• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada siswa kelas VIII SMP

BAB IV HASIL PENELITIAN

C. Implementasi Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada siswa kelas VIII SMP

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan 4 siswa kelas VIII yaitu Adisya Al-Zahra (AA), Muhammad Rafi (MR), Ahmad Farhan (AF), Mutia Rahma (MtR) dan guru mata pelajaran aqidah akhlak yaitu Pak Kamil Aripin (KA) di SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang, maka diperoleh berbagai pernyataan yang terkait dengan Implementasi Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa Kelas VIII SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang. Dibawah ini penulis sajikan hasil penelitian dari hasil wawancara observasi dan telaah kurikulum disekolah SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang.

1. Implementasi Pemebelajaran Aqidah Akhlak di Lingkungan Keluarga Berdasarkan hasil wawancara

Pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak harus dimulai sejak dini yaitu dilingkungan keluarga dalam hal ini siswa kelas VIII SMP Al-Zahra Indonesia mempunyai pernyataan yang berbeda-beda mengenai implementasi pembelajaran aqidah akhlak dilingkungan keluarga, sebagai contoh bisa dilihat dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Adisya Al-Zahra (AA). AA mengatakan bahwa biasa dia berprilaku baik kepada orang tuanya dan selalu membantu pekerjaan ibunya seperti memasak dihari libur dan pekerjaan rumah lainnya. Sebagai mana penuturan AA sebagai berikut

“Biasanya saya selalu membantu pekerjaan orang tua, contohnya ketika

ibu sedang memasak di hari libur saya membantu sebisa saya ya walaupun ngaduk-ngaduk sayur saja sih. Sebenarnya banyak prilaku baik yang biasa saya lakukan kepada orang tua dari mulai berangkat kesekolah saya

57

berpamitan, dan begitupun pulang sekolah dan biasanya apapun nasihat orang tua selama itu baik selalu saya ikuti.”51

Hal yang senada juga diutarakan oleh Mutia Rahma (MtR) yang terkait dengan hal ini, bahwasanya MtR juga selalu berprilaku baik kepada orang tua terutama kepada ibunya, Sebagai coontoh dia pernah mengantarkan ibunya ketoko kue karena kebetulan saat itu akan diadakan acara arisan dengan teman-teman ibunya. Sebagaimana hasil wawancara sebagai berikut

“Saya pernah mengantarkan ibu ke toko kue karena waktu itu ada acara arisan teman-temannya ibu.”52

Disamping itu MtR pun menuturkan bahwasanya dia banyak sekali berbuat baik kepada ibunya selain perbuatan diatas karena dia mengatakan bahwa dia diajarkan untuk selalu berbuat baik kepada orang tua, khususnya kepada ibu. Perbuatan baik tersebut diantaranya adalah seperti mendengarkan nasihat orang tua, menyenangkan orang tua, dan dia pernah memberikan hadia kepada ibunya jika ibunya berulang tahun. Sebagaimana pernyatan MtR dalam hasil wawancara berikut ini

“Iya, sebenarnya banyak sih seperti mendengarkan nasihat orang tua, menyenangkan orang tua dan saya pernah memberikan hadiah pada ibu ketika ibu ulang tahun.”

Begitu pun halnya dengan Muhammad Rafi (MR) bahwasanya MR telah dengan baik mengimplementasikan pelajaran aqidah akhlak dilingkungan keluarganya, dia selalu berprilaku baik kepada orang tua. Sebagai contoh dia selalu mencium tangan orang tuanya sebelum berangkat kesekolah dan mendengarkan nasihat orang tuanya, walaupun terkadang dia tidak mendengarkan nasihat orang tuanya apabila asyik bermain dengan teman-temannya. Sebagaimana pernyataan MR sebagai berikut

“Setiap sebelum berangkat kesekolah saya selalu mencium tangan orang

tua, dan saya mendengarkan nasihat orang tua tapi terkadang saya tidak

51wawancara dengan Adisya Al-Zahra selaku siswa kelas VIII SMP Al-Zahra Indonesia, wawancara dilakukan di ruang kelas pada tanggal 13 November 2014, jam 14.00 WIB

52 wawancara dengan Mutia Rahma selaku siswa kelas VIII SMP Al-Zahra Indonesia, wawancara dilakukan di ruang kelas pada tanggal 13 November 2014, jam 14.10 WIB

58

mendengarkannya contohnya waktu asyik main bola bersama teman-teman saya disuruh pulang tapi saya pura-pura tidak mendengarkan ya itu saja sih

pengalaman.”53

Lainnya halnya dengan Ahmad Farhan (AF), bawasanya AF kurang terlihat dalam mengimplementasikan pelajaran aqidah akhlak khususnya dilingkungan keluarga, mungkin hal ini dikarenakan ayah dan ibunya sibuk bekerja yang menyebabkan kurangnya intensitas pertemuan antara anak dan orang tua. AF mengatakan bahwa setiap pagi ketika akan berangkat kesekolah ayahnya masih tidur hanya ada ibunya yang membantu neyiapkan peralatan sekolah tetapi sepulang dari sekolah ayah dan ibunya belum ada dirumah karena terkadang biasanya ayah dan ibunya pulang larut malam sekitar jam 10 malam sedangkan AF sudah tidur. Sebagai pernyatan AF sebagai berikut

“Tidak selalu, karena saya jarang bertemu dengan orang tua, ayah ibu dua -duanya kerja dikantor pagi-pagi ketika saya mau berangkat sekolah ayah masih tidur cuman ada ibu yang membantu saya menyiapkan peralatan sekolah. apalagi sepulang sekolah, ayah ibu belum pulang kerja

kadang-kadang pulangnya jam 10 malam sedangkan aku sudah tidur.”54

Semua hasil olahan wawancara dengan 4 siswa tersebut diatas disempurnakan dengan pernyataan guru mata pelajaran aqidah akhlak yaitu Bpk. Kamil Aripin, S.Ag. (KA) yang menuturkan bahwa ada beberapa laporan yang terkait dengan prilaku siswa dikeluarga atau dirumahnya. Salah satu contoh yaitu ada orang tua murid (OTM) yang melaporkan anaknya karena sering berkata-kata kotor atau mengumpat, dan dalam hal ini mereka (OTM) menyalahkan pihak sekolah yang lalai dalam mendidik anak-anak, padahal pembelajaran aqidah akhlak sudah tersampaikan dengan baik sekali dengan metode yang terbaik dan variatif dan disampaikan oleh guru yang berkompeten dibidangnya. Begitu juga dengan pembiasaan-pembiasaan diluar kelas yang mengajarkan

53 wawancara dengan Muhammad Rafi selaku siswa kelas VIII SMP Al-Zahra Indonesia, wawancara dilakukan di ruang kelas pada tanggal 13 November 2014, jam 14.20 WIB 54wawancara dengan Ahmad Farhan selaku siswa kelas VIII SMP Al-Zahra Indonesia, wawancara dilakukan di ruang kelas pada tanggal 13 November 2014, jam 14.30 WIB

59

kepada siswa untuk selalu berprilaku islami. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh KA dalam wawancara sebagai berikut

“sering sekali orang tua murid datang untuk menghadap ke saya untuk

mengadukan permasalahan yang berkaitan dengan anaknya. Sebagai contoh pernah ada OTM (orang tua murid) yang melaporkan bahwa anaknyas sering berkata-kata kotor atau mengumpat dirumah contohnya yaitu: anjir (plesetan dari kata anjing), sialan, bego dan sebagainya. Mereka (OTM) dalam hal ini menyalahkan pihak sekolah yang lalai dalam mengawasi dan mendidik anak-anak dalam berbicara, dan memang kami sebagai guru mengakui bahwa tidak setiap menit kami tidak mendapingi siswa dalam mendidik prilaku dan pembiasaan kalimat Toyyibahnya sebagai contoh ketika waktu istirahat saat mereka bermain dan berkumpul dengan teman sebayanya, yaitu saat mereka makan siang sambil mengobrol. Kami sebagai guru belum bisa dan belum terjadwal untuk mendampingi mereka, saat itulah mereka bertukar pikiran mencontoh

prilaku dan kebiasaan teman mereka.”55

2. Implementasi Pembelajaran Aqidah Akhlak di Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah mempunyai peran yang berpengaruh juga terhadap pembentukan karakter seorang siswa karena sebagian besar kegiatan seorang siswa dari pagi hingga siang dihabiskan dilingkungan sekolah. Oleh karena itu, disini penulis akan menyajikan hasil penelitian terhadap siswa kelas VIII di SMP Al-Zahra Indonesia. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan 4 orang siswa dan 1 orang guru, yaitu diantara adalah Adisya Al-Zahra (AA), Muhammad Rafi (MR), Ahmad Farhan (AF), Mutia Rahma (MtR), Kamil Aripin, S.Ag. (KA), maka diperoleh hasil sebagai berikut.

Pertanyaan pertama yang penulis ajukan kepada 4 responden yang merupakan siswa adalah tentang kedisiplinan datang tepat waktu kesekolah. Kebanyak dari siswa selalu diantar ke sekolah baik oleh jemputan maupun orang tuanya yang mengantar. AA mengatakan bahwa biasanya yang

55 wawancara dengan pak Kamil Aripin selaku guru mata pelajaran aqidah akhlak, wawancara dilakukan di ruang guru pada tanggal 13 November 2014, jam 13.30 WIB

60

mengantar dia adalah supir karena orang tuanya tidak bisa untuk mengantarkannya ke sekolah dikarenakan kesibukannya bekerja, dia selalu datang tepat waktu ke sekolah karena sudah terbiasa setiap hari dan kebetulan ayahnya adalah ketua yayasan dari sekolah yang penulis teliti ini jadi dia akan merasa malu jika datang terlambat ke sekolah. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh AA dalam wawancara sebagai berikut

“Biasanya sih yang mengantar supirnya ayah, karena kan ayah ketua yayasan pasti sibuk tidak bisa mengantar saya kesekolah dan juga tidak

setiap hari ayah datang kesekolah terkadang pergi rapat keluar kota.”56

Berbeda dengan AA, tiga responden yang lain mengatakan bahwa mereka tidak selalu datang tepat waktu ke sekolah sebagaimana pernyataan MR dalam hasil wawancara berikut ini

“Tidak selalu, kadang saya datang tepat waktu tapi pernah juga saya telat.”57

Penyebab dari keterlambatan mereka ke sekolah beragam mulai dari telat bangun pagi sampai terlambat karena telat dijemput oleh mobil jemputan. Walau pun tidak setiap hari mereka terlambat tetapi ini menunjukan ketidak disiplinan mereka di sekolah. Hal ini sebagaimana hasil wawancara yang penulis lakukan kepada MtR sebagai berikut

“Waktu itu saya terlambat karena jemputannya telat datang, padahal saya sudah siap dari jam enam tapi jemputannya jam 06:30 baru datang jadikan sebenarnya itu bukan salah saya tapi salah jemputannya.”58

Disamping itu, berkaitan dengan implementasi pembelajaran aqidah akhlak di sekolah penulis juga mengajukan pertanyaan kepada responden yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran aqidah akhlak di kelas. Dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan para responden yang terdiri dari 4

56wawancara dengan Adisya Al-Zahra selaku siswa kelas VIII SMP Al-Zahra Indonesia, wawancara dilakukan di ruang kelas pada tanggal 13 November 2014, jam 14.00 WIB 57 wawancara dengan Muhammad Rafi selaku siswa kelas VIII SMP Al-Zahra Indonesia, wawancara dilakukan di ruang kelas pada tanggal 13 November 2014, jam 14.20 WIB

58 wawancara dengan Mutia Rahma selaku siswa kelas VIII SMP Al-Zahra Indonesia, wawancara dilakukan di ruang kelas pada tanggal 13 November 2014, jam 14.10 WIB

61

orang siswa didapatkan hasil sebagai berikut, yaitu: AA mengatakan bahwa dia selalu mengikuti pelajaran di kelas dengan baik, tertib, tidak pernah bercanda dan mengikuti nasihat gurunya. Hal yang senada juga diutarakan oleh MtR bahwasnya dia juga seperti siswa yang lainnya yang selalu mengikuti pembelajaran aqidah akhlak di kelas dengan baik. Hal ini sebagaimana pernyataan MtR dalam hasil wawancara sebagai berikut

“Biasanya saja sih seperti anak yang lainnya, maksudnya anak-anak yang baik loh pak bukannya yang nakal-nakal heheheheh.”59

Lain hal dengan AA dan MtR, MR dan AF tidak selalu mengikuti pembelajaran aqidah akhlak dengan baik di kelas, MR mengutarakan bahwa terkadang pelajaran aqidah akhlak membuatnya cepat bosan. Rasa bosan ini lah yang kemudian membuatnya kurang konsentrasi terhadap pelajaran dan akhirnya mengobrol dengan teman. Begitupun dengan AF yang sering hukum di kelas oleh guru mata pelajaran aqidah akhlak di kerenakan tidak mengerjakan PR dan jarang membawa buku aqidah akhlak. Hal ini sebagaimana hasil wawancara berikut ini

“Saya mengikutinya dengan baik, tapi terkadang pelajaran aqidah akhlak

bikin saya cepat bosan dan akhirnya saya ngobrol deh dengan teman. Kata

pak guru sih saya anaknya lumayan pintar cuma sedikit nakal.”60

“Saya sering dihukum dikelas oleh pak kamil karena tidak mengerjakan

PR dan jarang membawa buku aqidah akhlak.”61

3. Implementasi Pembelajaran Aqidah Akhlak di Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat juga berperan dalam membentuk prilaku, kebiasaan dan karakter siswa. Apabila seorang siswa hidup dilingkungan yang baik serta masyarakatnya baik pula maka siswa tersebut akan terbiasa mengikuti apa yang dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya. Hal ini sebagaimana di

59 wawancara dengan Mutia Rahma selaku siswa kelas VIII SMP Al-Zahra Indonesia, wawancara dilakukan di ruang kelas pada tanggal 13 November 2014, jam 14.10 WIB

60 wawancara dengan Muhammad Rafi selaku siswa kelas VIII SMP Al-Zahra Indonesia, wawancara dilakukan di ruang kelas pada tanggal 13 November 2014, jam 14.20 WIB

61 wawancara dengan Ahmad Farhan selaku siswa kelas VIII SMP Al-Zahra Indonesia, wawancara dilakukan di ruang kelas pada tanggal 13 November 2014, jam 14.30 WIB

62

sampaikan oleh guru mata pelajaran aqidah akhlak yang mengatakan bahwa ada kaitan yang sangat signifikan antara prilaku siswa di sekolah akibat dari pengaruh lingkungan tempat tinggalnya. Beliau pun menjelaskannya dengan bercerita tentang perkataan Nabi Muhammad yang mengibaratkan prilaku seseorang yang akan cenderung mengikuti prilaku teman dekatnya. Begitupun halnya dengan seorang siswa yang sedang dalam masa pencarian jati dirinya yang mudah sekali terpengaruh oleh orang lain apalagi teman sebayanya. Hal ini sebagaimana hasil wawancara dengan KA berikut ini

“Tentu saja ada kaitannya yang sangat signifikan antara prilaku siswa dikelas atau disekolah akibat pengaruh dari lingkungan tempat tinggalnya. Sebagai mana nabi pernah menjelaskan bahwa seseorang itu tergantung kepada siapa dia berteman apabila ia berteman dengan tukang pandai besi maka minimal dia akan kepercikan bunga apinya dan apabila ia berteman dengan tukang minyak wangi maka minimal dia akan terkena wangi dari parfum tersebut. Begitu pun seorang siswa yang sedang dalam masa pencarian jati dirinya ia akan mudah terpengaruh oleh orang lain apalagi teman sebayanya, apabila siswa tersebut berada dalam lingkungan yang sehat maka Insya Allah dia pun akan terbiasa denga keadaan dari lingkungan tersebut, begitupun sebaliknya, apabila siswa tersebut berada dalam lingkungan yang kurang sehat masyarakatnya mempunyai kebiasaan buruk maka lama kelamaan dia pun akan ketularan dengan

kebiasaan buruk tersebut.”62

Dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan AA diperoleh data bahwa AA pernah ikut serta dalam kegiatan gotong-royong dalam membersihkan lingkungan sekitar. Walaupun saat itu AA hanya sebentar dalam memberikan bantuannya, tetapi hal ini mengindikasikan bahwa AA mempunyai empati yang cukup bagus dalam pergaulannya dengan masyarakat sekitar. Sebagaimana hasil wawancara sebagaiamana berikut

62 wawancara dengan pak Kamil Aripin selaku guru mata pelajaran aqidah akhlak, wawancara dilakukan di ruang guru pada tanggal 13 November 2014, jam 13.30 WIB

63

“Waktu itu saya pernah sekali gotong-royong dalam membersihkan lingkungan dekat rumah, tapi Cuma sebentar soalnya saya harus les piano

waktu itu.”

Hal yang senada juga di ungkapkan oleh MR bahwasanya MR pernah mengikuti kegiatan gotong-royong dalam membersihkan masjid di lingkungan dekat rumahnya dan selain itu dia pun pernah ikut serta dalam kegiatan buka bersama di masjid saat bulan ramadhan. Hal ini menunjukan bahwa MR mempunyai sifat yang baik yaitu bisa berbaur dengan lingkungan sekitar dan mencontoh kebiasaan baik dari lingkungannya. Sebagaimana hasil wawancara dengan MR berikut ini

“Iya pernah, waktu itu ada kegiatan gotong-royong membersihkan masjid dilingkungan dekat rumah saya, saya cuma nyapu-nyapu lantai depan

masjid saja sih.”

“Hmmmm….kayanya tidak ada deh, oh iya saya baru ingat saya pernah ikut dalam kegiatan buka bersama di masjid dekat tempat saya tinggal. “63

Lain hal dengan AF dan MtR mereka berdua mengatakan bahwa mereka tidak pernah ikut serta dalam kegiatan gotong-royong di lingkungan meraka. MtR mengatakan bahwa jarang sekali ada kegiatan gotong-royong di lingkungannya, sedangkan AF mengatakan bahwa alasan dia tidak pernah mengikuti kegiatan gotong-royong adalah karena kemalasannya, dia lebih memiliih di rumah untuk bermain dari pada mengikuti kegiatan gotong-royong. Hal ini sebagaimana wawancara dengan AF sebagai berikut

“Saya males mengikuti kegiatan seperti itu, capek. Lebih baik saya diam

dirumah main game kan lebih tidak membosankan.”64

Berkaitan dengan sholat berjamaah di masjid khususnya sholat subuh, karena sholat subuh biasanya berat untuk di laksanakan secara berjamaah di masjid, hal ini terlihat dari hasil wawancara yang menulis lakukan dengan ke 4 siswa yang merupakan responden, hanya satu responden yaitu MR yang

63 wawancara dengan Muhammad Rafi selaku siswa kelas VIII SMP Al-Zahra Indonesia, wawancara dilakukan di ruang kelas pada tanggal 13 November 2014, jam 14.20 WIB

64wawancara dengan Ahmad Farhan selaku siswa kelas VIII SMP Al-Zahra Indonesia, wawancara dilakukan di ruang kelas pada tanggal 13 November 2014, jam 14.30 WIB

64

mengatakan pernah sholat subuh berjamaah di masjid tetapi itu pun tidak setiap hari hanya kadang-kadang saja. Sebagaimana pernyatan MR sebagai berikut

“Iya kadang-kadang tapi tidak setiap hari.”65

Lain halnya dengan ketiga responden yang lain mengatakan bahwa mereka tidak pernah sholat subuh berjamaah di masjid, hanya sholat magrib saja yang meraka pernah lakukan di masjid tetapi itu pun tidak setiap hari dan hal itu pun ada paksaan dari orang tua seperti pernyataan AF berikut ini

“Kalau sholat magrib sih pernah tapi tidak setiap hari itu pun karena di

paksa oleh ibu.”

Penyebabnya beragam, ada yang berasalan bahwa masjidnya jauh, da nada juga yang berasalan karena takut berangkat di masjid di waktu subuh, tetapi kebanyakan dari responden mengatakan bahwa mereka selalu melaksanakan sholat subuh berjamaah di masjid saat bulan ramadhan. Sebagai mana hasil wawancara dengan AA sebagai berikut

“Tidak, saya tidak setiap hari sholat subuh di masjid karena masjidnya

jauh dari rumah saya, tapi pernah sih saya sholat subuh berjamaah itu pun

bulan ramadhan saja.”66

Hal ini menunjukan bahwa masih ada implementasi pembelajaran aqidah akhlak yang mereka terapkan di lingkungan masyarakat, walaupun belum sepenuhnya di laksanakan sesuai dengan yang di harapkan dari hasil pembelajaran aqidah akhlak yang mereka dapatkan di sekolah.

4. Implementasi Pembelajaran Aqidah Akhlak Dalam Pembiasaan Akhlakul Karimah

a) Ikhtiar

Dari hasil wawancara yang dapatkan dari para responden diperoleh data sebagai berikut, penulis mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan ikhtiar yaitu diartika sebagai usaha yang nyata terlihat di lakukan oleh seorang siswa

65 wawancara dengan Muhammad Rafi selaku siswa kelas VIII SMP Al-Zahra Indonesia, wawancara dilakukan di ruang kelas pada tanggal 13 November 2014, jam 14.20 WIB

66 wawancara dengan Adisya Al-Zahra selaku siswa kelas VIII SMP Al-Zahra Indonesia, wawancara dilakukan di ruang kelas pada tanggal 13 November 2014, jam 14.00 WIB

65

khususnya dalam pembelajaran aqidah akhlak. AA mengatakan bahwa dirinya selalu belajar sebelum menghadipi ulangan karena menurutnya apabila ia tidak belajar maka dia tidak akan bisa mengerjakan soal-soal dalam ulangan dan hasilnya pun terlihat dari nilai ulangannya yang selalu mendapatkan nilai 100 dan hanya sekali mendapatkan nilai 97. Sebagaimana hasil wawancara dengan AA sebagai berikut

“Iya, karena kalau tidak belajar mana mungkin saya bisa menjawab

soal-soal ulangannya.”

“Alhamdulillah, nilai saya selalu 100 walau pun waktu itu saya mendapatkan nilai 97 karena salah satu soal di soal pilihan ganda.”67

Sama halnya dengan AA, MtR pun selalu belajar sebelum menghadapi ulangan tetapi bedanya dia pernah tidak belajar karena saat itu dia tertidur dikarenakan kelelahan setelah jalan-jalan. Hal ini sebagaimana pernyataan MtR berikut ini

“Iya pernah, karena saya ketiduran lupa belajar dikarenakan capek abis jalan-jalan.”68

Lainya halnya dengan mereka, 2 responden yang lain yaitu MR dan AF mengatakan bahwa setiap ada ulangan mereka tidak selalu belajar hal ini di karenakan terkadang mereka lupa bahwa aka nada ulangan saat itu, akibatnya adalah saat mengerjakan soal-soal ulangan mereka kesulitan dan akhirnya mendapatkan skor nilai yang tidak memuaskan yaitu hanya sebatas nilai KKM saja. Hal ini sebagaimana pernyataan AF dalam hasil wawancara sebagai berikut

“Tidak selalu, kadang belajar kadang tidak, lebih seringnya sih tidak, karena saya lupa kalau ada ulangan akhirnya ya nilainya jelek. Biasanya sih walaupun sudah belajar juga engga bagus bagus banget nilainya, seringnya cuma nilai kkm aja.”69

67 wawancara dengan Adisya Al-Zahra selaku siswa kelas VIII SMP Al-Zahra Indonesia, wawancara dilakukan di ruang kelas pada tanggal 13 November 2014, jam 14.00 WIB

68 wawancara dengan Mutia Rahma selaku siswa kelas VIII SMP Al-Zahra Indonesia, wawancara dilakukan di ruang kelas pada tanggal 13 November 2014, jam 14.10 WIB

69 wawancara dengan Ahmad Farhan selaku siswa kelas VIII SMP Al-Zahra Indonesia, wawancara dilakukan di ruang kelas pada tanggal 13 November 2014, jam 14.30 WIB

66

b) Syukur

Secara umum syukur adalah prilaku dimana seseorang berterima kasih kepada Allah atas apa yang telah di berikan kepadanya. Dalam hal ini penulis mengajukan pertanyaan kepada responden yang berkaitan dengan implementasi sifat syukur ketika mendapatkan kabar gembira. Hasilnya terlihat bahwa ketiga responden yaitu AA, MtR dan MR selalu bersyukur apabila mendapatkan kabar gembira yaitu dengan mengucap lafadz Hamdalah yaitu ucapan Alhamdulillah hirobbil „alamin. Lain halnya denga mereka AF mengatakan bahwa dia belum terbiasa untuk bersyukur dengan mengucap lafadz hamdalah hal ini terlihat dari hasil wawancara dengan AF sebagai berikut

“Saya belum terbiasa, soalnya kadang suka lupa mengucap hamdalahnya, lebih seringnya kalau mendapat sesuatu yang membahagiakan hanya ekspresi senang gitu aja sih.”70

Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar dari responden sudah terbiasa dengan mengucapkan hamdalah ketika mendapatkan kabar gembira dan hal ini

Dokumen terkait