kelengkapan cetak e-KTP, komitmen Instansi Pelaksana, tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni serta pelaksanaan program nasional e-KTP secara bersamaan. Sedangkan penghambatnya yaitu masih kurang menyeluruhnya sosialisasi yang sampai pada masyarakat, fasilitas yang kurang memadai yaitu mesin pencetak dan terdapat keterlambatan blangko untuk pembuatan KTP, tidak stabilnya jaringan yang mengakibatkan jaringan error, adanya alat pendukung e-KTP yang rusak dan kesadaran masyarakat akan pentingnya e-KTP masih kurang.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang jumlah
penduduknya sangat besar. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil sensus
2010 mencapai angka 237.641.3261. Hal ini menempatkan Indonesia di
posisi negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia.
Sebagai negara kepulauan, penduduk Indonesia memiliki persebaran yang
tidak merata.
Jumlah penduduk yang besar memiliki andil dalam berbagai
permasalahan lingkungan dan aspek lainnya. Berbagai masalah yang
merupakan akibat dari persebaran penduduk yang tidak merata kerap kali
muncul dan mendesak pemerintah untuk dapat sesegera mungkin bertindak
untuk mengambil sebuah kebijakan. Perencanaan yang matang sangatlah
diperlukan guna penentuan kebijakan terkait dengan besarnya jumlah
penduduk Indonesia.2
Kebijakan tentang kependudukan terkait tujuan tercapainya tertib
administrasi kependudukan menjadi salah satu langkah pemerintah dalam
upaya mensejahterakan masyarakat. Tertib administrasi kependudukan dapat
1Badan Pusat Statistik, “Penduduk Indonesia menurut Provinsi 1971, 1980, 1990, 1995,
2000 dan 2010”, 9 Juli 2012, http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1267, diakses 28 April 2016 jam 08.13 WIB
2
Intansaf, Permasalahan Kependudukan di Indonesia, 26 September 2013,
2
terjadi apabila pemerintah dan masyarakat menyadari serta masing-masing
dari mereka melakukan tindakan. Pemerintah dalam menjalankan tertib
administrasi kependudukan tersebut berdasar dengan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.
Administrasi Kependudukan diarahkan untuk memenuhi hak asasi
setiap orang di bidang administrasi kependudukan tanpa diskriminasi melalui
pelayanan publik yang profesional. Pendaftaran penduduk dilakukan dengan
pencatatan biodata penduduk, pencatatan atas pelaporan peristiwa
kependudukan dan pendataan penduduk serta penerbitan dokumen
kependudukan.
Pendaftaran kependudukan sangat bermanfaat khususnya bagi
pemerintah mengingat hal tersebut sangat terkait dalam perumusan
kebijakan, perencanaan pembangunan, kebutuhan sektor pembangunan lain,
dalam penyelenggaraan pemilu dan pilkada, penyusunan perkembangan
kependudukan, penyusunan proyeksi pembangunan, verifikasi3 jati diri
penduduk dan dokumen kependudukan. Penduduk merupakan modal dasar
dalam pembangunan, jumlah penduduk yang besar merupakan potensi
pembangunan yang berarti suatu daerah memiliki Sumber Daya Manusia
yang cukup.
Dokumen kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan
oleh Instansi Pelaksana yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti
autentik yang dihasilkan dari pelayanan pendaftaran penduduk dan
3Verifikasi
pencatatan sipil.4 Pengelolaan pendaftaran penduduk merupakan tanggung
jawab pemerintah kota/kabupaten, dimana dalam pelaksanaannya diawali
dari desa/kelurahan selaku ujung tombak pendaftaran penduduk, hingga
setiap warga terdaftar secara administrasi sebagai warga negara Indonesia
dan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan. Dalam pelayanan tersebut perlu dilakukan
dengan benar dan cepat agar penduduk sebagai pelanggan merasa dapat
pelayanan yang memuaskan.
Penerapan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan memberi mandat kepada pemerintah Republik
Indonesia untuk memberikan Nomor Induk Kependudukan (NIK) pada setiap
penduduk paling lambat tahun 2011. Hal ini tercantum dalam Pasal 83
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan. Turunan peraturannya yaitu Peraturan Presiden Nomor 26
Tahun 2009 tentang Penerapan KTP Berbasis NIK secara Nasional
sebagaimana telah dibuah dengan Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2010.
Penerapan uji coba e-KTP dilaksanakan pada tahun 2009 di
beberapa kota di Indonesia yaitu Kota Padang, Kota Yogyakarta, Kota
Denpasar, Kota Makasar dan Kabupaten Cirebon.5 Pada bulan Februari tahun
2011 Pemerintah Republik Indonesia yang diwakili oleh Kementerian Dalam
Negeri Republik Indonesia secara resmi meluncurkan program e-KTP,
4
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang “Administrasi Kependudukan”, Bab I, Pasal 1.
5
4
dengan menerbitkan NIK serentak di 168 (seratus enam puluh delapan)
Pemerintah Daerah. Selanjutnya perluasan penerapan e-KTP akan
dilaksanakan pada tahun 2012 di 300 (tiga ratus ribu) lokasi Pemerintah
Daerah yang tersisa.6
Pembuatan e-KTP merupakan proyek nasional dengan biaya besar,
Rp. 6,6 Triliun adalah untuk tahap awal.7 e-KTP memerlukan komitmen
antar sektor, di tingkat Pusat (Departemen Dalam Negeri, Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional, BPPT, Kepolisian, Kementerian
Komunikasi dan Informasi, Imigrasi, dan lain-lain) dan di tingkat Daerah
(Bupati/Walikota, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Dinas Kominfo &
Telematika, Kesbanglinmas, Camat, RT/RW). Tidak hanya cukup dengan
pengadaan hardware8 dan software9, SDM sangat menentukan. Proses
pendataan manual dan “pembersihan data” sangat penting dan menentukan.
Perlu SDM dengan komitmen dan dedikasi yang tinggi. Pembuatan e-KTP
sangat strategis untuk sistem pelayanan publik yang integratif sebagai contoh
yaitu Daftar Pemilih Tetap (DPT) untuk Pemlihan Umum, paspor, jaminan
kesehatan, registrasi pemilikan tanah, dan sebagainya.
Banyak yang belum tahu tentang apa itu arti, makna, pengertian dari
e-KTP, serta tentang apa persyaratan bagaimana, kepada siapa, kemana,
diraba secara langsung atau yang berbentuk nyata, yang berfungsi untuk mendukung proses komputerisasi
9Software
dimana, berapa lama prosesnya, kapan selesainya dan berapa biaya yang
dibutuhkan untuk mengurus e-KTP. Adapun cara membuat e-KTP baru yaitu
dengan melengkapi syarat berkas dokumen yang dibutuhkan sebagai berikut
pengantar dari RT dan/atau RW, fotocopy Kartu Keluarga (KK),
menyerahkan KTP lama, sudah berusia 17 tahun, fotocopy Surat Nikah/Akta
Perkawinan bagi yang berusia kurang dari 17 tahun, fotocopy akte kelahiran,
bagi wajib KTP pemula yang belum pernah melakukan perekaman data,
pemohon datang sendiri (tidak boleh diwakilkan) ke Tempat Perekaman Data
Kependudukan (TPDK) di Kecamatan atau Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil (Disdukcapil) setempat untuk melakukan rekam data dan
atau foto, bagi orang asing tinggal tetap melampirkan fotocopy dokumen
imigrasi (Paspor, Kartu Ijin Tinggal Tetap (KITAP), Surat Keterangan
Tempat Tinggal (SKTT), Buku Pengawasan Orang Asing), dan bagi WNI
yang baru datang dari luar negeri wajib melampirkan Surat Keterangan
Datang dari Luar Negeri (SKDLN).
Apabila telah memiliki e-KTP namun kondisi hilang atau rusak
maka syarat berkas dokumen yang dibutuhkan, proses dan cara mengurus
e-KTP yang hilang atau rusak tersebut yaitu sebagai berikut : pengantar dari
RT dan/atau RW, fotocopy Kartu Keluarga (KK), bagi pemohon yang
kehilangan KTP yang rusak, menyerahkan bukti KTP lama yang rusak,
melakukan perekaman data, pemohon datang sendiri (tidak boleh
mewakilkan) ke Tempat Perekaman Data Kependudukan (TPDK) di
6
untuk melakukan rekam data dan atau foto.
Keberhasilan pemanfaatan e-KTP tergantung pada transparansi
rekam jejak pribadi (lahir-mati, catatan kriminal), kewajiban pada negara
(pajak), perolehan hak warga (jaminan sosial, pensiun, dan seterusnya),
layanan publik (pendidikan, kesehatan, perijinan). Salah satu masalah pada
implementasi penerapan e-KTP yaitu .pembuatan biometri dan foto digital di
darah terpencil yang perlu biaya transport sangat mahal.10
Belum semua warga Bantul telah memiliki Kartu Tanda Penduduk
(KTP), karenanya Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil)
Kabupaten Bantul menargetkan pembuatan KTP elektronik pada warga
difabel, lansia, cacat mental dan warga rentan administrasi kependudukan.11
Sejak bulan Maret telah dilakukan pendataan untuk penduduk difabel, lansia
dan cacat mental memang kerap kesulitan dalam pembuatan KTP. Untuk
perekaman KTP bagi warga lansia, difabel, atau cacat mental dibantu
personil Disdukcapil yang langsung turun ke lapangan, sehingga kelompok
masyarakat yang memiliki hambatan aksebilitas tetap memiliki KTP. Selain
itu, kelompok warga yang dikejar pembuatan KTP-nya adalah mereka yang
rentan dalam hal administrasi kependudukan. Pendataan warga rentan
adminsitrasi kependudukan ditargetkan di kecamatan-kecamatan perbatasan
dengan Kota Yogyakarta dan Sleman serta Kretek dimana mobilitas
Pada implementasinya pada awal tahun 2015 didapati Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kabupaten Bantul
mengalami kekurangan puluhan ribu blangko KTP Elektronik (e-KTP).
Jumlah blangko e-KTP dari pemerintah pusat tidak sebanding dengan jumlah
e-KTP yang harus dicetak. akibatnya, puluhan ribu warga Bantul belum
memiliki e-KTP. Jatah tiap tahunnya ditentukan oleh pusat dan daerah tidak
bisa berbuat banyak mengenai hal tersebut. Perangkat alat cetak dan perekam
yang ada di Kabupaten Bantul tersedia dua buah. Setiap jam mesin hanya
bisa memproduksi pencetakan 15 (lima belas) KTP.
Disamping belum sempurnanya implementasi program e-KTP, sisi
manfaat dari e-KTP menurut Kepala Bidang Kependudukan Disdukcapil
Kabupaten Bantul, dengan adanya program e-KTP ternyata cukup efektif
dalam merapikan administrasi kependudukan di Bantul. Melalui perekaman
e-KTP yang secara terintegrasi, didadati jumlah penduduk Kabupaten Bantul
pada awal 2015 mengalami menurunan dibanding tahun sebelumnya serta
dengan adanya program e-KTP dapat diperoleh fakta adanya KTP double.12
Berdasarkan uraian di atas maka penulis bermaksud menyusun
Proposal penelitian ini dengan judul “IMPLEMENTASI PENDAFTARAN
PENDUDUK SEBAGAI WUJUD TERTIB ADMINISTRASI DITINJAU
DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (STUDI PEMERINTAH
DAERAH KABUPATEN BANTUL)”.
12
Sindonews, Bantul Kekurangan Puluhan Ribu Blangko e-KTP,
8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang dijelasakan sebelumnya,
maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah :
1. Bagaimana implementasi pelayanan publik bidang administrasi
kependudukan (pembuatan KTP) di Pemerintah Kabupaten Bantul?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi implementasi dan penghambat
pelayanan publik bidang administrasi kependudukan (pembuatan KTP) di
Pemerintah Kabupaten Bantul ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui implementasi pelayanan publik bidang administrasi
kependudukan (pembuatan KTP) di Pemerintah Kabupaten Bantul.
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi implementasi dan
penghambat pelayanan publik bidang administrasi kependudukan
(pembuatan KTP) di Pemerintah Kabupaten Bantul.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penulis berharap penelitian dapat memberikan sumbangan
pemikiran dan landasan teoritis bagi perkembangan ilmu hukum pada
umumnya dan dapat memberikan informasi mengenai proses
Hukum Administrasi Negara di Kabupaten Bantul, serta dapat menjadi
tambahan literatur atau bahan informasi ilmiah yang dapat digunakan
untuk melakukan penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan
pendidikan program Strata I (S1) pada Program Studi Ilmu Hukum
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
b. Memberikan informasi sekaligus masukan atau jalan keluar
mengenai proses pendaftaran penduduk sebagai upaya tertib
administrasi ditinjau dari Hukum Administrasi Negara di Kabupaten
Bantul.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi para praktisi.
d. Menambah wawasan bagi penulis dan pembaca termasuk bagi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Kebijakan Publik
Kebijakan publik berasal dari kata kebijakan dan publik.
Menurut M. Irfan Islamy, kebijakan publik (public policy) adalah
“Serangkaian tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan atau tidak
dilaksanakan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan atau berorientasi
pada tujuan tertentu demi kepentingan seluruh masyarakat”.13
Pembuatan kebijakan merupakan suatu tindakan yang ditetapkan dan
dilaksanakan oleh pemerintah dan berorientasi pada upaya pencapaian
tujuan demi kepentingan masyarakat.
Implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting dari
keseluruhan proses kebijakan. Van Meter dan Van Horn14 merumuskan
proses implementasi sebagai : “those actions by public or private
individuals (or groups) that are directed at the achievement of objectives
set forth in prior policy decisions” (tindakan-tindakan yang dilakukan
baik oleh individu-individu, pejabat-pejabat, atau kelompok-kelompok
pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan
13
Islamy, M. Irfan, 1997, Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara, Jakarta: Sinar Grafika, hlm.20.
14
Wahab, Solichin Abdul. 1997. Analisis Kebijaksanaan; Dari Formulasi ke
yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan).15
Dalam proses implementasi kebijakan sering terdapat
permsalahan yang menunjukan ketidakefektifan kebijakan yang telah
ditempuh. Gejala tersebut dinamakan sebgai implementation gap, yakni :
“Suatu keadaan dimana dalam proses kebijakan selalu akan terbuka
kemungkinan terjadinya perbedaan antara apa yang diharapkan
(direncanakan) oleh pembuat kebijakan dengan apa yang senyatanya
dicapai (sebagai hasil atau prestasi dari pelaksanaan kebijakan).”
Implementasi suatu kebijakan dapat dianaslisis dengan menggunakan
beberapa model implementasi kebijakan. Salah satu model implementasi
kebijakan adalah model yang dikembangkan oleh Van Meter dan Van
Horn, yang disebut sebagai a model of the policy implementation process
(model proses implementasi kebijakan).16 Model ini mencoba
menghubungkan antara isu kebijakan dengan implementasi dan suatu
model konseptual yang mempertalikan kebijakan dengan prestasi kerja.
Antara kebijakan dengan prestasi kerja dipisahkan oleh sejumlah
variabel bebas yang salin berkaitan. Variabel bebas itu antaranya adalah
ukuran dan tujuan kebijakan, sumber-sumber kebijakan, ciri-ciri atau
sifat badan/instansi pelaksana, komunikasi antar organisasi terkait dan
kegiatan-kegiatan pelaksanaan, sikat para pelaksana dan lingkungan
15
Wahab, Solichin Abdul, 2001, Analisis Kebijaksanaan: dari Formulasi ke Implemetasi
Kebijakansanaan Negara, Jakarta: Bumi Aksara, hlm. 65
16
Kertya Witaradya, Implemetasi Kebijakan Publik Model Van Meter Van Horn : The
Policy Implementation Process, 13 April 2010,
12
ekonomi, politik dan sosial.17
Dalam proses implementasi sebuah kebijakan, terdapat berbagai
faktor-fakator yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan
implementasi sebuah kebijakan. Faktor-faktor tersebut antara lain :
a. Isi atau content kebijakan
b. Implementator dan kelompok target
c. Lingkungan
2. Pelayanan Publik
Pelayanan publik pada hakekatnya adalah pemberian pelayanan
prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban
aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat. Pelayanan merupakan
serangkaian kegiatan, karena itu pelayanan juga merupakan suatu proses.
Sebagai proses, pelayanan berlangsung secara rutin dan
berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan orang dalam
masyarakat.
Menurut pandangan Groonroos tentang pengertian dari
pelayanan bahwa “Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian
aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi
sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau
hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang
dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen/pelanggan”.18
17Ibid. 18
Pelayanan publik sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
bahwa “Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik”.
Dalam pemberian pelayanan kepada publik, harus dilakukan
sesuai dengan standar pelayanan dengan memperhatikan kebutuhan dari
masyarakat. Adapun komponen standar pelayanan sebagaimana
dijelaskan dalam Pasal 21 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik bahwa “Komponen standar
pelayanan sekurang-kurangnya meliputi :
a. Dasar hukum
b. Persyaratan
c. Sistem, mekanisme, dan prosedur
d. Jangka waktu penyelesaian
e. Biaya/tarif
f. Produk pelayanan
g. Sarana, prasarana, dan/atau fasilitas
h. Kompetensi pelaksana
i. Pengawasan internal
14
k. Jumlah pelaksana
l. Jaminan pelayanan yang memberikan kepastian pelayanan
dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan
m. Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan dalam bentuk
komitmen untuk memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, dan
risiko keragu-raguan
n. Evaluasi kinerja pelaksana”
Pada prinsipnya bahwa pelayanan yang baik yang dilakukan
oleh pemerintah harus memuat beberapa aspek, antara lain :
1. Keterbukaan, yaitu adanya informasi pelayanan yang berupa loket
informasi yang dimilikinya dan terpampang dengan jelas.
2. Kesederhanaan yaitu mencakup prosedur pelayanan dan persyaratan
pelayanan.
3. Kepastian yaitu mencakup prosedur pelayanan dan persyaratan
pelayanan.
4. Keadilan yaitu memberi perhatian yang sama terhadap pelanggan
tanpa adanya diskriminasi yang dapat dilihat dari materi atau
kedekatan seseorang.
5. Keamanan dan kenyamanan hasil produk pelayanan memenuhi
kualitas teknis dan dilengkapi dengan jaminan pelayanan secara
administrasi.
6. Perilaku petugas pelayanan menyenangkan pelanggan, yaitu harus
mempersulit pelanggan untuk mencari keuntungan pribadi.
Dasar hukum pelayanan publik untuk masyarakat umum
menjadi tugas dan kewajiban pemerintah untuk melaksanakannya,
dimana telah ditegaskan dalam :
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik.
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik.
c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
e. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
f. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah.
3. Penduduk
Penduduk adalah orang-orang yang mendiami suatu tempat atau
wilayah tertentu dalam melangsungkan kehidupannya. Jadi penduduk
terdiri dari Warga Negara Indonesia asli dan orang asing, tetapi
sebaliknya Warga Negara Indonesia dapat juga bukan penduduk
Indonesia, misalnya Warga Negara Indonesia ada di luar negeri.
16
masyarakat, dan warga negara yang mendiami suatu wilayah yang
dibatasi oleh suatu wilayah negara pada ketentuan waktu tertentu.
Tercantum dalam Pasal 26 Ayat (2) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Pasal 1 Ayat (2)
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
bahwa “Penduduk ialah Warga Negara Indonesia dan orang asing yang
bertempat tinggal di Indonesia”.
Menurut Pasal 1 Ayat (1) Permendagri Nomor 28 Tahun 2005
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil di Daerah juga menjelaskan bahwa “Penduduk adalah
Warga Negara Indonesia dan orang asing yang masuk secara sah serta
bertempat tinggal di wilayah Indonesia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan”.
Penduduk terdiri dari warga negara yang mendiami dan menetap
pada suatu wilayah dalam waktu tertentu dengan ketentuan yang diatur
dalam Undang-Undang dan peraturan lainnya yang mengatur tentang
penduduk. Penduduk itu tidak mesti Warga Negara Indoensia asli, namun
orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia juga merupakan
penduduk. Penduduk yang berkewarganegaraan Indoensia kemudian
berpergian ke luar negeri secara otomatis tidak disebut lagi sebgai
penduduk Indonesia.
Dalam Pasal 1 Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 10
Nomor 26 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Administrasi
Kependudukan menjelaskan bahwa “Penduduk adalah Warga Negara
Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia”.
Setiap penduduk mempunyai hak dan kewajiban dalam kaitan
dengan administrasi kependudukan. Setiap penduduk dapat melakukan
semua yang menjadi keinginannya yang telah ditentukan dengan
Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah maupun Peraturan Daerah
tempat domisili.
Hak dan kewajiban penduduk menurut Pasal 2 Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan yakni :
a. Hak untuk memperoleh dokumen kependudukan.
Setiap penduduk berhak mendapatkan dokumen kependudukannya
sebagai penduduk dimana ia berdomisili. Dalam dokumen
kependudukan tersebut yang tersirat di dalamnya adalah data
tentang keadaan dan peristiwa kependudukan yang bersangkutan.
Dokumen kependudukan itu dipertanggungjawabkan di depan
hukum.
b. Hak untuk memperoleh pelayanan yang sama dalam pendaftaran
administrasi kependudukan.
Penduduk mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan tanpa
diskriminasi oleh pemberi pelayanan dalam hal pendaftaran
administrasi kependudukan.
18
Data kependudukan yang telah terdaftar dalam dokumen
kependudukan harus dilindungi oleh negara agar tidak
disalahgunakan oleh orang lain yang tidak bertanggungjawab
terhadap data pribadi kependudukan tersebut.
d. Hak untuk memperoleh kepastian hukum atas kepemilikan
dokumen.
Dokumen kependudukan yang dimiliki oleh penduduk yang
bersangkutan harus ada jaminan kepastian hukumnya oleh negara.
e. Hak untuk memperoleh informasi-informasi mengenai hasil
pendaftaran peristiwa kependudukannya atas dirinya dan/atau
keluarganya.
Dalam data kependudukan yang telah terdaftar, penduduk yang telah
mendaftarkan peristiwa kependudukannya berhak untuk mengetahui
hasil pendaftaran yang telah dilakukan.
f. Hak untuk memperoleh ganti rugi dan pemulihan nama baik sebagai
akibat kesalahan dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil
serta penyalahgunaan data pribadi oleh instansi pelaksana.
g. Berkewajiban melaporkan peristiwa kependudukan dan peristiwa
penting yang dialaminya kepada pelaksana administrasi
kepndudukan.
h. Setiap penduduk yang berdomisili dalam suatu wilayah wajib
melaporkan kepada instansi pelaksana administrasi kependudukan
dari dokumen kpendudukan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Dokumen kependudukan tersebut akan menjadi datqa
kependudukan yang dijamin kepastian hukumnya oleh negara.
Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 26 Tahun
2008 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul
Nomor 10 Tahun 2014, menjelaskan hak dan kewajiban penduduk
sebagai berikut :
a. Setiap penduduk mempunyai hak untuk memperoleh :
1) Dokumen kependudukan
2) Pelayanan yang sama dalam pendaftaran penduduk dan
pencatatan sipil
3) Perlindungan atas data pribadi
4) Kepastian hukum atas kepemilikan dokumen
5) Informasi mengenai data hasil pendaftaran penduduk dan
pencatatan sipil atas sirinya dan/atau keluarganya
6) Ganti rugi dan pemulihan nama baik sebagai akibat kesalahan
dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil serta
penyalahgunaan data pribadi oleh instansi pelaksana
b. Warga Negara Indonesia yang berada di luar wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia wajib melaporkan peristiwa
kependudukan dan peristiwa penting yang dialaminya kepada
20
Perwakilan Republik Indonesia dengan memenuhi persyaratan yang
diperlukan dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.
c. Setiap pendudk wajib melaporkan peristiwa penting dan peristiwa
kependudukan yagn dialaminya kepada instansi pelaksana dengan
memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam pendaftaran
penduduk dan pencatatan sipil.
4. Administrasi Kependudukan
Administrasi adalah usaha dan kegiatan yang meliputi :
a. Tujuan serta penetapan cara-cara penyelenggaraan pembinaan
organisasi.
b. Usaha dan kegiatan yang berkaitan dengan kebijaksanaan untuk
mencapai tujuan.
c. Kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan pemerintah.
d. Kegiatan kantor dan tata usaha.
Kependudukan adalah hal-hal atau sifat-sifat sebagai penduduk
dan urusan mengenai penduduk. Menurut Pasal 1 Ayat (1)
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
menjelaskan bahwa “Administrasi kependudukan adalah rangkaian
kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dalam dokumen dan
data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil,
pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta pendayagunaan
hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain”.
sipil dan pendaftaran penduduk. Pencatatan sipil berupa pencatatan
kelahiran, lahir-mati, perkawinan, pembatalan perkawinan, perceraian,
pembatalan perceraian, kematian, pengangkatan pengesahan dan
pengakuan anak, perubahan nama dan perubahan status
kewarganegaraan, peristiwa penting dan pelaporan penduduk yang tidak
bisa melapor sendiri.19
Pelayanan publik di bidang administrasi kependudukan
merupakan salah satu tugas pelayanan publik yang dilaksanakan oleh
pemerintah dalam rangka melayani masyarakat umum, yang meliputi
tugas dan fungsi, mendaftarkan dan menerbitkan KTP, Kartu Keluarga
serta berbagai Akta Catatan sipil maupun Pencatatan Mutasi dan
Pengelola Data Penduduk.
Penyelenggaraan administrasi kependudukan bertujuan untuk :
1. Memberikan keabsahan identitas dan kepastian hukum atas dokumen
penduduk untuk setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa
penting yang dialami penduduk.
2. Memberikan perlindungan status hak sipil penduduk.
3. Mewujudkan tertib administrasi kependudukan secara nasional dan
terpadu.
4. Menyediakan data penduduk yang menjadi rujukan dasar bagi sektor
terkait dalam penyelenggaraan setiap kegiatan pemerintahan,
pembangunan, dan kemasyarakatan.
19
Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Tertib Administrasi
Kependudukan, http://www.dukcapil.kemendagri.go.id/, diakses pada tanggal 19 April 2016
22
Dasar hukum pelayanan publik administrasi kependudukan
pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) di Kabupaten Bantul yaitu :
a. Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 10 Tahun
2014.
b. Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 07 Tahun 2009 tentang
Retribusi Pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil di
Kabupaten Bantul.
5. Kartu Tanda Penduduk (KTP)
KTP merupakan kartu bukti identitas diri bagi setiap penduduk
yang berdomisili dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Identitas merupakan suatu hal yang sangat penting yang melekat pada
diri seseorang. KTP merupakan bukti identitas legal dari seseorang yang
dikeluarkan oleh pemerintah. Jadi, pemerintah mengakui keberadaan dan
kewarganegaraan melalui KTP ini. KTP berisi informasi mengenai sang
pemilik kartu, termasuk nama lengkap, Nomor Induk Kependudukan
(NIK), alamat, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status
perkawinan, agama, golongan darah, pekerjaan, kewarganegaraan, foto,
tanda tangan atau cap jempol.
Siapapun yang memiliki KTP wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia akan dianggap sebagai Penduduk Indonesia dan
bukti identitas diri seseorang. Seseorang dinyatakan ada jika memiliki
KTP. Hal yang membedakan satu orang dengan yang lain adalah
informasi yang ada pada dirinya. KTP juga menyimpan informasi diri
seseorang dan informasi diri itu dianggap sebagai informasi yang legal
dan benar.
Dalam Pasal 1 Ayat (14) Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2006 tentang Administrasi Kependudukan menjelaskan bahwa “Kartu
Tanda Penduduk selanjutnya disingkat KTP, adalah identitas resmi
penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh instasi pelaksana yang
berlaku diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
KTP hanya dapat diperoleh setelah seseorang berusia 17 tahun
atau sudah menikah (Pasal 63 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2006 tentang Administrasi Kependudukan). Jadi, apabila pemohon KTP
belum berumur 17 tahun tapi sudah menikah, berhak untuk mendapatkan
KTP tersebut. KTP berlaku selama 5 (lima) tahun dan tanggal
berakhirnya disesuaikan dengan tanggal dan bulan kelahiran yang
bersangkutan. Khusus warga yang telah berusia 60 (enam puluh) tahun
keatas, mendapatkan KTP seumur hidup yang tidak perlu diperpanjang
setiap lima tahun sekali.
Persyaratan penerbitan KTP baru yaitu :
1. Telah berusia 17 tahun atau dibawah 17 tahun tetapi sudah kawin
atau pernah kawin.
24
3. Foto copy akte kelahiran
4. Foto copy akte nikah / kutipan perkawinan bagi yang berusia
dibawah 17 tahun.
5. Foto copy kartu keluarga
6. Bagi penduduk yang mengajukan perubahan data melampirkan foto
copy surat bukti / keterangan atas peristiwa kependudukan yang
dialami.
Persyaratan penerbitan KTP karena hilang atau rusak yaitu :
1. Surat keterangan hilang dari kepolisian
2. KTP yang rusak
3. Foto copy KK
Persyaratan penerbitan KTP karena pindah datang yaitu :
1. Surat keterangan pindah dari daerah asal
2. Surat keterangan pindah datang yang diterbitkan oleh Dinas
3. Surat keterangan datang dari luar negeri bagi Warga Negara
Indonesia diterbitkan oleh Dinas.
Persyaratan penerbitan KTP perpanjang yaitu :
1. Surat pengantar RT/RW
2. KTP lama ditarik di TPDK Dinas
3. Foto copy KK
Untuk kehilangan KTP harus mengurus kembali KTP yang baru
di Kantor Kecamatan setempat. Namun sebelum mengurus kembali KTP
di Kantor Polisi. Surat keterangan hilang tersebut kemudian dilampirkan
dalam berkas untuk pengurusan KTP yang baru tersebut.
Dasar Hukum Pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) diatur
dan ditetapkan berdasarkan :
a. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
b. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 102 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan.
c. Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan
Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
d. Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penerapan KTP
Berbasis NIK secara Nasional sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2010.
e. Permendagri Nomor 28 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dan Catatan Sipil di
26
6. Instansi yang Berwewenang
Pemerintah sebagai pelaksana negara memberikan pelayanan
kepada warga negaranya dalam hal pelayanan administrasi
kependudukan. Mengingat fungsi utama dari pemerintah yaitu fungsi
pelayanan terhadap masyarakat. Pelayanan untuk warga negara oleh
pemerintah sebgai pelaksana negara harus dengan perlakuan yang sama
tampa membeda-bedakan dari suku, ras dan ataupun perbedaan lainnya.
Penyelenggara administrasi kependudukan di daerah adalah
Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah
mempunyai tanggung jawab melakukan koordinasi penyelenggaraan
administrasi kependudukan, pembentukan instansi pelaksana yang
bertugas melaksanakan administrasi kependudukan berdasarkan
peraturan perundang-undangan, pembinaan dan sosialisasi
penyelenggaraan administrasi kependudukan, pelaksanaan kegiatan
pelayanan masyarakat di bidang administrasi kependudukan, penugasan
kepada Kecamatan dan Desa untuk menyelenggarakan sebagian urusan
administrasi kependudukan berdasarkan asas tugas pembantuan,
pengelolaan dan penyajian data kependudukan berskala daerah dan
melakukan koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan administrasi
kependudukan.
Sebagaimana telah diatur dalam Pasal 69 Ayat (1a)
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
diberi kewenangan, sesuai dengan tanggungjawabnya yakni paling
lambat 14 (empat belas) hari. Instansi pelaksana atau pejabat yang
berwenang tersebut tidak boleh melakukan tindakan yang dapat
memperlambat pengurusan dokumen kependudukan lewat dari batas
waktu yang telah ditentukan. Pejabat berwenang harus mendapatkan data
mengenai peristiwa penting yang dialami penduduk sebagai informasi
dokumen kependudukan sebelum menerbitkan dokumen kependudukan
tersebut, dalam hal ini KTP.
Instansi Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul yang ditugaskan
untuk melaksanakan pelayanan publik di bidang administrasi
kependudukan (pembuatan Kartu Tanda Penduduk) yaitu Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bantul berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Organisasi Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian Hukum yang telah ada dewasa ini secara umum
lebih mengenal metode penelitian atas dua kategori metode penelitian hukum
Normatif Empiris (Sosio Juridis) dan metode penelitian hukum Normatif.20
Metode Penelitian Sosio Juridis secara umum berupaya untuk melihat
bagaimana penerapan sebuah aturan hukum seperti peraturan perundangan
berlaku di masyarakat, sedangkan dalam penelitian hukum normatif seorang
peneliti lebih menekankan pada penelitian atas substansi hukum tersebut.
Kedua penelitian tersebut penelitian tersebut berkutat pada wujud
kenyataan hukum. Keduanya dipengaruhi oleh alam filsafat empirisme yaitu
sesuatu yang benar adalah sesuatu yang berwujud nyata. Pada model hukum
empiris maka hukum dikatakan berwujud ada dilihat dari pelaksanaannya
bahwa memang hukum itu benar nyata ada dibuktikan dengan kepatuhan
masyarakat atas hukum. Pada penelitian normatif, hukum dikatakan nyata
ada adalah dengan dibuktikan adanya undang-undang, putusan hakim, dan
sebagainya.
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti
kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional,
20
empiris dan sistematis. Penelitian lapangan ini pada hakekatnya merupakan
metode untuk menemukan secara spektif realis tentang apa yang sedang
terjadi pada suatu saat di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Jadi mengadakan penelitian lapangan mengenai beberapa masalah
aktual yang kini sedang terjadi dan mengekspresikan diri dalam bentuk
gejala dan proses sosial. Pada prinsipnya penelitian lapangan bertujuan untuk
memecahkan masalah-masalah praktis dalam masyarakat.21 Setiap penelitian
dilakukan untuk mencari kepastian dan kebenaran dari suatu masalah
sekaligus mencari jalan pemecahannya, sehingga dapat dibuat suatu
kesimpulan yang benar dan dapat dipercaya.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian normatif, yakni
titik tolak penelitian yang difokuskan untuk mengkaji kaidah atau norma
dalam hukum positif. Hal ini sesuai sebagaimana pendapat dari Johny
Ibrahim :
“Sebagai konsekuensi pemilihan topik permasalahan yang akan dikaji dalam
penelitian yang objeknya adalah permasalahan hukum (sedangkan hukum
adalah kaidah atau norma yang ada dalam masyarakat), maka tipe penelitian
yang digunakan adalah penelitian yuridis normatif, yakni penelitian yang
difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah maupun norma dalam hukum
positif.”
Dalam melakukan penelitian normatif ada beberapa metode
pendekatan yang dapat digunakan yakni :
21
30
a) Pendekatan konseptual (conceptual approach)
b) Pendekatan perundang-undangan (normative approach)
c) Pendekatan sejarah (historical approach)
d) Pendekatan perbandingan (comparative approach)
e) Pendekatan kasus hukum (law case approach)
Dalam metode ini, penelitian dilakukan dalam situasi alamiah akan
tetapi didahului oleh semacam intervensi (campur tangan) dari pihak peneliti.
Intervensi ini dimaksudkan agar fenomena yang dikehendaki oleh peneliti
dapat segera tampak dan diamati. Dengan demikian terjadi semacam kendali
atau kontrol parsial terhadap situasi di lapangan.22 Penelitian ini bersifat
deskriptif analitis bertujuan untuk menjelaskan secara komprehensif dan
sistematik tentang Implementasi Pendaftaran Penduduk sebagai Upaya Tertib
Administrasi ditinjau dari Hukum Administrasi Negara Sedangkan analitis
bertujuan untuk mengelompokan, menggambarkan dan membandingkan
antara teori pemerintahan yang baik secara eksplisitnya yaitu peraturan
daerah tersebut dengan proses yang terjadi di lapangan.
B. Jenis Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dengan penelitian lapangan (Field Reserch) melalui
wawancara dengan responden. Data sekunder dalam penelitian ini adalah
data yang diperoleh dengan cara penelaahan terhadap berbagai literatur atau
22
bahan pustaka yang berkaitan dengan masalah atau materi penelitian yaitu
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.
Adapun data yang yang diperlukan dalam penyusunan penulisan
hukum lebih lanjut yaitu :
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari informan
dengan cara wawancara bebas terpimpin, yaitu dengan terlebih dahulu
mempersiapkan pokok-pokok pertanyaan (guide interview) sebagai
pedoman dan variasi-variasi dengan situasi ketika wawancara. Dalam
hal ini penulis melakukan wawancara kepada bagian Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bantul.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan
guna mendapatkan landasan teoritis terhadap pelaksanaan administrasi
publik. Disamping itu tidak menutup kemungkinan diperoleh bahan
hukum lain, dimana pengumpulan bahan hukumnya dilakukan dengan
cara membaca, mempelajari, serta menelah data yang terdapat dalam
buku, literatur, tulisan-tulisan ilmiah, dokumen-dokumen hukum dan
peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan objek
penelitian.
Bahan-bahan hukum tersebut berupa :
1) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang mengikat yang
32
a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan.
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun
2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang 23 Tahun 2006
tentang Administrasi Kependudukan .
c. Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan
dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
d. Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penerapan
KTP Berbasis NIK secara Nasional sebagaimana telah empat
kali diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2013.
e. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2005 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dan Catatan
Sipil di Daerah.
f. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.19 Tahun 2010 tentang
Formulir dan Buku yang digunakan dalam Pendaftaran
Penduduk dan Pencatatan Sipil.
g. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2011 tentang
Pedoman Penerbitan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor
Induk Kependudukan Secara Nasional sebagaimana telah dua
Tahun 2016.
2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberi
penjelasan terhadap bahan hukum primer antara lain buku, tulisan
ilmiah, hasil penelitian ilmiah, laporan makalah lain yang berkaitan
dengan materi penelitian.
C. Metode Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data merupakan cara yang dipakai untuk
mengumpulkan informasi atau fakta-fakta di lapangan, dalam pengumpulan
data penelitian ini dialkukan berbagi metode yaitu :
a. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi secara lisan
tentang Implementasi Pendaftaran Penduduk sebagai Upaya Tertib
Administrasi ditinjau dari Hukum Administrasi Negara oleh Pemerintah
Daerah Kabupaten Bantul, serta penulis berharap dapat memperoleh
informasi lebih lanjut tentang permasalahan yang timbul dalam
pelaksanaan kebijakan tersebut.
b. Studi Pustaka
Penyusunan mengumpulkan berbagai literatur baik itu berupa
buku, peraturan Perundang-Undangan maupun karya ilmiah yang
berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti oleh penulis.
Literatur yang diperoleh digunakan untuk mendukung data primer hasil
34
D. Lokasi Penelitian
Implementasi program e-KTP secara nasional sudah diluncurkan
sejak tahun 2009 dengan menjadikan 6 (enam) kabupaten/kota sebagai pilot
project e-KTP. Ke-enam Kabupaten/Kota tersebut adalah Padang, Makasar,
Yogyakarta, Denpasar, Cirebon dan Bali, untuk Kabupaten ditunjuk
Kecamatan Kasihan.
Dalam penelitian ini penulis memilih Kecamatan Kasihan
Kabupaten Bantul sebagai tempat lokasi penelitian karena Kabupaten Bantul
merupakan salah satu kabupaten dari 5 (lima) kabupaten/kota dalam wilayah
Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di ujung selatan, khususnya
Kecamatan Kasihan yang terletak di perbatasan Kabupaten Bantul dan
Kabupaten Sleman. Selain itu Kabupaten Bantul merupakan tempat dengan
jumlah penduduk terbanyak di Yogyakarta dengan jumlah 1.015.465 jiwa
dengan kepadatan 2.012,93 jiwa/km2 pada Tahun 2009 dan Kasihan
merupakan Kecamatan yang telah membuka pelayanan (khusunya dalam
memberi pelayanan e-KTP) sampai malam dari 17 kecamatan salah satunya
kecamatan yang juga memberikan pelayanan yaitu Kecamatan Banguntapan.
Bantul juga melaksanakan kerja sama dengan rumah sakit umum
dan rumah bersalin untuk proses pendaftaran kelahiran yang dilakukan
secara online dan telah dikoneksikan ke Disdukcapil. Di Bantul juga ada
pelayanan kepada masyarakat pada Sabtu dengan jam kerja dari 07.30-11.00
WIB dan dilakukan secara bergiliran. Selain itu, Bantul telah melakukan
BPJS. Disdukcapil Bantul pernah mendapat penghargaan dari Kemendagri
pada 2012 karena mampu menyelesaikan proses perekaman E-KTP sampai
100 persen dan pelayanan masyarakat dilakukan sampai hari Sabtu.23
E. Responden Penelitian
Teknik pengambilan sample menggunakan teknik purposive
sampling. Pengertian purposive sampling menurut Sugiyono 2010 adalah
teknik untuk menentukan sampel penelitian dengan beberapa pertimbangan
tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih
reprensentatif.
Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dilakukan
dengan cara mengambil subyek bukan didasarkan atas strata, random atau
daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.24 Syarat – syarat yang
harus dipenuhi dalam menentukan sampel dalam peneltiian ini dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Responden merupakan aparatur Pemerintah Daerah yang memiliki
wewenang dalam menerbitkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebagai
wujud tertib administrasi.
b. Responden terlibat dalam proses pendaftaran penduduk di Kabupaten
Bantul.
23
Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Belajar Pelayanan Digital ke
Bantul dan Solo,
http://www.dukcapil.kemendagri.go.id/detail/belajar-pelayanan-digital-ke-bantul-dan-solo diakses pada tanggal 10 Juni 2016 pukul 14.43 WIB.
24
36
Selanjutnya, narasumber yang akan diwawancarai dalam penelitian ini
adalah :
a. Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bantul
b. Camat Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul
F. Analisis Data
Analisis data adalah proses penghimpunan atau pengumpulan dan
transformasi data dengan tujuan untuk menyoroti dan memperoleh mendung
pembuatan keputusan.25 Teknik analisis data adalah proses pengumpulan data
secara sistematis untuk mempermudah peneliti dalam memperoleh
kesimpulan. Analisis data merupakan proses mencari dan myusun secara
sistematik data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain. Analisis data kualitatif bersifat induktif,
yaitu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan
pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis.26
Secara umum, analisa dimaksudkan untuk memberikan penjelsan
dan menginterpretasikan secara rasional sistematis menuju cara berfikir yang
deduktif-induktif yang sesuai denga kaidah dalam penulisan karya ilmiah.
Tujuan utama dari analisis data adalah utnuk meringkaskan data dalam
bentuk yang mudah dipahami dan mudah ditafsirkan, sehingga hubungan
25
Restu KartikoWidi, 2010, Asas Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Graha Ilmu, hlm. 253.
26
antara problem penelitian dapat dipelajari dan diuji.27 Data yang diperoleh
dari penelitian di lapangan dan data yang diperoleh dari kepustakaan
selanjutnya di analis secara kualitatif yaitu suatu cara analisis hasil penelitian
yang menghasilkan data diskriptif analitik, yaitu data yang dinyatakan oleh
responden secara tertulis atau atau lisan serta juga tingkah laku yang nyata,
yang diteliti dan dipelajari sebgai sesuatu yang utuh dengan
perundang-undangan, teori-teori, maupun pendapat ahli yang berhubungan sehingga
dapat ditarik kesimpulan yang memadai sebagai karya ilmiah.28
27
Rusdi Pohan, 2007, Metode Penelitian Pendidikan, Yogyakarta: Lanarka, hlm 77.
28
Mukti Fajara, Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif &
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Profil Kabupaten Bantul 1. Keadaan Alam
Kabupaten Bantul terletak di sebelah Selatan Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta, berbatasan dengan :
a. Sebelah Utara : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman
b. Sebelah Selatan : Samudera Indonesia
c. Sebelah Timur : Kabupaten Gunung Kidul
d. Sebelah Barat : Kabupaten Kulon Progo
Kabupaten Bantul terletak antara 07° 44' 04" - 08° 00' 27" Lintang Selatan
dan 110° 12' 34" - 110° 31' 08" Bujur Timur.
Luas wilayah Kabupaten Bantul 506,85 Km2 (15,90 5 dari luas wilayah
Propinsi DIY) dengan topografi sebagai dataran rendah 140% dan lebih
dari separonya (60%) daerah perbukitan yang kurang subur, secara garis
besar terdiri dari :
a. Bagian Barat, adalah daerah landai yang kurang serta perbukitan yang membujur dari utara ke selatan seluas 89,86 km2 (17,73 % dari
seluruh wilayah).
b. Bagian Tengah, adalah daerah datar dan landai merupakan daerah
pertanian yang subur seluas 210.94 km2 (41,62 %).
keadaannya masih lebih baik dari daerah bagian Barat, seluas 206,05
km2 (40,65%).
d. Bagian Selatan, adalah sebenarnya merupakan bagian dari daerah
bagian Tengah dengan keadaan alamnya yang berpasir dan sedikir
berlagun, terbentang di Pantai Selatan dari Kecamatan Srandakan,
Sanden dan Kretek.
Tata Guna Lahan :
1. Pemukiman : 3.927,61 Ha (7,75 %)
2. Sawah : 15.879,40 Ha (31,33 %)
3. Tegalan : 6.625,67 Ha (13,07 %)
4. Hutan : 1.385 Ha ( 2,73 %)
5. Kebun Campuran : 16.599,84 (32,75%)
6. Tanah Tandus : 543 (1,07%)
7. Lain-lain : 5.724,48 (11,30%)
Kabupaten Bantul dialiri 6 (enam) sungai yang mengalir sepanjang tahun
dengan panjang 114 km2, yaitu :
1. Sungai Oyo : 35,75 km
2. Sungai Opak : 19,00 km
3. Sungai Code : 7,00 km
4. Sungai Winongo : 18,75 km
5. Sungai Bedog : 9,50 km
40
2.Pemerintahan
Terdiri dari 17 Kecamatan, 75 Desa, 933 Dusun.
3.Kependudukan
Hasil Registrasi Peduduk Tahun 2015
Total Penduduk (Jiwa) 919.440 jiwa, dengan rincian : Kepala Keluarga
(KK) 299.772 KK, Mutasi Penduduk Tahun 2011, Lahir (L) 9.499 = 0.94
%, Datang (D) 14.358 = 1.41 %, Mati (M) 4.578 = 0,45 %, Pergi (P)
11.350 = 1,12 %, Kenaikan Penduduk = - , Kenaikan Alami (L-M) =
7.929, Kepadatan Penduduk (Jiwa/km2) 2.012,93.29
29
Pemerintah Kabupaten Bantul, Profil Kabupaten Bantul,
4. Lambang Daerah Kabupaten Bantul
Berikut lambang daerah Kabupaten Bantul sesuai dengan Peraturan
Daerah Kabupaten Bantul Nomor : 01/1972 tentang Lambang Daerah
42
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor : 01/1972
tentang Lambang Daerah Kabupaten Bantul, berikut arti lambang daerah
Kabupaten Bantul :
a. Bentuk dan Isi Lambang Daerah
Bentuk dasar lambang daerah Kabupaten Bantul adalah Ellipse
(bulat panjang) yang merupakan gabungan Teratai Berkelopak
Lima. Di bawah lukisan bentuk dasar terdapat gambar pita
bertuliskan “KABUPATEN BANTUL”. Di dalam bentul Ellipse
(bulat panjang) yang merupakan bunga Teratai Berkelopak Lima
berisi lukisan yang menggambarkan : keadaan alam, latar belakang
sejarah, semangat dan cita-cita, persatuan/kesatuan, ukuran lambang
daerah garis tengah horisontal 30 dan garis tengah vertikal 40.
b. Arti dan Makna Lambang Daerah
1. Landasan Idiil Pancasila
2. Gambar Bintang Emas bersegi lima menggambarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa
3. Gambar Pohon Kelapa menggambarkan kemanusiaan yang adil
dan beradab.
4. Lukisan Dalam Warna Merah, Putih dari Roda Bergerigi
menggambarkan Persatuan Indonesia.
5. Lukisan Dalam Gambar Sungai menggambarkan kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
6. Lukisan Dalam Ganbar Padi dan Kapas menggambarkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
7. Landasan Struktural Undang-Undang Dasar 1945 dilukiskan
dalam gambar Ukiran Persegi(linggir Jawa) Empat dan Keris
Berlekuk (luk Jawa) Lima
8. Tata kehidupan gotong royong kearah ketentraman dan
kemakmuran dilukiskan dalam tulisan huruf Jawa berbunyi
“HAMAMAYU HAYUNING BAWONO” Nilai-nilai
Keagamaan dilukiskan dalam gambar Bintang Emas bersegi
lima
9. Semangat perjuangan dan kepahlawanan dilukiskan dalam
gambar Keris dan Gunung yang mengingatkan perjuangan
Pahlawan Nasional Pangeran Diponogoro yang bermarkas di
Gua Selarong pada waktu melawan penjajah Belanda.
10. Semangat Pembangunan dilukiskan dalam gambar Roda
Bergerigi dan untuk mencapai kemakmuran perlu dibangun
industri-industri.
Sejarah pembentukan Daerah Otonom Kabupaten Bantul dilukiskan
dalam gambar serangkai kapas dengan lima belas buah serta daunnya
dan setangkai padi dengan limah puluh butir biji menunjukan bahwa
Daerah Otonomi Kabupaten Bantul dibentuk berdasarkan
Undang-Undang Nomor : 15/1950.
44
Pegunungan, Sungai dan Laut.
Persatuan dan kesatuan dilukiskan dalam gambar tepi ellipse (bulat
panjang) yang merupakan Bunga Teratai berkelopak lima dengan
tiada terputus.
Pemerintahan dalam melaksanakan pengabdiannya kepada
masyarakat mempunyai 3 (tiga) bidang: Bidang Legislatif, Bidang
Eksekutif, Bidang Yudikatif
Dilukiskan dalam gambar Pohon Kelapa dengan Tiga Pelepah
dengan “Empat” Butir Buah Kelapa melambangkan bahwa
Pemerintah mengikutsertakan rakyat untuk melakukan : Sosial
Control, Sosial Support, Sosial Participation, Sosial Responsibility
c. Warna dan Artinya
Warna Dasar : Hijau Berarti kesuburan dan kemakmuran
Warna Lukisan : Hitam berarti keabadian
Biru : Berarti kesetiaan
Kuning & Kuning Emas: Berarti keluhuran, keagungan, kemasyuran
Merah : Berarti keberanian
Putih : Berarti kesucian
Hijau Muda : Berarti kesuburan & harapan.
B. Implementasi Pelayanan Publik Bidang Administrasi Kependudukan (Pembuatan KTP) di Pemerintah Kabupaten Bantul