• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENDAFTARAN PENDUDUK SEBAGAI WUJUD TERTIB ADMINISTRASI DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (STUDI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANTUL)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PENDAFTARAN PENDUDUK SEBAGAI WUJUD TERTIB ADMINISTRASI DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (STUDI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANTUL)"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

(STUDI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANTUL)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Strata Satu

pada Prodi Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh :

FREDIAN DWI NURCAHYO

Nomor Mahasiswa : 20100610036 Program Studi : Ilmu Hukum

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA FAKULTAS HUKUM

(2)

IMPLEMENTASI PENDAFTARAN PENDUDUK SEBAGAI WUJUD TERTIB ADMINISTRASI DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (STUDI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANTUL)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Strata Satu

pada Prodi Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh :

FREDIAN DWI NURCAHYO

Nomor Mahasiswa : 20100610036

Program Studi : Ilmu Hukum

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA FAKULTAS HUKUM

(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

IMPLEMENTASI PENDAFTARAN PENDUDUK SEBAGAI WUJUD TERTIB ADMINISTRASI DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (STUDI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANTUL)

Adalah hasil karya asli saya dan bukan plagiat baik secara utuh maupun

sebagian, serta belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada suatu perguruan

tinggi atau lembaga manapun. Hal-hal bukan karya asli saya dalam skripsi ini

diberi tanda dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya

bersedia mempertanggungjawabkan pernyataan ini.

Yogyakarta, 18 Desember 2016

Yang menyatakan,

(4)

MOTTO

“Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang.

Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang tangguh,”

(Andrew Jackson)

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan Shalatmu sebagai

penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”

(Al-Baqarah: 153)

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama

kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu

urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada

Tuhanmulah engkau berharap,”

(5)

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih

sayang-Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta

memperkenalkanku dengan cinta. Dari semua yang telah engkau tetapkan baik itu

rencana indah yang engkau siapkan untuk masa depanku sebagai harapan

kesuksesan. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi

yang sederhana ini dapat terselesaikan.

Kupersembahkan karya skripsi yang sederhana ini untuk :

1. Ayahanda Daliman Innuk dan Ibunda Tri Utari ku tercinta yang telah tulus

mencintai, merawat, mendidik dan merelakan dengan tulus penuh kasih

sayang, serta yang senantiasa memotifikasi dan dorongan yang tiada henti

demi keberhasilan anakmu ini.

2. Kakanda Ina Noviyatun Nugraheni S.IP yang senantiasa memberi

motivasi, semangat, serta selalu memberi masukan selama penulisan

skripsi ini.

3. Adikku Hanung Tri Wicaksono yang selalu memberi semangat dan

(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alahamdulillah dengan segala puji dan rasa syukur kepada Allah SWT

yang selalu memberikan rahmat, hidayah dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “IMPLEMENTASI

PENDAFTARAN PENDUDUK SEBAGAI WUJUD TERTIB

ADMINISTRASI DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (STUDI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANTUL), yang disusun sebagai syarat akademis dalam menyelesaikan studi program Sarjana (S1) Jurusan

Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa selesainya penyusunan skripsi ini tidak terlepas

dari bimbingan, bantuan, dukungan, doa serta saran membangun dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati

penulis hendak menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Trisno Raharjo, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Leli Joko Suryono, SH., M.Hum, selaku Ketua Program Studi

Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Bapak Sunarno, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I yang telah

berkenan meluangkan banyak waktunya untuk memberikan saran, petunjuk

dan bimbingan yang sangat berarti bagi penulis selama menyusun skripsi ini.

(7)

5. Seluruh Bapak Ibu Dosen dan staf Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan ilmu, bimbingan dan

bantuannya dengan ikhlas demi kelancaran penulis dalam menyusun skripsi

ini.

6. Teman seperjuanganku Bagus H.Putranto, Prastowo Jati, Novan Fernando,

terimaksih atas semangat dan bantuannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menulis skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dansaran membangun

guna perbaikan di masa yang akan datang dan berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu’alikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 18 Desember 2016

Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

ABSTRAK ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Tinjauan Teoritis ... 10

(9)

4. Administrasi Kependudukan ... 20

5. Kartu Tanda Penduduk (KTP) ... 22

6. Instansi yang Berwewenang ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

A. Jenis Penelitian ... 28

B. Jenis Data ... 30

C. Metode Pengumpulan Data ... 33

D. Lokasi Penelitian ... 34

E. Responden Penelitian... 35

F. Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS ... 38

A. Profil Kabupaten Bantul ... 38

1. Keadaan Alam ... 38

2. Pemerintah ... 40

3. Kependudukan ... 40

4. Lambang Daerah Kabupaten Bantul ... 41

(10)

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi dan Penghambat Pelayanan

Publik Bidang Administrasi Kependudukan (Pembuatan KTP) di Pemerintah

Kabupaten Bantul ... 69

BAB V PENUTUP ... 79

A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81

(11)

Tabel 1 ... 61

Tabel 2 ... 62

(12)
(13)
(14)

ABSTRAK

Fredyan Dwi Nurcahyo, 2016, Skripsi berjudul Implementasi Pendaftaran Penduduk sebagai Wujud Tertib Administrasi Ditinjau dari Hukum Administrasi Negara (Studi Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul), Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui implementasi pelayanan publik bidang administrasi kependudukan (pembuatan KTP) di Pemerintah Kabupaten Bantul dan mengetahui faktor yang mempengaruhi implementasi dan penghambat pelayanan publik bidang administrasi kependudukan (pembuatan KTP) di Pemerintah Kabupaten Bantul. Jenis penelitaian ini adalah penelitian normatif, yakni titik tolak penelitian yang difokuskan untuk mengkaji kaidah atau norma dalam hukum positif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa 1) Implementasi kebijakan tertib administrasi kependudukan dalam hal ini penerapan kepemilikan e-KTP bagi seluruh penduduk Republik Indonesia, khususnya implementasi pelayanan publik bidang administrasi kependudukan (pembuatan KTP) di Pemerintah Kabupaten Bantul secara umum dapat berjalan lancar. 2) Kelancaran implementasi pelayanan publik bidang administrasi kependudukan (pembuatan KTP) di Pemerintahan Kabupaten Bantul didukung beberapa faktor yaitu adanya dasar hukum pelaksanaan kebijakan tertib administrasi kependudukan (pembuatan KTP), dukungan Pemerintah Pusat Pemerintah Pusat Republik Indonesia dalam penyediaan peralatan dan kelengkapan cetak e-KTP, komitmen Instansi Pelaksana, tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni serta pelaksanaan program nasional e-KTP secara bersamaan. Sedangkan penghambatnya yaitu masih kurang menyeluruhnya sosialisasi yang sampai pada masyarakat, fasilitas yang kurang memadai yaitu mesin pencetak dan terdapat keterlambatan blangko untuk pembuatan KTP, tidak stabilnya jaringan yang mengakibatkan jaringan error, adanya alat pendukung e-KTP yang rusak dan kesadaran masyarakat akan pentingnya e-KTP masih kurang.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang jumlah

penduduknya sangat besar. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil sensus

2010 mencapai angka 237.641.3261. Hal ini menempatkan Indonesia di

posisi negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia.

Sebagai negara kepulauan, penduduk Indonesia memiliki persebaran yang

tidak merata.

Jumlah penduduk yang besar memiliki andil dalam berbagai

permasalahan lingkungan dan aspek lainnya. Berbagai masalah yang

merupakan akibat dari persebaran penduduk yang tidak merata kerap kali

muncul dan mendesak pemerintah untuk dapat sesegera mungkin bertindak

untuk mengambil sebuah kebijakan. Perencanaan yang matang sangatlah

diperlukan guna penentuan kebijakan terkait dengan besarnya jumlah

penduduk Indonesia.2

Kebijakan tentang kependudukan terkait tujuan tercapainya tertib

administrasi kependudukan menjadi salah satu langkah pemerintah dalam

upaya mensejahterakan masyarakat. Tertib administrasi kependudukan dapat

1Badan Pusat Statistik, “Penduduk Indonesia menurut Provinsi 1971, 1980, 1990, 1995,

2000 dan 2010”, 9 Juli 2012, http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1267, diakses 28 April 2016 jam 08.13 WIB

2

Intansaf, Permasalahan Kependudukan di Indonesia, 26 September 2013,

(16)

2

terjadi apabila pemerintah dan masyarakat menyadari serta masing-masing

dari mereka melakukan tindakan. Pemerintah dalam menjalankan tertib

administrasi kependudukan tersebut berdasar dengan Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.

Administrasi Kependudukan diarahkan untuk memenuhi hak asasi

setiap orang di bidang administrasi kependudukan tanpa diskriminasi melalui

pelayanan publik yang profesional. Pendaftaran penduduk dilakukan dengan

pencatatan biodata penduduk, pencatatan atas pelaporan peristiwa

kependudukan dan pendataan penduduk serta penerbitan dokumen

kependudukan.

Pendaftaran kependudukan sangat bermanfaat khususnya bagi

pemerintah mengingat hal tersebut sangat terkait dalam perumusan

kebijakan, perencanaan pembangunan, kebutuhan sektor pembangunan lain,

dalam penyelenggaraan pemilu dan pilkada, penyusunan perkembangan

kependudukan, penyusunan proyeksi pembangunan, verifikasi3 jati diri

penduduk dan dokumen kependudukan. Penduduk merupakan modal dasar

dalam pembangunan, jumlah penduduk yang besar merupakan potensi

pembangunan yang berarti suatu daerah memiliki Sumber Daya Manusia

yang cukup.

Dokumen kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan

oleh Instansi Pelaksana yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti

autentik yang dihasilkan dari pelayanan pendaftaran penduduk dan

3Verifikasi

(17)

pencatatan sipil.4 Pengelolaan pendaftaran penduduk merupakan tanggung

jawab pemerintah kota/kabupaten, dimana dalam pelaksanaannya diawali

dari desa/kelurahan selaku ujung tombak pendaftaran penduduk, hingga

setiap warga terdaftar secara administrasi sebagai warga negara Indonesia

dan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang

Administrasi Kependudukan. Dalam pelayanan tersebut perlu dilakukan

dengan benar dan cepat agar penduduk sebagai pelanggan merasa dapat

pelayanan yang memuaskan.

Penerapan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang

Administrasi Kependudukan memberi mandat kepada pemerintah Republik

Indonesia untuk memberikan Nomor Induk Kependudukan (NIK) pada setiap

penduduk paling lambat tahun 2011. Hal ini tercantum dalam Pasal 83

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan. Turunan peraturannya yaitu Peraturan Presiden Nomor 26

Tahun 2009 tentang Penerapan KTP Berbasis NIK secara Nasional

sebagaimana telah dibuah dengan Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2010.

Penerapan uji coba e-KTP dilaksanakan pada tahun 2009 di

beberapa kota di Indonesia yaitu Kota Padang, Kota Yogyakarta, Kota

Denpasar, Kota Makasar dan Kabupaten Cirebon.5 Pada bulan Februari tahun

2011 Pemerintah Republik Indonesia yang diwakili oleh Kementerian Dalam

Negeri Republik Indonesia secara resmi meluncurkan program e-KTP,

4

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang “Administrasi Kependudukan”, Bab I, Pasal 1.

5

(18)

4

dengan menerbitkan NIK serentak di 168 (seratus enam puluh delapan)

Pemerintah Daerah. Selanjutnya perluasan penerapan e-KTP akan

dilaksanakan pada tahun 2012 di 300 (tiga ratus ribu) lokasi Pemerintah

Daerah yang tersisa.6

Pembuatan e-KTP merupakan proyek nasional dengan biaya besar,

Rp. 6,6 Triliun adalah untuk tahap awal.7 e-KTP memerlukan komitmen

antar sektor, di tingkat Pusat (Departemen Dalam Negeri, Badan

Perencanaan Pembangunan Nasional, BPPT, Kepolisian, Kementerian

Komunikasi dan Informasi, Imigrasi, dan lain-lain) dan di tingkat Daerah

(Bupati/Walikota, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Dinas Kominfo &

Telematika, Kesbanglinmas, Camat, RT/RW). Tidak hanya cukup dengan

pengadaan hardware8 dan software9, SDM sangat menentukan. Proses

pendataan manual dan “pembersihan data” sangat penting dan menentukan.

Perlu SDM dengan komitmen dan dedikasi yang tinggi. Pembuatan e-KTP

sangat strategis untuk sistem pelayanan publik yang integratif sebagai contoh

yaitu Daftar Pemilih Tetap (DPT) untuk Pemlihan Umum, paspor, jaminan

kesehatan, registrasi pemilikan tanah, dan sebagainya.

Banyak yang belum tahu tentang apa itu arti, makna, pengertian dari

e-KTP, serta tentang apa persyaratan bagaimana, kepada siapa, kemana,

diraba secara langsung atau yang berbentuk nyata, yang berfungsi untuk mendukung proses komputerisasi

9Software

(19)

dimana, berapa lama prosesnya, kapan selesainya dan berapa biaya yang

dibutuhkan untuk mengurus e-KTP. Adapun cara membuat e-KTP baru yaitu

dengan melengkapi syarat berkas dokumen yang dibutuhkan sebagai berikut

pengantar dari RT dan/atau RW, fotocopy Kartu Keluarga (KK),

menyerahkan KTP lama, sudah berusia 17 tahun, fotocopy Surat Nikah/Akta

Perkawinan bagi yang berusia kurang dari 17 tahun, fotocopy akte kelahiran,

bagi wajib KTP pemula yang belum pernah melakukan perekaman data,

pemohon datang sendiri (tidak boleh diwakilkan) ke Tempat Perekaman Data

Kependudukan (TPDK) di Kecamatan atau Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil (Disdukcapil) setempat untuk melakukan rekam data dan

atau foto, bagi orang asing tinggal tetap melampirkan fotocopy dokumen

imigrasi (Paspor, Kartu Ijin Tinggal Tetap (KITAP), Surat Keterangan

Tempat Tinggal (SKTT), Buku Pengawasan Orang Asing), dan bagi WNI

yang baru datang dari luar negeri wajib melampirkan Surat Keterangan

Datang dari Luar Negeri (SKDLN).

Apabila telah memiliki e-KTP namun kondisi hilang atau rusak

maka syarat berkas dokumen yang dibutuhkan, proses dan cara mengurus

e-KTP yang hilang atau rusak tersebut yaitu sebagai berikut : pengantar dari

RT dan/atau RW, fotocopy Kartu Keluarga (KK), bagi pemohon yang

kehilangan KTP yang rusak, menyerahkan bukti KTP lama yang rusak,

melakukan perekaman data, pemohon datang sendiri (tidak boleh

mewakilkan) ke Tempat Perekaman Data Kependudukan (TPDK) di

(20)

6

untuk melakukan rekam data dan atau foto.

Keberhasilan pemanfaatan e-KTP tergantung pada transparansi

rekam jejak pribadi (lahir-mati, catatan kriminal), kewajiban pada negara

(pajak), perolehan hak warga (jaminan sosial, pensiun, dan seterusnya),

layanan publik (pendidikan, kesehatan, perijinan). Salah satu masalah pada

implementasi penerapan e-KTP yaitu .pembuatan biometri dan foto digital di

darah terpencil yang perlu biaya transport sangat mahal.10

Belum semua warga Bantul telah memiliki Kartu Tanda Penduduk

(KTP), karenanya Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil)

Kabupaten Bantul menargetkan pembuatan KTP elektronik pada warga

difabel, lansia, cacat mental dan warga rentan administrasi kependudukan.11

Sejak bulan Maret telah dilakukan pendataan untuk penduduk difabel, lansia

dan cacat mental memang kerap kesulitan dalam pembuatan KTP. Untuk

perekaman KTP bagi warga lansia, difabel, atau cacat mental dibantu

personil Disdukcapil yang langsung turun ke lapangan, sehingga kelompok

masyarakat yang memiliki hambatan aksebilitas tetap memiliki KTP. Selain

itu, kelompok warga yang dikejar pembuatan KTP-nya adalah mereka yang

rentan dalam hal administrasi kependudukan. Pendataan warga rentan

adminsitrasi kependudukan ditargetkan di kecamatan-kecamatan perbatasan

dengan Kota Yogyakarta dan Sleman serta Kretek dimana mobilitas

(21)

Pada implementasinya pada awal tahun 2015 didapati Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kabupaten Bantul

mengalami kekurangan puluhan ribu blangko KTP Elektronik (e-KTP).

Jumlah blangko e-KTP dari pemerintah pusat tidak sebanding dengan jumlah

e-KTP yang harus dicetak. akibatnya, puluhan ribu warga Bantul belum

memiliki e-KTP. Jatah tiap tahunnya ditentukan oleh pusat dan daerah tidak

bisa berbuat banyak mengenai hal tersebut. Perangkat alat cetak dan perekam

yang ada di Kabupaten Bantul tersedia dua buah. Setiap jam mesin hanya

bisa memproduksi pencetakan 15 (lima belas) KTP.

Disamping belum sempurnanya implementasi program e-KTP, sisi

manfaat dari e-KTP menurut Kepala Bidang Kependudukan Disdukcapil

Kabupaten Bantul, dengan adanya program e-KTP ternyata cukup efektif

dalam merapikan administrasi kependudukan di Bantul. Melalui perekaman

e-KTP yang secara terintegrasi, didadati jumlah penduduk Kabupaten Bantul

pada awal 2015 mengalami menurunan dibanding tahun sebelumnya serta

dengan adanya program e-KTP dapat diperoleh fakta adanya KTP double.12

Berdasarkan uraian di atas maka penulis bermaksud menyusun

Proposal penelitian ini dengan judul “IMPLEMENTASI PENDAFTARAN

PENDUDUK SEBAGAI WUJUD TERTIB ADMINISTRASI DITINJAU

DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (STUDI PEMERINTAH

DAERAH KABUPATEN BANTUL)”.

12

Sindonews, Bantul Kekurangan Puluhan Ribu Blangko e-KTP,

(22)

8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang dijelasakan sebelumnya,

maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah :

1. Bagaimana implementasi pelayanan publik bidang administrasi

kependudukan (pembuatan KTP) di Pemerintah Kabupaten Bantul?

2. Faktor apa saja yang mempengaruhi implementasi dan penghambat

pelayanan publik bidang administrasi kependudukan (pembuatan KTP) di

Pemerintah Kabupaten Bantul ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui implementasi pelayanan publik bidang administrasi

kependudukan (pembuatan KTP) di Pemerintah Kabupaten Bantul.

2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi implementasi dan

penghambat pelayanan publik bidang administrasi kependudukan

(pembuatan KTP) di Pemerintah Kabupaten Bantul.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penulis berharap penelitian dapat memberikan sumbangan

pemikiran dan landasan teoritis bagi perkembangan ilmu hukum pada

umumnya dan dapat memberikan informasi mengenai proses

(23)

Hukum Administrasi Negara di Kabupaten Bantul, serta dapat menjadi

tambahan literatur atau bahan informasi ilmiah yang dapat digunakan

untuk melakukan penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan

pendidikan program Strata I (S1) pada Program Studi Ilmu Hukum

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

b. Memberikan informasi sekaligus masukan atau jalan keluar

mengenai proses pendaftaran penduduk sebagai upaya tertib

administrasi ditinjau dari Hukum Administrasi Negara di Kabupaten

Bantul.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran bagi para praktisi.

d. Menambah wawasan bagi penulis dan pembaca termasuk bagi

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis 1. Kebijakan Publik

Kebijakan publik berasal dari kata kebijakan dan publik.

Menurut M. Irfan Islamy, kebijakan publik (public policy) adalah

“Serangkaian tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan atau tidak

dilaksanakan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan atau berorientasi

pada tujuan tertentu demi kepentingan seluruh masyarakat”.13

Pembuatan kebijakan merupakan suatu tindakan yang ditetapkan dan

dilaksanakan oleh pemerintah dan berorientasi pada upaya pencapaian

tujuan demi kepentingan masyarakat.

Implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting dari

keseluruhan proses kebijakan. Van Meter dan Van Horn14 merumuskan

proses implementasi sebagai : “those actions by public or private

individuals (or groups) that are directed at the achievement of objectives

set forth in prior policy decisions” (tindakan-tindakan yang dilakukan

baik oleh individu-individu, pejabat-pejabat, atau kelompok-kelompok

pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan

13

Islamy, M. Irfan, 1997, Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara, Jakarta: Sinar Grafika, hlm.20.

14

Wahab, Solichin Abdul. 1997. Analisis Kebijaksanaan; Dari Formulasi ke

(25)

yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan).15

Dalam proses implementasi kebijakan sering terdapat

permsalahan yang menunjukan ketidakefektifan kebijakan yang telah

ditempuh. Gejala tersebut dinamakan sebgai implementation gap, yakni :

“Suatu keadaan dimana dalam proses kebijakan selalu akan terbuka

kemungkinan terjadinya perbedaan antara apa yang diharapkan

(direncanakan) oleh pembuat kebijakan dengan apa yang senyatanya

dicapai (sebagai hasil atau prestasi dari pelaksanaan kebijakan).”

Implementasi suatu kebijakan dapat dianaslisis dengan menggunakan

beberapa model implementasi kebijakan. Salah satu model implementasi

kebijakan adalah model yang dikembangkan oleh Van Meter dan Van

Horn, yang disebut sebagai a model of the policy implementation process

(model proses implementasi kebijakan).16 Model ini mencoba

menghubungkan antara isu kebijakan dengan implementasi dan suatu

model konseptual yang mempertalikan kebijakan dengan prestasi kerja.

Antara kebijakan dengan prestasi kerja dipisahkan oleh sejumlah

variabel bebas yang salin berkaitan. Variabel bebas itu antaranya adalah

ukuran dan tujuan kebijakan, sumber-sumber kebijakan, ciri-ciri atau

sifat badan/instansi pelaksana, komunikasi antar organisasi terkait dan

kegiatan-kegiatan pelaksanaan, sikat para pelaksana dan lingkungan

15

Wahab, Solichin Abdul, 2001, Analisis Kebijaksanaan: dari Formulasi ke Implemetasi

Kebijakansanaan Negara, Jakarta: Bumi Aksara, hlm. 65

16

Kertya Witaradya, Implemetasi Kebijakan Publik Model Van Meter Van Horn : The

Policy Implementation Process, 13 April 2010,

(26)

12

ekonomi, politik dan sosial.17

Dalam proses implementasi sebuah kebijakan, terdapat berbagai

faktor-fakator yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan

implementasi sebuah kebijakan. Faktor-faktor tersebut antara lain :

a. Isi atau content kebijakan

b. Implementator dan kelompok target

c. Lingkungan

2. Pelayanan Publik

Pelayanan publik pada hakekatnya adalah pemberian pelayanan

prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban

aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat. Pelayanan merupakan

serangkaian kegiatan, karena itu pelayanan juga merupakan suatu proses.

Sebagai proses, pelayanan berlangsung secara rutin dan

berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan orang dalam

masyarakat.

Menurut pandangan Groonroos tentang pengertian dari

pelayanan bahwa “Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian

aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi

sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau

hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang

dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen/pelanggan”.18

17Ibid. 18

(27)

Pelayanan publik sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 ayat

(1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

bahwa “Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan

dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas

barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh

penyelenggara pelayanan publik”.

Dalam pemberian pelayanan kepada publik, harus dilakukan

sesuai dengan standar pelayanan dengan memperhatikan kebutuhan dari

masyarakat. Adapun komponen standar pelayanan sebagaimana

dijelaskan dalam Pasal 21 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik bahwa “Komponen standar

pelayanan sekurang-kurangnya meliputi :

a. Dasar hukum

b. Persyaratan

c. Sistem, mekanisme, dan prosedur

d. Jangka waktu penyelesaian

e. Biaya/tarif

f. Produk pelayanan

g. Sarana, prasarana, dan/atau fasilitas

h. Kompetensi pelaksana

i. Pengawasan internal

(28)

14

k. Jumlah pelaksana

l. Jaminan pelayanan yang memberikan kepastian pelayanan

dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan

m. Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan dalam bentuk

komitmen untuk memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, dan

risiko keragu-raguan

n. Evaluasi kinerja pelaksana”

Pada prinsipnya bahwa pelayanan yang baik yang dilakukan

oleh pemerintah harus memuat beberapa aspek, antara lain :

1. Keterbukaan, yaitu adanya informasi pelayanan yang berupa loket

informasi yang dimilikinya dan terpampang dengan jelas.

2. Kesederhanaan yaitu mencakup prosedur pelayanan dan persyaratan

pelayanan.

3. Kepastian yaitu mencakup prosedur pelayanan dan persyaratan

pelayanan.

4. Keadilan yaitu memberi perhatian yang sama terhadap pelanggan

tanpa adanya diskriminasi yang dapat dilihat dari materi atau

kedekatan seseorang.

5. Keamanan dan kenyamanan hasil produk pelayanan memenuhi

kualitas teknis dan dilengkapi dengan jaminan pelayanan secara

administrasi.

6. Perilaku petugas pelayanan menyenangkan pelanggan, yaitu harus

(29)

mempersulit pelanggan untuk mencari keuntungan pribadi.

Dasar hukum pelayanan publik untuk masyarakat umum

menjadi tugas dan kewajiban pemerintah untuk melaksanakannya,

dimana telah ditegaskan dalam :

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang

Keterbukaan Informasi Publik.

b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik.

c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.

d. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman

Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.

e. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi

dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

f. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi

Perangkat Daerah.

3. Penduduk

Penduduk adalah orang-orang yang mendiami suatu tempat atau

wilayah tertentu dalam melangsungkan kehidupannya. Jadi penduduk

terdiri dari Warga Negara Indonesia asli dan orang asing, tetapi

sebaliknya Warga Negara Indonesia dapat juga bukan penduduk

Indonesia, misalnya Warga Negara Indonesia ada di luar negeri.

(30)

16

masyarakat, dan warga negara yang mendiami suatu wilayah yang

dibatasi oleh suatu wilayah negara pada ketentuan waktu tertentu.

Tercantum dalam Pasal 26 Ayat (2) Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Pasal 1 Ayat (2)

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan

bahwa “Penduduk ialah Warga Negara Indonesia dan orang asing yang

bertempat tinggal di Indonesia”.

Menurut Pasal 1 Ayat (1) Permendagri Nomor 28 Tahun 2005

tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dan

Pencatatan Sipil di Daerah juga menjelaskan bahwa “Penduduk adalah

Warga Negara Indonesia dan orang asing yang masuk secara sah serta

bertempat tinggal di wilayah Indonesia sesuai dengan peraturan

perundang-undangan”.

Penduduk terdiri dari warga negara yang mendiami dan menetap

pada suatu wilayah dalam waktu tertentu dengan ketentuan yang diatur

dalam Undang-Undang dan peraturan lainnya yang mengatur tentang

penduduk. Penduduk itu tidak mesti Warga Negara Indoensia asli, namun

orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia juga merupakan

penduduk. Penduduk yang berkewarganegaraan Indoensia kemudian

berpergian ke luar negeri secara otomatis tidak disebut lagi sebgai

penduduk Indonesia.

Dalam Pasal 1 Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 10

(31)

Nomor 26 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Administrasi

Kependudukan menjelaskan bahwa “Penduduk adalah Warga Negara

Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia”.

Setiap penduduk mempunyai hak dan kewajiban dalam kaitan

dengan administrasi kependudukan. Setiap penduduk dapat melakukan

semua yang menjadi keinginannya yang telah ditentukan dengan

Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah maupun Peraturan Daerah

tempat domisili.

Hak dan kewajiban penduduk menurut Pasal 2 Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan yakni :

a. Hak untuk memperoleh dokumen kependudukan.

Setiap penduduk berhak mendapatkan dokumen kependudukannya

sebagai penduduk dimana ia berdomisili. Dalam dokumen

kependudukan tersebut yang tersirat di dalamnya adalah data

tentang keadaan dan peristiwa kependudukan yang bersangkutan.

Dokumen kependudukan itu dipertanggungjawabkan di depan

hukum.

b. Hak untuk memperoleh pelayanan yang sama dalam pendaftaran

administrasi kependudukan.

Penduduk mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan tanpa

diskriminasi oleh pemberi pelayanan dalam hal pendaftaran

administrasi kependudukan.

(32)

18

Data kependudukan yang telah terdaftar dalam dokumen

kependudukan harus dilindungi oleh negara agar tidak

disalahgunakan oleh orang lain yang tidak bertanggungjawab

terhadap data pribadi kependudukan tersebut.

d. Hak untuk memperoleh kepastian hukum atas kepemilikan

dokumen.

Dokumen kependudukan yang dimiliki oleh penduduk yang

bersangkutan harus ada jaminan kepastian hukumnya oleh negara.

e. Hak untuk memperoleh informasi-informasi mengenai hasil

pendaftaran peristiwa kependudukannya atas dirinya dan/atau

keluarganya.

Dalam data kependudukan yang telah terdaftar, penduduk yang telah

mendaftarkan peristiwa kependudukannya berhak untuk mengetahui

hasil pendaftaran yang telah dilakukan.

f. Hak untuk memperoleh ganti rugi dan pemulihan nama baik sebagai

akibat kesalahan dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil

serta penyalahgunaan data pribadi oleh instansi pelaksana.

g. Berkewajiban melaporkan peristiwa kependudukan dan peristiwa

penting yang dialaminya kepada pelaksana administrasi

kepndudukan.

h. Setiap penduduk yang berdomisili dalam suatu wilayah wajib

melaporkan kepada instansi pelaksana administrasi kependudukan

(33)

dari dokumen kpendudukan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Dokumen kependudukan tersebut akan menjadi datqa

kependudukan yang dijamin kepastian hukumnya oleh negara.

Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 26 Tahun

2008 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul

Nomor 10 Tahun 2014, menjelaskan hak dan kewajiban penduduk

sebagai berikut :

a. Setiap penduduk mempunyai hak untuk memperoleh :

1) Dokumen kependudukan

2) Pelayanan yang sama dalam pendaftaran penduduk dan

pencatatan sipil

3) Perlindungan atas data pribadi

4) Kepastian hukum atas kepemilikan dokumen

5) Informasi mengenai data hasil pendaftaran penduduk dan

pencatatan sipil atas sirinya dan/atau keluarganya

6) Ganti rugi dan pemulihan nama baik sebagai akibat kesalahan

dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil serta

penyalahgunaan data pribadi oleh instansi pelaksana

b. Warga Negara Indonesia yang berada di luar wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia wajib melaporkan peristiwa

kependudukan dan peristiwa penting yang dialaminya kepada

(34)

20

Perwakilan Republik Indonesia dengan memenuhi persyaratan yang

diperlukan dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.

c. Setiap pendudk wajib melaporkan peristiwa penting dan peristiwa

kependudukan yagn dialaminya kepada instansi pelaksana dengan

memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam pendaftaran

penduduk dan pencatatan sipil.

4. Administrasi Kependudukan

Administrasi adalah usaha dan kegiatan yang meliputi :

a. Tujuan serta penetapan cara-cara penyelenggaraan pembinaan

organisasi.

b. Usaha dan kegiatan yang berkaitan dengan kebijaksanaan untuk

mencapai tujuan.

c. Kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan pemerintah.

d. Kegiatan kantor dan tata usaha.

Kependudukan adalah hal-hal atau sifat-sifat sebagai penduduk

dan urusan mengenai penduduk. Menurut Pasal 1 Ayat (1)

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan

menjelaskan bahwa “Administrasi kependudukan adalah rangkaian

kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dalam dokumen dan

data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil,

pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta pendayagunaan

hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain”.

(35)

sipil dan pendaftaran penduduk. Pencatatan sipil berupa pencatatan

kelahiran, lahir-mati, perkawinan, pembatalan perkawinan, perceraian,

pembatalan perceraian, kematian, pengangkatan pengesahan dan

pengakuan anak, perubahan nama dan perubahan status

kewarganegaraan, peristiwa penting dan pelaporan penduduk yang tidak

bisa melapor sendiri.19

Pelayanan publik di bidang administrasi kependudukan

merupakan salah satu tugas pelayanan publik yang dilaksanakan oleh

pemerintah dalam rangka melayani masyarakat umum, yang meliputi

tugas dan fungsi, mendaftarkan dan menerbitkan KTP, Kartu Keluarga

serta berbagai Akta Catatan sipil maupun Pencatatan Mutasi dan

Pengelola Data Penduduk.

Penyelenggaraan administrasi kependudukan bertujuan untuk :

1. Memberikan keabsahan identitas dan kepastian hukum atas dokumen

penduduk untuk setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa

penting yang dialami penduduk.

2. Memberikan perlindungan status hak sipil penduduk.

3. Mewujudkan tertib administrasi kependudukan secara nasional dan

terpadu.

4. Menyediakan data penduduk yang menjadi rujukan dasar bagi sektor

terkait dalam penyelenggaraan setiap kegiatan pemerintahan,

pembangunan, dan kemasyarakatan.

19

Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Tertib Administrasi

Kependudukan, http://www.dukcapil.kemendagri.go.id/, diakses pada tanggal 19 April 2016

(36)

22

Dasar hukum pelayanan publik administrasi kependudukan

pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) di Kabupaten Bantul yaitu :

a. Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 26 Tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 10 Tahun

2014.

b. Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 07 Tahun 2009 tentang

Retribusi Pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil di

Kabupaten Bantul.

5. Kartu Tanda Penduduk (KTP)

KTP merupakan kartu bukti identitas diri bagi setiap penduduk

yang berdomisili dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Identitas merupakan suatu hal yang sangat penting yang melekat pada

diri seseorang. KTP merupakan bukti identitas legal dari seseorang yang

dikeluarkan oleh pemerintah. Jadi, pemerintah mengakui keberadaan dan

kewarganegaraan melalui KTP ini. KTP berisi informasi mengenai sang

pemilik kartu, termasuk nama lengkap, Nomor Induk Kependudukan

(NIK), alamat, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status

perkawinan, agama, golongan darah, pekerjaan, kewarganegaraan, foto,

tanda tangan atau cap jempol.

Siapapun yang memiliki KTP wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia akan dianggap sebagai Penduduk Indonesia dan

(37)

bukti identitas diri seseorang. Seseorang dinyatakan ada jika memiliki

KTP. Hal yang membedakan satu orang dengan yang lain adalah

informasi yang ada pada dirinya. KTP juga menyimpan informasi diri

seseorang dan informasi diri itu dianggap sebagai informasi yang legal

dan benar.

Dalam Pasal 1 Ayat (14) Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2006 tentang Administrasi Kependudukan menjelaskan bahwa “Kartu

Tanda Penduduk selanjutnya disingkat KTP, adalah identitas resmi

penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh instasi pelaksana yang

berlaku diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

KTP hanya dapat diperoleh setelah seseorang berusia 17 tahun

atau sudah menikah (Pasal 63 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2006 tentang Administrasi Kependudukan). Jadi, apabila pemohon KTP

belum berumur 17 tahun tapi sudah menikah, berhak untuk mendapatkan

KTP tersebut. KTP berlaku selama 5 (lima) tahun dan tanggal

berakhirnya disesuaikan dengan tanggal dan bulan kelahiran yang

bersangkutan. Khusus warga yang telah berusia 60 (enam puluh) tahun

keatas, mendapatkan KTP seumur hidup yang tidak perlu diperpanjang

setiap lima tahun sekali.

Persyaratan penerbitan KTP baru yaitu :

1. Telah berusia 17 tahun atau dibawah 17 tahun tetapi sudah kawin

atau pernah kawin.

(38)

24

3. Foto copy akte kelahiran

4. Foto copy akte nikah / kutipan perkawinan bagi yang berusia

dibawah 17 tahun.

5. Foto copy kartu keluarga

6. Bagi penduduk yang mengajukan perubahan data melampirkan foto

copy surat bukti / keterangan atas peristiwa kependudukan yang

dialami.

Persyaratan penerbitan KTP karena hilang atau rusak yaitu :

1. Surat keterangan hilang dari kepolisian

2. KTP yang rusak

3. Foto copy KK

Persyaratan penerbitan KTP karena pindah datang yaitu :

1. Surat keterangan pindah dari daerah asal

2. Surat keterangan pindah datang yang diterbitkan oleh Dinas

3. Surat keterangan datang dari luar negeri bagi Warga Negara

Indonesia diterbitkan oleh Dinas.

Persyaratan penerbitan KTP perpanjang yaitu :

1. Surat pengantar RT/RW

2. KTP lama ditarik di TPDK Dinas

3. Foto copy KK

Untuk kehilangan KTP harus mengurus kembali KTP yang baru

di Kantor Kecamatan setempat. Namun sebelum mengurus kembali KTP

(39)

di Kantor Polisi. Surat keterangan hilang tersebut kemudian dilampirkan

dalam berkas untuk pengurusan KTP yang baru tersebut.

Dasar Hukum Pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) diatur

dan ditetapkan berdasarkan :

a. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan

b. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 102 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan.

c. Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan

Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.

d. Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penerapan KTP

Berbasis NIK secara Nasional sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2010.

e. Permendagri Nomor 28 Tahun 2005 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dan Catatan Sipil di

(40)

26

6. Instansi yang Berwewenang

Pemerintah sebagai pelaksana negara memberikan pelayanan

kepada warga negaranya dalam hal pelayanan administrasi

kependudukan. Mengingat fungsi utama dari pemerintah yaitu fungsi

pelayanan terhadap masyarakat. Pelayanan untuk warga negara oleh

pemerintah sebgai pelaksana negara harus dengan perlakuan yang sama

tampa membeda-bedakan dari suku, ras dan ataupun perbedaan lainnya.

Penyelenggara administrasi kependudukan di daerah adalah

Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah

mempunyai tanggung jawab melakukan koordinasi penyelenggaraan

administrasi kependudukan, pembentukan instansi pelaksana yang

bertugas melaksanakan administrasi kependudukan berdasarkan

peraturan perundang-undangan, pembinaan dan sosialisasi

penyelenggaraan administrasi kependudukan, pelaksanaan kegiatan

pelayanan masyarakat di bidang administrasi kependudukan, penugasan

kepada Kecamatan dan Desa untuk menyelenggarakan sebagian urusan

administrasi kependudukan berdasarkan asas tugas pembantuan,

pengelolaan dan penyajian data kependudukan berskala daerah dan

melakukan koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan administrasi

kependudukan.

Sebagaimana telah diatur dalam Pasal 69 Ayat (1a)

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan

(41)

diberi kewenangan, sesuai dengan tanggungjawabnya yakni paling

lambat 14 (empat belas) hari. Instansi pelaksana atau pejabat yang

berwenang tersebut tidak boleh melakukan tindakan yang dapat

memperlambat pengurusan dokumen kependudukan lewat dari batas

waktu yang telah ditentukan. Pejabat berwenang harus mendapatkan data

mengenai peristiwa penting yang dialami penduduk sebagai informasi

dokumen kependudukan sebelum menerbitkan dokumen kependudukan

tersebut, dalam hal ini KTP.

Instansi Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul yang ditugaskan

untuk melaksanakan pelayanan publik di bidang administrasi

kependudukan (pembuatan Kartu Tanda Penduduk) yaitu Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bantul berdasarkan

Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 16 Tahun 2007 tentang

Pembentukan Organisasi Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian Hukum yang telah ada dewasa ini secara umum

lebih mengenal metode penelitian atas dua kategori metode penelitian hukum

Normatif Empiris (Sosio Juridis) dan metode penelitian hukum Normatif.20

Metode Penelitian Sosio Juridis secara umum berupaya untuk melihat

bagaimana penerapan sebuah aturan hukum seperti peraturan perundangan

berlaku di masyarakat, sedangkan dalam penelitian hukum normatif seorang

peneliti lebih menekankan pada penelitian atas substansi hukum tersebut.

Kedua penelitian tersebut penelitian tersebut berkutat pada wujud

kenyataan hukum. Keduanya dipengaruhi oleh alam filsafat empirisme yaitu

sesuatu yang benar adalah sesuatu yang berwujud nyata. Pada model hukum

empiris maka hukum dikatakan berwujud ada dilihat dari pelaksanaannya

bahwa memang hukum itu benar nyata ada dibuktikan dengan kepatuhan

masyarakat atas hukum. Pada penelitian normatif, hukum dikatakan nyata

ada adalah dengan dibuktikan adanya undang-undang, putusan hakim, dan

sebagainya.

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti

kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional,

20

(43)

empiris dan sistematis. Penelitian lapangan ini pada hakekatnya merupakan

metode untuk menemukan secara spektif realis tentang apa yang sedang

terjadi pada suatu saat di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

Jadi mengadakan penelitian lapangan mengenai beberapa masalah

aktual yang kini sedang terjadi dan mengekspresikan diri dalam bentuk

gejala dan proses sosial. Pada prinsipnya penelitian lapangan bertujuan untuk

memecahkan masalah-masalah praktis dalam masyarakat.21 Setiap penelitian

dilakukan untuk mencari kepastian dan kebenaran dari suatu masalah

sekaligus mencari jalan pemecahannya, sehingga dapat dibuat suatu

kesimpulan yang benar dan dapat dipercaya.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian normatif, yakni

titik tolak penelitian yang difokuskan untuk mengkaji kaidah atau norma

dalam hukum positif. Hal ini sesuai sebagaimana pendapat dari Johny

Ibrahim :

“Sebagai konsekuensi pemilihan topik permasalahan yang akan dikaji dalam

penelitian yang objeknya adalah permasalahan hukum (sedangkan hukum

adalah kaidah atau norma yang ada dalam masyarakat), maka tipe penelitian

yang digunakan adalah penelitian yuridis normatif, yakni penelitian yang

difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah maupun norma dalam hukum

positif.”

Dalam melakukan penelitian normatif ada beberapa metode

pendekatan yang dapat digunakan yakni :

21

(44)

30

a) Pendekatan konseptual (conceptual approach)

b) Pendekatan perundang-undangan (normative approach)

c) Pendekatan sejarah (historical approach)

d) Pendekatan perbandingan (comparative approach)

e) Pendekatan kasus hukum (law case approach)

Dalam metode ini, penelitian dilakukan dalam situasi alamiah akan

tetapi didahului oleh semacam intervensi (campur tangan) dari pihak peneliti.

Intervensi ini dimaksudkan agar fenomena yang dikehendaki oleh peneliti

dapat segera tampak dan diamati. Dengan demikian terjadi semacam kendali

atau kontrol parsial terhadap situasi di lapangan.22 Penelitian ini bersifat

deskriptif analitis bertujuan untuk menjelaskan secara komprehensif dan

sistematik tentang Implementasi Pendaftaran Penduduk sebagai Upaya Tertib

Administrasi ditinjau dari Hukum Administrasi Negara Sedangkan analitis

bertujuan untuk mengelompokan, menggambarkan dan membandingkan

antara teori pemerintahan yang baik secara eksplisitnya yaitu peraturan

daerah tersebut dengan proses yang terjadi di lapangan.

B. Jenis Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data

primer diperoleh dengan penelitian lapangan (Field Reserch) melalui

wawancara dengan responden. Data sekunder dalam penelitian ini adalah

data yang diperoleh dengan cara penelaahan terhadap berbagai literatur atau

22

(45)

bahan pustaka yang berkaitan dengan masalah atau materi penelitian yaitu

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

Adapun data yang yang diperlukan dalam penyusunan penulisan

hukum lebih lanjut yaitu :

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari informan

dengan cara wawancara bebas terpimpin, yaitu dengan terlebih dahulu

mempersiapkan pokok-pokok pertanyaan (guide interview) sebagai

pedoman dan variasi-variasi dengan situasi ketika wawancara. Dalam

hal ini penulis melakukan wawancara kepada bagian Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bantul.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan

guna mendapatkan landasan teoritis terhadap pelaksanaan administrasi

publik. Disamping itu tidak menutup kemungkinan diperoleh bahan

hukum lain, dimana pengumpulan bahan hukumnya dilakukan dengan

cara membaca, mempelajari, serta menelah data yang terdapat dalam

buku, literatur, tulisan-tulisan ilmiah, dokumen-dokumen hukum dan

peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan objek

penelitian.

Bahan-bahan hukum tersebut berupa :

1) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang mengikat yang

(46)

32

a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan.

b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun

2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang 23 Tahun 2006

tentang Administrasi Kependudukan .

c. Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan

dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.

d. Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penerapan

KTP Berbasis NIK secara Nasional sebagaimana telah empat

kali diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2013.

e. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2005 tentang

Pedoman Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dan Catatan

Sipil di Daerah.

f. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.19 Tahun 2010 tentang

Formulir dan Buku yang digunakan dalam Pendaftaran

Penduduk dan Pencatatan Sipil.

g. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2011 tentang

Pedoman Penerbitan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor

Induk Kependudukan Secara Nasional sebagaimana telah dua

(47)

Tahun 2016.

2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberi

penjelasan terhadap bahan hukum primer antara lain buku, tulisan

ilmiah, hasil penelitian ilmiah, laporan makalah lain yang berkaitan

dengan materi penelitian.

C. Metode Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data merupakan cara yang dipakai untuk

mengumpulkan informasi atau fakta-fakta di lapangan, dalam pengumpulan

data penelitian ini dialkukan berbagi metode yaitu :

a. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi secara lisan

tentang Implementasi Pendaftaran Penduduk sebagai Upaya Tertib

Administrasi ditinjau dari Hukum Administrasi Negara oleh Pemerintah

Daerah Kabupaten Bantul, serta penulis berharap dapat memperoleh

informasi lebih lanjut tentang permasalahan yang timbul dalam

pelaksanaan kebijakan tersebut.

b. Studi Pustaka

Penyusunan mengumpulkan berbagai literatur baik itu berupa

buku, peraturan Perundang-Undangan maupun karya ilmiah yang

berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti oleh penulis.

Literatur yang diperoleh digunakan untuk mendukung data primer hasil

(48)

34

D. Lokasi Penelitian

Implementasi program e-KTP secara nasional sudah diluncurkan

sejak tahun 2009 dengan menjadikan 6 (enam) kabupaten/kota sebagai pilot

project e-KTP. Ke-enam Kabupaten/Kota tersebut adalah Padang, Makasar,

Yogyakarta, Denpasar, Cirebon dan Bali, untuk Kabupaten ditunjuk

Kecamatan Kasihan.

Dalam penelitian ini penulis memilih Kecamatan Kasihan

Kabupaten Bantul sebagai tempat lokasi penelitian karena Kabupaten Bantul

merupakan salah satu kabupaten dari 5 (lima) kabupaten/kota dalam wilayah

Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di ujung selatan, khususnya

Kecamatan Kasihan yang terletak di perbatasan Kabupaten Bantul dan

Kabupaten Sleman. Selain itu Kabupaten Bantul merupakan tempat dengan

jumlah penduduk terbanyak di Yogyakarta dengan jumlah 1.015.465 jiwa

dengan kepadatan 2.012,93 jiwa/km2 pada Tahun 2009 dan Kasihan

merupakan Kecamatan yang telah membuka pelayanan (khusunya dalam

memberi pelayanan e-KTP) sampai malam dari 17 kecamatan salah satunya

kecamatan yang juga memberikan pelayanan yaitu Kecamatan Banguntapan.

Bantul juga melaksanakan kerja sama dengan rumah sakit umum

dan rumah bersalin untuk proses pendaftaran kelahiran yang dilakukan

secara online dan telah dikoneksikan ke Disdukcapil. Di Bantul juga ada

pelayanan kepada masyarakat pada Sabtu dengan jam kerja dari 07.30-11.00

WIB dan dilakukan secara bergiliran. Selain itu, Bantul telah melakukan

(49)

BPJS. Disdukcapil Bantul pernah mendapat penghargaan dari Kemendagri

pada 2012 karena mampu menyelesaikan proses perekaman E-KTP sampai

100 persen dan pelayanan masyarakat dilakukan sampai hari Sabtu.23

E. Responden Penelitian

Teknik pengambilan sample menggunakan teknik purposive

sampling. Pengertian purposive sampling menurut Sugiyono 2010 adalah

teknik untuk menentukan sampel penelitian dengan beberapa pertimbangan

tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih

reprensentatif.

Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dilakukan

dengan cara mengambil subyek bukan didasarkan atas strata, random atau

daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.24 Syarat – syarat yang

harus dipenuhi dalam menentukan sampel dalam peneltiian ini dengan

ketentuan sebagai berikut :

a. Responden merupakan aparatur Pemerintah Daerah yang memiliki

wewenang dalam menerbitkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebagai

wujud tertib administrasi.

b. Responden terlibat dalam proses pendaftaran penduduk di Kabupaten

Bantul.

23

Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Belajar Pelayanan Digital ke

Bantul dan Solo,

http://www.dukcapil.kemendagri.go.id/detail/belajar-pelayanan-digital-ke-bantul-dan-solo diakses pada tanggal 10 Juni 2016 pukul 14.43 WIB.

24

(50)

36

Selanjutnya, narasumber yang akan diwawancarai dalam penelitian ini

adalah :

a. Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bantul

b. Camat Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul

F. Analisis Data

Analisis data adalah proses penghimpunan atau pengumpulan dan

transformasi data dengan tujuan untuk menyoroti dan memperoleh mendung

pembuatan keputusan.25 Teknik analisis data adalah proses pengumpulan data

secara sistematis untuk mempermudah peneliti dalam memperoleh

kesimpulan. Analisis data merupakan proses mencari dan myusun secara

sistematik data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat

diinformasikan kepada orang lain. Analisis data kualitatif bersifat induktif,

yaitu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan

pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis.26

Secara umum, analisa dimaksudkan untuk memberikan penjelsan

dan menginterpretasikan secara rasional sistematis menuju cara berfikir yang

deduktif-induktif yang sesuai denga kaidah dalam penulisan karya ilmiah.

Tujuan utama dari analisis data adalah utnuk meringkaskan data dalam

bentuk yang mudah dipahami dan mudah ditafsirkan, sehingga hubungan

25

Restu KartikoWidi, 2010, Asas Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Graha Ilmu, hlm. 253.

26

(51)

antara problem penelitian dapat dipelajari dan diuji.27 Data yang diperoleh

dari penelitian di lapangan dan data yang diperoleh dari kepustakaan

selanjutnya di analis secara kualitatif yaitu suatu cara analisis hasil penelitian

yang menghasilkan data diskriptif analitik, yaitu data yang dinyatakan oleh

responden secara tertulis atau atau lisan serta juga tingkah laku yang nyata,

yang diteliti dan dipelajari sebgai sesuatu yang utuh dengan

perundang-undangan, teori-teori, maupun pendapat ahli yang berhubungan sehingga

dapat ditarik kesimpulan yang memadai sebagai karya ilmiah.28

27

Rusdi Pohan, 2007, Metode Penelitian Pendidikan, Yogyakarta: Lanarka, hlm 77.

28

Mukti Fajara, Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif &

(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Profil Kabupaten Bantul 1. Keadaan Alam

Kabupaten Bantul terletak di sebelah Selatan Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta, berbatasan dengan :

a. Sebelah Utara : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman

b. Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

c. Sebelah Timur : Kabupaten Gunung Kidul

d. Sebelah Barat : Kabupaten Kulon Progo

Kabupaten Bantul terletak antara 07° 44' 04" - 08° 00' 27" Lintang Selatan

dan 110° 12' 34" - 110° 31' 08" Bujur Timur.

Luas wilayah Kabupaten Bantul 506,85 Km2 (15,90 5 dari luas wilayah

Propinsi DIY) dengan topografi sebagai dataran rendah 140% dan lebih

dari separonya (60%) daerah perbukitan yang kurang subur, secara garis

besar terdiri dari :

a. Bagian Barat, adalah daerah landai yang kurang serta perbukitan yang membujur dari utara ke selatan seluas 89,86 km2 (17,73 % dari

seluruh wilayah).

b. Bagian Tengah, adalah daerah datar dan landai merupakan daerah

pertanian yang subur seluas 210.94 km2 (41,62 %).

(53)

keadaannya masih lebih baik dari daerah bagian Barat, seluas 206,05

km2 (40,65%).

d. Bagian Selatan, adalah sebenarnya merupakan bagian dari daerah

bagian Tengah dengan keadaan alamnya yang berpasir dan sedikir

berlagun, terbentang di Pantai Selatan dari Kecamatan Srandakan,

Sanden dan Kretek.

Tata Guna Lahan :

1. Pemukiman : 3.927,61 Ha (7,75 %)

2. Sawah : 15.879,40 Ha (31,33 %)

3. Tegalan : 6.625,67 Ha (13,07 %)

4. Hutan : 1.385 Ha ( 2,73 %)

5. Kebun Campuran : 16.599,84 (32,75%)

6. Tanah Tandus : 543 (1,07%)

7. Lain-lain : 5.724,48 (11,30%)

Kabupaten Bantul dialiri 6 (enam) sungai yang mengalir sepanjang tahun

dengan panjang 114 km2, yaitu :

1. Sungai Oyo : 35,75 km

2. Sungai Opak : 19,00 km

3. Sungai Code : 7,00 km

4. Sungai Winongo : 18,75 km

5. Sungai Bedog : 9,50 km

(54)

40

2.Pemerintahan

Terdiri dari 17 Kecamatan, 75 Desa, 933 Dusun.

3.Kependudukan

Hasil Registrasi Peduduk Tahun 2015

Total Penduduk (Jiwa) 919.440 jiwa, dengan rincian : Kepala Keluarga

(KK) 299.772 KK, Mutasi Penduduk Tahun 2011, Lahir (L) 9.499 = 0.94

%, Datang (D) 14.358 = 1.41 %, Mati (M) 4.578 = 0,45 %, Pergi (P)

11.350 = 1,12 %, Kenaikan Penduduk = - , Kenaikan Alami (L-M) =

7.929, Kepadatan Penduduk (Jiwa/km2) 2.012,93.29

29

Pemerintah Kabupaten Bantul, Profil Kabupaten Bantul,

(55)

4. Lambang Daerah Kabupaten Bantul

Berikut lambang daerah Kabupaten Bantul sesuai dengan Peraturan

Daerah Kabupaten Bantul Nomor : 01/1972 tentang Lambang Daerah

(56)

42

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor : 01/1972

tentang Lambang Daerah Kabupaten Bantul, berikut arti lambang daerah

Kabupaten Bantul :

a. Bentuk dan Isi Lambang Daerah

Bentuk dasar lambang daerah Kabupaten Bantul adalah Ellipse

(bulat panjang) yang merupakan gabungan Teratai Berkelopak

Lima. Di bawah lukisan bentuk dasar terdapat gambar pita

bertuliskan “KABUPATEN BANTUL”. Di dalam bentul Ellipse

(bulat panjang) yang merupakan bunga Teratai Berkelopak Lima

berisi lukisan yang menggambarkan : keadaan alam, latar belakang

sejarah, semangat dan cita-cita, persatuan/kesatuan, ukuran lambang

daerah garis tengah horisontal 30 dan garis tengah vertikal 40.

b. Arti dan Makna Lambang Daerah

1. Landasan Idiil Pancasila

2. Gambar Bintang Emas bersegi lima menggambarkan Ketuhanan

Yang Maha Esa

3. Gambar Pohon Kelapa menggambarkan kemanusiaan yang adil

dan beradab.

4. Lukisan Dalam Warna Merah, Putih dari Roda Bergerigi

menggambarkan Persatuan Indonesia.

5. Lukisan Dalam Gambar Sungai menggambarkan kerakyatan

yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

(57)

6. Lukisan Dalam Ganbar Padi dan Kapas menggambarkan

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

7. Landasan Struktural Undang-Undang Dasar 1945 dilukiskan

dalam gambar Ukiran Persegi(linggir Jawa) Empat dan Keris

Berlekuk (luk Jawa) Lima

8. Tata kehidupan gotong royong kearah ketentraman dan

kemakmuran dilukiskan dalam tulisan huruf Jawa berbunyi

“HAMAMAYU HAYUNING BAWONO” Nilai-nilai

Keagamaan dilukiskan dalam gambar Bintang Emas bersegi

lima

9. Semangat perjuangan dan kepahlawanan dilukiskan dalam

gambar Keris dan Gunung yang mengingatkan perjuangan

Pahlawan Nasional Pangeran Diponogoro yang bermarkas di

Gua Selarong pada waktu melawan penjajah Belanda.

10. Semangat Pembangunan dilukiskan dalam gambar Roda

Bergerigi dan untuk mencapai kemakmuran perlu dibangun

industri-industri.

Sejarah pembentukan Daerah Otonom Kabupaten Bantul dilukiskan

dalam gambar serangkai kapas dengan lima belas buah serta daunnya

dan setangkai padi dengan limah puluh butir biji menunjukan bahwa

Daerah Otonomi Kabupaten Bantul dibentuk berdasarkan

Undang-Undang Nomor : 15/1950.

(58)

44

Pegunungan, Sungai dan Laut.

Persatuan dan kesatuan dilukiskan dalam gambar tepi ellipse (bulat

panjang) yang merupakan Bunga Teratai berkelopak lima dengan

tiada terputus.

Pemerintahan dalam melaksanakan pengabdiannya kepada

masyarakat mempunyai 3 (tiga) bidang: Bidang Legislatif, Bidang

Eksekutif, Bidang Yudikatif

Dilukiskan dalam gambar Pohon Kelapa dengan Tiga Pelepah

dengan “Empat” Butir Buah Kelapa melambangkan bahwa

Pemerintah mengikutsertakan rakyat untuk melakukan : Sosial

Control, Sosial Support, Sosial Participation, Sosial Responsibility

c. Warna dan Artinya

Warna Dasar : Hijau Berarti kesuburan dan kemakmuran

Warna Lukisan : Hitam berarti keabadian

Biru : Berarti kesetiaan

Kuning & Kuning Emas: Berarti keluhuran, keagungan, kemasyuran

Merah : Berarti keberanian

Putih : Berarti kesucian

Hijau Muda : Berarti kesuburan & harapan.

B. Implementasi Pelayanan Publik Bidang Administrasi Kependudukan (Pembuatan KTP) di Pemerintah Kabupaten Bantul

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data yang dikumpulkan peneliti di lapangan dan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti maka dapat ditarik kesimpulan untuk menjawab perumusan masalah

Penampilan aksesi terpilih yang mempunyai bobot umbi/tanaman pada kelompok umur panen 10 bulan di Blok Cibadak, 2010.. Potensi bobot umbi/tanaman pada tiga waktu umur panen dari

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu studi korelasi dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh

adalah hal yang bisa diterima. Hendaklah disadari bahwa bukan berarti demi kemaslahatan umum maka seseorang bisa mewajibkan apapun demi kepentingan

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. MEDAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dengan menggunakan metode pemberian reward and punishment dalam pembelajaran

previous year with the positive marked. Grain price, fertilizer price index, rainfall, harvest area in the previous 2 year and 3 year had no signiicant effect. Harvest area

Saran bagi orangtua buruh pabrik perlunya menggunakan bahasa yang baik dalam menyampaikan suatu tugas atau perintah kepada anak, perlunya kerjasama antara ayah dan ibu dalam