• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi pembelajaran aqidah akhlak pada siswa kelas VIII di SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi pembelajaran aqidah akhlak pada siswa kelas VIII di SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

PADA SISWA KELAS VIII DI SMP AL-ZAHRA

INDONESIA PAMULANG

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dna Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I.)

Disusun oleh:

Edi Sutrisna Putra

NIM: 109011000273

Pendidikan Agama Islam

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK Nama: Edi Sutrisna Putra

NIM: 109011000273

FAK/JUR: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama islam

Judul: Implementasi Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa Kelas VIII SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jawaban bagaimana pembelajaran Pendidikan Agama Islam (akhlak) di SMP Al-Zahra Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Zahra Indonesia.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu penelitian lapangan (field research) yang menggunakan instrument wawancara dan observasi serta telaah kurikulum. Dari penelitian yang telah dilakukan kepada sejumlah siswa dan guru mata pelajaran aqidah akhlak yang menjadi responden, penulis melakukan analisis data hasil wawancara yang merupakan bagian penting dalam metode ilmiah untuk menjawab masalah penelitain ini.

Implementasi pembelajaran aqidah akhlak pada siswa kelas VIII SMP Al-Zahra Indonesia, antara materi yang disampaikan atau norma dengan sikap atau prilaku siswa cukup baik, hal ini terlihat dari hasil penelitian di SMP tersebut.

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah menganugerahkan rahmat dan hidayah-nya. Shalawat dan salam saya sanjungkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta para pengikutnya sampai akhir zaman.

Tidaklah terlepas ucapan terima kasih syukur bahagia yang tiada terhingga sampai kapan pun untuk kedua orang tua keluargaku tercinta Ayahanda H. Abdul

Aziz dan Ibunda Hj. Mumun yang selalu mendo’akanku, mendidikku dengan penuh

keikhlasan, keridhoan dan kesabaran serta kasih sayangnya hingga saat ini, kepada Saudara-saudaraku Khoirul Rizal dan istri, Andi Rahman Hakim dan istri, dan

Lulu Lutfia Rizkia yang selalu memberikan semangat arti penuh makna dalam

menuju hidup yang kaya amanah akan keberkahan dan semoga Allah SWT senantiasa menuntun dan menjaga mereka dalam menuju keridhoan-nya.

Sebagai manusia, penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Tanpa bantuan serta dorongan dari berbagai pihak yang secara tulus ikhlas memberikan bantuannyasecara moril maupun materiil, dimungkinkan skripsi ini tidak akan selesai. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penilisan menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan menghaturkan ucapkan terima kasih kepada:

1. Dra. Nurlela Rifa’I, M.A, Ph.D., Dekan Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.A., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(7)

iii

4. Drs. Rusdi Jamil, MA, Dosen pembimbing skripsi yang dengan tulus ikhlas memberikan bimbingan, bantuan serta motivasinya untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. H. Adi Sunaryo dan Istri Serta Bapak Ghufron, M.pd.I, selaku pendiri yayasan dan kepala sekolah SMP Al-Zahra Indonesia, yang telah sudi kiranya menerima penulis dengan baik dan terbuka dalam melakukan penelitian disekolahnya, sehingga penulis dapat dengan mudah memperoleh data-data yang dapat mendukung penulisan skripsi ini.

6. Teman-teman seperjuangan di Jurusan PAI 2009, Khususnya Kang sholehhuddin, Bang Sihab, Ahmad Fauzi, Sadam Husen, Alimuddin, Ryan Ariandi, Fauzi Ayatullah, Irfan Zidni, Ahmad Qosay, Saepulluddin, Dicky Hermawan, Kholilurahman, Firdaus, Sarya, serta teman-teman mahasiswa yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan semangat dan bantuan selama ini.

7. Akhmad Jihad, S.Pd.I., seorang sahabat yang selalu menemani dalam penyusunan skripsi ini, memberikan masukan, nasehat, dan kritik yang membangun layaknya seorang dosen pembimbing. Mungkin hanya Allah yang bisa membalas semua kebaikanmu wahai sahabat.

8. Teman-teman Remaja Islam Masjid An-nur (RISMA) yang selalu memberikan semangat dikala datang kemalasanku, menumbuhkan kembali semangat baru dengan kebersamaan. Ustad Ahmad Shobari, Dian, Yusuf, Syarif, Ardi, Dwi, Aji, Fitri dan mereka yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Tangerang, 19 Oktober 2014 Penulis

(8)

iv

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAAN PANITIA SIDANG LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori... 7

1. Implementasi Pembelajaran ... 7

a. Pengertiam Implementasi... 7

b. Pengertian Pembelajaran ... 7

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran ... 9

2. Aqidah ... 10

a. Pengertian Aqidah ... 10

b. Hakikat ... 11

c. Pembagian Aqidah... 11

d. Implementasi Aqidah Dalalm Kehidupan Sehari-hari ... 13

3. Akhlak ... 14

(9)

v

b. Pembentukan Akhlak ... 19

c. Pembinaan Akhlak... 23

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembinaan Akhlak ... 27

B. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 31

B. Metode Penelitian ... 31

C. Pengumpulan Data ... 31

D. Validitas Data ... 33

E. Pengolahan dan Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Sekolah SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang Tangerang Selatan ... 35

1.Gambaran Umum SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang Tangerang Selatan ... 35

2. Kondisi Umum SMP Al-Zahra Indonesia... 36

3. Sarana Dan Prasarana ... 38

4. Visi dan Misi SMP Al-Zahra Indonesia... 39

5. Kurikulum SMP Al-Zahra Indonesia ... 39

6. Keadaan Guru, Karyawan, dan Siswa SMP Al-Zahra Indonesia ... 40

B. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Aqidah Akhlak pada siswa kelas VIII SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang ... 43

1. Pelaksanaan Pembelajaran Aqidah Akhlak pada siswa kelas VIII SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang ... 43

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan Pembelajaran Aqidah Akhlak pada SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang ... 53

(10)

vi

1. Implementasi Pemebelajaran Aqidah Akhlak di Lingkungan

Keluarga Berdasarkan hasil wawancara ... 56 2. Implementasi Pembelajaran Aqidah Akhlak di lingkungan

Sekolah ... 59 3. Implementasi Pembelajaran Aqidah Akhlak di Lingkungan

Masyarakat ... 61 4. Implementasi Pembelajaran Aqidah Akhlak Dalam Pembiasaan

Akhlakul Karimah ... 64 5. Implementasi Pembelajaran Aqidah Akhlak Dalam Mencegah

Akhlakul Mazmumah ... 66 BAB V PENUTUP

(11)

vii

[image:11.612.113.524.132.606.2]

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Profil Informan ... 34

Tabel 2 Daftar Materi Pembelajaran SMP Al-Zahra Indonesia ... 42

Tabel 3 Data Jumlah Guru ... 43

Tabel 4 Karyawan-Karyawan SMP Al-Zahra Indonesia ... 44

Tabel 5 Data Jumlah Siswa –Siswi SMP Al-Zahra Indonesia ... 45

(12)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil wawancara guru bidang studi Aqidah Akhlak SMP Al-Zahra Indonesia 2.Hasil Wawancara siswa kelas VIII SMP Al-Zahra Indonesia

3.Surat keterangan bimbingan skripsi 4.Surat keterangan izin riset dari Fakultas

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan di lembaga sekolah tingkat pertama sangat didominasi oleh pelajaran umum seperti IPA dan IPS, sedangkan Pelajaran Agama Islam (aqidah akhlak) di lembaga tersebut sangat minim, mulai dari alokasi waktu yang diberikan hanya 2 jam di setiap kelas, guru agama Islam hanya berjumlah

beberapa orang, serta buku panduan yang diajarkan di sekolah tersebut juga belum memadai baik dari segi isi buku maupun pengarang buku tersebut.

Melihat dari fenomena tersebut, tentunya akan sangat sulit mencapai tujuan pendidikan keagamaan dengan baik yang ada dalam kurikulum mata pelajaran, dengan waktu yang begitu singkat padahal si anak tidak hanya dituntut mendapatkan materi tentang apa itu akhlak dan berbagai macamnya, tapi justru hal yang paling utama adalah bagaimana cara pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Jika kita meminjam pendapat kaum Hedonis, sebagaimana yang di kutip Ahmad Amin, dalam Bukunya yang berjudul “Etika

(Ilmu Akhlak)”, maka alokasi waktu tersebut jauh dari cukup, karena pelajaran akhlak menuntut adanya praktik dalam masyarakat, mereka berpendapat, .Pelajaran akhlak mempunyai pengaruh yang besar dalam praktik hidup, karena teori ini membatasi tujuan hidup. Yaitu kebahagiaan perseorangan yang menurut pendapat paham Hedonism atau kebahagiaan masyarakat menurut pendapat paham Universalistic Hedonisme.1

Dalam kehidupan nyata sendiri, setiap manusia akan lebih banyak mendapatkan pendidikan akhlak melalui dunia nonformal, atau lebih pada pemberian contoh dari kaum yang lebih tua, yang terkadang kaum tua sendiri

lebih banyak memberikan contoh yang tidak baik.

Karenanya, sektor pendidikan formal (melalui sekolah) atau nonformal (Pendidikan Pesantren) menjadi solusi yang amat diperlukan oleh masyarakat

1

(14)

2

guna pendidikan akhlak anak. Dengan harapan ketika si anak terjun kemasyarakat ia mampu memposisikan dirinya sebagai manusia yang bias diterima diberbagai golongan atau usia, dan bahkan harapan yang lebih jauh ia menjadi manusia yang terhormat. Permasalahannya sekarang adalah, apakah dengan tenggang waktu pendidikan yang relatif sedikit atau sebentar tersebut si anak mampu menjawab semua permasalahan yang ada di masyarakatnya yang seiring waktu permasalahan tersebut akan berkembang atau apakah ia mampu menjadi remaja yang diharapkan? Karena pada realita-nya masyarakat hanya bisa menuntut hal yang

baik.

Berkaitan dengan masalah akhlak, Islam menghadirkan berberapa landasan teori yang tertuang dalam al-Quran dan Hadis, dan perkataan para ulama salaf. Diantaranya sebagai berikut:

1. Al-Qur‟an





“Sesungguhnya engkau (muhammad) berada diatas budi pekerti yang Agung”

(Q.S. Al-Qalam : 4).2

2. Al-Hadis

"Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia".3 (HR. Ahmad) 3. Menurut ulama dan Tokoh-Tokoh Muslim

a. Abdul Hamid Yunus

"Akhlak ialah sifat kebiasaan manusia"4

2

Departemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, (Bandung: CV penerbit Jumanatul

Ali, 2005), h.596

3

Imam Malik, Al-Muwatha Juz. 14, (Beirut: Daarul Fikr, 1980), h. 132

(15)

3

Pandangan hidup yang materialitis atau hanya mementingkan keuntungan dunia, mempengaruhi masyarakat yang nampak pada tingkah lakunya dengan meninggalkan amalan-amalan ibadah serta tidak memperdulikan lagi untuk mempelajari Al-Qur‟an sebagai kitab suci dan mengaplikasikannya dalam kehidupan dunia dan untuk keselamatan di akhirat kelak. Manusia lebih mementingkan waktu dan materi keduniaan, sehingga melalaikan kewajiban utamanya sebagai makhluk Allah swt berakhlak mulia.

Maka dalam dunia pendidikan agama tidak bisa di pisahkan, walaupun di

SMP/ SLTP banyak pelajaran-pelajaran akan tetapi setiap mata pelajaran memiliki ciri khas dan karakteristik tertentu yang dapat membedakannya dengan mata pelajaran lainnya. Begitu juga halnya mata pelajaran pendidikan agama Islam, khususnya di sekolah menengah pertama (SMP).

Adapun rujukan atau pedoman dalam pembelajaran pendidikan agama Islam (akhlak) di SMP Al-Zahra Indonesia untuk kelas VIII ialah buku mutiara akhlak dalam pendidikan agama Islam. Berdasarkan Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi dan Permendiknas nomor 23 tanun 2006 tentang standar kompetensi lulusan yang di karang oleh Drs. Soepardjo, S. Ag dan Ngadiyanto, S. Ag. yang di terbitkan oleh PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri di Solo tahun 2007.

Dalam proses pembelajaran pendidikan SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang disesuaikan dengan silabus, standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dari Departemen Pendidikan Nasional.5

Anak yang berada dalam masa puber serta belum memahami agama Islam dan fenomena tersebut terjadi di sekolahan lanjutan pertama dengan didukungnya mata pelajaran tentang keagamaannya sangat kurang maksimal. Anak akan mudah terjerumus pada perbuatan dosa dan perbuatan maksiat lainnya. Keadaan

semacam ini juga dapat menjadi penyebab utama kemerosotan moral, pergaulan bebas, penggunaan obat-obat terlarang, pemerkosaan, pembunuhan, dan berbagai

5Drs. Soepardjo, S.Ag dan Ngadiyanto, S.Ag, Mutiara Akhlak Dalam Pendidkan Agama Islam

(16)

4

bentuk kejahatan yang kebanyakan dilakukan oleh generasi yang kurang pemahamannya tentang akhlak, kurangnya pendidikan akhlak serta pembinaan akhlak pada anak.

Apabila anak telah memahami hikmah dan pentingnya mempelajari akhlak dengan baik berarti mereka telah dibimbing untuk senantiasa mendekatkan dirinya kepada Allah Swt, yang akan membawa kepada ketenangan jiwa dan akan timbul perasaan takut bila hendak melakukan perbuatan dosa karena ia telah yakin bahwa dirinya senantiasa berada dibawah pengawasan Allah Swt.

Lembaga pendidikan lanjutan pertama sangat dibutuhkan peranannya dalam membantu orang tua serta melanjutkan pemberian pemahaman akhlak serta pembinaan akhlak pada anak didik (remaja awal) yang sudah mereka dapatkan dari sekolah dasar.

Karena periode ini merupakan masa pertumbuhan dan perubahan yang pesat, meskipun masa puber merupakan periode singkat yang bertumpang tindih dengan masa akhir kanak-kanak dan permulaan masa remaja Namun, ciri utama masa ini adalah bergejolaknya dorongan seksual. Oleh karena itu, interaksi mereka dengan kekuatan barunya ini tergolong salah satu problem yang paling berat.6

Melihat fenomena di atas penulis tertarik untuk meneliti dan membahas dalam penulisan penelitian dengan judul : “IMPLEMENTASI

PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK PADA SISWA KELAS VIII SMP AL-ZAHRA INDONESIA”.

B. Identifikasi Masalah

Sebagaimana dipaparkan dalam latar belakang masalah bahwa permasalahan akhlak khususnya, pada murid SMP yang sedang mengalami proses pendewasaan diri, baik dari fisik maupun karakter harus lebih di tingkatkan lagi

dalam hal pendidikan akhlaknya. Pembelajaran akhlak disekolah diharapkan mampu membentuk kepribadian yang luhur bagi anak, dimanapun dia berada dan dalam situasi apapun.

(17)

5

Berdasarkan persoalan pokok diatas, maka persoalan-persoalan yang mengitari kajian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Sebab dan akibat dari kemerosotan moral siswa masih kurang mendapatkan perhatian lebih.

2. Strategi dalam meningkatkan moral baik (akhlakul karimah) siswa, masih jarang digunakan baik dalam pembelajaran aqidah akhlak di kelas maupun pembiasaan di luar kelas.

3. Tujuan pembelajaran aqidah akhlak yang dinginkan belum tercapai

secara maksimal.

4. Kurangnya bimbingan terhadap siswa dalam memahami hikmah dan pentingnya mempelajari aqidah akhlak untuk di implementasikan di keluarga, di sekolah dan di lingkungan masyarakat.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas dan mempermudah pokok permasalahan dalam penulisan skripsi ini, penulis membatasi masalah sebagai berikut:

a. Implementasi yang penulis maksud yaitu penerapan prilaku akhlak baik dan menjauhi prilaku buruk, sebagaimana telah di ajarkan dalam pembelajaran aqidah akhlak di sekolah. Peneliti hanya membatasi pada pembelajaran aqidah akhlak siswa Kelas VIII yang meliputi pembelajaran akhlakul karimah (akhlak terpuji), antara lain: ikhtiar, syukur. Dan akhlakul mazmumah (akhlak tercela), antara lain: putus asa, takabur. Dalam Pembinaan Akhlak Siswa di SMP Al-Zahra Indonesia.

b. Implementasi pembelajaran aqidah akhlak yang dimaksud disini di bagi menjadi tiga, yaitu: akhlak siswa di lingkungan keluarga, akhlak siswa di lingkungan sekolah dan akhlak siswa di lingkungan masyarakat.

2. Perumusan Masalah

Setelah membatasi masalah dalam penelitian ini, penulis memutuskan masalah sebagai berikut:

(18)

6

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk implementasi pembelajaran aqidah akhlak di SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang.

E. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini antara lain:

1. Dari segi akademik, hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi para pendidik dalam menerapkan pembelajaran aqidah akhlak di suatu lembaga pendidikan.

2. Penelitian ini juga berguna bagi sekolah yang di observasi, dalam hal ini SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang, dalam mengetahui implementasi pembelajaran aqidah akhlak pada sisiwa kelas VIII. 3. Adapun kegunaan penelitian ini untuk penulis, akan menjadi salah satu

(19)

7

BAB II

LANDASAN TEORI A.Implementasi pembelajaran

1. Pengertian Implementasi

Implementasi berarti berasal dari Bahasa Inggris yang berarti

“Pelaksanaan”.7

Sedang dalam Kamus Ilmiyah Popular yang berarti Penerapan, Pelaksanaan.8

Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep,

kebijakan, atau inovasi, dalam suatu tindakakn praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan

sikap. Dikemukakan bahwa implementasi adalah : “put something into effect”

(penerapan sesuatu yang memberikan efek atas dampak).9

Jadi Implementasi secara sederhana adalah pelaksanaan atau penerapan. Sedangkan pengertian secara luas, implementasi adalah bukan sekedar aktivitas tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilaksanakan secara sunggu-sunggu berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.

2. Pengertian Pembelajaran

Sebelum membahas pengertian pembelajaran, terlebih dahulu penulis mengemukakan pengertiaan pembelajaran secrara umum. Kata pembelajaran

berasal dari simulfiks pe-an dan ajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian “ajar” adalah pentunjuk yang diberikan kepada orang supaya

diketahui (ditiru), “belajar” adalah “berusaha memperoleh kepandaian atau

ilmu”, “berlatih” atau bias juga “berubah tingkah laku atau tanggapan yang

disebabkan oleh pengalaman”.10

Para ahli mengemukakan definisi belajar yang berbeda-beda. Namun nampaknya ada semacam kesepakatan diantara mereka yang menyatakan

7Jhon M. Echols dan Hasan Sadzly, Kamus inggris Indonesia, (Jakarta : Gramedia Pustaka

Utama, 1995) h, 313

8Perum Penerbit dan Pencetak, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,

1998), h. 327

9E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kopetensi Konsep Karakteristik dan Implementasi,( PT

Remaja Rosda Karya : Bandung), Cet. I, h. 93

10Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, “Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai

(20)

8

bahwa perbuatan “belajar” mengandung perubahan dalam diri seseorang yang

telah melakukan perbuatan belajar. Perubahan itu sifat intensional, positif-aktif, dan efektif-fungsional.11 Sifat intensional berarti perubahan itu terjadi karena pengalaman atau praktik yang dilakukan pelajar dengan sengaja dan disadari bukan kebetulan. Sifat positif berarti perubahan itu bermanfaat sesuai dengan harapan belajar, dsamping menghasilkan sesuatu yang baru yang lebih baik disbanding yang telah ada sebelumnya. Sifat aktif berarti perubahan itu terjadi karena usaha yang dilakukan pelajar, bukan terjadi dengan sendirinya seperti

karena proses kematangan. Sifat efektif berarti perubahan itu memberikan pengaruh dan manfaat bagib pelajar. Adapun sifat fungsional berarti perubahan itu relativ tetap serta dsapat diproduksi atau dimanfaatkan setiap kali dibutuhkan.

Secara umum, belajar dapat dikatakan sebagai suatu proses bagi seseorang untuk memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap. Dalam perspektif psikologi pendidikan, belajar didefinisikan suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang relative menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman.12

Kemudian, yang dimaksud dengan kegiatan pembelajaran adalah usaha dan proses yang dilakukan secara sadar dengan mengacu pada tujuan (pembentukan kompetensi), yang dengan sistematik dan terarah pada terwujudnya perubahan tingkah laku. Perubahan yang dimaksud menunjuk pada adanya suatu proses yang harus dilalui. Proses tersebut adalah kegiatan pembelajaran suatu proses interaksi edukatif.13

Pembelajaran atau disebut juga dengan pengajaran dalam pendidikan, ia harus merujuk pada proses member suasana terjadinya perubahan timgkah laku individu yang terikat tujuan dengan kata lainproses pembelajaran/pengajaran

11direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, “Metodologi Pendidikan Agama Islam”.

(Jakarta : Departemen Agama, 2002), h. 25

12Bina Mitra Pemberdayaan Madrasah (BMPM), “Panduan Pembelajaran”, (Jakarta :

Departemen Agama RI 2005), h. 2

(21)

9

harus melahirkan proses balajar memalui aktivitas yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan tertentu.

Proses pembelajaran ini tidak dapat dipisahkan dari proses dan hasil belajar. Proses pembelajaran harus dengan sengaja diorganisasikan dengan baik agar dapat menumbuhkan proses belajar yang baik pada gilirannyadapat mencapai hasil belajar yang optimal, baik secara kognitif, efektif dan psikomotorik.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembelajaran siswa antara lain :

a. Faktor internal siswa 1) Aspek fisiologis

Kondisi umum jasmani yang menandai tingkat kebugaran organ-organ, tubuh, dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.

2) Aspek Psikologis

Faktor-faktor yang mempengaruhi pada kuantitas dan kualitas pemnelajaran siswa diantanya adalah tingkatan kecerdasan atau intelegensi, sikap, bakat, dan minat siswa serta motivasi siswa.

b. Faktor Eksternal siswa 1) Lingkungan social

Lingkungan Sosial sekolah seperti para guru, staf abministrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa, selanjutnya yang juga termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga serta teman-teman sepermainan di sekitar perumahan tempat tinggalsiswa, lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan

(22)

10 2) Lingkungan nonsosial

Lingkungan nonsosial antara lain gedung sekolah, dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa, dan letakmya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan.

3) Faktor pendekatan belajar, pendekatan belajar segala cara atau situasi yang digunakan siswa untuk menunjang keefektifan dan efisiensi dalam proses pembelajaran materi tertentu.14

B. Aqidah

1. Pengertian Aqidah

Menurut bahasa (etimology), akidah berasal dari perkataan bahasa Arab

yaitu

ةدْيقعْلا

kata dasar al-aqd yaitu al-Rabith (ikatan), al-Ibram (pengesahan), al-Ahkam (penguatan), al-Tawuts (menjadi kokoh, kuat), al-syadd bi quwwah (pengikatan dengan kuat), dan al-Itsbat(penetapan). Sedangkan menurut istilah (terminologi), aqidah berarti perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan, atau dapat juga diartikan sebagai iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya serta tidak mudah terurai oleh pengaruh mana pun baik dari dalam atau dari luar diri

seseorang. Jadi, aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan.

Pengertian aqidah dalam agama islam berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul. Dalam pengertian lengkapnya, aqidah adalah suatu kepercayaan dan keyakinan yang menyatakan bahwa Allah SWT itu adalah Tuhan Yang Maha Esa, Ia tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tidak ada sesuatupun yang menyerupaiNya. Keyakinan terhadap keesaan Allah SWT disebut juga„Tauhid‟, dari kata „Wahhada-Yuwahidu‟, yang artinya mengesakan. Jadi

14

(23)

11

kesimpulannya, apa yang telah menjadi ketetapan hati seorang secara pasti adalah aqidah, baik itu benar atau pun salah.

Aqidah menurut hasan al-Banna adalah beberapa perkara yang wajib

diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa yang tidak bercampur sedikit dengan keraguan-raguan. Adapun aqidah menurut Abu

Bakar Jabir al-Jazairy adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini keshahihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.

2. Hakikat Aqidah

Dalam menjelaskan definisi akidah ada disebut perkataan kepercayaan atau keimanan. Ini disebabkan Iman merupakan unsur utama kepada akidah.

Iman ialah perkataan Arab yang berarti percaya yang merangkumi ikrar (pengakuan) dengan lidah, membenarkan dengan hati dan mempraktikkan dengan perbuatan.

Walaupun iman itu merupakan peranan hati yang tidak diketahui oleh orang lain selain dari dirinya sendiri dan Allah SWT, namun dapat diketahui oleh orang melalui bukti-bukti amalan. Iman tidak pernah berkompromi atau bersekongkol dengan kejahatan dan maksiat. Sebaliknya, iman yang mantap di dada merupakan pendorong ke arah kerja-kerja yang sesuai dan secucuk dengan kehendak dan tuntutan iman itu sendiri.

3. Pembagian Aqidah

Walaupun masalah qadha‟ dan qadar menjadi ajang perselisihan di

kalangan umat Islam, tetapi Allah telah membukakan hati para hambaNya yang beriman, yaitu para Salaf Shalih yang mereka itu senantiasa rnenempuh jaian

kebenaran dafam pemaharnan dan pendapat. Menurut mereka qadha‟ dan qadar

(24)

12

termasuk ke dalam salah satu di antara tiga maoam tauhid menurut pembagian ulama:

Pertama: Tauhid AI-Uluhiyyah, ialah mengesakan Allah dalam ibadah, yakni beribadah hanya kepada Allah dan karenaNya semata.

Kedua: Tauhid Ar-Rububiyyah, ialah rneng esakan Allah dalam perbuatanNya, yakni mengimani dan meyakini bahwa hanya Allah yang Mencipta, menguasai dan mengatur alam semesta ini.

Ketiga: Tauhid Al-Asma‟ was-Sifat, ialah mengesakan Allah dalam asma dan sifatNya. Artinya mengimani bahwa tidak ada makhluk yang serupa

dengan Allah Subhanahu wa Ta‟ala. dafam dzat, asma maupun sifat.

Iman kepada qadar adaiah termasuk tauhid ar-rububiyah. oleh karena

itu Imam Ahmad berkata: “Qadar adalah kekuasaan Allah”. Karena, tak syak

lagi, qadar (takdir) termasuk qudrat dan kekuasaanNya yang menyeluruh. Di samping itu, qadar adalah rahasia Allah yang tersembunyi, tak ada seorangpun yang dapat mengetahui kecuali Dia, tertulis pada Lauh Mahfuzh dan tak ada seorarangpun yang dapat melihatnya. Kita tidak tahu takdir baik atau buruk yang telah ditentukan untuk kita maupun untuk makhluk lainnya, kecuali setelah terjadi atau berdasarkan nash yang benar.

Tauhid itu ada tiga macam, seperti yang tersebut di atas dan tidak ada istitah Tauhid Mulkiyah atau pure Tauhid Hakimiyah karera istilah ini adalah istilah yang baru. Apabiia yang dimaksud dengan Hakimiyah itu adalah

kekuasaan Allah Azza wa Jalla, maka hal ini sudah masuk ke dalam kandungan Tauhid Rububiyah. Apabila yang dikehendaki dengan hal ini adalah pelaksanaan hukum Allah di muka bumi, maka hal ini sudah masuk ke dalam

Tauhid Uluhiyah, karena hukum itu milik Allah Subhanahu wa Ta‟ata dan

(25)

13

4. Implementasi Aqidah Dalam Kehidupan Sehari-hari

Aqidah memberikan peranan yang besar dalam kehidupan seseorang, karena:

a. Tanpa aqidah yang benar, seseorang akan terbenam dalam keraguan dan berbagai prasangka, yang lama kelamaan akan menutup pandangannya dan menjauhkan dirinya dari jalan hidup kebahagiaan.

b. Tanpa aqidah yang lurus, seseorang akan mudah dipengaruhi dan dibuat ragu oleh berbagai informasi yang menyesatkan keimanan.

Oleh karena itu, akidah sangat dibutuhkan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Beberapa implementasi aqidah dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat dari beberapa sisi, antara lain:

1) Aqidah Dalam Individu

Implementasi aqidah dalam individu berupa perwujudan enam rukun iman dalam kehidupan manusia. Contoh penerapannya adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya. Contohnya, merenungkan kekuasaan Allah swt, berbuat kebaikan karena tiap gerakan kita diawasi Allah dan malaikat, mengamalkan ayat- ayat Al Quran, menjalani risalah nabi, dan bertindak penuh perhitungan agar tidak terjadi kesalahan, serta berikhtiar sebelum bertawakal. Kemampuan beraqidah pada diri sendiri akan membuat hubungan kita dengan Allah dan manusia lain menjadi lebih baik.

2) Aqidah Dalam Keluarga

Aqidah dalam berkeluarga mengajarkan kita untuk saling menghormati dan saling menyayangi sesuai dengan ajaran islam.

(26)

14

3) Aqidah Dalam Kehidupan Bermasyarakat

Aqidah sangat penting dalam hidup bermasyarakat karena dapat menjaga hubungan dengan manusia lain. Hal ini bisa diwujudkan dengan

berbagai cara, antara lain dengan saling menghargai satu sama lain sehingga tercipta suatu masyarakat yang tentram dan harmonis.

Contoh implementasi aqidah dalam kehidupan bermasyarakat adalah tolong menolong, toleransi, musyawarah, bersikap adil, menyadari bahwa derajat manusia itu sama di depan Allah swt dan pembedanya adalah nilai ketakwaannya.15

C. Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Sebelum sampai pada pengertian akhlak lebih dahulu perlu diketahui bahwa kata akhlak itu bentuk jamak dari kata “Al-Khuluku”, dan kata yang terakhir ini mengandung segi-segi yang sesuai dengan kata “al- Khalku” yang bermakna “kejadian”. Kedua kata tersebut berasal dari kata kerja “Khalaka

yang mempunyai arti “menjadikan”. dari kata "Khalaka” inilah timbul bermacam-macam kata seperti:

a. Al-khuluku yang mempunyai makna “Budi Pekerti” b. Al-khalku mempunyai makna “Kejadian”

c. Al-khalik bermakna “Tuhan Pencipta Alam”

d. Makhluk mempunyai arti “segala sesuatu yang diciptakan tuhan” Dalam kitab “Al-Mursyid Al-Amin Ila Mauidhah Al-Mu.minin”,terdapat kalimat yang menjelaskan perbedaaan antara kata al-khalku dengan kata al-khuluku sebagai berikut:

Dikatakan: “Fulan itu baik kejadiannya dan baik budi pekertinya”. Maksudnya baik lahir dan batinnya. Yang dimaksud “Baik Lahir” Yaitu baik rupa atau rupawan, sedang yang dimaksud “Baik Batin” yaitu sifat-sifat kebaikan (terpuji) mengalahkan atas sifat-sifat tercela”.

15 http://adlisyahyusri.blogspot.com/2013/05/makalah-pendidikan-agama-islam-akidah.html

(27)

15

Dari uraian di atas jelas bahwa “Al-khalku” mengandung arti kejadian yang bersifat lahiriyah, seperti wajah yang bagus atau jelek.

Sedangkan kata “Al-khuluku” atau jamak “Akhlak” mengandung arti budi pekerti atau pribadi yang bersifat rohaniah, seperti sifat-sifat terpuji atau sifat-sifat

yang tercela.16

Secara etimologis akhlaq adalah jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.

Secara terminologis menurut Imam Al-Ghazali definisi tentang akhlaq ialah : “.Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”17

Menurut pengertian asal katanya (menurut bahasa) kata “Akhlak

berasal dari kata jamak bahasa arab “Akhlak”Kata mufradnya ialah “Khuluq

yang berarti: Sajiyyah: Perangai, Muruuah: Budi, Thab’u: tabiat, Adaab: Adab.

Sedangkan menurut Syauqie Bei (penyair mesir, wafat tahun 1932) “hanya saja bangsa itu kekal, selama berakhlak. Bila akhlaknya telah lenyap,

maka lenyap pulalah bangsa itu”.18

Kata “akhlak” berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.

Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan dengan perkataaan khalqun yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan khaliq yang berarti pencipta, demikian pula dengan makhluqun yang berarti yang diciptakan.

Dilihat dari sudut bahasa (etimologi), perkataan akhlak (bahasa arab) adalah bentuk jamak dari kata khulk. Khulk di dalam kamus Al- Munjid

berarti budi pekerti, perangai, tingakah laku atau tabiat. Di dalam dairul ma.arif dikatakan: “akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik”

16H. Anwar Masyari, Akhlak Al-Quran, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1990), h. 1-2 17Imam Ghazali, Ihya .Ulumuddin,. h. 58

(28)

16

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifatsifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak yang mulia, atau perbuatan buru, disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya.19

Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq dengan makhluk. Ibnu Athir menjelaskan bahwa:

“Hakikat makna khuluq itu, ialah gambaran batin manusia yang tepat (yaitu jiwa dan sifat-sifatnya), sedang khalqu merupakan gambaran bentuk luarnya (raut muka, warna kulit, tinggi rendahnya tubuh dan batin sebagainya)”.

Imam Al-Ghazali mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut:

"Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripada timbul

perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dulu)20"

Abdul Hamid Yunus mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut: "Akhlak ialah sifat kebiasaan manusia" 21

Ibrahim Anis mengemukakan definisi akhlak adalah:

"akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan baik dan buruk, tanpa membutuhkan pikiran dan pertimbangan"22

19Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), h. 1 20Imam Ghazali, Ihya .Ulumuddin,. h. 58

21Abdul Hamdi Yunus, As-Sya.ab,. h. 436

(29)

17

Sekalipun ketiga definisi akhlak diatas berbeda kata-katanya, tetapi sebenarnya tidak berjauhan maksudnya, bahkan berdekatan artinya satu dengan yang lain.

Dalam pengertian yang hampir sama dengan kesimpulan diatas, Dr. M. Abdullah Dirroz, mengmukakan definisi akhlak sebagai berikut:

“Akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap kekuatan dan kehendak mana berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan

pihak yang benar (dalam hal akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (dalam hal akhlak yang jahat)”23

Kata akhlak berasal dari kata khaluqa yang berarti lembut, halus, dan lurus; dari kata khalaqa yang berarti “bergaul dengan akhlak yangbaik”: juga dari kata takhalaqa yang berarti “watak”. Akhlak ialah kesatriaan, kebiasaan, perangai, dan watak. Definisii akhlak ialah: kaidahkaidah ilmiah untuk menatadan mengatur perilaku manusia.24

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan.25 Kata akhlak walaupun terambil dari bahasa arab (yang biasa berartikan tabiat, perangai, kebiasaan, bahkan agama), namuan kata itu tidak ditemukan dalam Al-Qur‟an.Yang ditemukan hanyalah bentuk tunggal kata tersebut yaitu khuluq yang tercantum dalam Al-Qur‟an surat al -Qalam ayat 4. ayat tersebut dinilai sebagai konsideran pengangkatan nabi Muhammad SAW. Sebagai rasul:





“dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” (QS. Al-Qalam: 4).

Kata akhlak banyak ditemukan di dalam hadis-hadis nabi saw, dan salah satunya yang paling populer adalah :

23H. A. Mustafa, Akhlak Tasawuf , (Bandung: cv. Pustaka Setia, 2005), h. 11-14

24Khalil Al-Musawi, Bagaimana Menjadi Orang Bijaksana, (Jakarta: PT. Lentera Basritama,

1998), h. 91

25Perum Penerbit dan Pencetak, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,

(30)

18

"Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia".26

Bertitik tolak dari pengertian bahasa diatas, yakni akhlak sebagai kelakuan, kita selanjutnya dapat berkata bahwa akhlak atau kelakuanmanusia sangat beragam. Dan bahwa firman Allah berikut ini dapatmenjadi salah satu argumen keanekaragaman tersebut.



“Sesungguhnya usaha kamu (hai manusia) pasti amat beragam (Q.S.

al-lail:4)”

Keanekaragaman tersebut dapat ditinjau dari berbagai sudut. Antara lain nilai kelakuan yang berkaitan dengan baik dan buruk. Serta dari objeknya, yakni kepada siapa kelakuan itu ditujukan.27

Menurut pendekatan etimologis, perkataaan “akhlak” berasal dari bahasa arab jama. dari bentuk mufradnya “khuluqun” yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat.

Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan “khalkun” yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan “khaliq” yang berarti pencipta dan .makhluk. yang berarti yang diciptakan.28

Dari sinilah asal permusuhan ilmu akhlak yang merupakan koleksi yang memungkinkan timbulnya hubungan yang baik antara makhluk dengan

khalik dan antara makhluk dengan makhluk. Kata khuluqun ini juga dapat dijumpai dalam Al-Qur’an surat Al-Qalam ayat 4 yakni dinyatakan:





“dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” (QS. Al-Qalam: 4).

26Imam Malik, Al-Muwatha Juz. 14, (Beirut: Daarul Fikr, 1980), h. 132

27 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran Tafsir Maudhui Atas Pelbagai Persoalan Umat,

(Bandung: Mizan,2003), h. 253-254

28Zahrudin AR dan Hasanudin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo

(31)

19

Sedang didalam hadis riwayat Ahmad dan baihaqy Nabi bersabda:

“bahwa sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak (budi pekerti)

(HR.Ahmad).29

Akhlak dermawan umpamanya, semula timbul dari keinginan berdermawan atau tidak. Dari kebimbangan ini tentu pada akhirnya timbul, umpamanya, ketentuan memberi derma. Ketentuan ini adalah kehendak, dan kehendak ini bila dibiasakan akan menjadi akhlak, yaitu akhlak dermawan.30

Lama setelah Rasulallah saw meniggal dunia, orang bertanya kepada

Aisyah: “Bagaimana akhlak Rasulallah saw?” Aisyah berkata: “akhlak beliau adalah Al-Quran” Ketika orang mendesak: “apa yang dimaksud dengan akhlak Rasulallah itu Al-Quran?” Aisyah memberi contoh:”tidakkah kamu baca surat Al-Mu‟minun?” mungkin dalam surat Al-Mu‟minun, karakteristik seorang mukmin secara jelas digambarkan dengan akhlaknya.31

Sesungguhnya moralitas di dalam kacamata al-Quran dan sunah yang jadi sumber utama ajaran Islam merupakan segala-galanya, baik yang menyangkut dengan urusan agama maupun dunia.32

2. Pembentukan Akhlak

Pembentukan akhlak sama dengan berbicara tentang tujuan pendidikan, karena banyak sekali di jumpai pendapat para ahli yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan akhlak.

Pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak, dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten. Pembentukan akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlak adalah hasil usaha pembinaan, bukan terjadi dengan sendirinya.33

29Imam Malik, Al-Muwatha Juz. 14, (Beirut: Daarul Fikr, 1980), h. 132

30Zahrudin AR dan Hasanudin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2004), h. 3-5

31Jalaluddin Rakhmat, Dahulukan Akhlak Di Atas Fiqih, (Bandung: Muthahari Press, 2003), h.

139

(32)

20

Akhlak atau sistem perilaku ini terjadi melalui satu konsep atau seperangkat pengertian tentang apa dan bagaimana sebaiknya akhlak itu harus terwujud. Konsep atau seperangkat pengertian tentang apa dan bagaimana sebaiknya akhlak itu disusun oleh manusia didalam sistem idenya. Sistem ide ini adalah hasil proses (penjabaran) dari pada kaidah-kaidah yang dihayati dan dirumuskan, (norma yang bersifat normatif dan norma yang bersifat deskriptif).

Kaidah atau norma yang merupakan ketentuan ini timbul dari satu sistem nilai yang terdapat pada Al-Qur’an atau Sunnah yang telah dirumuskan

melalui wahyu Ilahi maupun yangdisusun oleh manusia sebagai kesimpulan dari hukum-hukum yang terdapat dalam alam semesta yang diciptakan Allah SWT.34

Akhlak atau sistem perilaku atau diteruskan melalui sekurang-kurangnya dua pendekatan, yaitu:

a. Rangsangan jawaban (stimulus response) atau yang disebut proses mengkondisi sehingga terjadi automatisasi dan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Melalui latihan 2) Melalui tanya jawab 3) Melalui mencontoh

b. Kognitif yaitu menyampaikan informasi secara teoritis yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut:

1) Melalui dakwah 2) Melalui ceramah

3) Melalui diskusi dan lain-lain.35

Karakter (khuluq) merupakan suatu keadaan jiwa. Keadaan ini menyebabkan jiwa bertindak tanpa dipikir atau dipertimbangkan secara mendalam. Keadaan ini ada dua jenis. Yang pertama, alamiah dan bertolak

34Abu Ahmadi, Noer Salami, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: 1991), h. 199 35Abu Ahmadi dan Noer Salami, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: 1991), h.

(33)

21

dari watak. Misalnya pada orang yang gampang marah karena hal yang paling kecil atau yang menghadapi hal yang paling sepele. Yang kedua, tercipta melalui kebiasaan atau latihan. Pada mulanya keadaan ini terjadi karena dipertimbangkan dan dipikirkan, namun kemudian melalui praktik terus-menerus, menjadi karakter (khuluq).36

Setelah pola perilaku terbentuk maka sebagai kelanjutannya akan lahir hasil-hasil dari pola perilaku tersebut yang terbentuk material (artifacts) maupun non material (konsepsi/ide). Jadi akhlak yang baik itu (akhlak al-karimah) ialah pola perilaku yang dilandaskan pada aqidah dan syari.ah dalam memanifestasikan nilai-nilai Iman, Islam dan Ihsan.

Di dalam ajaran Islam, akhlak tidak dapat dipisahkan dengan Iman. Iman merupakan penakuan hati dan akhlak adalah pantulan Iman itu pada perilaku, ucalan sikap. Iman adalah maknawi, sedangkam akhlak adalah bukti keimanan dalam perbuatan, yang dilakukan dengan kesadaran dan karena Allah semata.

Di dalam Al-Qur.an banyak ayat yang mendorong manusia untuk beriman dan beramal saleh dengan berbagai janji diantaranya terdapat di dalam surat Al-Baqarah ayat 25:

















“dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan

berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya” (QS.al-Baqarah: 25).

Dalam Al-Qur’an kata-kata ihsan antara lain untuk perbuatanperbuatan:

(34)

22

a. Berinfak, menguasai kemarahan dan memaafkan manusia. Dalam al-Qur’an karim surat Al-Imran disebutkan:



















“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema.afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS. Al-Imran, 134)

b. Sabar sebagaimana dalam al-Qur’an surat Hud :





“dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan”(QS. Hud : 115)

Dilihat dari ayat-ayat serta hadis tersebut diatas, maka setiap perbuatan yang baik yang nampak pada sikap jiwa dan perilaku yang sesuai atau dilandaskan kepada aqidah dan syari’ah Islam disebut Ihsan.

Dengan demikian akhlak dan Ihsan adalah dua pranata yang berada pada suatu sistem yang lebih besar yang disebut akhlak karimah. Dengan lain perkataan akhlak adalah pranata perilaku yang mencerminkan struktur dan pola perilaku manusia dalam segala aspek kehidupan, sedangkan Ihsan adalah pranata nilai yang menentukan atribut kualitatif dari pada pribadi (akhlak).37

Jadi akhlak yang berkualitas adalah akhlakul karimah. Dan orang yang melakukan akhlakul karimah disebut Muhsin.

37Abu Ahmadi, Noer Salami, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: 1991), h.

(35)

23

3. Pembinaan Akhlak

Pembinaan di dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah

proses,perbuatan, cara membina (negara dsb).38

Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam

Islam. Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammadsaw. Yang utama adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Dalamsalah satu hadisnya beliau menegaskan innama buitstu li utamimma makarima al-akhlaq (H.R. Ahmad) (Sesungguhnya aku diutus untukmenyempurnakan akhlak).

Perhatian Islam yang demikian terhadap pembinaan akhlak ini dapat pula dilihat dari perhatian Islam terhadap pembinaan jiwa yang harus didahulukan daripada pembinaan fisik, karena dari jiwa yang baik inilah akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik yang pada tahap selanjutnya akan mempermudah menghasilkan dan kebahagian pada seluruh kehidupan manusia, lahir dan batin.

Perhatian Islam dalam pembinaan akhlak selanjutnya dapat dianalisis pada muatan akhlak yang terdapat pada seluruh aspek ajaran Islam.

Pembinaan akhlak dalam Islam juga terintegrasi dengan pelaksanaan rukun iman. Hasil analisis Muhammad al-ghazali terhadap rukun Islam yang lima telah menunjukkan dengan jelas, bahwa dalam rukun Islam yang lima itu terkandung konsep pembinaan akhlak.39

Sebagaian besar pemikiran akhlak Ibnu Miskawih lebih bercorak keagamaan, terutama paham sufi. Pembinaan akhlak menurutnya dititik beratkan kepada pembersihan pribadi dari sifat-sifat yang berlawanaan dengan tuntunan agama, seperti: takabur, pemarah dan penipu.

Dengan pembinaan akhlak ingin dicapai terwujudnya manusia yang

ideal dan yang bertakwa kepada Allah swt dan cerdas. Di dunia pendidikan,

38Perum Penerbitan dan Percetakan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

1998), h. 117

(36)

24

pembinaan akhlak tersebut dititik beratkan kepada pembentukan mental anak atau remaja agar tidak mengalami penyimpangan.40

Akhlak adalah implementasi dari Iman dalam segala bentukperilaku. Diantara contoh akhlak yang diajarkan oleh Luqman kepada anaknya adalah:

a. Akhlak anak terhadap ibu- bapak b. Akhlak terhadap orang lain c. Akhlak dalam penampilan diri.

Sebagaimana tergambar didalam surat Al-Luqman ayat 14, 15, 18 dan 19.

1) Akhlak terhadap ibu-bapak, dengan berbuat baik dan berterima kasih kepada keduanya. Dan diingatkan Allah, bagaimana susah dan payahnya ibu mengandung dan menyusukan anak sampai umur dua tahun:











“dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tuan-Nya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihkan dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-ku dan kepada kedua orang tu, hanya kepadakulah kembalimu

(QS.Luqman : 14).

Bahkan anak harus tetap hormat dan mempelakukan kedua orang tuanya dengan baik, kendatipun mereka mempersekutukan Tuhan,hanya yang dilarang adalah mengikuti ajakan mereka untukmeninggalkan Iman tauhid.

40Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), h.

(37)

25















“dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmua tentang itu, maka janganlahkamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-ku, kemudian hanya kepada-kulah kembalimu, maka ku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”.(QS.Luqman:

15).

2) Akhlak terhadap orang lain, adalah adab, sopan santun dalam bergaul, tidak sombong dan tidak angkuh, serta berjalan sederhana, bersuara lembut dan akhlak dalam penampilan diri.













(38)

26

Pendidikan akhlak di dalam keluarga dilaksanakan dengan contoh dan teladan dari orang tua. Perilaku dan sopan santun orang dalam hubungan dan pergaulan antara ibu dan bapak, perlakukan orang tua terhadap anak-anak mereka dan perlakukan orang tua terhadap orang lain di dalam lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat, akan menjaditeladan bagi anak-anak.

Si anak juga memperlihatkan sikap orang tua dalam menghadapi masalah. Contohnya sederhana dapat kita perhatikan pada anak-anak umur 3-5 tahun. Ada yang berjalan dengan gaya bapaknya yang dikaguminya atau

gaya ibu yang disayanginya. Adakalanya kita melihat seorang anak yang tampak bangga diri, angkuh atau sombong. Dan ada pula yang merasa dirinya kecil, penakut, suka minta dikasihani, ada yang suka senyum dan tertawa bila ditegur. Sebaliknya ada yang langsung menangis,menjerit ketakutan bila disapa oleh orang lain. Dan adpula yang tampak percaya diri, ramah dan menyengkan teman-temannya dan orang lain.

Perkataan dan cara berbicara, bahkan gaya menanggapi teman-temannya atau orang lain, sedih dan sebagainya, dipelajari pula dari orang tuanya. Adapun akhlak, sopan santun dan cara menghadapi orang tuanya, banyak tergantung pada sikap orang tua terhadap anak. Apabila si anak merasa terpenuhi semua kebutuhan pokoknya (jasmani, kejiwaan dan sosial) maka si anak merasa terhalang pemenuhan kebutuhannya oleh orang tua, misalnya Ia merasa tidak disayangi atau dibenci, suasana dalam keluarga yang tidak tentram, seringkali menyebabkan takut adil dan tertekan oleh perlakuan orang tuanya, atau orang tuanya tidak adil dalam mendidik dan memperlakukan anak-anaknya, maka perilaku anak tersebut boleh jadi bertentangan dengan yang diharapkan oleh orang tuanya, karena ia tidak mau menerima keadaan yang tidak menyenangkan itu.

4. Faktor Yang Mempengaruhi Pembinaan Akhlak

(39)

27

masyarakat. Dalam pembinaan akhlak siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya.

a. Lingkungan keluarga

Pada dasarnya, masjid itu menerima anak-anak setelah mereka dibesarkan dalam lingkungan keluarga, dalam asuhan orang tuanya. Dengan demikian, rumah keluarga muslim adalah benteng utama tempat anak-anak dibesarkan melalui pendidikan Islam. Yang dimaksud dengan keluarga muslim adalah keluarga yang mendasarkan aktivitasnya pada pembentukan keluarga yang

sesuai dengan syariat Islam. Berdasarkan Al-Qu‟ran dan sunnah, kita dapat mengatakan bahwa tujuan terpenting dari pembentukan keluarga adalah hal-hal berikut:

Pertama. Mendirikan syariat Allah dalam segala permasalahan rumah tangga. Kedua, Mewujudkan ketentraman dan ketenangan psikologis. Ketiga. Mewujudkan sunnah Rasulallah saw. Keempat. Memenuhi kebutuhan cinta-kasih anak-anak. Naluri menyayangi anak merupakan potensi yang diciptakan bersamaan dengan penciptaaan manusia dan binatang. Allah menjadikan naluri itu sebagai salah satu landasan kehidupan alamiah, psikologis, dan sosial mayoritas makhluk hidup. Keluarga, terutama orang tua, bertanggung jawab untuk memberikan kasih sayang kepada anak-anaknya.

Kelima. Menjaga fitrah anak agar anak tidak melakukan penyimpangan-penyimpangan.41

Keluarga merupakan masyarakat alamiyah, disitulah pendidikan berlangsung dengan sendirinya sesuai dengan tatanan pergaulan yang berlaku didalamnya. Keluarga merupakan persekutuan terkecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak dimana keduanya (ayah dan ibu) mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan anak-anaknya.

Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada disampingnya, oleh karema itu ia meniru perangai ibunya, karena ibunyalah yang pertama dikenal oleh anaknya dan sekaligus menjadi temannya yang pertama yang dipercayai.

41Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah Sekolah Dan Masyarakat, (Jakarta:

(40)

28

Disamping ibunya, ayah juga mempunyai pengaruh yang mana besar terhadap perkembangan akhlak anak, dimata anak, ayah merupakan seseorang yang tertinggi dan terpandai diantara orang-orang yang di kenal dalam lingkungan keluarga, oleh karena ayah melakukan pekerjaan sehari-hari berpengaruh gara pekerjaan anaknya. Dengan demikian, maka sikap dan perilaku ayah dan ibu mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan akhlak anak-anaknya.

b. Lingkungan sekolah

Perkembangan akhlak anak yang dipengaruhi oleh lingkungan sekolah. Disekolah ia berhadapan dengan guru-guru yang berganti-ganti. Kasih guru kepada murid tidak mendalam seperti kasih orang tua kepada anaknya, sebab guru dan murid tidak terkait oleh tali kekeluargaan. Guru bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-muridnya, ia harus memberi contoh dan teladan bagi bagi mereka, dalam segala mata pelajaran ia berupaya menanamkan akhlak sesuai dengan ajaran Islam. Bahkan diluar sekolah pun ia harus bertindak sebagai seorang pendidik.

Kalau di rumah anak bebas dalam gerak-geriknya, ia boleh makan apabila lapar, tidur apabila mengantuk dan boleh bermain, sebaliknya di sekolah suasana bebas seperti itu tidak terdapat. Disana ada aturan-aturan tertentu. Sekolah dimulai pada waktu yang ditentukan, dan ia harus duduk selama waktu itu pada waktu yang ditentukan pula. Ia tidak boleh meninggalkan atau menukar tempat, kecuali seizin gurunya. Pendeknya ia harus menyesuaikan diri dengan peraturan-peraturan yang ada ditetapkan. Berganti-gantinya guru dengan kasih sayang yang kurang mendalam, contoh dari suri tauladannya, suasana yang tidak sebebas dirumah anak-anak,memberikan pengaruh terhadap perkembangan akhlak mereka.

c. Lingkungan masyarakat

(41)

29

Pertama, Allah menjadikan masyarakat sebagai penyuruh kebaikan dan pelarang kemunkaran. Kedua, dalam masyarakat Islam, seluruh anak-anak dianggap anak sendiri atau anak saudaranya sehingga ketika memanggil anak siapa pun dia, mereka akan memanggil dengan “Hai anak saudaraku!” dan sebaliknya, setiap anakanak atau remaja akan memanggil setiap orang tua dengan panggilan, “Hai Paman!”. Ketiga, untuk menghadapi orang-orang yang membiasakan dirinya berbuat buruk, Islam membina mereka melaluisalah satu cara membina dan mendidik manusia. Keempat, masyarakat pun dapat melakukan pembinaan melalui pengisolasian, pemboikotan, atau pemutusan hubungan kemasyarakatan. Atas izin Allah dan Rasulullah saw. Kelima, pendidikan kemasyarakatan dapat juga dilakukan melalui kerjasama yang utuh karena bagaimanapun, masyarakat muslim adalah masyarakat yang padu. Keenam, pendidikan kemasyarakatan bertumpu pada landasan afeksi masyarakat, khususnya rasa saling mencintai.42

Masyarakat turut serta memikul tanggung jawab pendidikan dan mayarakat juga mempengaruhi akhlak siswa atau anak.masyarat yang berbudaya, memelihara dan menjaga norma-norma dalam kehidupan dan menjalankan agama secara baik akan membantu perkembangan akhlak siswa kepada arah yang baik, sebaliknya masyarakat yang melanggar norma-norma yang berlaku dalam kehidupan dan tidak tidak menjalankan ajaran agama secara baik, juga akan memberikan pengaruh kepada perkembangan akhlak siswa, yang membawa mereka kepada akhlak yang baik. Dengan demikian, ia pundak

masyarakat terpikul keikutsertaan dalam membimbing dan perkembangan akhak siswa. Tinggi dan rendahnya kualitas moral dan keagamaan dalam hubungan

social dengan siswa amatlah mendukung kepada perkembangan sikap dan perilaku mereka.

C. Hasil Penelitian Yang Relevan

Sejauh pengetahuan penulis, dari berbagai literatur yang penulis baca terdapat berbagai penelitian yang relevan yang membahas tentang implementasi

42Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah Sekolah Dan Masyarakat, (Jakarta:

(42)

30

pembelajaran akhlak, untuk mendukung penelitian tersebut maka penulis kemukakan literatur sebagai kajian pustaka diantaranya :

Penelitian yang lakukan oleh Ahmad Fadillah tentang implementasi pembelajaran akhlak dan pengaruh prilaku akhlak siswa kelas IX Madrasah Tsanawiyah Qotrun Nada. Penulis menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis, dan setelah menganalisis data, bahwa implementasi pembelajaran akhlak di Mts Qotrun Nada cukup bagus, kesimpulan ini penulis dapatkan dari hasil analisis data hasil wawancara dan observasi

lapangan serta saran dari para pelaksana pembelajaran akhlak, baik dikelas maupun di lingkungan sekolah. Dilihat dari jawaban siswa bahwa pelaksanaan pembelajaran akhlak di MTs Qotrun Nada mempengaruhi akhlak siswa, di samping itu ada beberapa faktor lain yang berpengaruh, diantanya ialah: keluarga, lingkungan, teman, dll.

Begitu juga dengan hasil penelitian Hasanuddin tentang implementasi pembelajaran akhlak pada Siswa kelas IX SMP PGRI 12 Pondok Labu. Implementasi pembelajaran akhlak pa

Gambar

Tabel 1     Profil Informan .........................................................................................
Tabel 1 Profil Informan
Tabel 2 Daftar Materi Pembelajaran SMP Al-Zahra Indonesia
Tabel 3 DATA JUMLAH GURU
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dapat disimpulakn bahwa dengan penerapan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran keterampilan di kelas VIII

akhlak terhadap kecerdasan spiritual siswa kelas VIII di MTs Al Ma’arif Tulungagung tahun ajaran 2013/2014 dalam kategori cukup. Bahwasanya mata pelajaran aqidah

Penelitian ini dinyatakan berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan yang mana penulis meneliti tentang implementasi kurikulum 2013 mata pelajaran aqidah akhlak dalam

peserta didik dapat lebih aktif dalam menanggapi materi yang saya sampaikan walaupun hanya 99% setidaknya metode ini melebihi dari metode yang saya terapkan seperti yang

Untuk mengetahui ada atau tidak pengaruh metode active learning terhadap prestasi belajar Aqidah Akhlak siswa kelas VIII SMP Daarul Qur’an, digunakan teknik

Bagaimana kita selalu berusaha mengarahkan anak-anak di sekolah, ya kadang ada yang susah dan ada yang mudah diatur, hal ini kita lakukan dengan jalan

Pertanyaan penelitian dalam skripsi ini adalah bagaimana peningkatan keaktifan belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran cooperative tipe jigsaw pada mata pelajaran

Tujuan penelitian yaitu untuk membuktikan ada tidaknya pengaruh media pembelajaran daring terhadap minat belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP