• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PENUTUP

6.2. Saran

1. Upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja aparatur kesehatan di PuskesmasDalu SepuluhKecamatan Tanjung Morawa hendaknya dilaksanakan secara terus menerus, berkesinambungan dan bertahap sehingga dapat mencapai hasil yang optimal dan terwujud dalam pelayanan prima. 2. Perlu adanya pelatihan khusus bagi aparat kesehatan dalam penggunaan

perangkat komputer sehingga dapat mempermudah pengerjaan laporan dan mempercepat pelayanan kesehatan.

3. Perlu adanya penambahan fasilitas-fasilitas seperti penambahan komputer ataupun yang lainnya serta penambahan sumber daya manusia dalam mengoperasionalkan komputer agar pelaksanaan SIMPUS dapat lebih optimal.

4. Perlu adanya penambahan anggaran dari Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang kepada PuskesmasDalu Sepuluh agar pelaksanaan SIMPUS berbasis online dapat terlaksana dengan baik.

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1. Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitiandeskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2009:35) metode penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menggabungkan antara variabel satu dengan yang lain. Bentuk deskriptif adalah bentuk penelitian yang memusatkan pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat aktual. Pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi yang rasional dan akurat.

Menurut Meolong (2006:4) penelitiandengan menggunakan metode kualitatif adalah untuk melakukan pendekatan yang diarahkan pada latar dan individu, tersebut secara holistic (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasi individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari keutuhan. Pendekatan penelitian merupakan suatu cara bagaimana melihat dan mempelajari gejala dan realitas sosial. Pendekatan digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, yaitu mencari referensi sebanyak-banyaknya melalui data-data yang sudah ada kemudian di dukung oleh ahli-ahli dibidangnya melalui buku-buku atau tulisan yang mereka telah publikasikan sebelumnya.

Berdasarkan pengertian diatas, maka penelitian ini adalah penelitian yangdiarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta, atau kejadian-kejadiansecara sistematis dan akurat mengenai sifat populasi serta menganalisakebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.

2.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Dalu X (sepuluh) yang berlokasi di Jalan Sei Blumei Desa Dalu Sepuuh B KecamatanTanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

2.3. Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel (Suyanto, 2005:171). Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian.

Menurut Suyanto (2005: 172) informan penelitian meliputi beberapa macam yaitu:

1. Informan Kunci (Key Informan). Merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian.

2. Informan Utama. Merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti.

3. Informan Tambahan. Merupakan mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlihat dalam interaksi sosial yang diteliti.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan informan kunci, informan utama dan informan tambahan yaitu sebagai berikut :

Informan Kunci (key informan) yaitu Kepala Puskesmas Dalu X (sepuluh) KecamatanTanjung Morawa.

Informan Utama yaitu pegawai-pegawai Puskesmas Dalu X (sepuluh) KecamatanTanjung Morawa.

Informan Tambahan yaitu masyarakat yang merasakan pelayanan Puskesmas Dalu X (sepuluh) pada program SIMPUS.

2.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini diperlukan data atau keterangan dan informasi. Untuk itu peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Teknik pengumpulan data primer

Adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Adapun yang termasuk dalam teknik pengumpulan ini yaitu : a. Pengamatan Langsung (observasi langsung)

Yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung pada objek penelitian kemudian mencatat gejala-gejala yang terjadi dilapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan sebagai acuan yang berkaitan dengan penelitian.

b. Wawancara Terstruktur

untuk memperoleh data yang lengkap dan sudah disusun pedoman wawancaranya, sehingga akan diperoleh informasi yang berkaitan dengan penelitian.

2. Teknik pengumpulan data sekunder

Adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengumpulan kepustakaan yang dapat mendukung data primer.Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen sebagai berikut : a. Studi Kepustakaan

yaitu cara ini dilakukan dengan menghimpun data maupun teori berbagai literatur dan dapat digunakan untuk menganalisa data yang diperoleh. b. Studi Dokumentasi

yaitu pengumpulan dokumen atau data-data yang berkaitan dengan menggunakan catatan-catatan tertulis yang ada dilokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang menyangkut masalah yang diteliti dengan instansi terkait.

2.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah teknik analisa kualitatif. Menurut Meolong (2006: 247), teknik analisa kualitatif dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, menyusunnya dalam satu satuan yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan dan serta menafsirkannya dengan analisis kemampuan daya

nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian. Adapun langkah-langkah dalam melakukan analisis data yaitu :

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil.

2. Penyajian Data

Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga member kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan adalah hasil analisis yang dapat digunakan untuk mengambil tindakan.

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan globalisasi di negara Indonesia sangatlah cepat terutama dibidang teknologi informasi. Teknologi informasi merupakan suatu acuan baginegara Indonesia dalam menghadapi era globalisasi. Kebutuhan masyarakat yang semakin banyak dan serba cepat menuntutpemerintah untuk lebih meningkatkan kinerjapelayanannya kepada masyarakat, terutama di bidang bidang strategis seperti kesehatan.

Teknologi informasi yang berbasis komputerisasi, saat ini telahmenyederhanakan pekerjaan menganalisis jumlah data yang luas, dan teknologiinformasi berbasis komputer tersebut dapat memudahkan dalam memanajemensumber daya yang dimiliki. Adanya pengembangan sistem informasi di suatu pemerintahan akan memudahkan para pegawai dalam menyimpulkan data dan informasi dengan lebihbaik.Kemajuan teknologi informasi (komputer dan telekomunikasi) terjadisedemikian pesatnya sehingga data, informasi, dan pengetahuan dapat diciptakandengan sangat cepat dan dapat disebarkan ke seluruh lapisan masyarakat.Informasi saat ini merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap masyarakat sepertihalnya manusia membutuhkan tenaga untuk hidupnya.

Kabupaten Deli Serdang dalam mengembangkan potensi yang dimiliki daerahbaik dari sumber daya manusia maupun sumber daya alam, perlu di dukungdengan penggunaan teknologi dan informasi. Penggunaan teknologi dan

informasiyang lebih kompetitif dapat menjalankan roda pemerintahan dan mewujudkanpembangunan bidang teknologi dan informasi di Sumatera Utara. Kemajuan teknologidan informasi di Kabupaten Deli Serdang, dapat dilihat dari suatu organisasipemerintahan yang sudah banyak menggunakan konsep teknologi pemerintahanatau yang sering disebut dengan e-Government.

E-Government merupakan salah satu bentuk usaha yang dilakukanpemerintah Kabupaten Deli Serdang khususnya oleh Dinas KesehatanKabupaten Deli Serdang, dalam menjalankan aktivitas pemerintahannya yang lebih efektif danefisien. E- Government adalah istilah yang sangat popular saat ini, dimana secaraumum E- Government merupakan upaya mengaplikasikan pelayanan pemerintahanmelalui sistem informasi berbasis komputer. Salah satu bentuk upaya pemerintah melalui Dinas Kesehatan khususnya pada bidang TeknologiInformasi Kesehatan (TIK) dalam meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat yaitu dengandibangunnya Sistem Informasi Manajemen SistemPencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SIM SP3) dan Sistem Informasi RumahSakit (SIRS) yang merupakan penunjang pelaksanaan e- Government.

Peraturan perundang-undangan yang menaungi sistem informasikesehatan adalah Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 004/Menkes/SK/I/2003tentang Kebijakan Dan Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan dan KeputusanMenteri Kesehatan Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang PetunjukPelaksanaan Pengembangan Sistem Laporan Informasi Kesehatan Kabupaten atau Kota. Kedua Keputusan Menteri Kesehatan ini adalah dasar hukum yang dapat digunakan untuk

Tahun 2007 Tentang Sistem Informasi Kesehatan Nasional Online adalah penyempurnaan dari dasar hukum sebelumnya.

Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, Puskesmas dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu dan memuaskan bagi pasien sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan dapat di jangkau seluruh lapisan masyarakat.

PUSKESMAS adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas KesehatanKabupaten/kota, Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.

Salah satu penerapan e-Government dalam bidang kesehatan di instansi pemerintahan adalah melalui penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS). SIMPUS yang merupakan suatu tatanan yang berurusan dengan pengumpulandata, pengolahan data, penyajian informasi, analisa dan penyimpulan informasiyang dibutuhkan untuk kegiatan Dinas KesehatanKabupaten Deli Serdang. Maka dengan SIMPUS yang menggunakan sistem komputerisasi didalammengaplikasikan segala data-data akan menjadi lebih mudah dikerjakan, sehinggapencatatan data lebih cepat, akurat dan efisien. Sehingga dapat mengurangi

waktupengerjaan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang diakibatkan kesalahanpencatatan data-data yang ada.

Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) adalah program sistem informasi kesehatan daerah yang memberikan informasi tentang segala keadaan kesehatan masyarakat di tingkat PUSKESMAS mulai dari data diri orang sakit, ketersediaan obat sampai data penyuluhan kesehatan masyarakat.Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya suatu sistem informasi yang dapat menyajikan dan menggambarkan secara menyeluruh tentang kondisi dan situasi kesehatan di suatu wilayah, dengan data yang valid, akurat dan lengkap, serta dapat diakses dengan mudah, cepat dan dengan jangkauan yang luas. Sistem tersebut nampaknya hanya bisa dibangun melalui kesepakatan atau komitmen bersama dari tingkat yang paling bawah sampai ke tingkat pusat.

Pelakasanaan SIMPUS yang berlangsung selama ini tidakterlepas dari penggunaan manajemen data dari setiap instansi yang ada didaerahdan pusat. Manajemen data yang berhubungan dengan kesehatan didaerahsemuanya terpusat pada Dinas Kesehatan Provinsi (Dinas Kesehatan Provinsi) dankemudian akan dilanjutkan ke pusat dalam hal ini adalah Pusat Data danInformasi (Pusdatin). Manajemen data yang buruk akan mengakibatkan kesulitanpihak Pusdatin dalam menyatukan seluruh data yang ada disetiap Dinas KesehatanProvinsi.

Permasalahanyang berkaitan khususnya aksesibilitas dan mutu pelayanan kesehatanmasyarakat. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan Dinas KesehatanKabupaten Deli Serdang kepada masyarakat yang ada di Kabupaten

dalam melakukan tugasnya.Keterkaitan antara masyarakat (sebagai pelanggan) dengan pemerintahdiharapkan dapat menjalin hubungan dengan baik, sehingga terbentuklah sebuahstandar pelayanan yang semakin membaik dari waktu ke waktu. Standarpelayanan merupakan ukuran yang ditetapkan dalam penyelenggaraan pelayananpublik yang harus ditaati oleh pemerintah sebagai pihak pemberi pelayanan danmasyarakat sebagai pihak penerima pelayanan. Tujuannya, untuk memberikanpelayanan yang baik kepada masyarakat, sebagai prioritas (sasaran) utama yangharus dilayani.

Puskesmas Dalu X (sepuluh) merupakan salah satu Puskesmas di Kabupaten Deli Serdang yang berada di KecamatanTanjung Morawa. Wilayah kerja Puskesmas ini mencakup 10 desa yang berada di sekitarnya dengan jumlah penduduk mencapai 82,449 jiwa. Adapun wilayah kerjaPuskesmas Dalu Sepuluh KecamatanTanjung Morawa berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Pakam di sebelah Timur,Kecamatan Beringin danKecamatan Batang Kuis disebelah utara, Percut Sei Tuan dan kota Medan di sebelah barat dan desa Punden Rejo di sebelah selatan.

Penerapan SIMPUS di Puskesmas Dalu Sepuluh masih mengalami hambatan- hambatannya seperti sering terjadinya perekapan data-data pasien yang berobat sehingga membutuhkan waktu yang lama, dan juga masalah sumber Daya Manusia dalam pengerjaan laporan masih satu orang yang mengerjakannya.Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan mengambil judul “Implementasi Program Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) Dalam Meningkatkan Pelayanan Kepada Masyarakat (Studi Kasus Di Puskesmas Dalu X KecamatanTanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang)”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “BagaimanaImplementasi Program Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) Dalam Meningkatkan Pelayanan Kepada Masyarakat (Di PuskesmasKecamatan Dalu X Kabupaten Deli Serdang)”.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Penelitian bertujuan untuk mengetahui Implementasi Program SIMPUS yang dicanangkan Pemerintah di Puskesmas Dalu X (Sepuluh) KecamatanTanjung Morawa.

2. Penelitian bertujuan untuk melihat apa sajahambatan-hambatan dalam penerapan SIMPUS di Puskesmas Dalu X (Sepuluh) KecamatanTanjung Morawa.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat secara ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi peneliti, dan juga bermanfaat bagi peneliti dalam mengembangkan kemampuan menulis karya ilmiah dan menambah pengetahuan ilmiah pada studi Administrasi Negara dalam kaitannya dengan implementasi program

2. Manfaat secara praktis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah atau lembaga-lembaga lain yang berkepentingan pada implementasi program SIMPUS dalam meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat. 3. Manfaat secara akademis

Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai suatu tahapan melatih mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata satu Departemen Ilmu Administrasi Negara.

1.5. Kerangka Teori

Menurut Kerlinger (Singarimbun. 1995:37) teori merupakan asumsi, konsep, defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep dan kerangka teori disusun sebagai landasan berfikir untuk menunjukan perspektif yang digunakan dalam memandang feenomena sosial yang menjadi objek penelitian. Perkembangan ilmu sosial begitu pesatnya karena perkembangan fenomena manusia yang memunculkan banyak teori- teori sosial, untuk itu dalam melaksanakan penelitian ilmiah khususnya dalam ilmu sosial, teori berperan sabagai landasan berfikir untuk mendukung pemecahan masalah dengan jelas dan sistematis. Berdasarkan rumusan di atas, penulis mengemukakan beberapa teori, pendapat ataupun gagasan yang akan dijadikan sebagai landasan berfikir dalam penelitian ini.

1.5.1. Kebijakan Publik

Edward R. Tuftle(1974 :23) mengemukan bahwa setiap jenis analisis yangmenghasilkan dan menyajikan informasi dapat menjadi dasar bagi parapengambil kebijakan di dalam menguji argumennya. Kata analisis dalamkerangka kebijakan publik secara tidak langsung menunjukkan penggunaaninstitusi dan pertimbangan yang mencakup tidak hanya pengujiankebijakan dengan pemecahan ke dalam komponen-komponennya, tetapijuga merencanakan dan mencari sintesis atas alternatif-alternatif yangmemungkinkan. Kegiatan ini mencakup penyelidikan untuk menjelaskanatau memberikan wawasan terhadap problem atau isu yang muncul atauuntuk mengevaluasi program yang sudah berjalan. Disini muncul dua tipeanalisis yaitu analisis yang bersifat in-formal dengan argumentasi yangtajam dan analisis kebijakan yang dilakukan dengan melibatkan data yangbesar dan rumit serta mencakup masalah yang luas pula.

Chandler & Plano(Mustopadidjaja,1988:12) berpendapat bahwa kebijakan publik adalahpemanfaatan yang srategis terhadap sumberdaya- sumberdaya yang adauntuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah. Dalamkenyataannya, Kebijakan tersebut telah banyak membantu para pelaksanapada tingkat birokrasi pemerintah rnaupun para politisi untuk memecahkanmasalah-masalah publik. Selanjutnya dikatakan bahwa kebijakan public merupakan suatu bentuk intervensi yang dilakukan secara terus menerusoleh pemerintah demi kepentingan kelompok yang kurang

beruntungdalam masyarakat agar mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasi dalampembangunan secara luas.

Thomas R. Dye (The Liang Gie,1981:17) memberikan pengertian dasar mengenaikebijakan publik sebagai apa yang tidak dilakukan maupun yang dilakukanoleh pemerintah. Pengertian ini kemudian dikembangkan dan diperbaharuioleh ilmuwan-ilmuwan yang berkecimpung di ilmu kebijakan publik sebagai penyempurnaan karena arti itu jika diterapkan, maka ruang lingkup studi ini menjadi sangat luas, disamping kajiannya yang hanya terfokus pada negara sebagai pokok kajian.

Jadi pada dasarnya studi kebijakan publik berorientasi padapemecahan masalah riil yang terjadi di tengah masyarakat. Dengandemikian analisis kebijakan publik secara umum merupakan ilmu terapandan berperan sebagai alat atau ilmu yang berusaha untuk memecahkanmasalah. Pada konteks ini kebijakan publik memiliki beragam perspektif,pendekatan maupun paradigma sesuai dengan fokus dari obyekpenelitian atau obyek kajian.

Istilah kebijakan publik sesungguhnya dipergunakan dalampengertian yang berbeda-beda. Owen E. Hugh(1994:54) mengatakan bahwaKebijakan adalah cara bertindak yang sengaja untuk menyelesaikanbeberapa permasalahan.Charles .O. Jones (Tangkilisan, 2003:5) menekankan studi Kebijakan Publik ini pada 2 (dua)proses, yaitu:

a. Proses-proses dalam ilmu politik, seperti bagaimana masalah-masalahitu sampai pada pemerintah bagaimana pemerintah mendefinisikanmasalah itu, dan bagaimana tindakan pemerintah.

b. Refleksi tentang bagaimana seseorang bereaksi terhadap masalah- masalah,terhadap Kebijakan negara, dan memecahkannya.

Masih Menurut. Charles O. Jones Kebijakan terdiri dari komponen-komponen: a. Goal atau tujuan yang diinginkan.

b. Plans atau proposal, yaitu pengertian yang spesifik untuk mencapai tujuan. c. Program, yaitu upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan.

d. Decision atau keputusan yaitu tindakan-tindakan untuk menentukantujuan, membuat rencana/ melaksanakan dan mengevaluasi program.

e. Efek, yaitu akibat-akibat dari program (baik disengaja atau tidak, primeratau sekunder).

Menurut Dunn (Tangklisan, 2003:6) Proses analisis kebijakan secara umum merupakan suatu proses kerja yang meliputi lima komponen informasi kebijakan yang saling terkait dan dilakukan secara bertahap dengan menggunakan berbagai teknik analisis kebijakan.

Prosesanalisis kebijakan terjadi secaraakumulatif antara komponen informasi dan teknik analisis yang digunakanuntuk menghasilkan dan memindahkannya. Penggunaan teknik-teknikanalisis kebijakan (perumusan masalah, peramalan, peliputan, evaluasi, danrekomendasi) memungkinkan analis memindah salah satu tipe informasike informasi lainnya secara berkesinambungan. Informasi dan teknik salingbergantung, dimana keduanya terkait dalam proses pembuatan danperubahan yang dinamis melalui transformasi

Pada konteks ini komponen informasikebijakan (masalah kebijakan, altematif kebijakan, tindakan kebijakan hasilkebijakan, dan hasil guna kebijakan) ditransformasikan dari satu posisi keposisi lainnya dengan menggunakan teknik analisis kebijakan.Dalam memecahkan masalah yang dihadapi kebijakan publik, Dunn (Tangklisan, 2003:8) mengemukakan bahwa ada beberapa tahap analisis yang harusdilakukan yaitu :

1. Penetapan Agenda Kebijakan (Agenda Setting) 2. Formulasi Kebijakan (Policy Formulation) 3. Adopsi Kebijakan (Policy Adoption) 4. Isi Kebijakan (Policy Implementation) 5. Evaluasi Kebijakan (Policy Assesment)

1.5.2. Implementasi Kebijakan

Patton dan Sawichi (Tangkilisan,2003:29) : “menyebutkan bahwaimplementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan untukmerealisasikan program, dimana pada posisi ini eksekutif mengatur cara untukmengorganisir, menginterpretasikan, dan menerapkan kebijakan yang telahdiseleksi”. Kamus Webster dalam Wahab (1997:64), pengertian implementasidirumuskan secara pendek bahwa “to implement”

(mengimplementasikan) berarti“to provide means for carrying out; to give practical effect to” (menyajikansarana untuk melaksanakan sesuatu; menimbulkan dampak/ berakibat sesuatu).

Jones (Tangkilisan, 2003:18) implementasi merupakan suatuproses yang dinamis yang melibatkan secara terus menerus usaha-usaha untukmencari apa yang akan dan dapat dilakukan. Dengan demikian implementasimengatur kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program kedalam tujuan kebijakan yang diinginkan.

Implementasi kebijakan adalah bagian dari rangkaian proses kebijakanpublik. Proses kebijakan adalah suatu rangkaian tahap yang saling bergantungyang diatur menurut urutan waktu, penyusunan agenda, formulasi kebijakan,adopsi kebijakan, dan penilaian kebijakan. Proses yang perlu ditekankan disiniadalah bahwa tahap implementasi kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuandan saran-saran ditetapkan atau diidentifikasi oleh keputusan- keputusankebijakan. Dengan demikian, tahap implementasi terjadi hanya setelah undang-undang ditetapkan dan dana disediakan untuk membiayai implementasi kebijakan tersebut (Winarno, 2002:102).

Kebijakan publik merupakan sebuah awal dan belum dapat dijadikanindikator dari keberhasilan pencapaian maksud dan tujuan. Karena kebijakanadalah suatu perkiraan akan masa depan yang lebih bersifat semu, abstrak dankonseptual. Namun ketika telah masuk di dalam tahapan implementasi dan terjadiinteraksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi kebijakan, barulahkeberhasilan maupun ketidakberhasilan akan diketahui.

Suatu kebijakan (publik) dikatakan berhasil bila dalam implementasinyamampu menyentuh kebutuhan kepentingan publik.

publik, bagaimana bisa disebutsebagai kebijakan yang berhasil. Peters (dalam Tangkilisan, 2003:22)mengatakan bahwa:

“Implementasi kebijakan yang gagal disebabkan beberapa faktor, yaitu informasi, di mana kekurangan informasi dengan mudah mengakibatkan adanya gambaran yang kurang tepat baik kepada objek kebijakan maupun kepada para pelaksana dari isi kebijakan itu; isi kebijakan, dimana implementasi kebijakan dapat gagal karena masih samarnya isi atau tujuan kebijakan atau ketidaktepatan atau ketidaktegasan internal ataupun eksternal kebijakan itu sendiri; dukungan, dimana implementasi kebijakan publik akan sangat sulit bila pada pelaksanaannya tidak cukup dukungan untuk kebijakan tersebut; pembagian potensi, dimana hal ini terkait dengan pembagian potensi di antaranya para aktor implementasi dan juga mengenai organisasi pelaksana dalam kaitannya dengan diferensiasi tugas dan wewenang”.

Dalam rangka mencapai tujuan implementasi program yang efektif, pemerintah dituntut untuk melakukan aksi serupa membuat perundang-undangan sebagai acuan, penghimpunan sumber daya yaitu sumber daya manusia sebagai pelaksana dan sumber daya keuangan (finansial) yang akan mendukung pelaksanaan program dan komitmen pelaku-pelaku yang terkait. Menurut Jines (dalam Hesel Nogi, 2003;23), untuk mengukur apakah implementasi program efektif atau tidak dapat dilihat dari dimensi, yaitu :

a. Organisasi

Organisasi harus memiliki struktur organisasi yang jelas, adanya sumber daya manusia sebagai tenaga pelaksana, dan perlengkapan atau alat-alat kerja serta didukung dengan perangkat hukum yang jelas. Struktur organisasi diterapkan sejak semula dengan desain dari berbagai komponen atau subsistem yang ada sehingga mendukung implementasi sistem informasi. Sumber daya manusia berkaitan dengan kemampuan aparatur dalam melaksanakan tugas-

tugasnya. Dalam hal ini aparatur pemerintah dituntut memiliki kemampuan yang memadai sesuai dengan kebijakan yang akan diimplemetasikan.

b. Interprestasi

Interprestasi menyangkut tingkat pemahaman aparat pelaksana dalam proses implementasi, apakah telah dilaksanakan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang berlaku, yang meliputi:

1. Kesesuaian dengan peraturan, berarti setiap pelaksanaan harus sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2. Kesesuaian dengan petunjuk pelaksanaan, berarti pelaksanaan dari peraturan sudah dijabarkan dan bersifat administratif, sehingga memudahkan pelaksanaan dalam melakukan aktivitas pelaksanaan program.

3. Kesesuaian dengan petunjuk teknis, berarti kebijaksanaan yang sudah

Dokumen terkait