• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

B. Pelaksanaan Pemenuhan Hak Narapidana Untuk Mendapatkan Upah atau

4. Implementasi Pemberian Upah Narapidana

Di dalam Undang-Undang RI Nomor.12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, sesuai Pasal 14 huruf g undang –undang no 12 tahun 1995 maka setiap narapidana berhak menerima upah atau premi atas pekerjaan yang telah dilakukannya.

Ketentuan yang berlaku dalam undang-undang ini harus dilasanakan oleh setiap Lembaga Pemasyarakatan, dalam hal ini juga termasuk Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Kota Madiun.

Di dalam Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Kota Madiun, terdapat banyak kegiatan produktif yang dilakukan oleh narapidana yang berada didalamnya. Setiap tahunnya Lapas akan mendapatkan dana bantuan dari pusat yang peruntukannya adalah untuk pembinaan bagi Narapidana yang ada di dalamnya.

Pada tahun 2009 Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Kota Madiun mendapatkan dana pembinaan di bengker sebesar Rp. 150.000.000,- , yang akan dipergunakan untuk kegiatan produksi pada tiap bulannya.23

23

Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran, Kanwil Departemen Hukum dan Ham Jatim, tahun anggaran 2009

Tahap 1

a. Lama waktu atau jam kerja para narapidana

Kegiatan di dalam bengkel kerja di lapas Madiun ini di ikuti oleh banyak narapidana dengan latar belakang tindak kriminal yang mereka lakukan. Untuk bekerja di dalam bengkel kerja tersebut tidak ada ketentuan atau syarat tertentu dari para narapidana tersebut. Maka dari itulah kegiatan di dalam bengkel kerja tersebut terdapat berbagai narapidana dengan tindak kejahatan yang berbeda beda. Kegiatan di dalam bengkel kerja, dimulai pukul 08.00 wib setelah para narapidana selesai melakukan kegitan pagi seperti mandi dan makan pagi. Kegiatan tersebut akan berakhir pada pukul 14.00 wib. Istirahat dilakukan pada pukul 12.00 dan para narapidana diberikan kesempatan untuk makan siang dan beribadah.

Jam kerja para narapidana tersebut akan bertambah jika terdapat produk atau barang pesanan yang harus diselesaikan tepat waktu. Jam kerja para narapidana tersebut akan dicatat oleh petugas Lembaga Pemasyarkatan di tiap bagian unit kerja masing – masing. Yang nantinya akan dipergunakan sebagai acuan untuk menghitung kontribusi para napi yang akan berpengaruh terhadap besar kecilnya premi yang akan mereka terima.

b. Kegiatan yang di pilih sesuai keahlian dan minat masing - masing

Di dalam bengkel kerja terdapat beberapa bagian. Diantaranya adalah bagian kayu, yaitu bagian yang di dalamnya memproduksi barang yang berkaitan atau berbahan baku dari kayu. Contoh produk yang dihasilkan di unit atau bagian ini seperti sofa, meja kursi dan kerajinan tangan.

Bagian jahitan yaitu bagian yang merupakan pendukung dari bagian produksi kayu, dimana di bagian jahitan ini dihasilkan jahitan kain yang nantinya akan digunakan untuk pembuatan sofa, kursi, kasur dan yang lainnya.

Di samping itu bagian jahitan juga menerima jahitan perbaikan baju bagi pegawai maupun penghuni Lapas tersebut.

Yang ketiga adalah bagian aluminium yaitu bagian yang memproduksi atau menghasilkan barang berbahan baku dari aluminium. Hasil dari bagian ini contohnya adalah rak piring, etalase dan lemari.

Bagian Paving Blok merupakan bagian dari bengkel kerja yang ada di Lapas Madiun yang menghasilkan produk atau barang berupa paving blok.

Bagian Kesed yaitu bagian yang memproduksi keset yang berbahan baku dari sabut kelapa.

Dari keseluruhan bagian yang ada di bengkel kerja Lembaga Pemasyarkatan Madiun setiap narapidana diberi kebebasan untuk memilih di bagian mana dia ingin bekerja sesuai dengan minat dan keahlian mereka.

c. Sarana yang disediakan

Dalam pengerjaan di setiap bagian bengkel kerja di Lembaga Pemasyarkatan Madiun memerlukan sarana dan prasarana untuk kelancaran proses pengerjaan. Sarana dan prasarana tersebut di sediakan sepenuhnya oleh pihak bengkel kerja, melalui seksi sarana kerja. Seksi sarana kerja bertugas untuk menyediakan peralatan, bahan dan tempat untuk mendidik Narapidana.24

24

Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Sarana Kerja yaitu Bapak Muryono S.pd, tanggal 14 Juli 2009

Sarana yang di sediakan di masing-masing bagian, antara lain :

i. Bagian Kayu

Bengkel kerja menyediakan sarana untuk bagian kayu sesuai dengan tabel yang terlampir dalam lampiran.

Untuk pertukangan kayu, peralatan yang digunakan seperti pasah, gergaji, tatah, palu, martil, bor, pensil dan pasah mesin. Sedangkan untuk bahan baku yang di sediakan untuk bagian pertukangan kayu ini seperti busa, karet, triplek, kain kursi, pola kursi serta kertas gosok yang di gunakan narapidana untuk membuat produk seperti meubel dan kerajinan..

ii. Bagian Jahitan

Di dalam bagian jahitan ini bengkel kerja menyediakan peralatan seperti mesin jahit, gunting, meteran, pensil yang di gunakan untuk membuat produk pendukung dari meubel yang di buat di bagian pertukangan kayu serta perbaikan baju bagi pegawai maupun penghuni lapas. Adapun untuk bahan yang di gunakan di bagian jahitan ini seperti kain dan benang yang terlampir dalam lampiran.

iii. Bagian Aluminium

Bagian aluminium merupakan bagian yang menghasilkan produk seperti lemari, rak piring, etalase dan produk-produk yang berbahan baku dari besi, aluminium dan milamin. Peralatan yang di gunakan adalah tang ripet,

mesin bor, obeng, siku, mesin gergaji, dan pemotong kaca. Data yang di gunakan sesuai dengan yang terlampir dalam lampiran.

iv. Bagian Paving Blok

Bagian paving blok menyediakan mesin pengaduk semen, mesin cetakan paving blok, sekop, dan ayakan pasir. Bahan baku yang di gunakan di bagian ini antara lain semen, pasir dan tanah. Data yang digunakan terlampir dalam lampiran.

v. Bagian Keset

Sarana yang berupa peralatan yang di gunakan pada bagian kesed antara lain martil, cetakan, gunting, dan parang seperti yang terlampir dalam daftar lampiran. Adapun untuk bahan baku yang di gunakan adalah sabut kelapa yang nantinya di olah menjadi produk keset.

Tahap 2

a. Pemberian Pengarahan Tentang Cara Kerja Di Masing –Masing Bagian Untuk dapat bekerja di bengkel kerja para narapidana tidak di haruskan memenuhi syarat yang terlalu sulit. Pihak bengkel kerja tidak menetapkan aturan atau syarat tertentu terhadap para narapidana untuk dapat bekerja di dalamnya. Hanya di perlukan minat dan kemauan dari para narapidana untuk dapat bekerja di salah satu bagian dari bengkel kerja Lapas Madiun.

Para narapidana yang baru bergabung di salah satu bagian dari bengkel kerja, bertugas membantu kegiatan produksi yang dilakukan para narapidana yang sudah mahir. Selama proses tersebut, narapidana yang baru bergabung juga mendapatkan pengarahan dari petugas di masing-masing bagian bengkel kerja. Pemberian pengarahan dan bimbingan kerja kepada para narapidana sampai menjadi tenaga terampil menjadi tanggung jawab Seksi Bimbingan Kerja.25

b. Proses Produksi Di Masing – Masing Bagian Bengkel Kerja

i. Proses produksi di bagian kayu

Bahan kayu yang di gunakan adalah jati dan kamper. Bahan baku di dapatkan dari wilayah sekitar kota madiun.

Contoh proses produksi untuk pembuatan sebuah kursi adalah sebagai berikut:

Ada narapidana yang bertugas memotong kayu dengan alat seperti gergaji sesuai dengan pola yang sudah disediakan oleh pihak bengkel kerja.

25

Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Bimbingan Kerja yaitu Bapak Drs. Suprapto, tanggal 14 Juli 2009

Selanjutnya proses perangkaian akan diteruskan oleh narapidana yang lainnya. Alat yang digunakan seperti paku dan palu. Setelah jadi satu rangkaian maka proses selanjutnya akan dilakukan proses memberi pahatan pada beberapa bagian dari kursi. Proses ini dilakukan oleh narapidana yang sudah mahir dalam mengerjakan bagian ini. Untuk narapidana yang belum mahir, maka dia akan diberi tugas menghaluskan kursi tersebut dengan kertas gosok yang telah disediakan pula. Proses terakhir adalah pemberian cat pelitur pada produk kursi tersebut.

Pada proses di bagian kayu, setiap narapidana yang bekerja di dalamnya akan diwajibkan terlibat dalam proses produksi.

ii. Proses produksi di bagian jahitan

Di bagian jahitan disediakan alat seperti mesin jahit untuk pelaksanaan proses produksi.

Di bagian jahitan dilakukan proses pembuatan kain sofa. Yang diperuntukan sebagai lapisan luar sofa. Tahap pertama dilakukan pemotongan kain sesuai dengan pola yang ada. Selanjutnya akan dijahit yang bentuknya akan disesuaikan dengan bentuk dari kerangka sofa yang telah dibuat oleh narapidana di bagian kayu. Dan nantinya akan dipasang di kerangka sofa dan jadilah satu perangkat kursi sofa.

iii. Proses produksi di bagian aluminium

Proses produksi di bagian aluminium ini adalah dengan melakukan pemotongan pipa aluminium terlebih dahulu. Pemotongan tersebut

disesuaikan dengan kebutuhan dari barang atau produk yang akan dibuat. Misalnya dalam pembuatan rak piring. Terdapat bermacam – macam ukuran pipa dalam proses pembuatannya. Setelah dipotong sesuai dengan kebutuhan, selanjutnya akan dirangkai menjadi sebuah bentuk rak piring dengan penyambungan menggunakan sekrup yang juga telah disediakan dari pihak bengkel kerja. Dan akan dilengkapi dengan kaca ataupun mika untuk bagian tertentu. Di bagian aluminium ini sebenarnya lebih menjanjikan secara penjualan produknya, karena harga jual barang yang relatif tinggi. Akan tetapi diperlukan keahlian yang lebih baik karena proses produksinya tergolong rumit.

iv. Proses Produksi di bagian paving blok

Bagian produksi selanjutnya adalah bagian produksi paving blok. Dalam proses pembuatannya, paving blok tergolong lebih sederhana. Diawali dengan pencampuran semen, pasir dan tanah dengan komposisi yang sudah ditentukan. Pencampuran dilakukan dengan alat pengaduk. Kemudian akan dilanjutkan dengan proses pencetakan dengan alat cetak yang ada sesuai bentuk yang diinginkan. Selanjutnya akan dijemur sampai kering dan siap untuk dipasarkan.

v. Proses Produksi Di Bagian Keset.

Selanjutnya proses produksi di bagian keset. Diawali dengan pemotongan sabut kelapa yang didatangkan dari daerah sekitar madiun. Sabut kelapa akan dipotong sesuai dengan kebutuhan, yang dirangkai menjadi sebuah

bentuk keset dengan tali plastik. Tetapi dikarenakan kesulitan dalam pemasarannya, kegiatan produksi di bagian keset ini sementara waktu ditiadakan.

Tahap 3

a. Pemasaran Barang Hasil Produksi Bengkel Kerja

Di bengkel kerja lembaga pemasyarakatan klas 1 Madiun menghasilkan banyak barang yang disertai dengan kualitas yang tidak kalah dengan barang lain yang beredar di pasaran. Ini dikarenakan kemampuan yang baik dimiliki narapidana yang bekerja di dalam bengkel kerja ini. Disamping itu bengkel kerja mengutamakan kualitas dengan cara menggunakan bahan baku yang berkualitas bagus. Untuk proses pemasaran ini menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari Seksi Pengelolaan Hasil Kerja. Tugasnya adalah mengelola, promosi dan memasarkan hasil atau produk dari kegiatan kerja 26

Namun karena persaingan pasar yang sangat ketat di kota Madiun dan sekitarnya, pihak bengkel kerja khususnya Seksi Pengelolaan Hasil Kerja sering menemui kesulitan dalam memasarkan barang – barang hasil produksi dari masing – masing bagian bengkel kerja.

Ruang lingkup penjualan barang hasil produksi lebih sering hanya dimanfaatkan oleh para pegawai yang bekerja di Lapas itu sendiri. Bagi kerabat ataupun keluarga dari pegawai yang menginginkan membeli barang hasil produksi dengan cara kredit atau angsuran, maka bisa memesan atau

26

Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pengelolaan Hasil Kerja, Bapak Didik DS. SH, tanggal 14 Juli 2009

membelinya dengan menggunakan nama salah satu pegawai yang ada di Lapas ini. Pihak Seksi Pengelolaan Hasil Kerja bekerja sama dengan pihak koperasi Lapas untuk penjualan barang dengan sistem angsuran.

Berbagai terobosan dilakukan oleh pihak Lapas untuk membantu terhadap penjualan barang – barang hasil produksi. Seksi Pengelolaan Hasil Kerja mengadakan pameran barang – barang hasil produksi bengkel kerja. Pameran ini diadakan bertempat di halaman luar Lembaga Pemasyarakatan. Sehingga masyarakat umum dapat menghadiri dan melihat hasil kerja para narapidana ini. Dan tidak ketinggalan didatangkan pula para wartawan untuk meliput pameran ini untuk sarana promosi kepada masyarakat luas melalui media cetak maupun elektronik. Melalui pameran ini tidak jarang pula terjual barang – barang hasil kerja tersebut, bahkan ada yang memesan barang dengan jumlah yang banyak.

b. Penghitungan Harga Jual Dan Premi Para Narapidana.

Di dalam melakukan pembinaan yang berbentuk sebuah proses produksi, bengkel kerja tentunya memerlukan dana yang tidak sedikit. Dana yang dibutuhkan berasal dari pusat. Sejumlah dana dikucurkan oleh pemerintah melalui Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia. Dana ini diperuntukkan sebagai dana yang mendukung proses pembinaan khususnya pembinaan yang dilakukan di dalam bengkel kerja.

Oleh pihak bengkel kerja dana tersebut akan digunakan untuk membiayai proses produksi, termasuk pembelian bahan baku, pembelian alat, perawatan dan barang – barang penunjang proses produksi yang lainnya.

Setelah melalui proses produksi yang akhirnya menghasilkan berbagai barang produksi, tentunya barang – barang hasil produksi tersebut akan mempunyai nilai jual. Nilai jual tersebut jugalah yang nantinya akan berpengaruh terhadap besar kecilnya upah yang akan di dapat oleh para narapidana yang telah bekerja di dalam bengkel kerja. Perhitungan penjualan barang akan di bukukan setiap bulan dengan menghitung harga produksi, harga jual dan upah yang akan diterima para narapidana.

Contoh catatan hasil produksi oleh bengkel kerja adalah seperti pada tabel catatan hasil produksi bulan Juni yang terlampir.

Catatan hasil produksi pada bulan Juni tahun 2009, sebagai berikut:

Pada tabel Nama Barang Hasil Produksi di tabel tersebut tercantum ada 7 barang hasil produksi yang terjual dalam bulan Juni 2009. Barang – barang tersebut adalah :

Kasur busa, meja dampar, etalase, almari pakaian, rak piring, rak handuk, dan rak piring dobel pintu.

Adapun penghitungan harga pokok, harga jual dan upah napi adalah sebagai berikut :

Sebagai contoh adalah penjualan 1 buah Etalase dengan panjang 150 cm, pada kolom harga (barang yang digunakan), harga pokok bahan baku etalase tersebut adalah sebesar Rp.1.343.850,-. Pada kolom upah(7) didapat dari 5%

dikalikan harga pokok(6) dari etalase tersebut. 5%x Rp.1.343.850 = Rp.67.193,-. Maka upah yang akan diterima oleh narapidana untuk 1 buah etalase yang terjual adalah sebesar Rp.67.193,- , yang nantinya akan dibagi jumlah narapidana yang mengerjakan etalase tersebut.

Selanjutnya pada kolom ke delapan yaitu harga barang setelah harga pokok ditambah dengan beban upah untuk Napi. Maka Rp.1.343.850 + Rp.67.193,- = Rp.1.411.043,-.

Harga tersebut belum merupakan harga jual yang akan diberlakukan dipasaran. Karena harga tersebut masih akan ditambah dengan 10% bagian untuk pihak Lembaga Pemasyarakatan khususnya pihak bengkel kerja. Dana 10%(9) tersebut akan dipergunakan natinya untuk peningkatan kualitas pembinaan yang ada di dalam Bengkel Kerja Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Kota Madiun.27

Besarnya adalah 10% x Rp. 1.545.428,-(jumlah pada kolom10) = Rp. 154.543,-. Sedangkan jumlah pada kolom 10 didapat dengan cara, harga (8)+(harga pokok(6)x 100%). Rp.1.411.043 + (Rp.1.343.850 x 10%) = Rp.1.411.043 + Rp.134.385 =

Rp. 1.545.428,-.

Maka nilai jual sebuah etalase yang berlaku dipasaran(11) adalah Rp. 154.543,-(9) + Rp. 1.545.428,- = Rp 1.699.970,-.

Sebagian hasil penjualan barang – barang hasil produksi tersebut akan dikembalikan lagi kepada Pemerintah Pusat setelah dikurangi berbagai macam

27

Hasil wawancara dengan Kabid Kegiatan Kerja Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Kota Madiun Bapak Suwondo dan Kepala Seksi Pengelolaan Hasil Kerja, Bapak Didik DS. SH, tanggal 14 Juli 2009

biaya produksi lain, seperti bahan baku yang gagal atau rusak dalam proses produksi.28

c. Pemberian Upah Yang Telah Ditetapkan Kepada Narapidana

Dalam penetapan besarnya Premi atau upah yang diterima oleh narapidana yang telah bekerja, pihak Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Kota Madiun tidak menggunakan dasar hukum yang jelas atau baku. Ini dikarenakan tidak adanya Undang – undang atau Peraturan Pemerintah yang memang mengatur secara jelas tentang besarnya premi yang dapat diterima. Untuk itu Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Kota Madiun, hanya mengacu kepada kebijakan Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Kota Madiun.

Seperti yang telah ditetapkan dalam Kebijakan Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Kota Madiun setelah melakukan kesepakatan dengan pihak Bengkel Kerja, bahwa besar upah yang akan diterima oleh para narapidana yang telah melakukan pekerjaan adalah sebesar 5%.29

Pemberian upah tersebut akan dilaksanakan pada tiap bulannya, sesuai dengan barang hasil kerja para narapidana yang telah terjual. Upah tersebut akan dihitung 5% dari harga pokok barang yang telah dikerjakan. Seperti pada catatan hasil produksi pada bulan Juni tahun 2009 yang terlampir, total upah yang diberikan kepada sejumlah narapidana adalah sebesar Rp. 830.554. Yang didapat 5% dari total harga pokok seluruh barang yang terjual pada bulan Juni

28

Hasil wawancara dengan staf Seksi Pengelolaan Hasil Kerja Ibu Sri Puji Rahayu (Penerima & Penyetor Hasil Penjualan Produksi Napi), tanggal 14 Juli 2009

29

Hasil wawancara dengan Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Kota Madiun, Bapak Drs. I.W.Sukerta Bc.IP.SH.MH, tanggal 7 Juli 2009

2009. Upah tersebut akan dibagikan kepada masing – masing Bagian bengkel Kerja sesuai barang produksi mereka yang terjual.

Ada berbagai macam cara pemberian upah kepada para narapidana yang telah bekerja tersebut. Cara yang pertama adalah dengan menyerahkan langsung kepada para narapidana secara tunai. Upah tersebut biasanya akan disimpan oleh narapidana sendiri atau untuk keperluan sendiri tentunya dengan pengawasan dari pihak lembaga Pemasyarakatan sendiri. Cara berikutnya adalah dengan diwujudkan menjadi barang keperluan dari para narapidana sendiri. Biasanya upah para narapidana tersebut akan dibelikan kopi dan gula untuk keperluan narapidana sendiri. Atau mungkin akan dibelikan barang kebutuhan lainnya. Cara yang ketiga adalah dengan ditabungkan oleh pihak Bengkel Kerja. Dengan harapan akan bisa dimanfaatkan oleh narapidana tersebut ketika dia bebas nantinya.

Dalam perhitungan diatas, upah atau premi dihitung secara kelompok atau hitungan beberapa Napi. Untuk mengetahui pendapatan para narapidana secara individu, dilakukan metode quisioner dan metode wawancara. Ini digambarkan dalam tabel di bawah ini :

TABEL 3

Daftar Responden Melalui Metode Quisioner

No Nama Narapidana Lama Masa Tahanan Bagian Produksi Barang Hasil Produksi

Harga Barang Upah / Bulan 1 Woro 8 tahun Aluminiu

m Etalase Rak piring Rp.1000.000 – Rp.1.500.000 Rp.40.000

2 Sumarji 9 tahun Aluminiu m Etalase Rak piring Rp.1000.000 – Rp.1.500.000 Rp.40.000 3 Kasmanto 9 tahun Jahitan Kain Sofa +

baju

Rp. 2.500.000 Rp.50.000 4 Rohmanto 9 tahun Jahitan Kain Sofa +

baju

Rp. 2.500.000 Rp.50.000 5 Sustiyono 9 tahun Paving

Blok

Paving Blok Rp. 1000 Rp.35.000 6 Muslimin 14 tahun Meubel Meja Kursi Rp.1.000.000 Rp.34.000 7 Doni P 5 tahun Meubel Kursi Sofa Rp.4.000.000 Rp.50.000 8 Sustianto 10 tahun Aluminiu

m Etalase, rak piring Rp.1.000.000 - Rp.1.500.000 Rp. 40.000 9 Harmadji 7 tahun Aluminiu

m Etalase, rak piring Rp.1.000,000– Rp. 1.500.000 Rp.35.000 10 Karno 3 tahun Meubel Meja, Kursi Rp.1.000,000–

Rp. 1.500.000

Rp.35.000 11 Slamet 10 tahun Meubel Meja, kursi Rp.1.000,000–

Rp. 1.500.000

Rp.35.000

Sumber : (Data primer,diolah 2009)

Sebagai contoh Napi bernama Woro yang bekerja di bagian aluminium. Sebulan dapat menghasilkan atau memperoleh premi sebesar Rp.40.000, itu

didapat setelah Woro ikut mengerjakan dan menghasilkan barang produksi berupa etalase dan rak piring

C. Kendala Yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Pemenuhan Hak

Dokumen terkait