• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Program Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan kepada Masyarakat (Studi PadaPuskesmas Dalu Sepuluh Kecamatan Tanjung Morawa)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Program Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan kepada Masyarakat (Studi PadaPuskesmas Dalu Sepuluh Kecamatan Tanjung Morawa)"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Achua. 2004.Leadership. Prentice Hall : Singapore.

Amsyah, Z. 2005.Manajemen Sistem Informasi. CetakanKelima. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Azwar, A. 2004. Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Cetakan Pertama. Jakarta: Yayasan Ikatan Dokter Indonesia.

Boediono, B. 2003. Pelayanan Prima Perpajakan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Hughes, Owen E. 1994. Public Management and Administration. London: St. Martin Press.Diterjemahkan oleh LP3ES : Jakarta.

Jones, Charles O.1996. Pengantar Kebijakan Publik.Jakarta: Raja GrafinPersada. Komaruddin, A. 1993.Ensiklopedia Manajemen. Alumni Bandung

Kumorotomo,W. 2001. Sistem Informasi Manajemen dalam Organisasi-Organisasi Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Kurniawati. 2004.Analisis Sistem Pencatatan dan Pelaporan Data Pasien Rawat Jalan Puskesmas di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2004, Tesis. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Laudon, Kenneth C and J.P Laudon. 2005.Information System, A ProblemSolving Approach. Orlando: The Dryen Press.

Lumbangaol, J. 2008.Sistem Informasi Manajemen Pemahaman dan Aplikasi. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Mc Leod Raymond. 2004. System InformasiManajemen, 8th ed, diterjemahkan oleh Hendra Teguh, SE.Ak. Jakarta: PT.Indeks.

Meleong, Lexy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Moenir. 2000. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: PT BumiAksara. Mustopadidjaja. 1988.Analisa Kebijaksanaan Administrasi Negara dan

Pembangunan.Jakarta: Prentice Hall.

Ratminto, Atik Septiwinarsi. 2005. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Sianipar. 1999. Manajemen Jasa. Yogyakarta: Andi.

Singarimbun, Masri. 2006. Metode Penelitian Survei. Jakarta : LP3ES. Subarsono. AG. 2005. Public policy. Surabaya: Airlangga University.

Sugiyono. 2009. metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. Bandung : CV. Alfabeta. Sutarto. 2002. Dasar-dasar Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai AlternatifPendekatan.

Jakarta: Prenada.

Tangkilisan, Hesel Nogi. 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi. Yogyakarta:Lukman Offset YPAPI.

Terry, G.R. 2001.Asas-Asas Manajemen. Alumni Bandung.

(2)

Tufte,Edward R. 1974.Data Analysis for Politics and Policy. New jersey: W.F.Connell.1974.The Foundation of Education.

Wahab, Solichin A. 2008. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Malang: UMMPress.

Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: MediaPressindo.

Sumber Undang-Undang :

Undang – Undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan.

Undang-Undang nomor 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. KeputusanMenteri Kesehatan Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang PetunjukPelaksanaan Pengembangan Sistem Laporan Informasi Kesehatan Kabupaten atau Kota.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 004/Menkes/SK/I/2003tentang Kebijakan Dan Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat.

Keputusan menteri kesehatan No 511 tahun 2002 tentang Strategi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS).

Keputusan menteri kesehatan No 837 tahun 2007 tentang Pengembangan Jaringan Komputer Online Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS Online).

Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor 75 Tahun 2014TentangPusat Kesehatan Masyarakat.

Sumber Jurnal :

Muhamad Fadhillah, Kinerja Aparatur Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Dalam Memberdayakan Sistem Informasi Manajemen Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Puskesmas(SIM SP3) Guna Meningkatkan Pelayanan Kepada Masyarakat, 2010. Rini Agustina Daulay, Analisis Penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) Di Puskesmas Pegang Baru Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman Sumatera Barat Tahun 2014.

Sumber Internet :

www.SIMPUS_Fisika Kesehatan_MissKesMas.html, diakses pada tanggal 27Februari 2016 pukul 19.30 WIB.

diakses pada tanggal 1 Maret 2016 pukul 15.00 WIB.

(3)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI

3.1. Sejarah Singkat Desa Dalu Sepuluh

Menurut penuturan beberapa orang pemuka masyarakat, Desa Dalu Sepuluh

merupakan satu wilayah dengan desa yang bernama Kampung Buluh. Kata kampung

untuk kondisi sekarang ini sama artinya dengan desa. Kampung Buluh ini sendiri ini

merupakan wilayah kekuasaan dari Kerajaan Negeri Serdang. Penduduk yang

mendiami Kampung Buluh ini adalah etnis Melayu.

Ketika Belanda membuat perkebunan tembakau (terkenal dengan Tembakau

Deli yang mereka pasarkan ke Amsterdam dan setelah kemerdekaan Indonesia

Belanda memasarkannya ke Bremen/Jerman Timur), sebagai pekerja/buruh di

perkebunan tembakau ini, Belanda mendatangkan buruh (waktu itu lebih dikenal

dengan istilah kuli kontrak) dari Pulau Jawa. Buruh di perkebunan tembakau ini

dikontrak oleh Belanda selama tiga tahun dengan biaya transportasi ditanggung oleh

Belanda. Tetapi para kuli kontrak ini sering terlibat perjudian, sehingga kehabisan

uang dan tidak berani lagi pulang ke Jawa karena merasa malu jika pulang merantau

tidak membawa perolehan hasil apapun.

Sarana transportasi masyarakat desa ini dahulunya lebih sering menggunakan

sungai dengan menggunakan perahu. Para buruh perkebunan pada siang hari atau

sore menjelang pulang ke rumah selepas bekerja sering beristirahat di bawah pohon

yang bernama Dalu dan tubuhnya berjajar sebanyak sepuluh pohon di pinggiran

(4)

Kerajaan Serdang ini hanya kaum pribumi. Maka para pensiunan perkebunan

Tembakau yang berasal dari Pulau Jawa membeli tanah di bagian utara Kampung

Buluh dan menetap di wilayah ini. Mereka menempati wilayah ini sudah ada sejak

tahun 1908. Jumlah mereka yang tidak lebih dari 10 kepala keluarga, hingga akhirnya

jumlah mereka bertambah banyak.

Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, Kampung Buluh diberi nama oleh

masyarakat Kampung Dalu Sepuluh (diilhami dari jumlah pohon Dalu sebanyak

sepuluh pohon). Seiring dengan perkembangan penduduk yang mendiami wilayah

bagian utara Kampung Dalu Sepuluh ini maka secara demografis dibagi dua. Wilayah

yang dihuni oleh etnis Melayu diberi nama Kampung Dalu Sepuluh A dan yang

dihuni oleh etnis Jawa diberi nama Dalu Sepuluh B. Setelah pemerintahan Orde Baru,

nama kampung diganti dengan desa. Maka jadilah Desa Dalu Sepuluh A dan Desa

Dalu Sepuluh B.

3.2. Gambaran Umum Puskesmas Dalu Sepuluh

(5)

Puskesmas dalu sepuluh merupakan salah satu fasilitas kesehatan masyarakat

yang berada di KecamatanTanjung Morawa. Puskesmas ini terletak di desa dalu

sepuluh B jalan Sei Blumei KecamatanTanjung Morawa Kabupaten Deli

Serdang.Puskesmas Dalu Sepuluh adalah Puskesmas yang terdiri dari10 desa dengan

jumlah penduduk sekitar 82.449 jiwa.

Adapun visi dan misi dari Puskesmas Dalu Sepuluh adalah sebagai berikut :

VISI :

Masyarakat Deli Serdang memiliki akses pelayanan kesehatan optimal, berbudaya

dan sehat.

MISI :

1. Menggerakkan pembangunan kesehatan yang berbudaya.

2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.

3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata

dan terjangkau.

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan induvidu, keluarga, masyarakat.

3.3. Wilayah Kerja Puskesmas Dalu Sepuluh

Puskesmas Dalu Sepuluh memiliki luas wilayah kerja mencapai 46.115 Ha.

Adapun batas-batas wilayah kerja itu sebagai berikut :

Sebelah Barat : Berbatasan Dengan Kec. Percut Sei Tuan Dan Kota Medan.

Sebelah Utara : Berbatasan Dengan Kec. Beringin Dan Kec. Batang Kuis.

Sebelah Timur : Berbatasan Dengan Kec. Lubuk Pakam

(6)

Secara administratif Kecamatan Dalu Sepuluh terdiri dari 10 desadan terdiri

dari 97 dusun/ lingkungan, seperti yang tertera di tabel berikut ini.

Tabel 3.1. Nama Desa, Luas Wilayah, Dan Jumlah Dusun/ Lingkungan di

KecamatanTanjung Morawa

No Desa Luas wilayah (km2) kelurahan

1 Dalu Sepuluh A 53.000 7

2 Dalu Sepuluh B 103.075 10

3 Dagang Klambir 125.000 4

4 Buntu Bedimbar 30.000 13

5 Telaga Sari 20.000 5

6 Bangun Sari 846.097 17

7 Bangun Sari Baru 65.300 12

8 Wono Sari 71.600 16

9 Perdamean 40.600 11

10 Penara 54.700 2

Jumlah 97

Sumber data: BPS KecamatanTanjung Morawa 2014

Dari 10 desa yang jadi cakupan pelayanan dari Puskesmas Dalu Sepuluh di

KecamatanTanjung Morawa, terdapat sekitar 82.449 orang penduduk yang menjadi

objek pelayanan dari pihak Puskesmas. Adapun jumlah penduduk ini terdiri dari

(7)

Tabel 3.2. Distribusi Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin di WilayahPuskesmas

Dalu Sepuluh KecamatanTanjung Morawa

No Jenis kelamin

Jumlah

Jiwa Persentase (%)

1 Laki-laki 41.542 51

2 Perempuan 40.907 49

Jumlah 82.449 100

Sumber data : BPS KecamatanTanjung Morawa 2014

3.4. Kegiatan Pokok Puskesmas

3.4.1. Upaya Penyelenggara Puskesmas Dalu Sepuluh

Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui Puskesmas, yakni

terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, Puskesmas bertanggung

jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan

masyarakat sesuai dengan KepmenKes : Nomor 128/MenKes/ii/2004 tentang

kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem

kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya

kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni,

1. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

Ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional, dan global mempunyai daya

ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat merupakan upaya

(8)

1. Upaya Promosi kesehatan

2. Upaya Kesehatan Lingkungan

3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak dan Keluarga Berencana

4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

5. Upaya Pencegahan dan Pembereantasan Penyakit Menular

6. Upaya Pengobatan

7. Upaya Pencatatan dan Pelaporan

2. Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas

Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan

berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta disesuaikan

dengan kemampuan Puskesmas, yang di pilih dari daftar upaya kesehatan Puskesmas

yang telah ada yaitu :

1. Usaha Kesehatan Sekolah

2. Usaha Kesahatan Olahraga

3. Usaha Perawatan Kesehatan Masyarakat

4. Upaya Kesehatan Sekolah

5. Upaya Kesehatan Keluarga

6. Upaya perawatan Kesehatan Masyarakat

7. Upaya Kesehatan Kerja

8. Upaya Kesehatan gigi dan mulut

(9)

11. Upaya Kesehatan usia lanjut

12. Upaya pembinaan pengobatan tradisional

13. Upaya laboratorium medis dan lab. Kesehatan masyarakat

3.5. Fasilitas Puskesmas Dalu Sepuluh

3.5.1. Fasilitas gedung Puskesmas Dalu Sepuluh

Fasilitas fisik yang dimiliki oleh Puskesmas Dalu Sepuluh terdiri dari 24

ruangan dan sebuah mobil kesehatan keliling. Adapun rincian dari fasilitas fisik

ini seperti tertera pada tabel berikut.

Tabel 3.3 Fasilitas Gedung Puskesmas Dalu Sepuluh KecamatanTanjung Morawa

No Fasilitas Jumlah

1 Ruang Poli Anak 1

2 Ruang Poli Dewasa 1

3 Ruang Poli Gigi Dan Mulut 1

4 Ruang Farmasi 1

5 Ruang Obygn 1

6 Gudang Obat 1

7 Ruang KIA Dan KB 1

8 Laboratorium 1

9 Ruang Pendaftaran 1

10 Ruang Kepala Puskesmas 1

(10)

12 Ruang Pemeriksaan TB Paru 1

13 Ruang Data 1

14 Kamar Mandi 2

15 Mobil Puskesmas Keliling 1

Sumber data : Puskesmas Dalu Sepuluh 2014

3.5.2. Fasilitas Alat-AlatPuskesmas Dalu Sepuluh

Adapun alat-alat yang dimiliki oleh Puskesmas Dalu Sepuluh terbagi dua,

yaitu :

1. Fasilitas peralatan Medis Puskesmas Dalu Sepuluh

Fasilitas peralatan medis yang tersedia di Puskesmas Dalu Sepuluh dapat

dilihat di lampiran belakang.

2. Fasilitas Administrasi

Adapun fasilitas-fasilitas adninistrasi adalah sebagai berikut :

1. Kartu berobat jalan

2. Buku-buku catatan

3. Lemari dan rak kartu

4. Meja dan kursi

5. Komputer

6. Stempel dan arsip

Untuk lebih lengkap nya seputar jumlah dan kondisi dari fasilitas-fasilitas

(11)

3.5.3. Fasilitas Obat-obatanPuskesmasDalu Sepuluh

Puskesmas Dalu Sepuluh dalam rangka menjalankan tugas-tugaspokoknya

memulihkan kesehatan dan pengobatan penyakit didukung olehperlengkapan

obat-obatan. Obat-obatan tersebut berasal dari Dinas Kesehatanyang kemudian

diberikan ke Puskesmas untuk dapat meningkatkan kesehatan masyarakat.

Fasilitas obat-obatan dapat dilihat pada lampiran belakang.

3.6. Sumber Daya Manusia PuskesmasDalu Sepuluh

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor 75 Tahun

2014TentangPusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas harus memiliki sumber daya

yang memadai dalam rangka pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Adapun

struktur organisasi Puskesmas adalah :

Kepala Puskesmas

Urusan Tata Usaha

Puskesmas Pembantu/ Bidan desa Unit

Kesehatan Gigi dan

Mulut

UPTF Unit Kesehatan Masyarakat

Unit Keperawatan

Unit Kefarmasian

dan laboratorium

Unit Pelaksana

(12)

Adapun sumber daya manusia beserta golongan dan jabatannya yang

terdapat di Puskesmas Dalu Sepuluh adalah :

Tabel 3.4 : Sumber Daya Manusia Puskesmas Dalu Sepuluh

No Nama NIP Gol Jabatan

1 Dr. Tatasi 19640505201001100 III/C Kepala Puskesmas

2 Marisa Pardosi 196206301984032015 III/C Kepala Tata Usaha

3 Drg. H.J.Ruliana 195807301989032002 IV/A Drg. Madya

4 Dr. Yusmarita S. 196510252002122001 IV/A Dr. Muda

5 Drg. Nina Andriani 196705232006042004 IV/A Dr. Muda

6 Valentina Sinaga 196401021983122002 III/D Bidan Penyelia

7 Ratna 196506221984032002 III/D Bidan Penyelia

8 Derliana Tarigan 196512311986032013 III/D Perawat Gigi Penyelia

9 Rapasah 196812311989112014 III/D Perawat Penyelia

10 Ismawati A.Md 196903111995032007 III/D Bidan Penyelia

11 Dr. Vera Yunieva 197106292007012001 III/D Dr. Muda

12 Nanan Suminar 196704151988032018 III/D Perawat Penyelia

13 Dr. Elvi Fittriawati 197410162008012019 III/D Dr. Muda

14 Ernawati Pardede 197205221992032009 III/D Bidan Penyelia

15 Sri Hariani Johan 197110071991032003 III/C Bidan Penyelia

16 Risda Hutabarat 196407301992032007 III/C Bidan Penyelia

17 Nurlaili 197110201991032009 III/C Bidan Penyelia

(13)

19 Henni Br.Barus 197007091993032005 III/B Bidan Pelaksana Lanjutan

20 Meriana Harianja 196803041997022010 III/B Pelaksana Gizi

21 Noni Sinta Utami 197706111997022010 III/B Bidan Pelaksana Lanjutan

22 Rusnani Tambunan 197111011993032007 III/B Pelaksana Gizi

23 Laitta 196508051988022015 III/B Pra Medis

24 Minang Handayani 196210151993032008 III/B Pelaksana Lanjutan

25 Wagini 197412011996032004 III/B PelaksanaAnalisis Pertama

26 Demak MD 198110520050220003 III/B Keperawatan

27 Dian Indah K. 197906292006052019 III/A Perawat Pelaksana

28 Lidia Budiarti 198104152006042013 III/A Pelaksana Kebidanan

29 Sukesih 197805271997032002 III/A Bidan Pelaksana

30 Sugiono 196610091994031009 III/A Perawat Pelaksana

31 Merry Lingga 198412262009320008 III/A Perawat Pelaksana

32 Ruslah 197905042009032003 II/C Perawat Pelaksana Lanjutan

33 Yeni Surya Sari 198103232009042004 II/D Perawat Pelaksana

34 Neni Susanti 197405042005022004 II/D Bidan Pelaksana

35 Susiarni 197904032005022002 II/C Perawat Pelaksana

36 Netti Herawati 197901092008012001 II/D Bidan Pelaksana

37 Meilani Manurung 197905222006042003 II/C Perawat Pelaksana

38 Rusmaida Sitepu 197009052006042015 II/C Bidan Penyelia

39 Hazium Alvianna 197605032007012023 II/C Bidan Pelaksana

(14)

3.7. Tugas, Fungsi dan Wewenang Puskesmas

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014, Puskesmas

mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan

pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya

Kecamatan sehat.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Puskesmas

menyelenggarakan fungsi:

1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya.

2. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.

Dalam menyelenggarakan fungsi diatas tersebut, Puskesmas berwenang

untuk:

1. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat

dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.

2. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.

3. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat

dalam bidang kesehatan.

4. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah

kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan

sektor lain terkait.

5. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan

berbasis masyarakat.

(15)

8. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan

cakupan pelayanan kesehatan

9. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk

dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit.

Dalam menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud, Puskesmas

berwenang untuk:

1. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Dasar Secara Komprehensif,

Berkesinambungan Dan Bermutu.

2. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Yang Mengutamakan Upaya Promotif

Dan Preventif.

3. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Yang Berorientasi Pada Individu,

Keluarga, Kelompok Dan Masyarakat.

4. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Yang Mengutamakan Keamanan Dan

Keselamatan Pasien, Petugas Dan Pengunjung.

5. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Dengan Prinsip Koordinatif Dan Kerja

Sama Inter Dan Antar Profesi.

6. Melaksanakan Rekam Medis.

7. Melaksanakan Pencatatan, Pelaporan, Dan Evaluasi Terhadap Mutu Dan Akses

Pelayanan Kesehatan.

8. Melaksanakan Peningkatan Kompetensi Tenaga Kesehatan.

9. Mengoordinasikan Dan Melaksanakan Pembinaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan

(16)

10. Melaksanakan Penapisan Rujukan Sesuai Dengan Indikasi Medis Dan Sistem

Rujukan.

3.8. Tugas Pokok dan Fungsi SDM diPuskesmas

Adapun rincian Tugas Pokok dan Fungsi masing-masing jabatan pada

organisasi Puskesmas adalah sebagai berikut :

1. Kepala Puskesmas

Kepala Puskesmas memiliki tugas pokok yaitu :

a. Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, bimbingan dan supervisi.

b. Mengadakan koordinasi di tingkat Kecamatan.

c. Sebagai penggerak pembangunan kesehatan di tingkat Kecamatan.

d. Sebagai tenaga ahli pendamping Camat.

e. Mengkoordinir dan bertanggung jawab terhadap semua kegiatan di Puskesmas.

2. Koordinator Unit Tata Usaha

Koordinator unit Tata Usaha terbagi 3 yaitu bagian Tata Usaha, bagian Umum,

dan Kepegawaian.

a. Bagian Tata Usaha memiliki tugas pokok yaitu Merencanakan dan

mengevaluasi kegiatan di unit Tata Usaha, Mengkoordinir dan berperan aktif

terhadap kegiatan di unit Tata Usaha, Menggantikan tugas Kepala Puskesmas

bila Kepala Puskesmas berhalangan hadir.

b. Bagian Umum memiliki tugas pokok yaitu Registrasi Surat Masuk dan

Keluar, Melanjutkan disposisi Pimpinan,Membuat konsep surat,

(17)

Puskesmas, Mengkoordinir kegiatan petugas bagian perbaikan sarana

Puskesmas, Mengarsipkan surat, Melakukan kegiatan yang bersifat umum,

Mengkoordinir pembuatan spanduk yang bersifat umum.

c. Kepegawaian memilki tugas pokok yaitu Membuat laporan kepegawaian

(Absensi, Daftar Urut Kepegawaian, lap.triwulan, tahunan ,dsb.), Mengetik

daftar penilaian yang sudah diisi nilai oleh atasan langsung, Mendata dan

mengarsipkan file pegawai, Mengusulkan cuti dan kenaikan pangkat,

Mengusulkan tunjangan pegawai (Penyesuaian Fungsional, Baju, Sepatu dan

lain-lain), Merekap Absensi (Ijin, Cuti, Sakit), Membuat Absensi

Mahasiswa/siswa yang praktek di Puskesmas.

3. Koordinator Unit Pelaksanaan Tugas Fungsional (UPTF) Upaya Kesehatan

Masyarakat.

Koordinator UPTF dan upaya kesehatan masyarakat memiliki tugas pokok yaitu :

a. Mengkoordinir dan bertanggung jawab dalam penyusunan perencanaan dan

evaluasi kegiatan di unit Program Pemberantasan Penyakit Menular (P2M),

Promosi kesehatan, Kesehatan Ibu Anak/Keluaga Berencana, Gizi dan Kesling.

b. Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap kegiatan di unitnya.

4. Unit Perawatan

Unit perawatan terdiri dari 4 bagian yaitu Perawat Penyelia, Keperawatan Perawat

Pelaksana Dan Perawat Pelaksana Lanjutan.

a. Perawat Penyelia memiliki tugas pokok yaitu Melakukan pengkajian

mengumpulkan data pemeriksaan fisik, psikis, riwayat penyakit, sosial

(18)

keperawatan sesuai standar profesi dan standar rumah sakit, Melakukan

tindakan keperawatan sesuai rencana dan standar profesi standar dan rumah

sakit, Melakukan visit dengan tim medis sesuai dengan tugas dan kewenangan

sesuai standar profesi, Melakukan penyuluhan kesehatan, keperawatan, dan

pola hidup mandiri.

b. Keperawatan memiliki tugas pokok yaitu Mempersiapkan alat dan bahan yang

diperlukan pada unit pengobatan, Melaksanakan asuhan keperawatan,

Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital tensi darah, nadi, respirasi,

temperatur), Melakukan penyuluhan atau KIE dan promosi kesehatan terhadap

individu, keluarga, kelompok masyarakat, Melaksanakan pelayanan di unit

layanan termasuk gawat darurat, safari kesehatan dan P3K, Melakukan

pencatatan, pelaporan, pengolahan dan analisa data hasil kegiatannya serta

merencanakan dan melaksanakan upaya tindak lanjut.

c. Perawat Pelaksana memiliki tugas pokok yaitu Memberikan pelayanan

keperawatan secara langsung berdasarkan proses keperawatan dengan sentuhan

kasih sayang, Melaksanakan program medis dengan penuh tanggung jawab,

Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental, sosial, dan spiritual

klien, Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi tindakan

perawatan dan pengobatan atau diagnosis.

d. Perawat Pelaksana Lanjutan memiliki tugas pokok yaitu Melakukan koordinasi,

membahas kasus, melakukan serah terima pasien, Melakukan tindakan

(19)

komprehensif, pasien rawat jalan, rawat inap, Membuat analisa data pengkajian,

menyimpulkan hasil pengkajian.

5. Unit Kesehatan Gigi dan Mulut

Unit kesehatan gigi dan mulut terdiri dari 3 bagian yaitu dokter gigi, perawat gigi

penyelia, dan perawat gigi.

a. Dokter Gigi memiki tugas pokok yaitu Memberikan pelayanan dan pengobatan

gigi, Membuat catatan medis dengan baik dan benar di buku rekam medis,

Supervisi kegiatan perawat gigi, Melayani konsultasi dari unit lain,

Memberikan rujukan ke layanan rujukan.

b. Perawat gigi penyelia memiliki tugas pokok yaitu melaksanakan pelayanan

kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas, Membantu dokter gigi dalam

pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas, Memberikan penyuluhan kesehatan

gigi pada penderita dan masyarakat di wilayah kerjanya, Merujuk kasus yang

perlu diambil tindakan oleh seorang dokter gigi.

c. Perawat Gigi memiliki tugas pokok yaitu Menyiapkan alat/obat/bahan/sarana

lain untuk pelayanan di unit layanan gigi, Membantu dokter gigi dalam

pelayanan dan pengobatan pasien di unit layanan gigi dan masyarakat,

Menjaga, memelihara dan bertanggung jawab atas sarana dan prasarana di

unitnya, Melakukan pencatatan, pelaporan, pengolahan dan analisa data serta

merencanakan dan melaksanakan upaya tindak lanjut, Melaksanakan tugas

(20)

6. Unit Kefarmasian dan Labortorium

Unit kefarmasian dan laboratorium terdiri dari 3 bagian yaitu bagian farmasi,

bagian laboratorium dan bagian gudang obat.

a. Bagian farmasi memiliki tugas pokok yaitu Mengkaji instruksi

pengobatan/resep pasien, Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan

penggunaan obat dan alat kesehatan, Mencegah dan mengatasi masalah yang

berkaitan dengan obat dan alat kesehatan, Memantau efektifitas dan keamanan

penggunaan obat dan alat kesehatan, Memberikan informasi kepada petugas

kesehatan, pasien/keluarga, Memberi konseling kepada pasien/keluarga,

Melakukan pencampuran obat suntik.

b. Bagian laboratorium memiliki tugas pokok yaitu Membuat perencanaan

kebutuhan alat/sarana, reagensia dan bahan habis pakai lainnya yang

dibutuhkan selama 1 tahun, Membuat perencanaan pengembangan kegiatan

laboratorium, Melaksanakan kegiatan pemeriksaan laboratorium sesuai

prosedur, Melaksanakan pencatatan dan pelaporan kegiatan laboratorium.

c. Bagian gudang obat memiliki tugas pokok yaitu Menerima dan mencatat

penerimaan obat dari Gudang Farmasi dan dari sumber lain (bila ada),

Membuat dan mengisi kartu stok obat di gudang obat, Mencatat dan

melaporkan penerimaan dan pengeluaran obat dari gudang obat, Memonitor

obat di apotek, pustu dan pos puskesling, Membantu Kepala Puskesmas dalam

merencanakan kebutuhan obat, Membantu pengelolaan obat di apotek dan

(21)

7. Unit pelaksana khusus

Unit pelaksana khusus adalah unit pelaksana yang disiapkan untuk menunjang

kegiatan Puskesmas. Adapun unit pelaksana khusus yang terdiri Dokter Umum,

Pelaksana Gizi, koordinator unit pencegahan Penyakit Menular, dan koordinator

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP).

a. Dokter Muda / Umum memiliki tugas pokok yaitu Melakukan pemeriksaan dan

pengobatan serta konsultasi medis pada pasien di Puskesmas, Memberikan

pelayanan rujukan medis serta surat-surat yang berhubungan dengan hasil

pemeriksaan kesehatan, Bertanggung jawab dan melaporkan kegiatan

pelayanan kesehatan yang dilaksanakan kepada Kepala Puskesmas, Bersama

dengan Kepala Puskesmas melaksanakan fungsi manajemen Puskesmas,

Melaksanakan UKM di posyandu balita, lansia dan kelompok masyarakat,

Meningkatkan upaya kesehatan dilingkungan sekolah dengan jalan penyuluhan,

pembinaan kader UKS, dokter kecil, sekolah sehat.

b. Pelaksana Gizi memiliki tugas pokok yaitu Menyusun rencana kegiatan

peningkatan gizi masyarakat berdasarkan data program Puskesmas,

Melaksanakan kegiatan peningkatan gizi masyarakat, Mengevaluasi hasil

kegiatan peningkatan gizi masyarakat, Melaporkan kegiatan program kepada

Kepada Kepala Puskesmas secara Rutin.

c. Koordinator Unit Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit

Menular(PbM)memiliki tugas pokok yaitu Menyusun perencanaan dan evaluasi

(22)

unitnya, Ikut secara aktif mencegah dan mengawasi terjadinya peningkatan

kasuspenyakit menular serta menindak lanjuti terjadinya Kejdian Luar Biasa.

d. Koordinator Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)

memiliki tugas pokok yaitu Mengkoodinir seluruh laporan Puskesmas dan

melaporkannya ke Dinas Kesehatan atau Dinas terkait lainnya, Membantu

membina petugas Puskesmas dalam pelaksanaan SIMPUS, Membantu kepala

Puskesmas dalam pengelolaan data (pengumpulan, pengolahan dan penyajian

data), Membantu Kepala Puskesmas dalam menyususn Laporan Tahunan dan

Profil Puskesmas, Melaksanakan koordinasi dengan lintas sektoral terkait

dalam pengumpulan data kesehatan dan data kpendudukan serta data lain yang

terkait dengan program kesehatan, Memelihara dan mengembangkan perangkat

keras dan perangkat lunak yang digunakan dalam pengelolaan data, Membantu

petugas dalam pengelolaan data di unit masing-masing.

8. Bidan

Bidan terdiri dari 3 jenis yaitu bidan penyelia, bidan pelaksana dan bidan

pelaksana lanjutan.

a. Bidan Penyelia memiliki tugas pokok yaitu Melakukan persiapan pelayanan

kebidanan, Melaksanakan pengkajian kepada klien/pasien, Menegakkan

diagnosa kebidanan, Menyusun rencana asuhan kebidanan.

b. Bidan Pelaksana memiliki tugas pokok yaitu Melakukan persiapan pelayanan

kebidanan, Menerima pasie baru dan memberikan informasi tenttag pasien dan

(23)

c. Bidan Pelaksana Lanjutan memiliki tugas pokok yaitu Melaksanakan konseling

pada pasien dan keluarga, Melakukan evaluasi asuhan kebidanan, Melakukan

dokumentasi pelayanan kebidanan, Melaksanakan pelayanan kesehatan

(24)

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini berisikan uraian data hasil penelitian yang dilakukan mengenai

Implementasi Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) di Puskesmas

Dalu Sepuluh dalam meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat. Penyajian data

adalah hasil yang diperoleh dari penelitian, maka untuk itu perlunya penyajian dalam

suatu penelitian.

Pada bab ini penulis akan menyajikan data yang telah diperoleh melalui

penelitian di lapangan dengan teknik wawancara dan observasi untuk

mendeskripsikan jawaban dari permasalahan yang sedang diteliti. Data yang

diperoleh tersebut terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data

yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan yang telah ditentukan

sebelumnya, sedangkan data sekunder ialah data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang memperkuat data primer.

4.1. Pelaksanaan Wawancara

Pelaksanaan wawancara dilakukan diPuskesmas Dalu Sepuluh Jalan Sei Blumei

Desa Dalu Sepuluh B Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang, yang

merupakan tempat penelitian ini berlangsung. Wawancara ini dilakukan kepada

pegawai Puskesmas yang memahami secara mendalam terkait dengan permasalahan

(25)

Puskesmas sebagai informan Utama. Data yang diperoleh juga didukung dengan

keterangan dari masyarakatsebagai informan tambahan dalam penelitian ini.

Dalam melakukan wawancara ini ada beberapa tahap yang dilakukan oleh

peniliti yaitu pertama membuat perjanjian dengan informan untuk melakukan

wawancara. Pada tahapan wawancara ini membutuhkan waktu sekitar empat minggu,

Hal ini disebabkan oleh kesibukan dari pegawai Puskesmas dalam menjalankan tugas

mereka masing-masing dan keinginan dari peneliti agar dapat melakukan observasi di

lokasi penelitian agar dapat mendeskripsikan gambaran pelayanan kesehatan di

Puskesmas tersebut. Kedua peneliti melakukan pengumpulan data sekunder berupa

gambaran umum Desa Dalu Sepuluh dan Puskesmas Dalu Sepuluh, daftar pegawai,

tugas pokok dan fungsi Pegawai Puskesmas, daftar obat-obat, dan daftar fasilitas

yang menunjang dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, dan

juga sebagai data pendukung dalam penelitian ini.

Dalam melakukan wawancara, peneliti menggunakan tipe wawancara

berstruktur. Dimana sebelum memulai wawancara terlebih dahulu penulis menyusun

daftar pertanyaan yang akan diajukan. Pertanyaan-pertanyaan yang disusun

disesuaikan dengan variabel-variabel dalam penelitian ini. Namun dalam

pelaksanaannya tidak menutup kemungkinan akan munculnya pertanyaan-pertanyaan

baru yang dapat menggali informasi lebih dalam dari para informan.

4.2. Karakteristik Informan

Karakteristik informan dalam penelitian tentang implementasi program

SIMPUS dalam meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.

(26)

informan dalam penelitianini sebanyak 6 orang yang dianggap memahami dan

mengetahui secara jelasterkait tentang judul yang diangkat dalam penelitian ini,

adapun karakteristikinforman dalam penelitian ini berdasarkan jenis kelamin dapat

dilihat di tabelberikut:

Tabel 4.1. Karakterisitik informan berdasarkan jenis kelamin

No Jenis kelamin Jumlah Presentase

1 Laki-Laki 2 33,3%

2 Perempuan 4 66.7%

Jumlah 6 100%

Sumber data: hasi penelitianPuskesmas Dalu Sepuluh 2016

Berdasarkan tabel diatas, maka informan dalam penelitian ini lebih didominasi

oleh perempuan sebanyak 66,7%. Dalam penelitian ini, penentuan informan tidak

menentukan jenis kelamin, dan informan yang dimaksud adalah orang-orang yang

dianggap memahami terkait judul yang diangkat dalam penelitian ini. Pemahaman

informan terkait dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini juga dipengaruhi

oleh tingkat pendidikan dari informan dalam memberikan keterangan kepada penulis.

(27)

Tabel 4.2. karakteristik informan berdasarkan tingkat pendidikan

No Jenjang Pendidikan Jumlah Presentase

1 S1 1 16,7%

2 D3 1 16.7%

3 SMA 4 66,6%

Jumlah 6 100%

Sumber data: hasil penelitianPuskesmas Dalu Sepuluh 2016

Berdasarkan data yang diperoleh diatas, dapat dilihat bahwa informan dalam

penelitian ini baik informan kunci maupun informan utama dalam penelitian ini

tingkat pendidikan informan terdiri dari beragam tingkatan pendidikan diantaranya S1

sebanyak 16,7%, pendidikan D3 sebanyak 16,7%, dan tingkat pendidikan SMA

sebanyak 66,6%.

Selanjutnya penulis menyajikan data berdasarkan jabatan, dalam hal ini penulis

menerima keterangan dari para informan sesuai dengan bidang atau jabatan mereka

masing-masing. Adapun klasifikasi informan dapat dilihat di tabel dibawah ini:

Tabel 4.3. karakteristik informan berdasarkan jabatan

No Jabatan Jumlah Presentase

1 Kepala Puskesmas 1 16,7%

2 Sub bagian P2TP 1 16,7%

3 Masyarakat Desa Dalu Sepuluh 4 66,6%

Jumlah 6 100%

(28)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa informan dalam penelitian ini berasal dari

berbagai kalangan yang dianggap memahami secara jelas terkait dengan judul yang

diangkat dalam penelitian ini. Berdasarkan klasifikasi informan dalam penelitian ini,

maka informan dengan presentase terbanyak berasal dari kalangan masyarakat

sebanyak 66,7%, hal ini dikarenakan masyarakat sebagai objek yang merasakan

dampak dari penggunaan SIMPUS terhadap pelayanan kesehatan yang di laksanakan

di Puskesmas Dalu Sepuluh.

Dalam menentukan informan masyarakat, penulis menunjuk secara langsung

masyarakat yang terlibat dalam program tersebut dan masyarakat yang menjadi

informan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang pernah dan sedang melakukan

pemeriksaan atau pengobatan di Puskesmas Dalu Sepuluh Kecamatan Tanjung

Morawa.

4.3. Deskripsi Hasil Wawancara

Metode wawancara yang dipilih oleh penulis adalah tipe wawancara

berstruktur, dimana sebelum memulai wawancara terlebih dahulu penulis menyusun

daftar pertanyaan yang diajukan. Namun, di dalam prosesnya sendiri tidak menutup

kemungkinan akan munculnya pertanyaan-pertanyaan baru yang dapat menggali

informasi lebih dalam dari para informan.

Sistem Informasi Manajemen Puskesmas atau yang lebih dikenal dengan

SIMPUS adalah penyempurnaan dari program Sistem Pencatatan dan Pelaporan

Terpadu Puskesmas (SP2TP). SIMPUS ini adalah prosedur pemrosesan data

(29)

mendukung proses pengambilan keputusan manajemen. SIMPUS ini dijalankan

berdasarkan Keputusan menteri kesehatan No 837 tahun 2007 tentang Pengembangan

Jaringan Komputer Online Sistem Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS Online).

Di Puskesmas Dalu Sepuluh Sendiri fokus dari penerapan SIMPUS ini adalah

memudahkan para pegawai dalam memasukkan data yang telah di buat kedalam

komputer sehingga memudahkan dalam mencari atau mengumpulan nya agar saat

dibutuhkan dapat segera di temukan karena semuanya di letakkan dalam satu basis

data yang sama. Dan keuntungan lainnya adalah memudahkan Kepala Puskesmas

dalam mengambil keputusan strategis yang berhubungan dengan pelayanan di

Puskesmas.

Melihat dan memahami dari gejala-gejala yang ada pada saat penelitian hal ini

menjadi ketetarikan penulis untuk menyajikan apa saja yang terjadi pada saat

penelitian berlangsung, realita yang ada dapat menggambarkan bagaimana yang telah

di informasikan oleh masyarakat maupun Pegawai Puskesmas Dalu Sepuluh yang

dapat menambah informasi penulis untuk mencapai tujuan penulisan penelitian.

Adapun informan yang penulis wawancarai untuk mendapatkan informasi dalam

(30)
[image:30.612.110.533.111.226.2]

Tabel 4.4. nama-nama informan penelitian

No Nama Jabatan informan

1 dr. Tatasi Kepala Puskesmas Kunci

2 Meilani Manurung AMK Sub bagian P2TP Utama

3 Masyarakat Objek pelayanan Tambahan

Sumber data :hasil penelitian Puskesmas Dalu Sepuluh 2106

4.3.1.Wawancara dengan Pertanyaan Umum

Dalam wawancara awal yang peneliti lakukan bersama informan kunci

dan utama. Dimulai dengan beberapa pertanyaan umum seputar penerapan

Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ini. Adapun pertanyaan awal peneliti

kepada beberapa informan yaitu “Apakah menurut Bapak Sistem Informasi

Manajemen Puskesmas (SIMPUS) atau SP2TP itu?”

Jawaban Kepala Puskesmas :

(31)

Jawaban sub bagian P2TP :

SIMPUS itu sebenarnya sama halnya dengan SP2TP, karena berbentuk data pelaporan dan pencatatan kunjungan pasien maupun pemakaian obat-obatan yang ada di Puskesmas ini, dan juga laporan-laporan dari tiap tiap poli”.

(Senin, 18 April 2016)

Pertanyaan selanjutnya adalah “kapan SIMPUS mulai diterapkan di

Puskesmas Dalu Sepuluh?”

Jawaban Kepala Puskesmas :

Mulai dilaksanakan sekitar awal 2014 semenjak adanya BPJS, input data nya kan via online, jadi sekalian juga pencatatan dan pelaporan Puskesmasnya juga online juga”. (Senin, 25 April 2016)

Jawaban sub bagian P2TP :

Sekitar awal 2014, tepatnya bulan februari mulai menggunakan program SIMPUS ini”.(Senin, 18 April 2016)

Pertanyaan selanjutnya adalah “Apa maksud dan tujuan SP2TP atau SIMPUS ini

dilaksanakan?”

Jawaban Kepala Puskesmas :

(32)

2. Menghasilkan Informasi terbaru tentang kondisi kesehatan di Puskesmas seperti jumlah orang sakit sampai ketersediaan obat sehingga dapat digunakan sebagai data awal dalam pengambilan kebijaksanaan bagi pimpinan.

3. Membantu kelancaran administrasi dan Manajemen Puskesmas dalam penyusunan laporan mengenai kondisi kesehatan di Puskesmas.

4. Memudahkan pekerjaan administrasi Puskesmas dalam membuat laporan harian, bulanan dan juga tahunan.

(Senin, 25 April 2016)

Pertanyaan selanjutnya yang penulis tanyakan adalah “Apakah SP2TP atau

SIMPUS ini sudah dapat memberikan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan

masyarakat di Puskesmas Dalu sepuluh ?”

Jawaban Kepala Puskesmas :

Sejauh ini pelaksanaan SIMPUS ini masih mengalami kendala dalam pelaksanaannya di lapangan, makanya peningkatan yang diharapkan belum terlihat. Tapi seharusnya dapat memberikan peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat karena dengan adanya program ini pelayanan bisa lebih efektif”.

(Senin, 25 April 2016)

Jawaban sub bagian P2TP :

(33)

Kecamatan, setelah itu harus bagaimana cara menanggulanginya, dengan adanya SIMPUS inilah semua kita dapat melihatnnya”.(Senin, 18 April 2016)

Pertanyaan terakhir penulis untuk wawacara dengan pertanyaan umum yaitu

Apa yang menjadi tugas Ibu dalam SIMPUS atau SP2TP ini ? dan Apakah menurut

Ibu fasilitas yang tersedia seperti computer ataupun jaringan internet sudah

maksimal?

Jawaban sub bagian P2TP :

Yang menjadi tugas ibu tuh yah seperti mengumpulkan laporan-laporan dari tiap-tiap poli setelah itu baru ibu membuat laporannya yang tiap-tiap bulannya wajib diberikan kepada Dinas Kesehatan Kota Deli Serdang. Dan menurut ibu untuk fasilitas seperti komputer itu sudah cukuplah, tetapi pada masalah jaringan internet ini masih ada kendalanya karna pada saat menginput data pasien antara poli satu dengan lainnya kadang lelet atau lamban”.(Senin, 18 April 2016)

4.3.2.Wawancara dengan Pertanyaan Khusus

Wawancara yang dimaksudkan disini adalah wawancara yang dilakukan

dengan berdasarkan aspek tertentu menurut para ahli. Penyajian data yang

dilakukan kali ini menggunakan teori G. Edward III, yang dimana dari tujuan

penelitian penulis anggap sangat ideal jika dilakukan dengan teori Edward III.

Adapun indikator yang digunakan Edward III dalam melihat bagaimana

(34)

1. Komunikasi

Dalam organisasi birokrasi, peran komunikasi sangat penting, karena dengan

adanya komunikasi dapat menyampaikan informasi yang akurat, jelas serta

konsisten. Oleh karena itu, pada aspek pertama ini, peneliti menanyakan kepada

informan dengan pertanyaan, bagaimana komunikasi yang terjalin di (dalam

pembagian tugasnya, apakah terarah dan jelas)?

Jawaban kepala Puskesmas :

Komunikasi yang terjalin antar petugas sejauh ini masih terarah dan jelas. Karena setiap minggu terutama di hari Senin selalu ada breafing kepada setiap pegawai dan bidan bidan Puskesmas, posyandu, dan Puskesmas pembantu. Baik dari saya atau dari utusan Dinas Kesehatan jika ada program yang akan di sampaikan”.

(Senin, 25 April 2016)

Jawaban sub bagian P2TP :

Dari yang saya rasakan komunikasi di Puskesmas ini ya jelas, karena kita kan sebuah sistem, jadi satu dan yang lainnya saling terhubung. Kalau misalnya lagi ramai orang yang berobat kita bagi bagi tugas supaya cepat selesai tugasnya dan masyarakat tidak lama menunggu. Hal ini kan membutuhkan komunikasi yang jelas dan terarah”.(Senin, 18 April 2016)

Terlihat dari jawaban Kepala Puskesmas dan pegawai Puskesmas memiliki

arah yang serupa yaitu bahwa komunikasi yang terjalin antar pegawai dan pimpinan

(35)

ini di perkuat lewat penyuluhan dan breafing saat hari Senin agar komunikasi ini dapat terjaga dan dapat di manfaatkan untuk menunjang peningkatan kualitas

pelayanan kepada masyarakat.

Selanjutnya peneliti menanyakan tentang konsistensi mereka dalam

memberikan pelayanan, seperti berdasarkan kepada apa perintah yang diberikan oleh

para pegawainya. Oleh karenanya, peneliti menanyakan kepada informan dengan

pertanyaan, pedoman apakah yang digunakan dalam rangka penerapan program

Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ini?

Jawaban Kepala Puskesmas :

pedoman dari penerapan program SIMPUS ini di antara nya Undang-Undang nomor 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Sistem Laporan Informasi Kesehatan Kabupaten atau Kota, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat, Keputusan menteri kesehatan No 511 tahun 2002 tentang Strategi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS), Keputusan menteri kesehatan No 837 tahun 2007 tentang Pengembangan Jaringan Komputer Online Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS Online)”.

(36)

Jawaban sub bagian P2TP :

pedoman dari penerapan program SIMPUS ini di antara nya Undang-Undang nomor 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat, Keputusan menteri kesehatan No 837 tahun 2007 tentang Pengembangan Jaringan Komputer Online Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS Online)”.(Senin, 18 April 2016)

Dari jawaban berikut terlihat bahwa untuk pedoman pelaksanaan dan landasan

hukum dari pelaksanaan program ini sudah ada dengan jelas. Jadi para pelaksananya

di daerah tinggal melaksanakan saja apa yang sudah ditetapkan oleh kementerian

kesehatan pusat.

Untuk selanjutnya, peneliti menanyakan kepada informan dengan pertanyaan,

apakah dalam pelaksanaannya, sistem Informasi Manajemen Puskesmas ini telah

dilaksanakan sesuai dengan pedoman yang ada ?

Jawaban Kepala Puskesmas :

(37)

Jawaban sub bagian P2TP :

Iya, kita sesuai kan dengan pedoman yang ada seperti himbauan dari kementerian kesehatan pusat atau daerah, breafing dari pimpinan Puskesmas dan juga sesuai dengan SOP Puskesmas ini sendiri”.(Senin, 18 April 2016)

Pedoman pedoman yang disampaikan oleh kepala Puskesmas dan pegawai

Puskesmas dalam hal ini sudah ada. Dan dalam pelaksanaannya sejauh ini menurut

mereka sudah berjalan dengan baik sesuai dengan pedoman yang ada. Hal ini sangat

baik karena apabila sesuai dengan pedoman maka pelaksanaanya akan berjalan baik

juga.

2. Sumber Daya

Untuk selanjutnya, peneliti akan lebih memfokuskan proses wawancara

kepada informan ke aspek kedua yaitu sumberdaya. Peneliti ingin melihat

bagaimana sumberdaya yang dimiliki oleh Puskesmas Dalu Sepuluh dalam

menerapkan program SIMPUS untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Dalam

wawancara ini akan lebih dilihat dari segi pegawai atau stafnya, apakah sudah

memadai, dan berkompeten dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat,

karena manusia lah faktor utama dalam penerapan sistem ini, karena manusia

yang mengoperasikan sistem ini dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat. Oleh karenanya, pertanyaan awal peneliti kepada informan yaitu

Bagaimana sarana dan prasarana yang menunjang penerapan sistem Informasi

(38)

Jawaban Kepala Puskesmas :

“kalau di Puskesmas ini, dapat dikatakan cukup memadai, hanya saja ada sebagaian sarana dan prasarana yang dikeluhkan oleh para pegawai, contohnya seperti jaringan yang menunjang program SIMPUS ini sering mengalami error connection, dan terkadang koneksi internetnya lambat sehingga dibutuhkan jaringan yang lebih baik agar program ini dapat berfungsi baik dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat”.(Senin, 25 April 2016)

Jawaban sub bagian P2TP :

Kalau yang saya rasakan sebagai petugas ya sudah memadai. Tapi memang terkadang masih ada kendala seperti komputer nya rusak atau internetnya lambat”.

(Senin, 18 April 2016)

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam segi sarana dan

prasarana dalam menjalankan program ini sudah memadai. Walaupun terkadang

masih terhambat oleh masalah nonteknis seperti internet lambat atau kerusakan pada

unit komputernya. Hal ini perlu ditingkatkan lagi mengingat semakin hari harus ada

perubahan ke arah yang lebih baik dari pelayanan Puskesmas ini.

Pertanyaan selanjutnya adalah apakah sistem Informasi Manajemen Pukesmas

ini sudah berlangsung efektif dan efisien ? Apa yang di maksud efektif dan efisien

tersebut bila melihat dari segi sarana dan prasarana pegawainya ?

(39)

“menurut saya, sudah cukup baik, dan sangat efektif bila dilihat dari segi sarana dan prasarana pegawainya dalam memberikan pelayanan, dan juga mengenai efektivitas dan efisiensi. SIMPUS ini kan yang mengendalikan manusia. jadi pada intinya saya rasa SIMPUS ini telah berjalan efektif dan efisien dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat”.(Senin, 25 April 2016)

Jawaban sub bagian P2TP :

Kalau menurut ibu ya sudah efektif dan efisien. Kalau dlihat dari sarana dan prasarana nya sudah cukup memadaikan jadi otomatis dalam pelayanannya juga semakin terdrong ke arah yang lebih baik”.(Senin, 18 April 2016)

Keberhasilan dari Program SIMPUS ini memang tergantung dari kemampuan

SDM dalam menjalankan program ini. Menurut kepala Puskesmas bahwa dalam

perjalannya program ini sudah cukup efektif dalam meningkatkan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat. Kalau dilihat dari segi sarana dan prasarana menurut

pegawai Puskesmas sudah cukup memadai sehingga otomatis pelayanannya semakin

terdorong ke arah yang lebih baik.

Pertanyaan selanjutnya yang penulis ajukan adalah bagaimana transparansi

pelayanannya (terbuka, mudah dan dapat diakses semua pihak) dari sebelum dan

(40)

Jawaban Kepala Puskesmas :

“ya, tentu saja, bahkan dapat dikatakan dengan adanya sistem ini, pelayanan yang ada menjadi lebih baik, karena kami pun menjadi lebih mudah menyampaikan informasi kepada masyakarat dan masyarakat pun menjadi lebih mudah untuk mengakses informasi yang diperlukan”.(Senin, 25 April 2016)

Jawaban sub bagian P2TP :

Kalau sebelum diterapkannya SIMPUS ini ya pelayanannya masih belum terbuka dalam artiannya hanya petugas medis dan pegawai Puskesmas yang mengetahui rekam jejak medis dari pasien pasiennya misalnya, atau daftar obat-obat an dan penyakit yang mungkin bisa di tangani Puskesmas. Tapi setelah adanya SIMPUS ini masyarakat dapat juga melihat dari internet status BPJS nya misalnya atau medis lainnya. Tapi ya hanya luar luarnya saja, informasi yang memang bisa di bagikan ke masyarakat”.(Senin, 18 April 2016)

Menurut penuturan dari kedua informan, dengan adanya program SIMPUS ini

masyarakat semakin terbantu dalam pengaksesan informasi yang masyarakat

butuhkan. Sebagai contoh adalah pengaksesan BPJS kesehatan masyarakat, data yang

sekiranya masyarakat butuhkan bisa langsung bertanya pada pegawai Puskesmas.

Memang masih ada data yang tidak di perbolehkan di akses oleh masyarakat tapi itu

adalah hal yang masih bisa di maklumi.

Pertanyaan berikutnya yang penulis ajukan adalah Berasal dari manakah

(41)

Sumber dana dalam penerapan SIMPUS ini berasal dari ABPN dan APBD Kabupaten Deli Serdang yang diteruskan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang”. (Senin, 25 April 2016)

Jawaban sub bagian P2TP :

Sumber dana dalam penerapan SIMPUS ini berasal dari ABPN dan APBD Kabupaten Deli Serdang”.(Senin, 18 April 2016)

Kedua narasumber mengatakan bahwa sumber dana untuk pelaksanaan

program SIMPUS ini adalah dari APBN dan APBD yang disalurkan lewat Dinas

Kesehatan masing-masing kabupaten/kota.

Pertanyaan terakhir untuk aspek sumber daya yakni Apakah kemampuan dari

pegawai dalam menjalankan program SIMPUS ini sudah memenuhi standar

pelayanan? Apakah ada pendidikan dan pelatihan untuk menunjang peningkatan

kualitas pelayanan?

Jawaban sub bagian P2TP :

kalau buat saya sih sudah cukuplah kalau untuk memenuhi standar pelayanan, tapi memang kalau dibilang sudah layak atau belum ya belum lah, masih banyak kekurangan dari saya selaku operator dari SIMPUS ini. Kalau soal pelatihan ada tapi jarang jadi ya ilmu nya pada saat pelatihan sebelumnya saja”.

(42)

3. Sikap dan Komitmen dari Pelaksana Program/ Disposisi(Disposition) Disposisi atau sikap dari pegawai Puskesmas Dalu Sepuluh ini pun dapat

mempengaruhi kualitas pelayanan mereka kepada masyarakat. Oleh karenanya,

dalam aspek ketiga ini, peneliti ingin melihat bagaimana sikap yang ditujukan

oleh para pegawai dari Puskesmas dalu Sepuluh dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat. Oleh karenanya, peneliti menanyakan kepada informan

dengan pertanyaan, menurut bapak/ibu dengan adanya sistem komputerisasi

bagaimana kesiagapan petugas dalam menangapi keluhan dari masyarakat ?

Jawaban Kepala Puskesmas :

dengan adanya sistem ini, maka sebisa dan sesegera mungkin para pegawai dituntut untuk menganggapi segala keluhan-keluhan dari masyarakat”.(Senin, 25 April 2016)

Jawaban sub bagian P2TP :

Kalau yang selama ini terjadi ya pegawai puskemas cukup tanggap dalam menangani tanggapan dari masyarakat”. (Senin, 18 April 2016)

Dari jawaban kedua informan ini dapat dilihat bahwa petugas dan pegawai

dari Puskesmas ini sudah siap dengan keluhan keluhan yang akan datang dari

masyarakat. Karena memang sebagai pegawai yang bekerja di sektor pelayanan harus

siap selalu dengan keluhan yang akan datang dari masyarakat. Para pegawai pun di

tuntut harus memiliki solusi secepatnya agar pelayanan bisa tetap berjalan dengan

(43)

4. Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi digunakan untuk dapat menjelaskan tentang susunan tugas

dan fungsi dari para pelaksana kebijakan, memecahkannya dalam rincian tugas

serta menetapkan prosedur standar operasi dalam memberikan pelayanan,

karena setiap orgasnisasi birokrasi mempunyai standar operasionalnya

masing-masing, yang digunakan sebagai landasaran dalam pemberian pelayanan kepada

masyarakat. Oleh karenanya, dalam aspek keempat ini, peneliti menanyakan

kepada informan dengan pertanyaan, Selain pedoman undang-undang yang

disampaikan sebelumnya, apa yang menjadi SOP (Standar Operasional

Prosedur) dalam penerapan sistem Informasi Manajemen Puskesmas untuk

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di Puskesmas Dalu Sepuluh ini ?

Jawaban kepala Puskesmas :

Kebetulan kalau standar operasional prosedur (SOP) dari Puskesmas ini sudah tertera di dinding Puskesmas jadi masyarakat bisa langsung melihat dan membaca jam operasional Puskesmas, standar waktu pelayanan, hak dan kewajiban dari orang yang akan menggunakan jasa Puskesmas. Masyarakat dapat menanyakan atau mengklaim jika ada yang tidak sesuai prosedur”.(Senin, 25 April 2016)

Jawaban sub bagian P2TP :

(44)

Berdasarkan hasil jawaban dari kedua informan tersebut, terlihat bahwa standar

operasional prosedur (SOP) dari pelayanan Puskesmas Dalu Sepuluh sudah ada di

dinding Puskesmas sehingga semua orang yang ingin mengetahui bagaimana standar

pelayanan dari Puskesmas bisa langsung mengetahui nya dengan membaca nya di

dinding Puskesmas.

4.3.3.Wawacara Kepada Masyarakat

Berdasarkan Kerangka Teori dalam Bab I (satu), Penulis memilih

menggunakan tinjauan kepustakaan dalam teori mengukur pelayanan yang

berkualitas menurut Zeithalm dkk (dalam Boediono, 2003 : 114) di karenakan

kaitannya sesuai apa yang menjadi jawaban atas tujuan penulis.

Adapun tabel yang berisikan nama-nama informan tambahan yaitu

padamasyarakat yang datang di Puskesmas Dalu Sepuluh yang berobat disana

[image:44.612.109.535.469.615.2]

adalahsebagai berikut :

Tabel 4.5. Nama-Nama Informan Tambahan

No Nama Kelamin Umur Pekerjaan

1 Ramdani Hadiyanti Perempuan 41 tahun Ibu Rumah Tangga

2 Agung Kurniawan Laki-laki 18 tahun Serabutan

3 Sumarni Perempuan 46 tahun Ibu Rumah Tangga

4 Yuli Widani Perempuan 17 tahun Pelajar

[image:44.612.108.534.470.614.2]

Sumber data : wawancara masyarakat 2016

Tabel ini menunjukan bahwa peneliti memilih dari informan-imformanyang

(45)

PuskesmasDalu Sepuluh. Hal ini menunjukan bahwa Informan yangdipilih dapat

menjawab dari tujuan penulis dalam menunjang data-datainformasi yang dapat

dimasukan dalam Informan tambahan dalam Kualitaspelayanan di Puskesmas Dalu

Sepuluh.

Adapun indikator-indikator untuk mengukur pelayanan yang berkualitas

menurut Zeithalm antara lain :

1. Tanggible (berwujud)

Berwujud atau kata lain dengan bukti langsung, merupakan penampakan bentuk

fisik produk pelayanan atau keberadaan peralatan, informasi yang didapat dan

fasilitas fasilitas yang tersedia di Puskesmas Dalu Sepuluh. Hal ini jugadi sampaikan

dari beberapa masyarakat yang berobatlangsung di Puskesmas Dalu Sepuluh. Seperti

yang disampaikan oleh ibu Ramdani Hadiyanti (41 tahun).

Apakah menurut Bapak/ibu fasilitas yang tersedia seperti ruang tunggu, toilet, tempat

parkir sudah maksimal ?

“ya kalau menurut ibu fasilitas yang ada di Puskesmas ini sudah cukup memadai,ruang tunggu nya cukup luas, toiletnya bersih dan tempat parkirnya luas. Kalau fasilitas seperti komputer dan lain lain juga digunakan”.

(Kamis,28 April 2016)

Hal ini juga disampaikan oleh ibu Sumarni (46 tahun).

(46)

2. Reliability (kehandalan)

Kehandalan merupakan prosedur pelayanan yang diberikan memiliki kemampuan

dalam memberikan pelayanan, melalui keahlian, sosialisasi, komunikasi aparat dalam

memberikan pelayanan terhadap masyarakat, hal ini juga disampaikan dari beberapa

masyarakat yang berobat di Puskesmas Dalu Sepuluh seperti yang disampaikan oleh

ibu Sumarni (46 tahun).

Apakah menurut bapak/ibu pegawai Puskesmas mampu dan handal dalam

menggunakan alat bantu seperti komputer ?

kalau yang ibu lihat sih cukup mampu ya dalam menggunakan alat bantu terutama komputer”.(Rabu, 4 Mei 2016)

Hal senada juga disampaikan oleh Yuli Widianti (17 tahun)

“yang saya lihat mereka cukup handal dalam menggunakan komputer. Memang tidak semua hanya beberapa petugas saja”.(Rabu, 4 Mei 2016)

Pertanyaan lainnya adalah Apakah Bapak/ibu mudah dalam mengakses

informasi dari pegawai Puskesmas? Hal ini disampaikan oleh Agung Kurniawan (18

tahun).

(47)

Hal ini juga disampaikan oleh Ramdani Hadyanti (41 tahun).

“mudah saat saya berobat gitu, kalau yang ibu rasakan pegawai cukup memberikan pelayanan yang baik lah”.(Kamis,28 April 2016)

3. Responsives (daya tanggap)

Daya tanggap merupakan kesigapan dari aparat petugas dalam memberikan

pelayanan kepada masyarakat terhadap keluhan dari masyarakat sehingga pelayanan

tersebut respon dalam memberikan solusi dari setiap keluhan masyarakat tersebut.

Hal ini disampaikan dari beberapa masyarakat yang merasakan pelayanannya.

Apakah menurut Ibu Yuli Widianti (17 tahun) Pegawai Puskesmas tepat waktu

hadir di tempat ?

“kurang tau juga ya, tapi kalau dari pengalaman saya berobat sih tidak pernah terlamabt, sealu datang tepat waktu. Tapi kalau pas saya tidak berobat ya mungkin saja”.(Rabu, 4 Mei 2016)

Hal serupa juga disampaikan oleh Agung Kurniawan (18 tahun).

“tidak pernah sih sepertinya, karena saat saya lewat di Puskesmas selalu sudah buka. Waktu saya berobat juga sudah buka.”(Kamis,28 April 2016)

Pertanyaan selanjutnya di indikator responsive yakni Apakah Ibu melihat ketidakadilan saat antrian ? bagaimana tindakan pegawai Puskesmas saat terjadi hal

(48)

Hal ini disampaikan Yuli Widiawati (17 tahun)

“tidak ada yang seperti itu sepertinya, saya lihat cukup adil selama ini”. (Rabu, 4 Mei 2016)

Hal senada juga di sampaikan ibu Sumarni (46 tahun)

“cukup adil selama ini sesuai nomor antrian, kecuali memang ada keadaan gawat darurat yang memang harus ditangani segera ya dia didahulukan. Tapi kalau normal sih tidak ada”.(Rabu, 4 Mei 2016)

4. Assurance (jaminan)

Jaminan merupakan informasi yang jelas dan di mengerti kemampuan pegawai

atas setiap informasi yang telah diberikan terhadap masyarakat yang berobat di

Puskesmas Dalu Sepuluh. Hal ini disampaikan dari beberapa masyarakat yang

merasakannya.

Apakah Bapak Agung Kurniawan (18 tahun) merasa mendapatkan Pelayanan yang

baik dari Pegawai Puskesmas Dalu sepuluh ini?

“buat saya baik pelayanannya karena ramah pegawainya dan juga informasi yang disampaikan juga jelas”.(Kamis,28 April 2016)

Hal ini juga disampaikan oleh ibu Ramdani Hadyanti (41 tahun).

(49)

Apakah Ibu Sumarni (46 tahun) mendapatkan informasi yang jelas dari pegawai

Puskesmas Dalu Sepuluh?

“iya dapat informasi yang jelas. Dari saat daftar langsung diarahkan ke bagian mana yang menangani penyakit ibu. Terus di arahkan ke ruang obat kalau sdah selesai untuk beli obatnya”.(Rabu, 4 Mei 2016)

Hal ini juga disampaikan oleh Yuli Widiawati (17 tahun)

“iya, saya dapat informasi yang jelas kalau sedang berobat”.(Rabu, 4 Mei 2016)

5. Emphaty (empati)

Empati seperti daya adaptasi dan toleransi merupakan kemampuan pegawai

Puskesmas Dalu Sepuluh terhadap ekonomis, Kemudahan dan kenyamanan.

Apakah Ibu Ramdani Hadyanti (41 tahun) saat berobat mendapatkan tindakan

diskriminatif (membeda-bedakan) dari pegawai Puskesmas ?

“tidak sih, karena ibu ngerasa selalu sesuai dengan nomor urut masing masing kok. Jadi nggak ada sih itu”.(Kamis,28 April 2016)

Hal senada juga di sampaikan Yuli Widiawati (17 tahun)

“nggak ada, semua sesuai nomor antriannya”.(Rabu, 4 Mei 2016)

Menurut Bapak Agung Kurniawan (18tahun) letak Puskesmas Dalu sepuluh mudah di

(50)

“sangat terjangkau karena letak rumah saya hanya beberapa kilometer dari Puskesmas”(Kamis,28 April 2016)

Hal senada juga di sampaikan oleh ibu Sumarni (46 tahun)

“terjangkau, dengan berjalan kaki juga bisa. Apalagi letaknya berada di pinggir jalan jadi bisa terlihat dengan mudah”.(Rabu, 4 Mei 2016)

4.4. Data sekunder

Data sekunder yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu data yang menunjang

atau terkait dengan program Sistem Informasi Manajemen Puskemas (SIMPUS) yang

sedang diteliti. Dalam pengumpulan data sekunder ini, peneliti secara bertahap

mengumpulkannya. Diawali dengan pengumpulan berkas akan sejarah singkatDesa

Dalu Sepuluh, gambaran umum Puskesmas Dalu Sepuluh, tugas pokok dan fungsi

Pegawai Puskesmas dan struktur organisasiPuskesmas.

Setelah mendapatkan beberapa data kepustakaan yang disebuatkan diatas, maka

peneliti melakukan wawancara dan observasi di lokasi penelitian. Seiring dengan

proses pengumpulan data tersebut, peneliti diberikan izin oleh pihak Puskesmas

untuk dapat melihat dan memperoleh data dalam pelaksanaan program Sistem

Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) di Puskesmas Dalu Sepuluh dalam

bentuk Profil Keehatan Puskesmas Dalu Sepuluh Kecamatan Tanjung Morawa, kartu

Inventaris Barang (KIB) Puskesmas Dalu Sepuluh dan juga dokumen lain yang

(51)

Selain berkas-berkas dan juga observasi yang telah diuraikan diatas, peneliti

juga memperoleh seperangkat Undang-undang dan peraturan yang menjadi dasar

hukum dalam pelaksaan program SIMPUS ini, adapun peraturan yang dimaskud

antara lain: Undang-Undang nomor 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik, KeputusanMenteri Kesehatan Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang

PetunjukPelaksanaan Pengembangan Sistem Laporan Informasi Kesehatan

Kabupaten atau Kota, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

004/Menkes/SK/I/2003tentang Kebijakan Dan Strategi Desentralisasi Bidang

Kesehatan, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang

kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat, Keputusan menteri kesehatan No 837

tahun 2007 tentang Pengembangan Jaringan Komputer Online Sistem Informasi

Kesehatan Nasional ( SIKNAS Online), Peraturan Menteri Kesehatan Republik

(52)

BAB V ANALISIS DATA

Dalam bab ini penulis akan melakukan analisis terhadap semua data yang

diperoleh dari hasil penelitian seperti yang disajikan dalam bab sebelumnya. Adapun

analisa yang dilakukan adalah teknik analisa kualitatif dengan metode deskriptif

dengan tetap mengacu pada hasil interpretasi data dan informasi sesuai rumusan

masalah dalam penelitian ini.

5.1. Implementasi Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat di Puskesmas Dalu Sepuluh

Dalam pelaksanaannya agar pelayanan di bidang kesehatan dapat lebihbaik,

maka Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) merupakansalah satu

solusi yang diberikan oleh aparat birokrasi dalam upaya peningkatankualitas dan

kuantitas pelayanan kepada masyarakat. Penyelengaraan pelayananmerupakan tugas

dan tanggung jawab pemerintah, pelayanan yang diberikankepada semua masyarakat

tanpa terkecuali. Bila layanan yang diterima olehmasyarakat sesuai yang diharapkan,

maka kualitas layanan yang diberikan itumemuaskan dan mencapai tujuan yang

ditetapkan. Sebaliknya bila jasa/layananyang diterima oleh masyarakat rendah dari

yang diharapkan, maka kualitaspelayanan akan buruk tidak sesuai tujuan yang

(53)

kepada kemampuan penyediajasa dalam memenuhi harapan masyarakat secara

konsisten.

Masalah yang terjadi di atas, dalam hal ini pemerintah telah melakukanupaya

yang maksimal dalam memberikan pelayanan terbaik dalam halmeningkatkan

kesehatan masyarakat. Upaya tersebut adalah melalui ProgramSIMPUS yang

merupakan suatu sistem database yang dimana data-datamasyarakat yang pernah berobat di Puskesmas Dalu Sepuluh tersebut bisa dimasukkan(input), diperbarui(update), dan dibagikan(share) sehingga terbangun suatu sistem informasi manajemen secaraonline.

Adapun tujuan dalam penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmasdi

tingkat daerah sampai ke tingkat Pusat adalah suatu sistem informasi yang

dapatmenampung, mengelola, menyimpan dan menentukan kembali

sertamendestribusikan jenis data laporan kunjungan pasien sampai kepada 10

penyakitterbesar untuk dapat mengambil keputusan. Adapun yang menjadi 10

(54)
[image:54.612.109.534.120.434.2]

Tabel 5.1. sepuluh penyakit terbesar di Puskesmas Dalu Sepuluh

No Nama Penyakit Jumlah Kasus

1 ISPA bagian atas 7656

2 ISPA bagian bawah 7437

3 Penyakit pada sistem otot dan jaringan 4117

4 Diare (termasuk Kolera) 1112

5 Penyakit tekanan darah tinggi 886

6 Karies gigi 678

7 Tonsilitas 82

8 Infeksi kulit (alergi) 72

9 Infeksi kulit 44

10 Infeksi penyakit usus lain 36

Sumber data : Puskesmas Dalu Sepuluh 2014

Tabel di atas menunjukan bahwa adanya wabah penyakit yang terjadi di daerah

tersebut, yang paling besar penyakit yang sering di alami oleh masyarakat adalah

Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA) bagian atas. Walaupun penyakit ini tidak

berbahaya bagi setiap orang, maka jarang sosialisasi secara rutin yang diberikan

Puskesmas, akan tetapi aparat Puskesmas Dalu Sepuluh tetap memberikan pelayanan

cepat tanggap terhadap penyakit yang diderita masyarakat.

(55)

sehinggamemperlambat proses pelayanan masyarakat, dalam hal ini dirasakan

tidakmemadai di era globalisasi ini, sehingga diperlukan standarisasi pengolahan

data-data informasi pasien yang terpadu baik ditingkat Pusat maupun

Daerah.Diadakannya Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS)

yangmengatur semua laporan-laporan pasien dalam meningkatkan

pelayanankesehatan masyarakat.

Pada penelitian ini, peneliti melihat implementasi dari Sistem

InformasiPuskesmas yang terletak di Puskesmas Dalu Sepuuh dapatdi analisa melalui

dari setiap data dan fakta yang didapatkanberdasarkan variabel operasional penelitian,

dan juga penguraian masalah-masalah yang terjadi, yaitu :

1. Sumber Daya

Berdasarkan data-data atau fakta di lapangan serta dari hasil wawancaradengan

informan penelitian, dapat disimpulkan bahwa SIMPUS di PuskesmasDalu Sepuluh

Kecamatan Tanjung Morawa menjadi tanggung jawab satiap aparaturkesehatan dan

juga dapat terlihat dari struktur organisasinya. Setiap aparaturkesehatan yang ada di

PuskesmasDalu Sepuluh Kecamatan Tanjung Morawa memilikitanggung jawabnya

masing-masing.

Sumber Daya manusia yang dimiliki mendapat perhatian dalam penelitianini.

Sumber Daya Manusia yang di maksud disini menyangkut ketersediaanpegawai

pelaksana, dan kemampuan atau keahlian yang dimiliki pegawai

(56)

jawabpada tiap-tiap bidang sudah tersedia, namun jumlah yang tersedia

khususnyapada pegawai yang bertanggung jawab dalam membuat

laporan-laporandirasakan masih kurang.

Kemampuan atau keahlian yang dimiliki aparatur kesehatan yang adadirasakan

masih belum memenuhi sesuai kebutuhan dalam mengoperasikankomputer karena

rata-rata aparatur kesehatan yang ada disini berlatarbelakangkan akademis kesehatan.

Adapun pegawai yang memiliki kemampuanatau keahlian dalam menggunakan

komputer hanya beberapa saja, tetapi dalamhal ini adanya pelatihan baru mau

berjalan pada setahun belakangan ini.

Seteah sumber daya manusia, Sumber daya selanjutnya adalah informasi.

Informasi ialah sekumpulan data atau fakta yang terdapat didalam organisasi, karena

informasi pun memberikan arti bagi penerimanya yaitu memberikan keterangan dan

pengetahuan. Seperti halnya didalam penerapan SIMPUS ini membuat informasi

yang dihasilkan olehPuskesmas Dalu Sepuluh terseb

Gambar

Gambar 3.1. Puskesmas Dalu Sepuluh
Tabel 3.3 Fasilitas Gedung Puskesmas Dalu Sepuluh KecamatanTanjung Morawa
Tabel 3.4 : Sumber Daya Manusia Puskesmas Dalu Sepuluh
Tabel 4.1. Karakterisitik informan berdasarkan jenis kelamin
+5

Referensi

Dokumen terkait

SIMPUS atau lebih dikenal dengan Sistem Pencatatan Pelaporan terpadu Puskesmas (SP2TP) yang dilakukan disini sudah diberi anggaran yang dimana anggaran tersebut diperuntukan

Evaluasi Penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) Berbasi Komputer dengan Metode PIECES di Puskesmas Wilayah Kabupaten Blora.. Jakarta :Kementrian

Diharapkan Kepala Puskesmas lebih memahami tentang manajemen puskesmas dalam membuat suatu perencanaan, diharapkan puskesmas harus lebih serius lagi meningkatkan

Diharapkan Kepala Puskesmas lebih memahami tentang manajemen puskesmas dalam membuat suatu perencanaan, diharapkan puskesmas harus lebih serius lagi meningkatkan

Agar pelaksanaan semakin baik diperlukan peningkatan kualitas tenaga kesehatan melalui pelatihan dan pendidikan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan dan Pimpinan

Promosi Kesehatan di Puskesmas adalah upaya puskesmas untuk meningkatkan kemampuan pasien, agar dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, dalam

Dalam menyelesaikan tesis dengan judul “Pengaruh Pemberlakuan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) multiuser Terhadap Wajib Simpan Rahasia Kedokteran Pada

ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS SIMPUS DI UPT PUSKESMAS SIBELA SURAKARTA ABSTRAK Angelia Setyo Probo Rini1, Nella Tri Surya* 1Mahasiswa Program Studi