• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan metoda sampling sebagai teknik penetapan rendemen secara individual petani merupakan teknologi yang paling siap untuk diterapkan dalam

upaya perbaikan industri gula di Indonesia saat ini. Penggunaan metoda krepyak mini sampler dapat diterapkan secara akurat untuk mengukur kualitas tebu individual petani, khususnya untuk pabrik-pabrik gula berkapasitas kecil (dengan meja tebu 1-2 buah) seperti di PG Mojopanggung.

Teknik sampling dengan menggunakan alat core sampler dapat diterapkan pada pabrik-pabrik gula dengan kapasitas lebih besar. Hanya saja, karena penelitian ini belum menggunakan alat yang sebenarnya (baru berupa pendekatan yang representatif), perlu dilakukan pengujian-pengujian yang lebih intensif sebelum diterapkan pada skala luas.

Pendugaan rendemen tebu secara individual petani berdasarkan data komponen input pupuk N, kewayuan dan brix dengan menggunakan persamaan regresi :

Y = 0,198 + 0,226 X1 (pupuk N) – 0,040 X2 (kewayuan) + 0,451 X3 (brix) dapat diterapkan pada perhitungan rendemen tebu rakyat yang dibina oleh pabrik gula. Hal tersebut dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kecurangan dan kesalahan data yang dilaporkan. Petani tebu rakyat binaan sendiri (TRS) pabrik gula biasanya mengambil kredit ketahanan pangan (KKP) untuk budidaya tebunya dengan menggunakan PG sebagai avalis. Dengan demikian, setiap tahapan budidaya yang dilakukan petani yang bersangkutan dapat dimonitor oleh pabrik gula. Metode ini dapat diterapkan pada sekitar 60% - 70% tebu yang akan digiling pabrik yang berasal dari tebu rakyat. Data tebu rakyat binaan sendiri (TRS) yang digiling di pabrik-pabrik gula lingkup PT Rajawali II Jawa Barat pada periode tahun 2002 sampai 2005 rata-rata sebesar 73,175% dari total luas tanam tebu rakyat, atau seluas 7.080,75 hektar dari rata-rata total luas tanam tebu rakyat seluas 9.750 hektar (Dinas Perkebunan Jawa Barat, 2006). Hal tersebut berarti untuk wilayah kerja PT Rajawali II Jawa Barat, metoda penetapan rendemen berdasarkan komponen input dapat diterapkan pada lebih dari 70% tebu PTR.

Untuk bahan baku giling yang berasal dari luar binaan pabrik, metode penetapan rendemen berdasarkan data komponen input sangat riskan diterapkan, karena pabrik tidak dapat mengetahui secara pasti kebenaran data yang dilaporkan.

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis terhadap data pengamatan penelitian teknik penetapan rendemen individual, dapat disimpulkan bahwa metode penetapan rendemen dengan Pendekatan Core Sampler (PCS) dan Krepyak Mini Sampler (KMS) merupakan metode penetapan rendemen secara individual petani yang layak diterapkan ditingkat pabrik. Hal tersebut disebabkan rata-rata hasil penetapan rendemen dengan metoda PCS dan KMS tidak berbeda nyata dengan rendemen yang sebenarnya dan identik pula dengan rendemen yang dikeluarkan pabrik gula pada tingkat kepercayaan 95% dan deviasi standar masing-masing sebesar 0,224 dan 0,552 . Dengan demikian, teknik KMS dan PCS dapat digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah penetapan rendemen yang lebih adil dan transparan serta mengukur prestasi petani secara individual dengan tingkat akurasi tinggi yang dinyatakan dengan deviasi standar kurang dari 5%.

Perkiraan rendemen individual petani juga dapat dihitung jika komponen-komponen input diketahui. Komponen-komponen-komponen input tersebut adalah varietas tebu yang digunakan, tingkat keprasan, pemupukan (N, kompos, dan NPK), tingkat kemasakan tebu (umur tebu), kotoran (’trash’) yang terangkut dan ikut tergiling, penundaan giling sejak tebang (kewayuan), irigasi (sawah atau tegalan), serta total padatan terlarut (brix) tebu yang diukur dikebun. Dugaan atas besaran rendemen tersebut dinyatakan melalui persamaan :

Y = 0,033 + 0,016X1 - 0,002 X2 + 0,155 X31 – 0,011 X32 - 0,104 X33 + 0,022 X4 – 0,007 X5 – 0,034 X6 + 0,047 X7 + 0,448 X8

dimana : Y = rendemen (%), X1 = varietas (PS/bukan PS), X2 = tingkat keprasan (0 sampai 5), X31 = pupuk N (ton/ha ZA), X32 = pupuk kompos (ton/ha), X33= pupuk NPK (ton/ha), X4 = umur tebu (bulan), X5 = kotoran (%), X6= kewayuan (hari), X7 = irigasi (sawah/tegalan), dan X8 = brix kebun (%).

Dari komponen-komponen input tersebut, faktor yang paling berpengaruh adalah pemberian pupuk N, penundaan giling sejak tebang (kewayuan) dan brix kebun. Berdasarkan ketiga faktor tersebut dapat dilakukan pendugaan rendemen melalui persamaan :

Y = 0,198 + 0,226 X1 – 0,040 X2 + 0,451 X3

dimana : Y = Rendemen (%), X1 = Pemupukan N (ton/ha ZA), X2= Kewayuan (hari), dan X3 = Brix (%)

5.2. Saran

Dalam rangka menghilangkan kecurigaan dan meningkatkan kepercayaan petani kepada pabrik gula untuk memasok tebu yang bermutu baik serta mendorong terciptanya suasana yang kondusif sehingga terjalin hubungan kemitraan yang lebih baik guna meningkatkan efisiensi dan produktivitas industri gula, maka disarankan kepada :

a. Pabrik-pabrik gula di Indonesia untuk melaksanakan metode penetapan rendemen tebu yang lebih adil dan transparan serta mengukur prestasi petani secara individual.

b. Sebelum diaplikasikan dalam skala luas, metode penetapan rendemen individual petani dengan cara Core Sampler perlu diuji lebih lanjut di tingkat pabrik dengan menggunakan alat Core Sampler yang sebenarnya.

c. Pendugaan rendemen berdasarkan komponen input, sebaiknya hanya diterapkan untuk tebu yang berasal dari kebun rakyat binaan pabrik gula sendiri (TRS)

d. Institusi-institusi pendidikan tinggi dan lembaga-lembaga penelitian yang terkait di Indonesia agar mengupayakan adanya kajian-kajian yang bertujuan untuk menghasilkan formula penetapan rendemen baru yang mengukur prestasi petani secara individual, bersifat transparan, akurat, terpercaya, obyektif serta mudah dilakukan dan sesuai dengan kondisi pabrik gula Indonesia.

Ananta, T. 1975. Gagasan Tentang Penentuan Rendemen Tebu. Majalah Perusahaan Gula 11 (3) : 150 – 153.

---. 1984. Penentuan Rendemen Tebu Giling Di Indonesia. Prosiding Pertemuan Teknis Tengah Tahunan 2 : 142 – 146.

Anonymous. 1976. Surat Keputusan Menteri Pertanian/Ketua BP Bimas Nomor 013/SK/Mentan/BPB/3/76 tanggal 5 Maret 1976. Jakarta.

---. 1984. Pedoman pelaksanaan cara perhitungan rendemen tebu giling bagi petugas pabrik gula. BKSD. Yogyakarta. hlm: 9

---. 2004. Kinerja Industri Gula. Sekretariat Dewan Gula Indonesia, Jakarta.

---. 2004. Luas Areal dan Produksi Gula di Indonesia tahun 1993 - 2004. Sekretariat Dewan Gula Indonesia, Jakarta.

---. 2004. Perkiraan Produksi dan Impor Gula 2004. Sekretariat Dewan Gula Indonesia, Jakarta.

---. 2003. Usulan Alternatif Kebijakan Pengembangan Agribisnis Gula Nasional. Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian, Jakarta.

---. 2003. Ekonomi Gula, 11 Negara Pemain Utama Dunia, Kajian Komparasi dan Perspektif Indonesia. Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian, Jakarta.

Arsana, W. D., S. Merjayanti, A Suryani dan D. Syarifuddin. 1997. Beberapa masalah pada tanaman keprasan. di wilayah PG Asembagus, PG Jatiroto dan PG Pesantren Baru. Berita. P3GI. Pasuruan. hlm: 5-7

Boediman, S. 1994. Tinjauan kinerja pabrik-pabrik gula di Indonesia. Prosiding Pertemuan Teknis. P3GI. Pasuruan.

Darmodjo, S. 1995. Varietas unggul baru yang dianjurkan untuk lahan sawah dan lahan kering.

Departemen Pertanian. 2004. Dua Tahun program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional. Ditjen Bina Produksi Perkebunan, Jakarta. Dharmawan, J. 1982. Urea dan TSP di Indonesia dalam analisis permintaan

kuantitatif. Jurnal Agro Ekonomi. PPAE. Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian. 27 hlm.

Dinas Perkebunan Jawa Barat. 2006. Laporan Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Jawa Barat 2002 -2005. Bandung.

Dinas Perkebunan Jawa Timur. 2005. Laporan Tahunan Satker Pengembangan Tebu Jawa Timur TA 2004. Surabaya.

Ekosoni W.P., Roy Hendroko dan Praptiningsih G.A. 1996. Selidik Cepat Rendemen Tebu Di Lapang. Prosiding Pertemuan Teknis. P3GI. Pasuruan.

Hadi dan Sutrisno. 1999. Ikhtisar angka perusahaan tahun giling 1998. P3GI Pasuruan.

Harisutji, W.T. 2001. Analisis Kuantitatif Brix dan Pol Nira Tebu. Modul Pelatihan Penentuan Rendemen Tebu. P3GI. Pasuruan.

Husnan, E.; Arsana, W.D.; Subagio, J. Dan Suyanto Simoen. 2000. Perakitan teknologi budidaya tebu keprasan lahan kering untuk meningkatkan produksi. Laporan teknis. Bagpro Litbang Teknologi Tebu - Pasuruan. 17 hlm.

Husodo, S.Y. 2000. Menuju Penyelamatan Industri Gula Nasional. Prosiding Seminar Sehari Pembangunan Perkebunan Indonesia, 26 Juli 2000. AP2I, Bogor. Hlm : 26-42

Isro Ismail, Nugraharsi T. Dan Tonny Kuntohartono. 1996. Penggunaan Berbagai Bentuk Urea Pada Tanaman Tebu. Gula Indonesia XXI(1). Pasuruan. hlm: 8-11

Kartono. 1993. Nilai kerugian dari tebu kotor. Prosiding Pertemuan Teknis Tengah Tahunan I. P3GI Pasuruan. hlm: 17

Kuntohartono, T., 2000. Budidaya Tebu Keprasan. Gula Indonesia XXV (2). P3GI. Pasuruan. hlm: 3 – 9

Kuntohartono, T. Dan Djajadi, 1985. Pola pergiliran tanaman tebu dengan pupuk hijau di tegalan Jengkol. Pertemuan Teknis BP3G. hlm : 292-313

Kuntohartono, T. dan Roy Hendroko, 1995. Peningkatan Produktivitas Keprasan. Pertemuan Teknis 1995. P3GI. Pasuruan. 16 hlm

Kusbiyanto A., Nahdodin dan A. Susmiadi. 1982. Evaluasi pelaksanaan Inpres No.9 tahun 1975 sampai dengan tahun giling 1980. MPG XVIII (1-2-3). P3GI. Pasuruan. hlm: 12-23

Lembaga Penelitian IPB. 2002. Studi Pengembangan Agribisnis Pergulaan Nasional. Proyek Pengembangan Kimbun Pusat Ditjen BP Perkebunan Departemen Pertanian bekerjasama dengan LP IPB. Jakarta.

Lestari, H. 2000. Orientasi Varietas Tebu Di Areal Perkebunan PG Pelaihari. Berita P3GI No. 29. Pasuruan. hlm : 16

Marjayanti, S. dan W.D. Arsana, 1999. Keragaan Beberapa Varietas Tebu Pada Beberapa Masa Tanam/Kepras di Lahan Kering Jatiroto. Berita P3G Indonesia (24) : 14-21

Martoyo, T., 2000. Masalah kritis dalam pengolahan gula kaitannya dengan kualitas bahan baku. Gula Indonesia XXV (1). P3GI. Pasuruan. hlm: 10-15 Mashudi. 1979. Pengaruh kualitas bahan dasar terhadap pengolahan di pabrik

gula. Gula Indonesia V(11). P3GI. Pasuruan.

Masyhuri dan Lestari R.W. 2004. Neraca Gula Tahun 2004 dan Proyeksi Neraca Gula Tahun 2005. Jurusan Sosektan Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta. Meade, J.P. dan Chen, J.P. 1977. Cane Sugar Handbook. A Wiley Interscience

Mirzawan P.D.N. dan S. Lamadji. 1997. Perakitan Varietas Tebu Unggul Tahan Penyakit Penting Di Indonesia. Majalah Penelitian Gula Vol. 33. P3GI. Pasuruan. hlm : 17-23

Mirzawan P.D.N., Soegito dan Pudjiarso. 2001. PS 851 Varietas Tebu Unggul Baru Untuk Lahan Sawah Dan Tegalan. Gula Indonesia Vol. XXVI/1. IKAGI. Pasuruan. hlm : 3-8

Mochtar, M., A. Bachtiar dan B. E. Santoso. 1993. Evaluasi pasca panen beberapa pabrik gula di Indonesia dalam kaitannya dengan penurunan kualitas tebu/rendemen tebu. Prosiding Pertemeuan Teknis Tengah Tahunan I. P3GI Pasuruan. hlm: 9

Mochtar, M. 1994. Perkembangan teknologi dan peralatan pabrik gula dalam dua dasa warsa terakhir. Prosiding Pertemuan Teknis. P3GI. Pasuruan.

Nahdodin. 1992a. Program TRI, perilaku pabrik gula dan dampaknya. MPG XXVIII (1-2). P3GI. Pasuruan. hlm: 19-23

Nahdodin. 1992b. Ketidakefisienan usahatani tebu karena kelembagaan. MPG XXVIII (1-2). P3GI. Pasuruan. hlm: 24-29

Nainggolan, K. 2005. Kebijakan Gula Nasional dan Persaingan Global. Paper Kepala Badan Bimas Ketahanan Pangan Departemen Pertanian dalam Kongres IKAGI, 14-15 Februari 2005. Bandung.

Nurai, N. K. 1977. Penilaian rendemen serta faktor-faktornya dari pabrik-pabrik gula di Indonesia dari tahun ke tahun. MPG XIII (2). P3GI Pasuruan. hlm: 198-207

Pawirosemadi, M. 1996. Aneka Ragam Pupuk Dan Kemanfaatannya. Gula Indonesia XXI(1). Pasuruan. hlm : 3-7

Partowinoto, S. 1996. Core Sampler Merupakan Salah Satu Sistem Alternatif Yang Mampu Menghargai Prestasi Individu Pembudidaya Tebu. Berita P3GI No. 17 Tahun 1996, Pasuruan

Purwono, 2002. Penggunaan pengukuran brix untuk menduga rendemen nyata di Pabrik Gula Gula Putih Mataram, Lampung. Divisi R & D PG GPM.

Rasyid, A., 1988. Uji berbagai bahan dan saat sulam tanaman keprasan di Pelaihari. Prosiding Seminar Budidaya Tebu Lahan Kering. P3GI Pasuruan. 992 hlm

Rusastra, W., S. Suprihatini, M. Iqbal, and B. Borrell. 2000. A Framework for Policy Analysis of the Indonesian Sugar Industry. Center for Agro-socio Economic Research. Bogor.

Roesmanto, J. dan Nahdodin. 2001. Prospek Industri Gula Indonesia di Era Otonomi Daerah. Tinjauan Komoditas Perkebunan 2 (1): 21-26

Santosa, P.B. dan Ashari. 2005. Analisis Statistik Dengan Microsoft Excel Dan SPSS. Penerbit ANDI Yogyakarta.

Santoso, B.E., 1998. Analisis Nira dan Kemasakan Tebu. Bahan ”Inhouse Training Teknisi Laboratorium”, P3GI, 1-10 Juni 1998.

Santoso, B.E. dan Subhanuel Bahri, 2004. Kajian Sistem Penetapan Rendemen Tebu Di Pabrik Gula. Laporan Tengah Tahun 2004 Bagpro Litbang Tebu Pasuruan – PAATP Badan Litbangtan. P3GI. Pasuruan.

Santoso, B. E. dan Martoyo. 1994. Penggunaan Refraktometer Untuk Pengukuran Brix Dalam Pengawasan Pabrikasi di Pabrik Gula. Prosiding Pertemuan Teknis. P3GI: Pasuruan.

Santoso, B. E., Pudjiarso dan S. Hadisaputro. 1996. Tebu kotor dan penundaan giling: Pengaruhnya terhadap kualitas tebu dan nira. Prosiding Pertemuan Teknis. P3GI: Pasuruan. hlm: 13

Santoso, B. E. dan Martoyo. 2000. Pelatihan rendemen dan tebu kotor bagi PTR se wilayah kerja PG Rendeng. Laporan teknis intern.

Saputro, SE. Dan Isro Ismail. 1993. Uji Beberapa Varietas Unggul PS di Lahan Ultisol PG Bungamayang. Berita P3GI No. 10. Pasuruan. hlm: 26-28. Simoen, S. dan Sumoyo. 1990. Efisiensi Pemupukan N Dan P Tebu Lahan

Kering Keprasan Pertama. Prosiding Seminar Pengembangan Agroindustri Berbasis Tebu Dan Sumber Pemanis Lainnya. Pasuruan, 9-11 Juli 1990. hlm : 85-91

Soeparmono dan Ekosoni. 1995. Hasil Pengujian Pupuk AS Tablet di PG Rejoagung. Laporan teknis intern.

Subagio, I. 1993. Dinamika Populasi Tebu di Takalar. Berita P3GI No. 10. Pasuruan. hlm: 41-45.

Suryana, A. 2003. Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional. Sekretariat Ketahanan Pangan. Jakarta

Suharno dan Apoen S. 1995. Hasil Uji Pupuk Majemuk Lengkap Tablet di PT Perkebunan XIV (Persero). Berita P3GI No. 14 Pasuruan.

Tim Penulis PS. 2000. Pembudidayaan Tebu Di Lahan Sawah Dan Tegalan. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.

Usman, B. dan Sumoyo. 1991. Tanggap rendemen varietas M 442-51 terhadap dosis pemupukan NPK pada beberapa jenis tanah. MPG Th. XVII. P3GI. Pasuruan. hlm : 1-9

Usman, B. 1996. Pupuk Kalium, Manfaat Dan Dampaknya Pada Produksi Tebu. Gula Indonesia XXI(1). Pasuruan. hlm : 33-36

Widasari, S. 1988. Rancangan Percobaan. Karunika. Jakarta

Woeryanto, 2000. Peningkatan Efisiensi Manajemen Industri Gula. Prosiding Seminar Sehari Pembangunan Perkebunan Indonesia, 26 Juli 2000. AP2I, Bogor. hlm : 49-54.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LAMPIRAN 

Lampiran 1. Lembar Kuesioner

LEMBAR KUESIONER

Dokumen terkait