• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan pemenuhan hak narapidana untuk mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan : studi di Lembaga Pemasyarakatan kelas 1 kota Madiun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pelaksanaan pemenuhan hak narapidana untuk mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan : studi di Lembaga Pemasyarakatan kelas 1 kota Madiun"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)PELAKSANAAN PEMENUHAN HAK NARAPIDANA UNTUK MENDAPATKAN UPAH ATAU PREMI ATAS PEKERJAAN YANG DILAKUKAN (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Kota Madiun). SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum Oleh: DEDHY PRIYO N NIM. 0310100062. DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS HUKUM MALANG 2010.

(2) 2. LEMBAR PENGESAHAN. PELAKSANAAN PEMENUHAN HAK NARAPIDANA UNTUK MENDAPATKAN UPAH ATAU PREMI ATAS PEKERJAAN YANG DILAKUKAN (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Kota Madiun) Oleh : DEDHY PRIYO NURHARDIONO NIM. 0310100062 Skripsi ini telah disahkan oleh Dosen Pembimbing pada tanggal :. Pembimbing Utama,. Pembimbing Pendamping,. ENY HARYATI, SH.MH.. SETIAWAN NURDAYASAKTI, SH.MH. NIP. 19590406 198601 2001. NIP. 19640620 198903 1002. Ketua Majelis Penguji. Dr. KOESNO ADI, SH. MS. Ketua Bagian Hukum Pidana. SETIAWAN NURDAYASAKTI, SH., MH. NIP. 19440728 197603 1002. NIP. 19640620 198903 1002 Mengetahui, Dekan. HERMAN SURYOKUMORO, S.H., M.S. NIP. 19560528 198503 1002.

(3) 3. KATA PENGANTAR. Segala puji atas kehadirat Allah SWT, yang hanya dengan rahmat serta hidayah-Nya yang tiada henti hingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Pemenuhan Hak Narapidana Untuk Mendapatkan Upah Atau Premi Atas Pekerjaan Yang Dilakukan (studi di lembaga pemasyarakatan kelas 1 kota madiun) “ ini dalam waktu yang relatif singkat. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Karena tanpa bantuan mereka, maka mustahil skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Terima kasih juga penulis haturkan kepada : 1. Bapak Herman Suryokumoro, SH., MS selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya. 2. Bapak Setiawan Nurdayasakti, SH., MH selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Brawijaya sekaligus sebagai Pembimbing Pendamping yang telah sabar membimbing dan memberikan motivasi sampai terselesaikannya skripsi ini. 3. Ibu Eny Harjati, SH., MH selaku Pembimbing Utama, atas bimbingan, dan kesabarannya. 4. Ibu Mudjuni N A, SH.MS (ALM) selaku mantan Pembimbing Utama, atas bimbingan, dan kesabarannya. 5. Seluruh Dosen Pengajar dan Staff bagian akademik Fakultas Hukum Universitas Brawijaya..

(4) 4. 6. Bapak. Drs.. I.W.SUKERTA. Bc.IP.SH.MH. selaku. Kepala. Lembaga. Pemasyarakatan Kelas 1 Kota Madiun yang telah menyediakan instansinya untuk penulis mengambil keterangan guna terselesaikannya skripsi ini. 7. Bapak Suwondo selaku Kabid Kegiatan Kerja Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Kota Madiun yang telah bersedia memberikan keterangan guna terselesaikannya skripsi ini. 8. Bapak Muryono S.pd selaku Kepala Seksi Sarana Kerja. Lembaga. Pemasyarakatan Kelas 1 Kota Madiun yang telah bersedia memberikan keterangan guna terselesaikannya skripsi ini. 9. Bapak Drs. Suprapto selaku Kepala Seksi Bimbingan Kerja Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Kota Madiun yang telah bersedia memberikan keterangan guna terselesaikannya skripsi ini. 10. Bapak Didik DS. SH selaku Kepala Seksi Pengelolaan Hasil Kerja Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Kota Madiun yang telah bersedia memberikan keterangan guna terselesaikannya skripsi ini. 11. Ibu Sri Puji Rahayu selaku Staf Seksi Pengelolaan Hasil Kerja Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Kota Madiun yang telah bersedia memberikan keterangan guna terselesaikannya skripsi ini. 12. Bapak Irphan, Bapak Wahyu selaku staf Bimkemas Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Kota Madiun, dan Ibu Wuri, yang telah mendampingi selama proses survey berlangsung. 13. Bapak Soemarno (Alm) dan Ibu Hartini, ST, bapak dan mamaku yang telah membesarkan, menyayangi, dan memberikan bimbingan dengan sabar. Bapak Bambang R, ayah yang telah memeberikan motivasi dengan sabar..

(5) 5. 14. Ersa, Vita, Rindi dan Dhiky, adik - adikku yang telah menjadi inspirasi dan motivasi. 15. Teman-teman baikku : Tentri, Anne, Gading, Didit, Dodi, Dodo, Diah, Yanti, Dipus, Ryan, Ebi, Fitri, Dewi, Mba Dee, Esti, Ragin, Nilam, Ais, Pian,Yaomi, Baiq, Aris, Intan, Bimo, Ichan, Wahyu, Tia, Bpk.Hadi Rahman dan seluruh mahasiswa angkatan fakultas hukum khususnya angkatan 2003 yang selalu membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. 16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang ikut membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.. Penulis yakin skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna, sehingga masukan dan kritik akan selalu penulis harapkan untuk memperbaiki skripsi ini. Akhir kata penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya jika dalam proses pembuatan skripsi ini penulis melakukan kesalahan baik disengaja maupun tidak disengaja.. Malang, Januari 2010. Penulis.

(6) 6. DAFTAR ISI. Lembar Persetujuan ……………………………………………………………. i Lembar Pengesahan ……………………………………………………………. ii Kata Pengantar ………………………………………………………………… iii Daftar Isi ………………………………………………………………………. vi Daftar Bagan ....................................................................................................... ix Daftar Tabel ...………………………………………………………………….. x Daftar Lampiran ................................................................................................. xi Abstraksi ……………………………………………………………………… xii. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……......………………………………………………………1 B. Rumusan Permasalahan. ..…………………………………………………..5. C. Tujuan Penulisan ……....……………………………………………………...5 D. Manfaat Penulisan ……... ..…………………………………………………...6 E. Sistematika Penulisan ………………………………………………………...7. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang Lembaga Pemasyarakatan ………………………….9 B. Kajian Umum tentang Pengertian Narapidana ……………………………....14 C. Kajian Umum tentang Pembinaan Narapidana ………………………….......15 D. Kajian Umum Tentang Hak Narapidana …………………………………….16.

(7) 7. BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Pendekatan ...………..........................................................................19 B. Lokasi Penelitian ............................................................................................ 19 C. Jenis Data dan Sumber Data ………………………………………………..20 D. Populasi dan Sampel ………………………………………………………...22 E. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………………..23 F. Teknik Analisa Data ........................................................................................24. BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum LAPAS Kelas I Madiun 1. Sejarah Berdirinya ……………………………………………………….25 2. Tugas Pokok Lembaga Pemasyarakatan ………………………………...29 3. Fungsi Lembaga Pemasyarakatan ……………………………………….29 B. Pelaksanaan Pemenuhan Hak Narapidana Untuk Mendapatkan Upah atau Premi Atas Pekerjaan yang Dilakukan 1. Struktur Organisasi Bidang Kegiatan Kerja……......................................34 2. Narapidana Yang Bekerja Didalam Kegiatan Bengkel Kerja....................36 3. Orientasi Anggaran Pemerintah Untuk Proses Produksi...........................41 4. Implementasi Pemberian Upah Narapidana...............................................42 C. Kendala Yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Pemenuhan Hak Narapidana Untuk Mendapatkan Upah Atau Premi Atas Pekerjaan Yang Dilakukan……57.

(8) 8. D. Upaya Yang Dilakukan Pihak Bengkel Kerja Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Kota Madiun Dalam Mengatasi Kendala – Kendala Yang Timbul Dalam Pelaksanaan Pemberian Upah Atau Premi .............. ...................................... 61. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………………………………..65 B. Saran …………………………………………………………………………67. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN.

(9) 9. DAFTAR BAGAN. Bagan1 : Struktur Organisasi dan tata kerja Lapas Klas I Madiun ...................... 29 Bagan 2 : Struktur Organisasi Bidang Kegiatan Kerja........................................ 34.

(10) 10. DAFTAR TABEL. Tabel 1. Pegawai Lembaga Pemasyarakatan Klas I Madiun Berdasarkan Pangkat Golongan............................................................................................... 30 Tabel 2. Keadaan Isi Penghuni Lapas Klas I Madiun ....................................... 33 Tabel 3. Daftar Responden Melalui Metode Quisioner......................................57.

(11) 11. DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Rincian Perhitungan Biaya Tahun Anggaran 2009, Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 kota Madiun Lampiran 2. Daftar Catatan Hasil Produksi Bulan Juni 2009.

(12) 12. ABSTRAKSI. DEDHY PRIYO NURHARDIONO, Hukum Pidana, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, JANUARI 2010, pelaksanaan pemenuhan hak narapidana untuk mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan (studi di Lembaga Pemasyarakatan kelas 1 kota Madiun), Eny Haryati, SH. MH; Setiawan Nurdayasakti, SH. MH. Dalam penulisan skripsi ini penulis membahas mengenai masalah pelaksanaan pemenuhan hak narapidana untuk mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan (studi di Lembaga Pemasyarakatan kelas 1 Kota Madiun) Dengan adanya pembinaan ketrampilan kepada narapidana berupa bengkel kerja, sesuai pasal 14 huruf g Undang – Undang RI no 12 tahun 1995 maka setiap narapidana berhak menerima upah atau premi atas pekerjaan yang telah dilakukannya., adapun permasalahan yang diteliti adalah, (1) Bagaimana pelaksanaan Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Kota Madiun dalam pemenuhan hak narapidana untuk mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan olehnya, (2) Apakah kendala yang dihadapi dan bagaimana upaya untuk mengatasi kendala – kendala, yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan kelas I Kota Madiun dalam melaksanakan pemenuhan hak narapidana untuk mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan sesuai ketentuan yang tercantum di dalam pasal 14 huruf g Undang –Undang no 12 tahun 1995. Metode pendekatan penelitian yang digunakan adalah yuridis empiris. Metode pendekatan yuridis empiris adalah meninjau masalah yang diteliti dari segi ilmu hukum dan mengkaitkan dengan kenyataan yang ada didalam implementasinya yang bertujuan untuk mendiskripsikan kegiatan atau peristiwa alamiah dalam praktek sehari-hari atau kenyataannya. Untuk mengetahui pelaksanaan pemenuhan hak narapidana untuk mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan. Dari hasil penelitian lapangan diperoleh data tahun 2009 terdapat realita bahwa Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Kota Madiun belum dapat melaksanakan pasal 14 huruf g Undang – Undang no 12 tahun 1995 tentang pemberian upah atau premi terhadap Narapidana secara optimal.. Berbagai kendala menyebabkan pihak Lembaga Pemasyarakatan kelas I kota Madiun belum bisa melaksanakan kewajiban itu secara optimal. Kendala dan upaya dari pihak Lembaga Pemasyarakatan adalah, a. tidak adanya Peraturan Perundangan yang mengatur tentang pemberian upah kepada narapidana secara terperinci, diatasi dengan diadakannya kesepakatan antara Kalapas dengan Kabid Kegiatan Kerja untuk menentukan besaran prosentase upah bagi narapidana sebesar 5%. b. kesulitan dari pihak bengkel kerja dalam memasaran hasil produksinya, diupayakan jalan keluar dengan melakukan terobosan pemasaran, misalnya dengan menyelenggarakan pameran. Sedangkan kendala dari pihak Narapidana sendiri adalah, a. kurangnya minat dari narapidana untuk bekerja di bengkel kerja, diupayakan jalan keluarnya dengan dilakukannya penyuluhan tentang pentingnya pembinaan kerja oleh pihak Lembaga Pemasyarakatan. b. kurangnya pengetahuan tentang hak menerima upah dari napi, pihak Lembaga Pemasyarakatan berupaya untuk memberikan informasi secara transparan tentang hak menerima upah bagi narapidana yang telah bekerja..

(13) 13. BAB I PENDAHULUAN. A.. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, kasus-. kasus kejahatan di Indonesia juga semakin meningkat keberadaannya bahkan tidak hanya di kota-kota besar melainkan juga di pelosok-pelosok daerah. Meskipun kejahatan tersebut seringkali terjadi dalam kehidupan manusia seharihari, akan tetapi dalam pengalamannya yang kita alami kita tidak bisa memahami dengan pasti apakah arti kejahatan itu sesungguhnya. Jika ditinjau dari segi yuridis kejahatan itu sendiri adalah perbuatan manusia untuk melakukan hal yang melanggar/bertentangan dengan apa yang ditentukan didalam kaidah hukum atau undang-undang. Sedangkan apabila ditinjau dari segi sosiologis kejahatan adalah perbuatan atau tingkah laku yang selain merugikan si penderita (korban), juga sangat merugikan masyarakat, yaitu berupa hilangnya keseimbangan ketentraman dan ketertiban.1 Maraknya kejahatan yang terjadi pada saat ini, banyak sekali usaha yang dilakukan untuk menanggulanginya. Diantaranya dengan dilakukan secara represif dan preventif. Disini usaha preventif adalah usaha yang menunjukkan pembinaan, pendidikan dan penyadaran dalam masyarakat sebelum terjadinya gejolak perbuatan kejahatan yang pada dasarnya merupakan tindakan pencegahan.. 1. A. Gumilang, 1991, Kriminalistik, Angkasa: Bandung, hal: 4.

(14) 14. Sedangkan usaha represif adalah usaha untuk mewujudkan upaya pemberantasan terhadap kejahatan. Implementasi pemberian sanksi terhadap pelaku kejahatan dilakukan oleh suatu lembaga yang disebut dengan Lembaga Pemasyarakatan yang telah diatur didalam Undang-Undang No 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan. Lembaga Pemasyarakatan adalah suatu bentuk organisasi yang secara kolektif melakukan pembinaan yang dilakukan oleh petugas Lembaga Pemasyarakatan terhadap mereka yang dianggap berperilaku tidak benar, dan memiliki tujuan sebagai tempat pembalasan dan penjeraan bagi pelaku kejahatan tetapi kemudian tujuan tersebut berubah menjadi tempat pembinaan bagi para pelaku kejahatan sehingga mereka menjadi lebih baik dari sebelumnya. Jadi disini, yang disebutkan terakhir adalah yang populer dan bukan hanya bertujuan memperbaiki pemenjaraan, tetapi juga mencari alternatif lain yang bukan bersifat pidana. Penjatuhan pidana atau pemidanaan merupakan konkretisasi atau realisasi peraturan pidana dalam undang-undang yang merupakan sesuatu yang abstrak2 Sebenarnya tujuan dari pembinaan adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan budi pekerti narapidana karena narapidana hanyalah orang yang melakukan khilaf dan masih mempunyai waktu untuk berubah menjadi baik dalam waktu yang akan datang dan kemudian memerlukan pembinaan. Dengan adanya perubahan tentang tujuan pembinaan yaitu penjeraan atau pembalasan menjadi pembinaan terhadap para pelaku kejahatan ataupun kepada mereka yang berpotensi menjadi penjahat, maka Lembaga Pemasyarakatan. 2. Andi Hamzah, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia dari Retribusi ke Reformasi, Jakarta: PT.Pradnya Paramita, 1986; hal 73..

(15) 15. sebagai tempat dilaksanakannya sanksi pidana yang dijatuhkan oleh pengadilan mempunyai tugas yang berat untuk melaksanakan pembinaan ini. Istilah Pemasyarakatan sudah muncul pada tahun 1963, namun prinsip – prinsip mengenai Pemasyarakatan itu baru dilembagakan setelah berlangsungnya Konferensi Bina Direktorat Pemasyarakatan di Lembang Bandung (Jawa Barat) tanggal 27 April 1964 dan dari hasil konferensi tersebut dapat disimpulkan bahwa, tujuan dari pidana penjara bukanlah hanya untuk melindungi masyarakat semata – mata, melainkan harus pula berusaha membina si pelanggar hukum, dimana pelanggar hukum tidak lagi disebut sebagai penjahat. Dimana seorang yang tersesat akan selalu bertobat ada harapan dapat mengambil manfaat sebesar – besarnya dari sistem pengayoman yang diterapkan kepadanya.3 Dengan sistem pemasyarakatan diharapkan warga binaan pemasyarakatan menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak melakukan tindak pidana sehingga setelah selesai menjalani masa pidananya,. dapat diterima oleh. masyarakat dan dapat berperan dalam pembangunan. Namun demikian dalam pelaksanaannya lembaga pemasyarakatan dihadapkan pada suatu kondisi dimana jumlah narapidana yang tidak sebanding dengan jumlah pembina narapidana, tingkat pendidikan petugas lembaga pemasyarakatan yang masih relatif rendah, terbatasnya sarana dan prasarana dalam pelaksanaan serta kurangnya partisipasi dari masyarakat. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui terlaksana tidaknya ketentuan Undang-Undang RI Nomor.12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan dalam pembinaan narapidana di lembaga pemasyarakatan. 3. Sahardjo, Pohon Beringin Pengayoman, Rumah Pengayoman, Sukamiskin, Bandung, 1964, hal 32.

(16) 16. Banyak sekali hak yang dimiliki oleh narapidana sesuai Undang –Undang RI. No.. 12. tahun. 1995. tentang. Pemasyarakatan. didalam. Lembaga. Pemasyarakatan, hak-hak tersebut antara lain : a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya; b. Mendapatkan perawatan, baik rohani maupun jasmani; c. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran; d. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak; e. Menyampaikan keluhan; f. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang; g. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan; h. Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang tertentu lainnya; i. Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi); j. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga; k. Mendapatkan pembebasan bersyarat; l. Mendapatkan cuti menjelang bebas; m. Mendapatkan hak-hak yang lain sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Dengan adanya. pembinaan ketrampilan kepada narapidana berupa. bengkel kerja, sesuai pasal 14 huruf g undang –undang no 12 tahun 1995 maka setiap narapidana berhak menerima upah atau premi atas pekerjaan yang telah dilakukannya..

(17) 17. Dengan demikian, penelitian yang akan dilakukan oleh penulis ini diharapkan dapat membantu penulis maupun masyararakat untuk mengetahui seperti apa proses pelaksanaan pemenuhan hak narapidana untuk mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Madiun pada khususnya. Serta kendala apa saja yang dihadapi oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Madiun, dan upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut dalam memenuhi hak dari narapidana. B. Rumusan Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa. permasalahan. menyangkut. pelaksanaan. narapidana untuk mendapatkan upah atau premi. pemenuhan. hak. atas pekerjaan yang. dilakukan, antara lain : 1.. Bagaimana pelaksanaan Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Kota Madiun dalam pemenuhan hak narapidana untuk mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan olehnya?. 2.. Apakah kendala yang dihadapi dan bagaimana upaya untuk mengatasi kendala – kendala yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan kelas I Kota Madiun dalam melaksanakan pemenuhan hak narapidana untuk mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan ?. C.. Tujuan Penulisan. 1.. Untuk mengetahui pelaksanaan Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Kota Madiun dalam pemenuhan hak narapidana untuk mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan olehnya..

(18) 18. 2.. Untuk. mengetahui kendala yang dihadapi dan bagaimana upaya yang. dilakukan untuk mengatasi kendala – kendala oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Kota Madiun dalam melaksanakan pemenuhan hak narapidana untuk mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan.. D.. Manfaat Penulisan. D.1. Manfaat Teoritis. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfat terutama untuk menunjang proses belajar mengajar, khususnya dalam pengajaran terkait mata kuliah Hukum Pidana dan Hukum Acara Pidana.. D.2. Manfaat Praktis. 1.. Bagi penyelenggara pembinaan di dalam Lembaga Pemasyarakatan, dapat memberikan suatu bahan pertimbangan dalam proses pembinaan dan untuk mengetahui hak -hak narapidana di dalam Lembaga Pemasyarakatan. khususnya. memgenai. hak. narapidana. untuk. mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan 2.. Bagi masyarakat umum, untuk memperoleh wawasan dan penjelasan mengenai pelaksanaan Lembaga Pemasyarakatan dalam pemenuhan hak narapidana untuk mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan olehnya...

(19) 19. 3.. Bagi penulis, agar dapat memberikan pengetahuan yang dapat berguna di masa kini dan masa mendatang mengenai hak -hak narapidana di dalam Lembaga Pemasyarakatan khususnya mengenai hak narapidana untuk mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan dan bagaimana pelaksanaannya oleh Lembaga Pemasyarakatan serta kendala apa saja yang dihadapi oleh Lembaga Pemasyarakatan dalam melasanakannya.. E. Sistematika Penulisan. Skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab yang sistematika dan alur pembahasannya dapat dikemukakan sebagai berikut:. BAB I: PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang penulisan skripsi, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.. BAB II: KAJIAN PUSTAKA. Bab ini berisikan uraian tentang sejarah dan perkembangan kepenjaraan Indonesia, pengertian Lembaga Pemasyarakatan , tugas dan fungsi Lembaga Pemasyarakatan, pengertian narapidana, pengertian pembinaan narapidana, macam- macam pembinaan, uraian tentang hak narapidana, pengertian upah dan pengertian asimilasi.. BAB III: METODE PENELITIAN.

(20) 20. Bab ini berisi metode pendekatan yang akan digunakan, lokasi penelitian yang akan diteliti, jenis data dan sumber data, populasi dan sampel penelitian, Teknik Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data.. BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan diberikan gambaran berupa hasil penelitian dan pembahasannya tentang realita dan proses pelaksanaan pemenuhan hak, kendala-kendala yang dihadapi dan juga upaya. pelaksanaan Lembaga. Pemasyarakatan Kelas 1 Kota Madiun dalam pemenuhan hak narapidana untuk mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan olehnya.. BAB V: PENUTUP. Dalam bab ini akan berisi kesimpulan dari hasil pembahasan bab-bab sebelumnya dan berisi saran-saran yang diharapkan akan dapat menjadi masukan yang bermanfaat bagi semua pihak..

(21) 21. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum tentang Lembaga Pemasyarakatan 1. Sejarah dan Perkembangan Kepenjaraan di Indonesia Pada awalnya tidak dikenal sistem pidana penjara di Indonesia. Sistem pidana penjara baru dikenal pada jaman penjajahan. Pada jaman VOC pun belum dikenal penjara yang seperti sekarang ini, yang ada ialah rumah tahanan yang diperuntukkan bagi wanita tuna susila, pengangguran atau gelandangan pemabuk dan sebagainya. Diberikan pula pekerjaan dan pendidikan agama, tetapi ini hanya ada di Batavia terkenal dengan sebutan spinhuis dan rasphuis. Ada 3 macam tempat tahanan demikian yaitu:4 1. Bui yang terdapat di pinggir kota 2. Tempat perantaian (kettingkwatier) 3.tempat menampung wanita bangsa Belanda yang melakukan mukah (overspel) Perkembangan selanjutnya masing- masing terdapat pada jaman Inggris dan Belanda. Bui-bui yang kecil dan sempit, oleh Inggris diperbaiki dan didirikan bui dimana ada pengadilan. Perbaikan diteruskan oleh Belanda setelah berkuasa kembali,diadakan klasifikasi : 1. Kerja paksa dengan system rantai 2. Kerja paksa dengan upah. 4. Andi Hamzah, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia dari Retribusi ke Reformasi, Jakarta: PT.Pradnya Paramita, 1986, hal 92.

(22) 22. Pada jaman Belanda telah terjadi banyak diskriminasi di dalam penerapan penahanan, yaitu tentang pembedaan antara orang pribumi dengan orang Eropa(Belanda). Diantaranya dari segi pekerjaan, makanan, kondisi kamar penjara dan fasilitas lainnya. Sistem pengelolaan penjara diperbaiki juga dengan administrasi yang lebih rapi dengan disiplin yang lebih ketat. Pada tahun 1871 itu dirancang pula suatu ordonansi yang berisi perbaikan menyeluruh terhadap system penjara, namun rancangan tidak pernah terwujud. Antara tahun 1907-1961 dibentuk kantor kepenjaraan (Gestichten Reglement) yang tercantum dalam Stbld 1917 no.708, mulai berlaku 1 januari 1918. Reglemen inilah yang menjadi dasar peraturan perlakuan terhadap narapidana dan cara pengelolaan penjara. Reglemen ini didasarkan pada pasal 29 KUHP (Wvs) yang terdiri dari kurang lebih 114 pasal. Dalam. periode antara perang dunia kedua (1918-1942), pada. umunya di Jawa dan Madura ada 3 jenis penjara :5 1. Penjara pusat yang disebut Centrale Gevangis Strafgevangenis. Penjara pusat ini menampung terpidana yang agak berat (lebih dari 1 tahun) disitu terdapat perusahaan yang tergolong besar dan sedang serta perbengkelan. 2. Penjara negeri yang disebut Landgevangenis. Penjara ini berfungsi menampung narapidana yang tergolong ringan (di bawah 1 tahun) pekerjaan yang dilakukan ialah kerajinan ringan yang lain serta bengkel-bengkel kecil.. 5. Ibid, hal 93.

(23) 23. 3. Rumah tahanan yang disebut Huis van bewaring. Tempat ini menampung para tahanan terpidana kurungan dan terpidana penjara yang ringan. Disini tidak ada pekerjaan yang pasti. Bagi narapidana anak-anak, pada tahun 1921 telah didirikan ruangan khusus untuk yang berumur dibawah 19 tahun, kemudian didirikan di Tangerang penjara anak-anak yang berumur di bawah 20 tahun dam disusul di Pamekasan dan Ambarawa pada tahun 1927. Pada jaman pendudukan Jepang hampir tidak ada perubahan sistem kepenjaraan. Hanya pekerjaan narapidana banyak dimanfaatkan untuk kepentingan militer Jepang. Setelah Indonesia merdeka sistem pemenjaraan ada dua macam, yang satu di daerah Republik dan yang lain berada di daerah yang diduduki Belanda. Penjara dikelola sepenuhnya sesuai dengan Reglemen Kepenjaraan tahun 1917 Nomor 798, usaha kearah sistem prevensi umum maupun khusus menjadi sebuah tujuan. Untuk prevensi khusus terpidana di penjara agar tidak melakukan kejahatan (detterent) dan untuk prevensi umum agar masyarakat takut untuk berbuat kejahatan. Merujuk pada pendapat R.A Kosnoen, SH., istilah penjara berasal dari bahasa Jawa = ‘penjoro’, yang berarti tobat. Sementara Bahroedin Soejobroto menyebutkan kata penjara berasal dari kata penjera. Kedua pemahaman tersebut menyiratkan pengertian penjara sebagai tempat menghukum untuk membuat jera dan menanamkan rasa takut masyarakat agar tidak menentang pemerintah koloni Belanda.6 6. 2008). www.google.com /Hari-hariku di LP Tanjung Gusta/Dr. Muchtar Pakpahan.( 3 Februari.

(24) 24. Munculnya ide system Pemasyarakatan untuk pertama kalinya dicetuskan oleh Dr. Sahardjo,S.H sebagai Menteri Kehakiman, sewaktu penerimaan gelar doktor honoris causa dari Universitas Indonesia, pada tanggal 5 Juli 1963. Menurut Sahardjo tujuan pidana penjara itu adalah disamping menimbulkan rasa derita pada terpidana agar bertobat, mendidik supaya narapidana tersebut menjadi seorang anggota masyarakat sosialis Indonesia yang berguna, karena inti dari tujuan pidana penjara adalah pemasyarakatan.7 Sehingga di Indonesia saat ini bentuk dan namanya tidak rumah penjara lagi melainkan Lembaga Pemasyarakatan, menurut almarhum DR.Saharjdo, SH. yang ketika itu menjabat sebagai Menteri Kehakiman Republik Indonesia mengatakan bahwa tujuan pidana penjara adalah “Pemasyarakatan”. sehingga membuat yang tadinya “Rumah Penjara”. otomatis diganti “Lembaga Pemasyarakatan”. Dengan. penggantian. istilah. “penjara”. menjadi. ”Lembaga. Pemasyarakatan” sudah muncul pada tanggal 5 juli 1963, namun prinsipprinsip. mengenai. Pemasyarakatn. itu. baru. dilembagakan. setelah. berlangsungnya Konferensi Bina Direktorat Pemasyarakatan di Lembaga Bandung ( Jawa Barat) tanggal 27 april 1964 dan dari hasil konferensi tersebut dapat disimpulkan bahwa : Tujuan dari pidana penjara bukanlah hanya untuk melindungi masyarkat semata-semata, melainkan harus pula berusaha membina si pelanggar hukum, dimana pelanggar hukum tidak lagi disebut sebagai penjahat dimana seorang yang tersesat akan selalu. 7. www.depkumkam.go.id (23 Januari 2008).

(25) 25. bertobat dan ada harapan dapat mengambil manfaat sebesar-besarnya dari system pengayoman yang diterapkan kepadanya.. 2. Pengetian Pemasyarakatan, Sistem Pemasyarakatan dan Lembaga Pemasyarakatan. Dalam perkembangannya, Pemasyarakatan mulai dilaksanakan sejak tahun 1964. Dan dikuatkan dengan diberlakukannya Undang-undang no.12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Menurut. pasal 1 UU no.12. tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, adapun pengertian dari : 1. Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan Warga. Binaan. Pemasyarakatan. berdasarkan. sistem,. kelembagaan, dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari system pemidanaan dalam tata peradilan pidana. 2. Sistem Pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas Warga Binaan Pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab..

(26) 26. 3.. Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPAS adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan.. 3. Fungsi dari Sistem Pemasyarakatan Menurut pasal 3 UU no.12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, Fungsi dari system pemasyarakatan adalah: Sistem pemasyarakatan berfungsi menyiapkan Warga Binaan Pemasyarakatan agar dapat berintegrasi secara sehat dengan masyarakat, sehingga dapat berperan kembali sebagai anggota masyarakat yang bebas dan bertanggung jawab.. B. Kajian Umum tentang Pengertian Narapidana Berdasarkan UU no.12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, pasal 1 ayat 7 bahwa narapidana adalah Terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan. Menurut Drs. Ac Sanoesi HAS istilah nara-pidana adalah sebagai pengganti istilah orang hukuman atau orang yang terkena hukuman. Dengan kata lain istilah narapidana adalah untuk mereka yang telah divonis hakim dan telah mempunyai kekuatan hukum tetap..

(27) 27. C. Kajian Umum tentang Pembinaan Narapidana 1. Pengertian Pembinaan Narapidana Menurut PP no.32 tahun 1999 dalam pasal 1 ayat 2, pengertian Pembinaan Narapidana adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Intelektual, sikap dan perilaku, professional, kesehatan jasmani dan rohani Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan.. Sedangkan menurut Bahroedin Soerjobroto pada prinsipnya pembinaan. narapidana. adalah. suatu. proses. pembinaan. untuk. mengembalikan kesatuan hidup dari terpidana. Jadi, istilah lembaga pemasyarakatan dapat disamakan dengan resosialisasi dengan pengertian bahwa segala sesuatunya ditempatkan dalam tata budaya Indonesia, dengan nilai-nilai yang berlaku di dalam mayarakat Indonesia.8. 2. Macam-macam Pembinaan Bentuk- bentuk pembinaan yang diberikan kepada warga binaan saat ini, yaitu :9 a. Pembinaan Mental Pembinaan ini merupakan dasar untuk menempa seseorang yang telah sempat terjerumus terhadap perbuatan jahat, sebab pada umumnya orang menjadi jahat itu karena mentalnya sudah turun ( retardasi mental), sehingga untuk memulihkan kembali mental seseorang seperti sedia kala. 8 9. Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, penerbit Alumni, Bandung, 1986, hal 27 www.Dari Penjara ke Penjara.com (15 maret 2008).

(28) 28. sebelum dia terjerumus , maka pembinaan mental harus benar- benar diberikan sesuai dengan porsinya.. b. Pembinaan Sosial Pembinaan sosial ini diberikan kepada warga binaan dalam kaitannya warga binaan yang sudah sempat disingkirkan dari kelompoknya sehingga diupayakan bagaimana memulihkan kembali kesatuan hubungan antara warga binaan dengan masyarakat sekitarnya.. c. Pembinaan Ketrampilan Dalam pembinaan ini diupayakan untuk memberikan berbagai bentuk pengetahuan mengenai ketrampilan misalnya bentuk pengetahuan mengenai ketrampilan berupa pendidikan menjahit, pertukangan, bercocok tanam dan lain sebagainya.. D. Kajian Umum Tentang Hak Narapidana 1. Macam-macam Hak Narapidana Didalam penerapannya macam- macam hak narapidana menurut pasal 14 undang –undang no 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan yaitu : a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya b. mendapatkan perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani c. mendapatkan pendidikan dan pengajaran d. mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak.

(29) 29. e. menyampaikan keluhan f. mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang g. mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan h. menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang tertentu lainnya i. mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi) j. mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga k. mendapatkan pembebasan bersyarat l. mendapatkan cuti menjelang bebas m. mendapatkan hak- hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Pengertian Upah Untuk pengertian upah banyak para ahli mengutarakan pendapatnya, diantara adalah : Menurut Flipo (1986), pengertian upah adalah harga untuk jasa yang telah diberikan oleh seseorang kepada orang lain, sesuai dengan kesepakatan antara orang yang sebagai pemberi jasa dan orang yang menerima jasa.10 Menurut Gouzali (1996) upah adalah sejenis balas jasa yang diberikan perusahaan kepada para pekerja harian (pekerja tidak tetap) yang besarnya telah disepakati sebelumnya oleh kedua belah pihak.11 10 11. www.Petra Christian Library 2006 Ibid.

(30) 30. 3. Pengertian Asimilasi narapidana Menurut pasal 1, Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia nomor m.01.pk.04-10 tahun 1999 tentang asimilasi, pembebasan bersyarat dan cuti menjelang bebas, Asimilasi adalah proses pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan yang dilaksanakan dengan membaurkan Narapidana. dan. Anak. Didik. Pemasyarakatan. di. dalam. kehidupan. masyarakat.12. 12. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia nomor m.01.pk.04-10 tahun 1999 tentang asimilasi, pembebasan bersyarat dan cuti menjelang bebas.

(31) 31. BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Pendekatan Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode pendekatan yuridis empiris (empiric legal research), yaitu dengan membahas permasalahan yang ada berdasarkan peraturan hukum yang berlaku kemudian dikaitkan dengan fakta-fakta. atau. fenomena-fenomena. mengenai. proses. pelaksanaan. pemenuhan hak narapidana untuk mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan.13. B. Lokasi Penelitian Penulis memilih untuk mengadakan penelitian ini dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Kota Madiun karena didalam instansi tersebut sebagai tempat terakhir dalam sistem peradilan pidana yang keberadaannya disiapkan untuk pembinaan narapidana. LAPAS Madiun memberikan hak kepada narapidana untuk mendapatkan premi atau upah atas pekerjaan yang dilakukan, selain itu juga didalam LAPAS Kota Madiun ada 2 LAPAS yang diperuntukkan bagi narapidana yang melakukan tindak pidana biasa dan narapidana yang melakukan tindak pidana narkoba.. 13. Ronny Hanitjo Soemitro, 1990, Metodologi Penelitian Hukum Cetakan 4, Ghalia Indonesia: Jakarta, Hal: 61.

(32) 32. C. Jenis Data dan Sumber Data C.1. Jenis Data 1. Data Primer Data Primer adalah data yang diperoleh dari penelitian langsung di lapangan (Field Research)14, dalam hal ini data primer adalah data yang diperoleh dari observasi atau pengamatan langsung Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Kota Madiun. Data yang didapatkan setelah observasi atau penelitaian antara lain adalah data tentang pelaksanaan perhitungan besar upah yang didapatkan, tentang pelaksanaan pemberian. upah,. kegiatan. produksi. di. dalam. lembaga. Pemasayarakatan, serta kendala – kendala dalam pelaksanaannya. 2. Data Sekunder Data Sekunder adalah data yang diusahakan sendiri oleh peneliti misalnya dari bahan-bahan kepustakaan yang meliputi buku, data arsip, data resmi dari instansi yang digunakan sebagai tempat penelitian.15 . Dan juga data – data yang didapat dari penelitian sebelumnya. Data sekunder dari hasil penelitian ini diperoleh dari studi kepustakaan dengan cara mempelajari literatur, makalah ilmiah, surat kabar. (koran),. majalah,. data. arsip. dari. instansi. Lembaga. Pemasyarakatan yang digunakan sebagai tempat penelitian dan peraturan perundang-undangan.. 14. M Iqbal H, Metode Penelitian dan Aplikasinya, Remaja Karya, Bandung, 1999; hal 35 Marzuki, 1977, Metodologi Riset, Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia,: Yogyakarta, Hal: 55 15.

(33) 33. C.2. Sumber Data 1. Sumber Data Primer Pada sumber data ini meliputi data yang diperoleh langsung melalui penelitian pada lokasi penelitian yang telah ditentukan yaitu berasal langsung dari lokasi penelitian dan sampel yang berkaitan dengan fokus penelitian tentang pemberian hak. premi atau upah bagi. narapidana di LAPAS.. 2. Sumber Data Sekunder Untuk sumber data sekunder dalam penelitian ini meliputi bahanbahan kepustakaan, data arsip, data resmi dari instansi yang digunakan sebagai tempat penelitian dan bahan-bahan hukum yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, yang terdiri dari : a. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana b. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana c. Undang-Undang No.12 Tahun 1995, Tentang Pemasyarakatan. d. Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 1999, Tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. e. Peraturan perundang-undangan yang lainnya yang mempunyai hubungan dengan permasalahan dalam penelitian ini. f. Buku kepustakaan yang berkaitan dengan masalah pidana..

(34) 34. D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan atau himpunan objek dengan ciri yang sama.16 Populasi ini dapat berupa himpunan orang, benda (baik hidup atau mati), kejadian, kasus-kasus, waktu atau tempat dengan sifat atau ciri yang sama. Objek yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah beberapa Narapidana yang bekerja di Bengkel Kerja maupun petugas di Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Kota Madiun yang bertugas di dalam Bengkel Kerja. 2. Sampel Sampel adalah bagian yang lebih kecil dari sebuah populasi17. Sampel dalam penelitian ini didasarkan dengan cara pengambilan responden dilakukan dengan purposive sampling yaitu dengan cara mengambil subjek yang didasarkan pada tujuan tertentu. Responden adalah orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaa tertulis maupun lisan.18 Pengambilan sampel pada Lembaga Pemasyarakatan ini dilakukan pada yang Pejabat berwenang didalam Lembaga Pemasyarakatan Kota Madiun.. E. Teknik Pengumpulan Data 1. Untuk Data Primer. 16. Bambang Sunggono, 1977, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada: Jakarta, Hal: 118 17 Ibid; hal 42 18. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hal 107.

(35) 35. Data Primer dalam penelitian ini akan diperoleh penulis dengan melakukan penelitian lapangan. Penelitian lapangan adalah kegiatan penelitian yang dilakukan di lingkungan masyarakat tertentu baik lembaga dan organisasi kemasyarakatan (sosial) maupun lembaga-lembaga pemerintah.19 Sedangkan metode yang akan digunakan dalam penelitian lapangan ini adalah dengan melakukan wawancara untuk Pembina atau Petugas yang berwenang dan Quisioner untuk Narapidana yang bekerja di Bengkel Kerja. Dan untuk melakukan pengecekan dilakukan pula wawancara dengan 4 orang Narapidana.. 2. Untuk Data Sekunder Data sekunder akan diperoleh dengan melakukan studi pustaka, data arsip, data resmi dari instansi Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Kota Madiun,. baik dengan literatur-literatur, penelusuran situs di internet,. peraturan Perundang-undangan dari berbagai sumber. Pengumpulan datanya dilakukan dengan cara menyalin data - data yang berasal dari literatur – literatur, Perundang – undangan dan data dari internet.. F. Teknik Analisa Data Teknik analisis data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu cara pembahasan dengan menggambarkan secara jelas dan sistematis mengenai realita pelaksanaan pasal 14 huruf g undang – undang no 12 tahun 1995 tentang penerimaan upah atau premi atas pekerjaan 19. Hadari Nawawi, 1993, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada University Press: Yogyakarta, Hal: 30.

(36) 36. yang telah dilakukan para Narapidana, oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Kota Madiun. Sehingga diketahui kendala-kendala yang dihadapi serta upaya yang dilakukan Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Kota Madiun dalam mengatasi kendala tersebut untuk kemudian mengadakan analisis terhadap data tersebut, dengan tujuan adalah agar dapat dideskripsikan segala fenomena-fenomena yang ada dalam praktek pelaksanaannya.20. 20. Bambang Sunggono, Op Cit, Hal: 12.

(37) 37. BAB IV PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Lembaga Pemsyarakatan Kelas I Madiun Lembaga Pemasyarakatan merupakan unit pelaksana yang berfungsi sebagai tempat untuk membina narapidana dan anak didik didalam proses pemasyarakatan. 1. Sejarah Berdirinya Lembaga Pemsyarakatan Kelas I Madiun Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Madiun, didirikan pada tahun 1919 dan mulai digunakan pada tahun 1926 dan berada di Jl. Yos Sudarso No: 100 Madiun. LAPAS ini sebelumnya adalah LAPAS yang dulunya digunakan Belanda untuk memenjarakan pribumi. LAPAS Madiun ini sebenarnya dahulu adalah LAPAS Kelas II A yang dikhususkan untuk narapidana yang melakukan tindak pidana narkotika dan psikotropika, tetapi kemudian diubah menjadi LAPAS Kelas I dengan Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : M.16.PR.03 Tahun 2003 tentang Peningkatan Kelas I Lembaga Pemasyarakatan dari Kelas II A menjadi Kelas I dan Lembaga Pemasyarakatan dari Kelas II B menjadi Kelas II A. LAPAS Madiun dalam perkembangannya telah dilakukan renovasi sebanyak 6 kali yaitu tahun 1975/ 1976, kedua tahun 1978/ 1979, tahun ketiga 1982/ 1983, keempat 1984/ 1985, kelima 1992/ 1993 dan yang terakhir adalah tahun 1993/ 1994..

(38) 38. Luas LAPAS Kelas I Madiun ini adalah 29.790 m2 (meter persegi) dan Luas Bangunannya adalah 7.948 m2, yang terdiri dari bangunan kantor dan blok untuk para narapidana dan para tahanan. LAPAS ini berdiri diatas tanah yang langsung berbatasan dengan : a. Sebelah timur berbatasan dengan :Jl. Yos Sudarso b. Sebelah selatan berbatasan dengan : Sekolah Dasar dan tanah sawah LAPAS c. Sebelah barat berbatasan dengan : Tanah sawah LAPAS dan perumahan perkampungan penduduk d. Sebelah utara berbatasan dengan : Perumahan POLRI, letaknya berada diluar LAPAS Madiun Bangunan blok hunian WBP (Warga Binaan Pemasyarakatan) baik untuk narapidana ataupun tahanan adalah : a. Luas blok hunian adalah sebesar 4.806,71 m2 yang terdiri dari 16 blok hunian yaitu : –. Blok A yang dikhususkan untuk narapidana dan tahanan wanita. –. Blok B, C, D yang merupakan untuk narapidana dan tahanan. –. Blok penaling ( untuk narapidana dan tahanan yang baru datang). –. Blok E, F selatan 1, F selatan 2, F utara 1, F utara 2, Asingan F selatan, Asingan F utara, G, H, I yang merupakan untuk narapidana dan tahanan. –. Blok J adalah rumah sakit.

(39) 39. b. Bangunan gedung kantor sebesar 4.497,50 m2 yang terdiri dari : –. Gedung kantor seluas 4.497,50 m2. –. Gedung lain seluas 3.542 m2 Adapun bangunan – bangunan Lapas Klas I Madiun terdiri dari. bangunan perkantoran dan Blok Hunian yang antara lain sebagai berikut : a. Bangunan Kantor terdiri dari : . Ruang Kalapas. . Ruang Komandan Regu Pengamanan. . Ruang Bag TU. . Ruang Ka. KPLP. . Ruang Seksi Registrasi dan Ka. Bid Pembinaan. . Ruang Kunjungan. . Ruang KPLP. . Gudang dan Garasi Kantor. . Koperasi lapas. . Ruang Administrasi Kemananan dan Ketertiban. . Dapur dan Klinik Lapas. . Masjid dan Gereja. . Aula dan Ruang Seksi Bimkemas. . Ruang Wali Blok Pemasyarakatan. . Ruang Bengker. b. Bangunan Blok Hunian terdiri dari : . Blok A untuk Narapidana dan Tahanan Wanita. . Blok B Kamar 1dan 2 untuk narapidana tindak pidana kasus Narkotika.

(40) 40. . Blok B Kamar 3 dan 4 untuk narapidana pekerja Kebersihan dalam Lapas. . Blok B Kamar 5 untuk narapidana dan tahanan anak – anak ( wisma anak ). . Blok B Kamar 6 dan 7 untuk narapidana yang ditunjuk sebagi tamping keamanan. . Blok B kamar 8 dan 9 ( Blok Pondok ) untuk narapidana dalam pembinaan pondok pesantern At – Taubah Lapas Klas I Madiun. . Blok C Kamar 1,2 dan 3 untuk narapidana tindak pidana kasus Narkotika. . Blok C 4,5 dan 6 untuk narapidana yang ditunjuk sebagai tamping kantor. . Blok D dan E untuk narapidana tindak pidana kasus Narkotika. . Blok F – U dan F – S untuk ruang Sel pelanggaran disiplin Narapidana. . Blok G untuk narapidana tindak pidana kasus Kriminal. . Blok H untuk Tahanan. . Blok Penaling untuk narapidana tahap awal Kapasitas Hunian Lembaga Pemasyarakatan Klas I Madiun adalah. 535 orang tetapi sampai saat ini Lembaga Pemasyarakatan Klas I Madiun menampung 957 orang jumlah tersebut berubah setiap hari mengingat setiap hari ada yang bebas dan ada yang masuk baik sebagai tahanan maupun narapidana..

(41) 41. 2. Tugas Pokok Lembaga Pemasyarakatan Menurut dari Keputusan Menteri Kehakiman R I Nomor M. 01-PR.07.03 Tahun 1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja LAPAS, LAPAS Kelas I Madiun, mempunyai tugas pokok yaitu untuk melaksanakan pemasyarakatan narapidana/ anak didik.21 3. Fungsi Lembaga Pemasyarakatan Untuk menyelenggarakan tugas pokok yang telah diatur dalam Keputusan Menteri Kehakiman R I Nomor M. 01-PR.07.03 Tahun 1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja LAPAS, LAPAS mempunyai fungsi : •. Melakukan pembinaan Narapidana/ anak didik. •. Memberikan bimbingan, mempersiapkan sarana dan mengelola hasil kerja. •. Memberikan bimbingan sosial/ kerokhanian Narapidana/ anak didik. •. Melakukan pemeliharaan keamanan dan tata tertib LAPAS. • Melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga. Struktur organisasi dan tata kerja Lapas Klas I Madiun dikepalai oleh seorang Kalapas ( eselon II b ) dengan dibantu oleh 3 ( tiga ) Kepala Bidang yang terdiri dari Kepala Bidang Pembinaan, Kepala Bidang Administrasi Keamanan dan Ketertiban serta Kepala Bidang Kegiatan Kerja, 1 ( satu ) Kepala Bagian yaitu Kepala Bagian Tata Usaha, 1 ( satu ) Kepala Pengamanan ( eselon III b ) dan 11 ( sebelas ) Kepala seksi dan Kepala Sub Bagian yang terdiri dari Kepala Seksi Registrasi, Kepala Seksi Perawatan, Kepala Seksi Bimkemas, Kepala Seksi Keamanan, Kepala Seksi Pelaporan tata tertib, 21. Keputusan Menteri Kehakiman R I Nomor M. 01-PR.07.03 Tahun 1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja LAPAS.

(42) 42. Kepala Seksi Sarana Kerja, Kepala Seksi Bimbingan Kerja, Kepala Seksi Pengelolaan Hasil Kerja, Kepala Sub Bagian Umum, Kepala Sub Bagian Keuangan, Kepala Seksi Kepegawaian.. Bagan 1 Struktur Organisasi dan tata kerja Lapas Klas I Madiun ( Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : M.01.PR.07.03 Tahun 1985 tentang organisasi dan tata kerja Lapas). KEPALA LAPAS KLAS I MADIUN. Ka. Bag TU. Ka Sub Bag Umum. Ka. KPLP. RUPAM DAN STAFF. Ka Bid Pembinaan. Ka Sie Perawatan. Ka Sub Bag Keuangan. Ka Sub Bag Kepegawaian. Ka Bid Adm Kamtib. Ka Bid Kegiatan Kerja. Ka Sie Keamanan. Ka Sie Registrasi Ka Sie Pelaporan Tata Tertib Ka Sie Bimkemas. Sumber : (Data Sekunder,diolah 2009). Ka Sie Sarana Kerja Ka Sie Bimbingan Kerja Ka Sie Pengelolaan Hasil Kerja.

(43) 43. Jumlah Pegawai secara keseluruhan 162 orang dengan 134 orang pegawai Pria dan 28 orang pegawai wanita.. TABEL 1 Pegawai Lembaga Pemasyarakatan Klas I Madiun Berdasarkan Pangkat Golongan NO. PANGKAT GOL 1. PEMBINA TK I IV B 2. PEMBINA IV A 3. PENATA TK I III D 4. PENATA III C 5. PENATA MUDA TK I III B 6. PENATA MUDA III A 7. PENGATUR TK I II D 8. PENGATUR II C 9. PENGATUR MUDA TK I II B 10. PENGATUR MUDA II A Sumber : (Data Sekunder,diolah 2009). PRIA 1 3 7 8 43 25 20 13 5 8. WANITA 2 2 15 2 3 1 3. JUMLAH 1 3 9 10 58 27 23 13 6 11. Dari tabel diatas menunjukan bahwa pegawai Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Madiun didominansi pada tataran golongan III A sampai dengan Golongan III D dengan jumlah pegawai 104 orang pegawai, dapat disimpulkan bahwa pembinaan karir pegawai pada lembaga Pemasyarakatan Kelas I Madiun sangat Baik..

(44) 44. TABEL 2 KEADAAN ISI PENGHUNI LAPAS KLAS I MADIUN TINDAK PIDANA. NARAPIDANA. TAHANAN. NARKOBA. 481. 18. KRIMINAL. 191. 267. Jumlah total. 672. 285. Sumber : (Data Sekunder,diolah 2009). Seperti yang telah disampaikan diatas Lembaga Pemasyarakatan Klas I Madiun selain membina narapidana tindak pidana kasus kriminal juga membina tindak pidana kasus narkoba bahkan dari data diatas narapidana tindak pidana kasus narkoba jauh lebih banyak daripada tindak pidana kasus kriminal,. tingginya. narapidana. kasus. narkoba. disebabkan. Lembaga. Pemasyarakatan Klas I Madiun menampung narapidana dari Lembaga Pemasyarakatan lain di wilayah Jawa Timur. Inilah yang menyebabkan Lembaga Pemasyarakatan Klas I Madiun mengalami over kapasitas tingkat hunian, over kapasitas tingkat hunian yang terjadi masih dalam batas toleransi dan wajar, walaupun masih dalam batas toleransi dan wajar segala permasalahan akibat dari over kapasitas tidak bisa diabaikan begitu saja, permasalahan sarana dan prasarana, peredaran gelap narkoba, rendahnya derajat kesehatan narapidana perlu penanganan yang serius dari semua elemen Lembaga Pemasyarakatan Klas I Madiun..

(45) 45. B. Pelaksanaan Pemenuhan Hak Narapidana Untuk Mendapatkan Upah atau Premi Atas Pekerjaan yang Dilakukan 1. Struktur Organisasi Bidang Kegiatan Kerja Bagan 2 Struktur Organisasi Bidang Kegiatan Kerja. KAKANWIL. KALAPAS Drs. I.W.SUKERTA Bc.IP.SH.MH NIP : 19560424 198101 1 001. Ka. Bid. Kegiatan Kerja SUWONDO NIP : 19550125 197601 1 001. Ka. Sie. Sarana Kerja MURYONO S.Pd NIP : 19600210 198502 1 001. Ka. Sie. Bimbingan Kerja Drs. SUPRAPTO NIP : 19551231 197903 1 006. Ka. Sie. Peng. Hasil Kerja DIDIK DS. SH NIP : 19720829 199303 1 001 SRI PUJI RAHAYU NIP : 040 065 374 Penerima & Penyetor Hasil Penjualan Produksi Napi. SUDJONO NIP : 040 059 892 1. 2. 3. 4. 5.. Mempersiapkan Fasilitas Kerja Mempersiapkan Bahan – Bahan Membuat Laporan Bulanan, Triwulan & Tahunan Pencatatan Keluar/ Masuk Barang Gudang. TEGUH WIJONO NIP : 040 062 045. DJUWADI NIP : 040 025 590 Pembuatan Meubel&Penjahitan. 1. 2. 3. 4.. Pengetikan Setoran ke BNI 46 Pendapatan & Kerjasama dgn Instansi lain Produksi Barang Jadi Pengeluaran & Penjualan Hasil Produksi BimKer. SUTOMO NIP : 040 044 186. 1. 2.. SUSENO NIP : 040 052 620 Pertukangan Kerajinan Almunium Pengawasan & Pemeliharaan Mesin - Mesin. SUMANAN NIP : 040 039 719 1. Potongan Angs. Hasil Produksi 2. Daftar 12, 16, & 22 3. Setoran ke Penerima &Penyetor Hasil Penjualan Produksi Napi. 1. Pertukangan kayu 2. Pembukuan Pertukangan Kayu 3. TenagaKerja&Upah 4. Setoran&NoTabanas.

(46) 46. 2. Tugas masing – masing jabatan dalam hubungannya dengan penyaluran dana kepada pihak Lapas yang diperuntukan bagi kegiatan bengkel kerja. 1. Kalapas . Adalah sebagai Penguasa Pengguna Anggaran, yang nantinya akan menyalurkan anggaran kepada pihak bengker. 2. Kabid kegiatan kerja . Adalah sebagai pengelola keuangan yang nantinya akan digunakan sebagai dana pembinaan di bengkel kerja.. 3. Kepala seksi sarana kerja . Tugasnya adalah menyediakan peralatan, bahan dan tempat untuk mendidik Narapidana. 4. Kepala seksi bimbingan kerja . Tugasnya adalah membimbing Narapidana mulai dari nol sampai menjadi tenaga terampil.. 5. Kepala seksi pengelolaan hasil kerja . Tugasnya adalah mengelola,promosi dan memasarkan hasil atau produk dari kegiatan kerja.22. 22. Hasil wawancara dengan Kabid Kegiatan Kerja Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Kota Madiun Bapak Suwondo tanggal 13 Juli 2009.

(47) 47. 2. Narapidana yang bekerja didalam kegiatan bengkel kerja. Terdapat bagian- bagian produksi yaitu :. a. Bagian kayu (meubel) : di bagian ini dihasilkan berbagai macam produk yang menggunakan bahan dasar kayu. Untuk bahan baku yang digunakan, pihak bagian Sarana menyediakan. Kerja menggunakan atau bahan. baku. kayu. dengan. kualitas terbaik, yaitu dengan kayu jati. Dan menggunakan bahan pelengkap yang lainnya dengan kualitas yang baik pula. Contoh hasil dari bagian kayu adalah :meja, kursi, lemari, sofa maupun kerajinan tangan sebagai hiasan. Di bagian kayu ini terdapat 10 orang Narapidana yang bekerja di dalamnya..

(48) 48. Gambar 1 Kegiatan produksi di bagian kayu.

(49) 49. b. Bagian jahitan : di bagian jahitan adalah pendukung dari bagian produksi kayu, yang dimana di bagian jahitan dihasilkan jahitan kain yang nantinya akan digunakan untuk pembuatan sofa, kursi, kasur dan yang lainnya. Di samping itu juga bagian jahitan juga menerima jahitan perbaikan baju bagi pegawai maupun penghuni dari Lapas tersebut. Di bagian jahitan ini terdapat 7 orang Napi yang bekerja di dalamnya.. Gambar 2 Kegiatan produksi di bagian jahitan.

(50) 50. c. Bagian aluminium : di bagian ini dihasilkan produk- produk yang berbahan baku dari aluminium Contoh hasil dari bagian aluminium adalah lemari, rak piring, etalase dan lain-lain. Di bagian aluminium terdapat 6 orang Napi yang bekerja di dalamnya.. Gambar 3 Kegiatan produksi di bagian aluminium.

(51) 51. d. Bagian paving blok : pada bagian ini dihasilkan produk - produk paving blok. Paving blok berbahan dasar campuran antara tanah, pasir dan semen. Contoh hasil produksi dari paving blok adalah paving, yang diperuntukkan untuk pembangunan jalan perumahan maupun di perkantoran.. Pada bagian ini terdapat 5 orang Napi yang bekerja di dalamnya. Gambar 4 Kegiatan produksi dibagian paving blok. e. Bagian keset :. dibagian keset ini dihasilkan produk keset yang berbahan baku dari kain maupun dari serabut kelapa. Pada bagian ini terdapat 24 orang Narapidana yang berkerja di dalamnya..

(52) 52. 3. Orientasi Anggaran Pemerintah Untuk Proses Produksi. Dalam proses produksinya, bagian bengkel kerja memerlukan aliran dana yang tidak sedikit. Dana tersebut akan diperoleh dari pemerintah pusat. Dalam hal ini adalah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia. Dana tersebut akan didistribusikan kepada wilayah masing-masing setiap propinsi sesuai dengan kebutuhannya. Distribusi tersebut terlebih dahulu akan melalui persetujuan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia. Yang akan bertanggung jawab di tiap propinsinya adalah Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam hal ini yaitu wilayah Jawa Timur. Secara prosedural dana tersebut selanjutnya akan diberikan kepada pihak Lembaga Pemasyarakatan, yang akan diterima langsung oleh Kepala Lembaga Pemasyarakatan. Di dalam Lembaga Pemasyarakatan Madiun akan disalurkan kepada pihak Bidang Kegiatan Kerja (BENGKER), melalui bagian Tata Usaha terlebih dahulu. Selanjutnya untuk pengawasan penyaluran dana tiap bulannya akan diatur sepenuhnya oleh bagian Tata Usaha, dengan persetujuan dari Kepala Lembaga Pemasyarakatan tentunya. Seperti yang tercatat di dalam buku Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2009, pada tahun 2009 ini Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 kota Madiun mendapatkan bantuan biaya sebesar Rp. 150.000.000,-. Biaya ini adalah biaya yang diperuntukkan bagi kegiatan di dalam bengkel kerja, untuk menyelenggarakan pembinaan terhadap narapidana yang bergabung atau bekerja di dalam bengkel kerja tersebut. Biaya ini nantinya akan diserahkan langsung kepada Kepala Bidang Kegiatan Kerja (Bp. Suwondo)..

(53) 53. Untuk biaya tiap bulannya akan diambil langsung dari KPN (Kantor Perbendaharaan Negara) melalui prosedur yang disetujui oleh Kalapas.. 4. Implementasi Pemberian Upah Narapidana. Di. dalam. Undang-Undang. RI. Nomor.12. Tahun. 1995. Tentang. Pemasyarakatan, sesuai Pasal 14 huruf g undang –undang no 12 tahun 1995 maka setiap narapidana berhak menerima upah atau premi atas pekerjaan yang telah dilakukannya. Ketentuan yang berlaku dalam undang-undang ini harus dilasanakan oleh setiap Lembaga Pemasyarakatan, dalam hal ini juga termasuk Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Kota Madiun. Di dalam Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Kota Madiun, terdapat banyak kegiatan produktif yang dilakukan oleh narapidana yang berada didalamnya. Setiap tahunnya Lapas akan mendapatkan dana bantuan dari pusat yang peruntukannya adalah untuk pembinaan bagi Narapidana yang ada di dalamnya. Pada. tahun 2009 Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Kota Madiun. mendapatkan dana pembinaan di bengker sebesar Rp. 150.000.000,- , yang akan dipergunakan untuk kegiatan produksi pada tiap bulannya.23. 23. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran, Kanwil Departemen Hukum dan Ham Jatim, tahun anggaran 2009.

(54) 54. Tahap 1 a. Lama waktu atau jam kerja para narapidana Kegiatan di dalam bengkel kerja di lapas Madiun ini di ikuti oleh banyak narapidana dengan latar belakang tindak kriminal yang mereka lakukan. Untuk bekerja di dalam bengkel kerja tersebut tidak ada ketentuan atau syarat tertentu dari para narapidana tersebut. Maka dari itulah kegiatan di dalam bengkel kerja tersebut terdapat berbagai narapidana dengan tindak kejahatan yang berbeda beda. Kegiatan di dalam bengkel kerja, dimulai pukul 08.00 wib setelah para narapidana selesai melakukan kegitan pagi seperti mandi dan makan pagi. Kegiatan tersebut akan berakhir pada pukul 14.00 wib. Istirahat dilakukan pada pukul 12.00 dan para narapidana diberikan kesempatan untuk makan siang dan beribadah. Jam kerja para narapidana tersebut akan bertambah jika terdapat produk atau barang pesanan yang harus diselesaikan tepat waktu. Jam kerja para narapidana tersebut akan dicatat oleh petugas Lembaga Pemasyarkatan di tiap bagian unit kerja masing – masing. Yang nantinya akan dipergunakan sebagai acuan untuk menghitung kontribusi para napi yang akan berpengaruh terhadap besar kecilnya premi yang akan mereka terima.. b. Kegiatan yang di pilih sesuai keahlian dan minat masing - masing Di dalam bengkel kerja terdapat beberapa bagian. Diantaranya adalah bagian kayu, yaitu bagian yang di dalamnya memproduksi barang yang berkaitan atau berbahan baku dari kayu. Contoh produk yang dihasilkan di unit atau bagian ini seperti sofa, meja kursi dan kerajinan tangan..

(55) 55. Bagian jahitan yaitu bagian yang merupakan pendukung dari bagian produksi kayu, dimana di bagian jahitan ini dihasilkan jahitan kain yang nantinya akan digunakan untuk pembuatan sofa, kursi, kasur dan yang lainnya. Di samping itu bagian jahitan juga menerima jahitan perbaikan baju bagi pegawai maupun penghuni Lapas tersebut. Yang ketiga adalah bagian aluminium yaitu bagian yang memproduksi atau menghasilkan barang berbahan baku dari aluminium. Hasil dari bagian ini contohnya adalah rak piring, etalase dan lemari. Bagian Paving Blok merupakan bagian dari bengkel kerja yang ada di Lapas Madiun yang menghasilkan produk atau barang berupa paving blok. Bagian Kesed yaitu bagian yang memproduksi keset yang berbahan baku dari sabut kelapa. Dari keseluruhan bagian yang ada di bengkel kerja Lembaga Pemasyarkatan Madiun setiap narapidana diberi kebebasan untuk memilih di bagian mana dia ingin bekerja sesuai dengan minat dan keahlian mereka.. c. Sarana yang disediakan Dalam pengerjaan di setiap bagian bengkel kerja di Lembaga Pemasyarkatan Madiun memerlukan sarana dan prasarana untuk kelancaran proses pengerjaan. Sarana dan prasarana tersebut di sediakan sepenuhnya oleh pihak bengkel kerja, melalui seksi sarana kerja. Seksi sarana kerja bertugas untuk menyediakan peralatan, bahan dan tempat untuk mendidik Narapidana.24. 24. Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Sarana Kerja yaitu Bapak Muryono S.pd, tanggal 14 Juli 2009.

(56) 56. Sarana yang di sediakan di masing-masing bagian, antara lain :. i.. Bagian Kayu Bengkel kerja menyediakan sarana untuk bagian kayu sesuai dengan tabel yang terlampir dalam lampiran. Untuk pertukangan kayu, peralatan yang digunakan seperti pasah, gergaji, tatah, palu, martil, bor, pensil dan pasah mesin. Sedangkan untuk bahan baku yang di sediakan untuk bagian pertukangan kayu ini seperti busa, karet, triplek, kain kursi, pola kursi serta kertas gosok yang di gunakan narapidana untuk membuat produk seperti meubel dan kerajinan... ii.. Bagian Jahitan Di dalam bagian jahitan ini bengkel kerja menyediakan peralatan seperti mesin jahit, gunting, meteran, pensil yang di gunakan untuk membuat produk pendukung dari meubel yang di buat di bagian pertukangan kayu serta perbaikan baju bagi pegawai maupun penghuni lapas. Adapun untuk bahan yang di gunakan di bagian jahitan ini seperti kain dan benang yang terlampir dalam lampiran.. iii.. Bagian Aluminium Bagian aluminium merupakan bagian yang menghasilkan produk seperti lemari, rak piring, etalase dan produk-produk yang berbahan baku dari besi, aluminium dan milamin. Peralatan yang di gunakan adalah tang ripet,.

(57) 57. mesin bor, obeng, siku, mesin gergaji, dan pemotong kaca. Data yang di gunakan sesuai dengan yang terlampir dalam lampiran.. iv.. Bagian Paving Blok Bagian paving blok menyediakan mesin pengaduk semen, mesin cetakan paving blok, sekop, dan ayakan pasir. Bahan baku yang di gunakan di bagian ini antara lain semen, pasir dan tanah. Data yang digunakan terlampir dalam lampiran.. v.. Bagian Keset Sarana yang berupa peralatan yang di gunakan pada bagian kesed antara lain martil, cetakan, gunting, dan parang seperti yang terlampir dalam daftar lampiran. Adapun untuk bahan baku yang di gunakan adalah sabut kelapa yang nantinya di olah menjadi produk keset..

(58) 58. Tahap 2 a. Pemberian Pengarahan Tentang Cara Kerja Di Masing –Masing Bagian Untuk dapat bekerja di bengkel kerja para narapidana tidak di haruskan memenuhi syarat yang terlalu sulit. Pihak bengkel kerja tidak menetapkan aturan atau syarat tertentu terhadap para narapidana untuk dapat bekerja di dalamnya. Hanya di perlukan minat dan kemauan dari para narapidana untuk dapat bekerja di salah satu bagian dari bengkel kerja Lapas Madiun. Para narapidana yang baru bergabung di salah satu bagian dari bengkel kerja, bertugas membantu kegiatan produksi yang dilakukan para narapidana yang sudah mahir. Selama proses tersebut, narapidana yang baru bergabung juga mendapatkan pengarahan dari petugas di masing-masing bagian bengkel kerja. Pemberian pengarahan dan bimbingan kerja kepada para narapidana sampai menjadi tenaga terampil menjadi tanggung jawab Seksi Bimbingan Kerja.25. b. Proses Produksi Di Masing – Masing Bagian Bengkel Kerja. i.. Proses produksi di bagian kayu Bahan kayu yang di gunakan adalah jati dan kamper. Bahan baku di dapatkan dari wilayah sekitar kota madiun. Contoh proses produksi untuk pembuatan sebuah kursi adalah sebagai berikut: Ada narapidana yang bertugas memotong kayu dengan alat seperti gergaji sesuai dengan pola yang sudah disediakan oleh pihak bengkel kerja. 25. Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Bimbingan Kerja yaitu Bapak Drs. Suprapto, tanggal 14 Juli 2009.

(59) 59. Selanjutnya proses perangkaian akan diteruskan oleh narapidana yang lainnya. Alat yang digunakan seperti paku dan palu. Setelah jadi satu rangkaian maka proses selanjutnya akan dilakukan proses memberi pahatan pada beberapa bagian dari kursi. Proses ini dilakukan oleh narapidana yang sudah mahir dalam mengerjakan bagian ini. Untuk narapidana yang belum mahir, maka dia akan diberi tugas menghaluskan kursi tersebut dengan kertas gosok yang telah disediakan pula. Proses terakhir adalah pemberian cat pelitur pada produk kursi tersebut. Pada proses di bagian kayu, setiap narapidana yang bekerja di dalamnya akan diwajibkan terlibat dalam proses produksi.. ii.. Proses produksi di bagian jahitan Di bagian jahitan disediakan alat seperti mesin jahit untuk pelaksanaan proses produksi. Di bagian jahitan dilakukan proses pembuatan kain sofa. Yang diperuntukan sebagai lapisan luar sofa. Tahap pertama dilakukan pemotongan kain sesuai dengan pola yang ada. Selanjutnya akan dijahit yang bentuknya akan disesuaikan dengan bentuk dari kerangka sofa yang telah dibuat oleh narapidana di bagian kayu. Dan nantinya akan dipasang di kerangka sofa dan jadilah satu perangkat kursi sofa.. iii.. Proses produksi di bagian aluminium Proses produksi di bagian aluminium ini adalah dengan melakukan pemotongan pipa aluminium terlebih dahulu. Pemotongan tersebut.

(60) 60. disesuaikan dengan kebutuhan dari barang atau produk yang akan dibuat. Misalnya dalam pembuatan rak piring. Terdapat bermacam – macam ukuran pipa dalam proses pembuatannya. Setelah dipotong sesuai dengan kebutuhan, selanjutnya akan dirangkai menjadi sebuah bentuk rak piring dengan penyambungan menggunakan sekrup yang juga telah disediakan dari pihak bengkel kerja. Dan akan dilengkapi dengan kaca ataupun mika untuk bagian tertentu. Di bagian aluminium ini sebenarnya lebih menjanjikan secara penjualan produknya, karena harga jual barang yang relatif tinggi. Akan tetapi diperlukan keahlian yang lebih baik karena proses produksinya tergolong rumit.. iv.. Proses Produksi di bagian paving blok Bagian produksi selanjutnya adalah bagian produksi paving blok. Dalam proses pembuatannya, paving blok tergolong lebih sederhana. Diawali dengan pencampuran semen, pasir dan tanah dengan komposisi yang sudah ditentukan. Pencampuran dilakukan dengan alat pengaduk. Kemudian akan dilanjutkan dengan proses pencetakan dengan alat cetak yang ada sesuai bentuk yang diinginkan. Selanjutnya akan dijemur sampai kering dan siap untuk dipasarkan.. v.. Proses Produksi Di Bagian Keset. Selanjutnya proses produksi di bagian keset. Diawali dengan pemotongan sabut kelapa yang didatangkan dari daerah sekitar madiun. Sabut kelapa akan dipotong sesuai dengan kebutuhan, yang dirangkai menjadi sebuah.

(61) 61. bentuk keset dengan tali plastik. Tetapi dikarenakan kesulitan dalam pemasarannya, kegiatan produksi di bagian keset ini sementara waktu ditiadakan.. Tahap 3 a. Pemasaran Barang Hasil Produksi Bengkel Kerja. Di bengkel kerja lembaga pemasyarakatan klas 1 Madiun menghasilkan banyak barang yang disertai dengan kualitas yang tidak kalah dengan barang lain yang beredar di pasaran. Ini dikarenakan kemampuan yang baik dimiliki narapidana yang bekerja di dalam bengkel kerja ini. Disamping itu bengkel kerja mengutamakan kualitas dengan cara menggunakan bahan baku yang berkualitas bagus. Untuk proses pemasaran ini menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari Seksi Pengelolaan Hasil Kerja. Tugasnya adalah mengelola, promosi dan memasarkan hasil atau produk dari kegiatan kerja 26 Namun karena persaingan pasar yang sangat ketat di kota Madiun dan sekitarnya, pihak bengkel kerja khususnya Seksi Pengelolaan Hasil Kerja sering menemui kesulitan dalam memasarkan barang – barang hasil produksi dari masing – masing bagian bengkel kerja. Ruang lingkup penjualan barang hasil produksi lebih sering hanya dimanfaatkan oleh para pegawai yang bekerja di Lapas itu sendiri. Bagi kerabat ataupun keluarga dari pegawai yang menginginkan membeli barang hasil produksi dengan cara kredit atau angsuran, maka bisa memesan atau 26. Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pengelolaan Hasil Kerja, Bapak Didik DS. SH, tanggal 14 Juli 2009.

(62) 62. membelinya dengan menggunakan nama salah satu pegawai yang ada di Lapas ini. Pihak Seksi Pengelolaan Hasil Kerja bekerja sama dengan pihak koperasi Lapas untuk penjualan barang dengan sistem angsuran. Berbagai terobosan dilakukan oleh pihak Lapas untuk membantu terhadap penjualan barang – barang hasil produksi. Seksi Pengelolaan Hasil Kerja mengadakan pameran barang – barang hasil produksi bengkel kerja. Pameran ini diadakan bertempat di halaman luar Lembaga Pemasyarakatan. Sehingga masyarakat umum dapat menghadiri dan melihat hasil kerja para narapidana ini. Dan tidak ketinggalan didatangkan pula para wartawan untuk meliput pameran ini untuk sarana promosi kepada masyarakat luas melalui media cetak maupun elektronik. Melalui pameran ini tidak jarang pula terjual barang – barang hasil kerja tersebut, bahkan ada yang memesan barang dengan jumlah yang banyak.. b. Penghitungan Harga Jual Dan Premi Para Narapidana.. Di dalam melakukan pembinaan yang berbentuk sebuah proses produksi, bengkel kerja tentunya memerlukan dana yang tidak sedikit. Dana yang dibutuhkan berasal dari pusat. Sejumlah dana dikucurkan oleh pemerintah melalui Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia. Dana ini diperuntukkan sebagai dana yang mendukung proses pembinaan khususnya pembinaan yang dilakukan di dalam bengkel kerja..

(63) 63. Oleh pihak bengkel kerja dana tersebut akan digunakan untuk membiayai proses produksi, termasuk pembelian bahan baku, pembelian alat, perawatan dan barang – barang penunjang proses produksi yang lainnya. Setelah melalui proses produksi yang akhirnya menghasilkan berbagai barang produksi, tentunya barang – barang hasil produksi tersebut akan mempunyai nilai jual. Nilai jual tersebut jugalah yang nantinya akan berpengaruh terhadap besar kecilnya upah yang akan di dapat oleh para narapidana yang telah bekerja di dalam bengkel kerja. Perhitungan penjualan barang akan di bukukan setiap bulan dengan menghitung harga produksi, harga jual dan upah yang akan diterima para narapidana.. Contoh catatan hasil produksi oleh bengkel kerja adalah seperti pada tabel catatan hasil produksi bulan Juni yang terlampir. Catatan hasil produksi pada bulan Juni tahun 2009, sebagai berikut: Pada tabel Nama Barang Hasil Produksi di tabel tersebut tercantum ada 7 barang hasil produksi yang terjual dalam bulan Juni 2009. Barang – barang tersebut adalah : Kasur busa, meja dampar, etalase, almari pakaian, rak piring, rak handuk, dan rak piring dobel pintu. Adapun penghitungan harga pokok, harga jual dan upah napi adalah sebagai berikut : Sebagai contoh adalah penjualan 1 buah Etalase dengan panjang 150 cm, pada kolom harga (barang yang digunakan), harga pokok bahan baku etalase tersebut adalah sebesar Rp.1.343.850,-. Pada kolom upah(7) didapat dari 5%.

(64) 64. dikalikan harga pokok(6) dari etalase tersebut. 5%x Rp.1.343.850 = Rp.67.193,-. Maka upah yang akan diterima oleh narapidana untuk 1 buah etalase yang terjual adalah sebesar Rp.67.193,- , yang nantinya akan dibagi jumlah narapidana yang mengerjakan etalase tersebut. Selanjutnya pada kolom ke delapan yaitu harga barang setelah harga pokok ditambah dengan beban upah untuk Napi. Maka Rp.1.343.850 + Rp.67.193,= Rp.1.411.043,-. Harga tersebut belum merupakan harga jual yang akan diberlakukan dipasaran. Karena harga tersebut masih akan ditambah dengan 10% bagian untuk pihak Lembaga Pemasyarakatan khususnya pihak bengkel kerja. Dana 10%(9) tersebut akan dipergunakan natinya untuk peningkatan kualitas pembinaan yang ada di dalam Bengkel Kerja Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Kota Madiun.27. Besarnya adalah 10% x Rp. 1.545.428,-(jumlah pada kolom10) = Rp. 154.543,-. Sedangkan jumlah pada kolom 10 didapat dengan cara, harga (8)+(harga pokok(6)x 100%). Rp.1.411.043 + (Rp.1.343.850 x 10%) = Rp.1.411.043 + Rp.134.385 = Rp. 1.545.428,-. Maka nilai jual sebuah etalase yang berlaku dipasaran(11) adalah Rp. 154.543,-(9) + Rp. 1.545.428,- = Rp 1.699.970,-. Sebagian hasil penjualan barang – barang hasil produksi tersebut akan dikembalikan lagi kepada Pemerintah Pusat setelah dikurangi berbagai macam 27. Hasil wawancara dengan Kabid Kegiatan Kerja Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Kota Madiun Bapak Suwondo dan Kepala Seksi Pengelolaan Hasil Kerja, Bapak Didik DS. SH, tanggal 14 Juli 2009.

(65) 65. biaya produksi lain, seperti bahan baku yang gagal atau rusak dalam proses produksi.28. c. Pemberian Upah Yang Telah Ditetapkan Kepada Narapidana Dalam penetapan besarnya Premi atau upah yang diterima oleh narapidana yang telah bekerja, pihak Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Kota Madiun tidak menggunakan dasar hukum yang jelas atau baku. Ini dikarenakan tidak adanya Undang – undang atau Peraturan Pemerintah yang memang mengatur secara jelas tentang besarnya premi yang dapat diterima. Untuk itu Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Kota Madiun, hanya mengacu kepada kebijakan Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Kota Madiun. Seperti. yang. telah. ditetapkan. dalam. Kebijakan. Kepala. Lembaga. Pemasyarakatan Klas 1 Kota Madiun setelah melakukan kesepakatan dengan pihak Bengkel Kerja, bahwa besar upah yang akan diterima oleh para narapidana yang telah melakukan pekerjaan adalah sebesar 5%.29 Pemberian upah tersebut akan dilaksanakan pada tiap bulannya, sesuai dengan barang hasil kerja para narapidana yang telah terjual. Upah tersebut akan dihitung 5% dari harga pokok barang yang telah dikerjakan. Seperti pada catatan hasil produksi pada bulan Juni tahun 2009 yang terlampir, total upah yang diberikan kepada sejumlah narapidana adalah sebesar Rp. 830.554. Yang didapat 5% dari total harga pokok seluruh barang yang terjual pada bulan Juni. 28. Hasil wawancara dengan staf Seksi Pengelolaan Hasil Kerja Ibu Sri Puji Rahayu (Penerima & Penyetor Hasil Penjualan Produksi Napi), tanggal 14 Juli 2009 29 Hasil wawancara dengan Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Kota Madiun, Bapak Drs. I.W.Sukerta Bc.IP.SH.MH, tanggal 7 Juli 2009.

(66) 66. 2009. Upah tersebut akan dibagikan kepada masing – masing Bagian bengkel Kerja sesuai barang produksi mereka yang terjual. Ada berbagai macam cara pemberian upah kepada para narapidana yang telah bekerja tersebut. Cara yang pertama adalah dengan menyerahkan langsung kepada para narapidana secara tunai. Upah tersebut biasanya akan disimpan oleh narapidana sendiri atau untuk keperluan sendiri tentunya dengan pengawasan dari pihak lembaga Pemasyarakatan sendiri. Cara berikutnya adalah dengan diwujudkan menjadi barang keperluan dari para narapidana sendiri. Biasanya upah para narapidana tersebut akan dibelikan kopi dan gula untuk keperluan narapidana sendiri. Atau mungkin akan dibelikan barang kebutuhan lainnya. Cara yang ketiga adalah dengan ditabungkan oleh pihak Bengkel Kerja. Dengan harapan akan bisa dimanfaatkan oleh narapidana tersebut ketika dia bebas nantinya..

Gambar

Tabel  1. Pegawai Lembaga Pemasyarakatan Klas I Madiun Berdasarkan Pangkat  Golongan..............................................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan yang menjadikan orang atau makhluk hidup belajar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002). Jadi, media pembelajaran adalah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) terdapat pengaruh peneapan pendekatan open-ended terhadap kreativitas matematika (2) terdapat pengaruh peneapan pendekatan

Berangkat dari pembuatan septic tank yang harus ramah terhadap lingkungan tersebut, pembuatan septic tank yang aman terhadap lingkungan pada setiap wilayah

Dari penelitian yang penulis lakukan, dapat disimpulkan bahwa kompresi menggunakan algoritma Arithmetic Coding dapat menghasilkan citra dengan ukuran file yang lebih

untuk menimbang benda diperlukan satuan berat satuan berat bisa digunakan kelereng. batu kerikil dan

Dalam penelitian ini, masih banyak hal yang belum diungkapkan, untuk itu peneliti menyarankan bagi peneliti selanjutnya yang berminat dengan sastra dapat

2.2 Mendeskripsika n ketergantungan manusia dan hewan pada tumbuhan hijau sebagai sumber makanan 3.1 Mengidentifikasi penyesuaian diri tumbuhan dengan lingkungan tertentu

Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Kooperatif Selama Menjalani Perawatan Pada Anak Usia Prasekolah Di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.. Sabri, Luknis ,Hastono,