• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PEMBAGIAN HARTA BERSAMA DI PENGADILAN AGAMA SURABAYA

(STUDI KASUS Putusan No. :3022/Pdt.g/2009/PA.Sby.)

3.1 Kedudukan Kasus

A. Para Pihak

Gugatan harta dengan nomor :3022/ Pdt.G/ PA.Sby. dalam gugatan ini MARSINI binti SUKIRAN, umur 41 tahun, agama islam, pekerjaan SWASTA, bertempat tinggal di Jl. Bumiarjo III/23 RT.004 RW.005 Kel. Sawunggaling, Kec. Wonokromo, Surabaya. LAWAN. EKO JUWONO bin SOEPARDI umur 43 tahun, Agama ISLAM, Pekerjaan SWASTA, bertempat tnggal di JL. Bumiarjo III/23 RT.004 RW.005 Kel. Sawunggaling, Kec. Wonokromo, Surabaya. Penggugat dan tergugat adalah pasangan suami-istri yang sah, yang telah melangsunkan pernikahan di Mojokerto pada tanggal 28 Januari 1995 berdasarkan kutipan akta nikah No.3781/18/I/1995 yang dikeluarkan oleh kantor Urusan Agama (KUA) Kec. Dlanggu Kab. Mojokerto tertanggal 28 Januari 1995.

Selama melangsungkan pernikahan, antara penggugat dan tergugat telah melakukan hubungan suami istri, dan sampai saat ini telah dikaruniai 2 orang putra yang masing-masing diberi nama:

1. Miko Irfan Hadi Juwana

Anak laki-laki pertama yang lahir di Surabaya pada tanggal 03 Juni 1996.

2. Mario Gardika Yuwono

Anak laki-laki kedua yang lahir di Surabaya pada tanggal 07 Februari 2000

B. PeristiwaHukum

Setelah melakukan pernikahan mereka mengontrak rumah di jalan Tropodo Sidoarjo. Karena merasa tidak cocok dengan rumah yang dikontraknya, maka mereka tinggal bersama orang tua tergugat. Setelah mempunyai anak, mereka mempunyai keinginan untuk tinggal sendiri tidak ikut sama orang tuanya. Penggugat dan tergugat pada tanggal 18 Mei 1997 atau sekitar satu tahun setelah kelahiran anak pertama telah dapat membeli sebuah tanah dan bangunan rumah yang berdiri diatasnya, terletak di Jl. Bumiaarjo III / 23 Surabaya, berukuran panjang 14 meter dan lebar 9,5 meter atau seluas 133 meter persegi dengan batas-batas sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Bumiarjo Gg. III  Sebelah Timur : Bumiarjo Gg. VI  Sebelah Selatan : Saudara Sunarto  Sebelah Barat : Saudara Harnoko

Berdasarkan surat pernyataan Hak Milik Rumah Tertanggal 18 Mei 1977

C. Fakta hukum

Setelah mempunyai rumah, yang mereka harapkan adalah mempunyai keluarga yang bahagia, namun sebaliknya mereka sering

bertengkar, malah si tergugat ketika bertengkar melakukan kontak fisik walaupun didepan putranya. Dan tergugat sudah tidak lagi melaksanakan kewajibanya untuk memberikan nafkah lahir baik kepada penggugat maupun kepada kedua orang putranya, sehingga penggugat beserta dengan kedua orang putranya keluar dari rumah harta bersama dan untuk sementara waktu menumpang di rumah kakak kandung penggugat yaitu di Jl Bumiarjo III / 07 Surabaya. Dan akhirnya si istri melakukan gugatan percerian pada tanggal 20 November 2008 di Pengadilan Agama Surabaya dengan Register No. 3050/Pdt.G/2008/ PA Surabaya. Setelah melewati proses persidangan perceraian, kemudian pada tanggal 01 April 2009 telah mendapatkan keputusan cerai dari Pengadilan Agama Surabaya, sebagaimana terurai dalam Akta Cerai No. 957/AC/2009/PA Surabaya.

Karena hubungan penggugat dan tergugat sudah putus akibat perceraian, maka sesuai dengan ketentuan pasal 35 (1) Undag-Undang No. 1 tahun 1974 jo Pasal 97 Kompilasi Hukum Islam. Pada tanggal 26 Oktober 2009 penggugat melakukan gugatan pembagian harta bersama di Pengadilan Agama Surabaya. Karena penggugat berhak mendapatkan separuh bagian atas harta bersama. Dalam meminta pembagian harta bersama kepada tergugat, penggugat sering kali menegur dan mengingatkan tergugat baik melalui diri sendiri maupun melalui perantara saudara kandung, akan tetapi tergugat tidak ada etikat baik untuk membagi harta bersama tersebut, bahkan dengan arogan

mengatakan tidak akan membaginya, sehingga penggugat mengajukan gugatan harta bersama di Pengadilan Agama Surabaya.

Perbuatan tergugat yang tidak menginginkan dibaginya harta bersama dan berkeinginan menikmati sendiri harta bersama tersebut, tanpa memperhatikan hak-hak penggugat maupun hak-hak kedua orang putranya, itu merupakan perbuatan yang sangat merugikan kepentingan penggugat maupun kedua orang putranya, karena sangat pantas dan wajar apabila tergugat dihukum untuk menyerahkan separuh bagian atas harta bersama, yaitu sebuah rumah yang dibeli setelah melakukan perkawinan. Maka rumah tersebut harus dijual dan hasil penjualan tersebut separuhnya di serahkan kepada penggugat.

Untuk menjamin gugatan penggugat tidak sia-sia dan adanya kekuatiran tergugat akan mengalihkan harta bersama tersebut, selama proses pemeriksaan ini berlangsung, adalah sangat beralasan jika terhadap harta bersama tersebut diletakkan sita material terlebih dahulu. Karena perkara ini didasarkan kepada alat bukti yang sah dan autentik maka sangat beralasan jika terhadap isi putusan ini dinyatakan dapat dilaksanakan terlebih dahulu sekalipun ada upaya hukum banding, maupun kasasi.

Berdasarkan keterangan para saksi selama dalam perkawinan penggugat dan tergugat mempunyai harta gono-gini berupa rumah yang terletak di Bumiarjo Gg III No. 23 Surabaya, Kelurahan Sawonggaling, Kec. Wonocolo, Kotamadya Surabaya. Rumah tersebut semula

merupakan milik kakak ipar penggugat. Harga dari pada rumah tersebut adalah 19.000.000, harga itu sangat murah sekali, mestinya rumah itu harganya sekitar 50 juta sampai 60 juta. Rumah tersebut sekarang ditempati oleh tergugat, dan penggugat kesulitan untuk menempati tersebut karena ditempati oleh tergugat. Dan yang mengunci rumah tersebut adalah tergugat dan penggugat tidak ikut mengunci. Mengenai bukti-bukti adanya harta bersama dan penggugat harus mendapatkan separoh dari harta tersebut adalah sebagai berikut :

1. Foto-copy Akta Cerai Nomor : 957/AC/2009/PA. Sby tanggal 01 Mei 2009 atas nama penggugat dan tergugat, bermatrai cukup dan telah sesuai dengan aslinya.

2. Foto-copy Surat Pernyataan Hak Milik Rumah tertanggal 18 Mei 1997, bermatrai cukup dan telah sesuai dengan aslinya.

3. Foto-copy Kartu Keluarga, Nomor: 125617 / 97 / 06723 tertanggal April 2000, bermatrai cukup dan telah sesuai dengan aslinya.

Pengadilan Agama yang memeriksa dan mengadili perkara pembagian harta bersama setelah melakukan beberapa kali persidangan telah menjatuhkan putusan sebagai berikut :

1. Mengabulkan gugatan penggugat untuk sebagian. 2. Menyatakan obyek sengketa berupa:

sebuah tanah dan bangunan yang berdiri diatasnya, terletak di Jl. Bumiarjo III / 23 Surabaya, berukuran panjang 14 meter lebar 9,5 meter seluas 133 meter persegi. Dengan batas-batas sebagai berikut:

Sebelah Utara : Bumiarjo Gg. III Sebelah Timur : Bumiarjo Gg. VI Sebelah Selatan : Saudara Sunarto Sebelah Barat : Saudara Harnoko

Adalah harta bersama yang diperoleh selama dalam perkawinan antara penggugat dan tergugat yang harus di bagi menjadi 2 bagian yang sama antara penggugat dan tergugat.

3. Menghukum tergugat kerenanya untuk menyerahkan separuh bagian hak penggugat atas harta bersama tersebut pada poin 2 diatas secara natural dan dalam keadaan lacia, dan apabila tidak dapat diserahkan secara natural maka di jual secara umum melalui lelang dan hasil penjualan terebut separuhnya diserahkan kepada penggugat.

4. Menghukum penggugat dan tergugat untuk membayar biaya perkara ini secara tanggung sebesar Rp. 366.000,- (tiga ratus enam pulh enam ribu rupiah).

5. Menolak gugatan penggugat untuk selain dan selebihnya.

3.2. Implementasi Pembagian Harta Bersama di Pengadilan Agama

Surabaya

Putusan cerai yang di jatuhkan Pengadilan Agama Surabaya tidak

serta merta menyelesaikan perkara para pihak, karena si istri belum mendapatkan haknya yaitu separoh bagian atas harta bersama. Tetapi si suami tidak mempunyai itikad baik untuk membagi harta bersama tersebut, bahkan dengan arogan mengatakan tidak akan membaginya, dan ingin

memilikinya sendiri tanpa memperhatikan hak istri dan hak-hak anaknya. Karena perbuatan tergugat tersebut, si istri merasa sangat dirugikan, sehingga si istri melakukan gugatan pembagian harta bersama di Pengadilan Agama Surabaya.

A. Pengajuan Gugatan Ke Pengadilan

Pihak istri dalam melakukan pengajuan gugatan dan proses beracara di Pengadilan Agama Surabaya menggunakan kuasa hukum atau pengacara yang bernama Abdul Kadir S.H, yang berkantor di Jl Undaan Wetan Ngemplak II No. 31 Surabaya. Dengan tujuan untuk memeberikan bantuan hukum atau mewkili pemberi kuasa sebagai penggugat dan mengajukan gugatan pembagian harta bersama terhadap Eko Juwono, S.H.

B. Penetapan Majelis Hakim, Panitera dan Hari Persidangan

Pengajuan gugatan ke Pengadilan Agama Surabaya sudah diterima oleh Ketua Pengadilan Agama Surabaya lalu Ketua Pengadilan Agama Surabaya membaca surat gugatan penggugat pada tanggal 26 Oktober 2009, Reg Nomor : 3022/Pdt.G/2009/ PA.Sby. Maka untuk memeriksa dan mengadili perkara tersebut perlu ditunjuk Majelis Hakim yang susunanya tersebut di bawah ini:

1. Drs.H.M. TURCHAN BADRI, S.H.M.H Sebaga Ketua Majelis 2. Drs. M. NURKHAN, S.H Sebagai Hakim Anggota 3. Drs. M. YAMIN DAULAY, S.H Sebagai Hakim Anggota

Untuk kelancaran tugas Majelis Hakim dalam memeriksa, mengadili dan menyelesaikan perkara tersebut, perlu menugaskan panitera pengganti untuk membantu Majelis Hakim, yang namanya SUGIARTO, S.H. pengadilan berpendapat bahwa perlu terlebih dahulu untuk mendengarkan pihak-pihak berperkara sehingga penetapan tersebut akan ditetapkan. Dan menetapkan permohonan penyitaan tersebut akan ditetapkan secara tersendiri dan memanggil kedua belah pihak supaya mereka datang menghadap ke muka sidang Pengadilan Agama Surabaya Jalan Ketintang Madya VI/3 Surabaya, hari senin tanggal 16 November 2009, jam 09.00 WIB, sekaligus membawa saksi-saksi yang akan didengar dan atau surat-surat yang akan diajukan sebagai bukti dalam perkaranya.

C. Mediasi

Sidang pertama pemeriksaan persidangan Ketua Majelis Hakim menjelaskan kepada para pihak berperkara bahwa perdamaian merupakan suatu proses yang wajib dilaksanakan dalam rangkaian pemeriksaan setiap perkara yang diajukan ke Pengadilan melalui Mediator yang ditunjuk oleh para pihak yang berperkara atau majelis hakim. Selanjutnya Ketua Majelis Hakim memerintahkan agar penggugat dan tergugat segera menghadap ke Mediator untuk mengikuti pelaksanaan mediasi secara aktif dengan perantaraan Mediator sesuai dengan jadwal yang telah disepakati bersama. Ketua Majelis Hakim

menunjuk Drs.M. YAMIN DAULAY, SH. Sebagai mediator dalam perkara ini.

Dari hasil mediasi ternyata didak dapat diperoleh kesepakatan secara bulat, dengan ini laporan hasil mediasi yang direncanakan bersama para pihak dalam perkara tersebur:

1. Bahwa kegiatan mediasi dilaksanakan dua kali pertemuan yaitu tanggal 16 November 2009 dan tanggal 23 November 2009 bertempat di ruang mediasi Pengadilan Agama Surabaya.

2. Kegiatan mediasi dihadiri oleh pihak-pihak dalam perkara tersebut. 3. Dari hasil pelaksanaan mediasi tersebut ternyata tidak dapat

diperoleh kesepakatan bulat dalam hal penyelesaian secara damai. 4. Dengan demikian kegiatan mediasi yang kami laksanakan dengan

para pihak dalam perkara tersebut telah selesai.

D. Persidangan Perkara

Setelah melakukan mediasi dan ternyata tidak mendapatkan hasil, Ketua Majelis Hakim mengadakan sidang lanjutan. Majelis Hakim mencoba mendamaikan penggugat dan tergugat agar rukun kembali dalam rumah tangganya akan tetapi tdak berhasil, lalu dibacakanlah gugatan penggugat yang isinya dipertahankan oleh penggugat. Beberapa sidang lanjutan dengan agenda jawaban tergugat atau duplik, replik, penyerahan bukti-bukti dari penggugat, saksi-saksi penggugat, saksi tergugat, kesimpulan dari tergugat dan akhirnya sampai dengan putusan yang dibacakan oleh Majelis Hakim.

E. Putusan Hakim

Setelah melewati proses persidangan yang begitu panjang, majelis hakim sudah menimbang dan mengambil sebuah keputusan yang kemudian dibacakan. Putusan yang dibacakan oleh Majelis Hakim adalah sebagai berikut:

1. Mengabulkan gugatan penggugat untuk sebagian. 2. Menyatakan obyek sengketa berupa:

sebuah tanah dan bangunan yang berdiri diatasnya, terletak di Jl. Bumiarjo III / 23 Surabaya, berukuran panjang 14 meter lebar 9,5 meter seluas 133 meter persegi. Adalah harta bersama yang diperoleh selama dalam perkawinan antara penggugat dan tergugat yang harus di bagi menjadi 2 bagian yang sama antara penggugat dan tergugat.

3. Menghukum tergugat kerenanya untuk menyerahkan separuh bagian hak penggugat atas harta bersama tersebut pada poin 2 diatas secara natural dan dalam keadaan lacia, dan apabila tidak dapat diserahkan secara natural maka di jual secara umum melalui lelang dan hasil penjualan terebut separuhnya dierahkan kepada penggugat.

4. Menghukum penggugat dan tergugat untuk membayar biaya perkara ini secara tanggung sebesar Rp. 366.000,- (tiga ratus enam pulh enam ribu rupiah).

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesmpulan

1. Dampak perceraian Bagi Para Pihak

Permasalahan yang sering dijumpai bagi perempuan yang bercerai adalah perubahan peranan sebagai ibu rumah tangga menjadi single parent dan memiliki hak asuh anak lebih besar. Adanya suatu keharusan bagi suami memberi mut’ah kepada isteri yang diceraikannya sebagai suatu konpensasi. Masalah status harta bersama suami istri tersebut, Pasal 128 KUHPerdata menetapkan bahwa kekayaan-bersama mereka dibagi dua antara suami dan isteri, atau antara para ahli waris mereka, tanpa mempersoalkan dari pihak mana asal barang-barang itu.

2. Dampak perceraian Bagi Anak

Berkaitan dengan masalah pemeliharaan anak setelah perceraian, didalam Pasal 1 UU No. 1 Tahun 1974 terdapat ketentuan yang mengatur hal ini. Adapun bunyi ketentuan pasal 41 tersebut adalah: 1. Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memlihara dan mendidik

anak-anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak-anak, bilamana ada perselisihan mengenai penguasaan anak-anak, Pengadilan memberi putusannya.

2. Biaya pemeliharaan dan pendidikan anak-anak menjadi tanggung jawab pihak bapak, kecuali dalam pelaksanaannya pihak bapak tidak dapat melakukan kewajiban tersebut, maka Pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut.

3. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya penghidupan dan/atau menentukan suatu kewajiban bagi bekas isteri.

3. Dalam melakukan gugatan harta bersama di Pengadilan Agama Surabaya yang pertama harus dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Pengajuan gugatan ke Pengadilan Agama Surabaya b) Penetapan Majelis Hakim, Panitera dan Hari Persidangan c) Mediasi

d) Persidangan Perkara. e) Putusan Hakim

4.2 Saran

1. Persoalan pembagian harta ini bisa diajukan bersamaan dengan gugatan cerai. Dalam hal demikian maka daftar harta bersama dan bukti-bukti bila harta tersebut diperoleh selama perkawinan disebutkan dalam alasan pengajuan gugatan cerai (posita). Dan kemudian disebutkan dalam tentang permintaan pembagian harta dalam berkas tuntutan (petitum). Putusan pengadilan atas perceraian tersebut akan memuat pembagian harta. Pengajuan gugatan seperti ini selain akan menghemat waktu, juga menghemat biaya.

2. Apabila dikhawatirkan akan timbul hal-hal yang tidak diharapkan dalam perkawinan, maka sebelum melangsungkan perkawinan hendaklah melakukan perjanjian perkawinan. Dengan tujuan adanya saling pengertian antara suami dan istri dalam mengelola harta milik pribadi tersebut, jangan sampai merusak hubungan suami istri yang menjurus kepada perceraian.

DAFTAR PUSTAKA

Hadikusuma, Hilman, Hukum Perkawinan Adat :Dengan Adat Istiadat Dan Upacara Adatnya. Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2003.

HR, Damanhuri, Segi-segi Hukum Perjanjian Perkawinan Harta Bersama, Bandung, CV Mandar Maju, 2007, Cet, ke-1.

Manan, Abdul, Hukum Harta Kekayaan, Bandung, PT. Citra Aditya, 1994.

Nasution , Bahder Johan, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Bandung, Mandar Maju, 2008.

Prawirohamidjojo, Soetojo, Pluralisme dalam Perundang-undangan Perkawinan di Iandonesia, Surabaya, Airlangga University Press 2006, cet.

ke- 4.

Ramulyo, Mohd. Idris, Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Acara Peradilan Agama, dan Zakat Menurut Hukum Islam, Jakarta, Sinar Grafika,

2006.

Sauveplane J.G, Encyclopaedie Winkelprins,7e druk, Elsevier , Amsterdam brusel, 1975.

Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan

(Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974), Liberty, Yogyakarta, 1982.

Sudiyat, Imam, Hukum Adat, Yogyakarta, Sketsa Asas, 1981.

Thalib, Sayuti, Hukum Kekeluargaan Indonesia, Jakarta, UI Pres, 1986, Cet.- 5.

UU Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

Inpres Nomor 1Tahun Tentang Kompilasi Hukum Islam.

Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Team Nusantara, Jakarta, Nusantara, 2009.

Dokumen terkait