• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Program Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) Dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Masyarakat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Implementasi Program Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) Dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Masyarakat"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

Implementasi Program Sistem Informasi Manajemen

Puskesmas ( SIMPUS ) Dalam Meningkatkan

Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Skripsi

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan

Sarjana ( S-1 )

Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Diajukan Oleh :

Hafni Rahmanita

100903019

 

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat

dan rahmat- Nya Penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini tepat pada waktunya.

Dan tidak lupa Penulis ucapkan salawat beriring salam kepada Nabi Muhammad

S.A.W sebagai contoh teladan umat .

Skripsi ini berjudul “Implementasi Sistem Informasi Manajemen

Puskesmas ( SIMPUS ) dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Masyarakat”. Skripsi ini juga sekaligus sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan pendidikan S1 Departemen Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan Skripsi ini, Penulis mendapat banyak bantuan

berupa bimbingan, dorongan dan arahan dari berbagai pihak baik secara langsung

maupun tidak langsung. Untuk itu dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya khususnya kepada Kedua Orang Tua Penulis

yaitu ABD Rahman dan Aflah Khairani, yang telah melahirkan, membesarkan

dan mendidik Penulis, terima kasih atas segala pengorbanan dan dukungan yang

telah Beliau berikan baik secara moral maupun materil yang tiada dapat ananda

balas sampai kapan pun dan dengan apa pun. Dan juga seluruh keluarga yang

(3)

Dalam kesempatan ini Penulis juga mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nst, M.si selaku Ketua Departemen

Ilmu Administrasi Negara USU dan juga selaku Dosen Pembimbing Penulis yang telah banyak memberikan masukan, arahan, dan bimbingan kepada Penulis.

3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku Sekretaris Departemen Ilmu

Administrasi Negara di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

4. Ibu Dra. Nurlela Ketaren.M.SP selaku Dosen Pembimbing Akademik

Penulis.

5. Bapak Hatta Ridho S.Sos,M.SP selaku Dosen Penguji Penulis.

6. Bapak Drs. Kariono, M.si selaku Dosen Penguji Penulis

7. Kak Mega dan Kak Dian yang banyak membantu dalam urusan-

urusan administrasi penyelesaian Skripsi ini.

8. Saudara - saudari Abangnda Penulis Taufik Rahman, dan adik – adik

saya Fazlur Rahman, Dan Anisa Rahman yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada Penulis.

9. Untuk sahabat tercinta penulis “ ABHIL” yaitu Aryanti ( Titik ), Betri

( Ibet ), Isnaini ( Iis ) dan Lolla ( Nla ), terimakasih atas kebersamaanya selama ini.

10. Seluruh teman- teman di AN 010, teman- teman PKL di Desa Batu Jongjong terima kasih sudah jadi teman selama masa kuliah dan di PKL salam “ CEKI UNITED”.

11. Terimakasih juga buat teman – temanku tersayang Nurul, Nisa, Sella, Tia yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis. 12. Dan terima kasih juga kepada seluruh pegawai Puskesmas Teladan

(4)

13. Dan tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada seseorang yang

penulis sayangi “ Dicky Himawan S.Sos“ yang telah memberikan

dukungan dan motivasi kepada penulis.

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa penulisan ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun untuk memperbaiki penulisan ini.

Akhirnya kepada Allah SWT kita berserah diri dengan harapan semoga

penulisan skripsi ini dapat berguna bagi kita semua. Amin..

Medan, Maret 2014

Penulis

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(5)

ABSTRAKSI

Nama : Hafni Rahmanita

NIIM : 100903019

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Implementasi Program SIMPUS Dalam

Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Masyarakat ( Studi Puskesmas Teladan kecamatan Medan Kota ) Dosen Pembimbing : Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si

Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ( SIMPUS ) adalah program sistem informasi kesehatan daerah yang memberikan informasi tentang segala keadaan kesehatan masyarakat di tingkat PUSKESMAS mulai dari data diri orang sakit, ketersediaan obat sampai data penyuluhan kesehatan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya suatu sistem informasi yang dapat menyajikan dan menggambarkan secara menyeluruh tentang kondisi dan situasi kesehatan di suatu wilayah, dengan data yang valid, akurat dan lengkap, serta dapat diakses dengan mudah, cepat dan dengan jangkauan yang luas

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data untuk sampel informan baik dari aparat Puskesmas Teladan Medan dan Dinas Kesehatan Kota Medan maupun sampel masyarakat menggunakan wawancara secara langsung agar bisa mendapatkan jawaban yang lengkap dan jelas . Pertanyaan yang disusun berdasarkan tujuan penelitian ini yakni mengenai teori implementasi program / kebijakan dan teori kualitas pelayanan.

Hasil analisiss data dari penelitian ini menunjukan bahwa penerapan SIMPUS di Puskesmas Teladan Medan masih menggunakan sistem yang manual karena memiliki hambatan – hambatan dalam proses penerapannya seperti pada perangkat komputer serta pada sumber daya manusianya dan juga anggaran yang diberikan masih dirasa kurang. Pada pelayanan yang diberikan oleh aparat kesehatan berupa pemberian informasi, keramahan dan kesigapan dirasa sudah baik dalam meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat.

(6)

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 7

1.3 Tujuan Penelitian 7

1.4 Manfaat Penelitian 8

1.5 Kerangka Teori 8

1.5.1 Implementasi Kebijakan 9

1.5.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi Imlementasi Kebijakan 11

1.5.2.1 Teori G. Edward III 11

1.5.2.2 Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn 13

1.5.2.3 Teori Merilee S. Grindle 14

1.5.2.4 Teori Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier 14

1.5.3 Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) 15

1.5.3.1 Sistem Informasi Manajemen 15

1.5.3.2 Sistem Informasi Manajemen Puskesmas 22

1.5.3.3 Faktor faktor Penghambat Penerapan SIMPUS 26

1.5.4 Pelayanan 27

1.5.5 Kesehatan Masyarakat 30

I.6 Defenisi Konsep 32

I.7 Sistematika Penulisan 34

BAB II : METODE PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian 36

(7)

2.4 Teknik Pengumpulan Data 37

2.5 Teknik Analisis Data 39

BAB III : DESKRIPSI LOKASI

3.1 Sejarah Puskesmas Teladan 40

3.2 Data Geografis 41

3.2.1 Wilayah Kerja Puskesmas Teladan 41

3.3 Kegiatan Pokok Puskesmas 43

3.3.1 Upaya Penyelenggara Puskesmas Teladan 43

3.4 Fasilitas Fisik Puskesmas Teladan 45

3.4.1 Fasilitas alat – alat Puskesmas Teladan 46

3.4.2 Fasilitas Obat – obatan 46

3.5 Sumber Daya Manusia Puskesmas Teladan 46

3.5.1 Tugas Pokok Fungsi Puskesmas 48

BAB IV : PENYAJIAN DATA

4.1 Ruang Lingkup Sistem Informasi Manajemen Puskesmas 55

4.2 Hambatan – hambatan penerapan SIMPUS Puskesmas Teladan 60

4.3 Observasi Penelitian 64

BAB V : ANALISIS DATA

Analisis Data 80

BAB VI : PENUTUP

6.1 Kesimpulan 87

6.2 Saran 88

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Distribusi Penduduk berdasarkan jenis kelamin 42

di Puskesmas Teladan Medan

Tabel 3.2 : Komposisi Mata Pencaharian penduduk 42

di Puskesmas Teladan Medan

Tabel 3.3 : Fasilitas Gedung Puskesmas Teladan Medan 45

Tabel 3.4 : Sumber Daya Manusia Puskesmas Teladan Medan 47

Tabel 4.1 : Daftar 10 Penyakit terbesar di Puskesmas Teladan 59

Medan Periode 2013

Tabel 4.2 : Daftar Nama – nama Informan 64

Penelitian

Tabel 4.3 : Daftar Nama – nama Informan Tambahan 75

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Tampilan Utama SIMPUS 23

Gambar 1.2 Menu Register Harian Pasien 24

Gambar 1.3 Stok Bulanan Obat 24

Gambar 1.4 Laporan Query Data Pasien 24

Gambar 1.5 Menu Laporan Query Obat 25

Gambar 1.6 Menu Laporan Kesakitan LB1 25

Gambar 1.7 Menu Laporan PPLPO 26

Gambar 4.1 : Sarana dan Prasarana Puskesmas Teladan Medan 61

Gambar 4.2 : Pendaftaran Pasien di Loket Puskesmas 62

Gambar 4.3 : Pasien mengantri untuk diperiksa 63

(10)

ABSTRAKSI

Nama : Hafni Rahmanita

NIIM : 100903019

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Implementasi Program SIMPUS Dalam

Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Masyarakat ( Studi Puskesmas Teladan kecamatan Medan Kota ) Dosen Pembimbing : Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si

Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ( SIMPUS ) adalah program sistem informasi kesehatan daerah yang memberikan informasi tentang segala keadaan kesehatan masyarakat di tingkat PUSKESMAS mulai dari data diri orang sakit, ketersediaan obat sampai data penyuluhan kesehatan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya suatu sistem informasi yang dapat menyajikan dan menggambarkan secara menyeluruh tentang kondisi dan situasi kesehatan di suatu wilayah, dengan data yang valid, akurat dan lengkap, serta dapat diakses dengan mudah, cepat dan dengan jangkauan yang luas

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data untuk sampel informan baik dari aparat Puskesmas Teladan Medan dan Dinas Kesehatan Kota Medan maupun sampel masyarakat menggunakan wawancara secara langsung agar bisa mendapatkan jawaban yang lengkap dan jelas . Pertanyaan yang disusun berdasarkan tujuan penelitian ini yakni mengenai teori implementasi program / kebijakan dan teori kualitas pelayanan.

Hasil analisiss data dari penelitian ini menunjukan bahwa penerapan SIMPUS di Puskesmas Teladan Medan masih menggunakan sistem yang manual karena memiliki hambatan – hambatan dalam proses penerapannya seperti pada perangkat komputer serta pada sumber daya manusianya dan juga anggaran yang diberikan masih dirasa kurang. Pada pelayanan yang diberikan oleh aparat kesehatan berupa pemberian informasi, keramahan dan kesigapan dirasa sudah baik dalam meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan publik sebagai pemberi layanan ( m e l a y a n i ) k e p e r l u a n

o r a n g a t a u m a s y a r a k a t y a n g m e m p u n y a i kepentingan pada

organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah

ditetapkan. Pelayanan publik merupakan tanggung jawab Pemerintah Pusat atau

Daerah, setiap warga Negara tidak akan pernah bisa terhindar yang berhubungan

dengan birokrasi pemerintah. Pada saat yang sama, birokrasi pemerintah adalah

satu-satunya organisasi yang memiliki legitimasi untuk memaksakan berbagai

peraturan dan kebijakan menyangkut masyarakat dan setiap warga Negara. Itulah

sebabnya pelayanan yang diberikan birokrasi pemerintah menuntut tanggung

jawab yang tinggi. Seperti diketahui bahwa birokrasi pemerintah mempunyai

fungsi mengatur, memerintah, menyediakan fasilitas, serta memberikan pelayanan

kepada masyarakat dengan tujuan supaya kepentingan- kepentingan umum

pelayanan administrasi di penuhi melalui serangkaian aturan-aturan yang sama

bagi semua pihak ( Ghuffan, 1991:37). Dalam melaksanakan fungsi tersebut,

maka dalam sistem birokrasi telah diatur suatu struktur yang dimaksudkan untuk

memberikan solusi yang paling mendukung dan mempermudah kinerja dalam

mencapai sasaran organisasi dimana dalam mencapai struktur ini mencakup antara

(12)

yang tidak membeda – bedakan dalam pemberian layanan. Salah satunya yaitu

mengenai pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat.

Pusat Kesehatan Masyarakat ( PUSKESMAS ) sebagai salah satu sarana

kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki

peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan

masyarakat. Oleh karena itu, Puskesmas dituntut untuk memberikan pelayanan

yang bermutu dan memuaskan bagi pasien sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan dan dapat di jangkau seluruh lapisan masyarakat.

PUSKESMAS adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten /

Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di

suatu wilayah kerja. Sebagai Unit Pelaksana Teknis ( UPT ) Dinas Kesehatan

Kabupaten / kota, Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas

teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota dan merupakan unit

pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di

Indonesia ( Trihono, ARRIMES Manajemen Puskesmas. Jakarta: Sagung Seto.

Akses 6 Januari 2014 pukul 07.18). 

Departemen Kesehatan sudah sejak lama mengembangkan Sistem

Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS ), yaitu semenjak diciptakannya Sistem

Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas ( SP2TP ) pada awal tahun 1970an.

Pengembangan SIKNAS ini semakin ditingkatkan dengan dibentuknya Pusat Data

Kesehatan pada tahun 1984. Namun demikian, walau sudah terjadi banyak

kemajuan, pengembangan SIKNAS ini masih menghadapi hambatan-hambatan

(13)

yaitu kurang akurat, kurang sesuai kebutuhan, dan kurang cepatnya data dan

informasi yang disajikan ( Departemen Kesehatan RI, 2007 ).

Keputusan menteri Kesehatan ( Kepmenkes ) No. 511 Tahun 2002 tentang

Strategi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS ) di Era

Otonomi Daerah menegaskan bahwa sasaran pengembangan SIKNAS pada akhir

tahun 2009 adalah telah tersedia dan dimanfaatkan data dan informasi kesehatan

yang akurat, tepat dan cepat untuk pengambilan keputusan/kebijakan bidang

kesehatan di Kabupaten / Kota, Provinsi dan Departemen Kesehatan dengan

mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi. Indikatornya adalah

terintegrasinya data dan informasi dari Kabupaten / Kota ke Dinas Kesehatan

Provinsi dan Departemen Kesehatan. Data dan informasi yang terintegrasi di

Kabupaten / Kota berasal dari Puskesmas yang diolah dengan Sistem Pencatatan

dan Pelaporan Puskesmas atau SIMPUS sehingga kualitas data dan informasi di

Puskesmas menjadi sangat penting kedudukannya dalam pengambilan keputusan

di tingkat Kabupaten / Kota, Provinsi dan tingkat Nasional.

Salah satu penerapan e-government dalam bidang kesehatan di instansi

pemerintahan adalah melalui penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas

(SIMPUS). SIMPUS diterapkan untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang

berkualitas dengan proses pelayanan yang cepat, mudah dan murah serta tidak

membebani masyarakat terutama masyarakat miskin. Pelaksanaan SIMPUS ini

dapat berjalan dengan lancar apabila dilaksanakan secara bersama-sama oleh

(14)

SIMPUS adalah suatu aplikasi yang ditujukan untuk administrasi dan

pengelolaan sebuah Puskesmas yang mampu meningkatkan kinerja dengan

memaksimalkan sistem komputer. Instansi yang berperan dalam melaksanakan

SIMPUS ini adalah Puskesmas. Di sini peran Puskesmas sebagai instansi yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan di jenjang tingkat pertama yang terlibat

langsung dengan masyarakat menjadi sangat penting.

Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ( SIMPUS ) adalah program

sistem informasi kesehatan daerah yang memberikan informasi tentang segala

keadaan kesehatan masyarakat di tingkat PUSKESMAS mulai dari data diri orang

sakit, ketersediaan obat sampai data penyuluhan kesehatan masyarakat.

Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya suatu sistem informasi yang dapat

menyajikan dan menggambarkan secara menyeluruh tentang kondisi dan situasi

kesehatan di suatu wilayah, dengan data yang valid, akurat dan lengkap, serta

dapat diakses dengan mudah, cepat dan dengan jangkauan yang luas. Sistem

tersebut nampaknya hanya bisa dibangun melalui kesepakatan atau komitmen

bersama dari tingkat yang paling bawah sampai ke tingkat pusat ( Departemen

Kesehatan RI, 2007 ).

Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ( SIMPUS ) merupakan sebuah

sistem yang berfungsi menyediakan informasi kesehatan yang diharapkan

memberikan gambaran hasil upaya kesehatan, masalah kesehatan potensial dan

ketersediaan sumber daya di puskesmas melalui proses pengumpulan,

pengolahan, penyajian dan interpretasi data. Informasi ini sangat bermanfaat bagi

(15)

keputusan. Pengambilan keputusan yang baik didukung oleh informasi yang baik,

dengan kata lain data yang terkumpul melalui SIMPUS diharapkan berperan

sebagai health intelligence. ( www.SIMPUS _ Fisika Kesehatan _

MissKesMas.htm, di alses pada tanggal 12 Agustus 2013, 07.00 ).

Hasil penelitian Kurniawati ( 2004 ), mendapati bahwa sistem pencatatan

dan pelaporan data pasien rawat jalan Puskesmas di wilayah Kerja Dinas

Kesehatan Kota Semarang sebelum SIMPUS Online berjalan didasarkan format

pelaporan Sistem Pencatatan Pelaporan Puskesmas ( SP3 ), menggunakan sistem

manual dan sederhana, hambatannya sering terjadi kesalahan dan perbedaan

laporan antar pemegang program, terlalu banyak tangan, mengandalkan tulisan

tangan, laporan tidak tepat waktu, laporan sering salah, kegiatan yang tumpang

tindih, pelaporan harus ke Dinas Kesehatan Kota membutuhkan waktu lama. Pada

SIMPUS Online seluruhnya menggunakan komputer, kinerja SIMPUS Online

belum dapat menunjukkan kecepatan dan kemampuannya menangani beban kerja

pengelolaan data, hal ini terjadi karena petugas pengelola data sedang mengalami

transisi dan perubahan dari sistem manual ke sistem komputer karena sistem baru

berjalan selama dua bulan.

Konsep SIMPUS sebenarnya telah digulirkan oleh Departemen Kesehatan

RI awal tahun 1990-an yang dikenal dengan Sistem Pencatatan dan Pelaporan

Terpadu Puskesmas ( SP2TP ). Kemudian untuk menyederhanakan SP2TP maka

kebijakan Departemen Kesehatan mengarah kepada sebuah sistem yang berbasis

peranti lunak yang dituangkan melalui keputusan Direktur Jenderal Pembinaan

(16)

Sistem Pencatatan dan Pelaporan terpadu Puskesmas (SP2TP). Namun

pengembangan dan penerapan sistem berbasis peranti lunak tersebut masih

menemui banyak hambatan, terutama output data yang tidak akurat dan seringkali

berbeda dengan kondisi riil di lapangan. Tentunya ini akan semakin menjauh dari

tujuan penerapan SIMPUS seperti yang telah digariskan dalam Kepmenkes No.

837 Tahun 2007 tentang Sistem Informasi Kesehatan Nasional Online.

Puskesmas Teladan merupakan Puskesmas yang terdiri dari lima

kelurahan dengan jumlah penduduk 38,803 jiwa. Wilayah kerja Puskesmas

Teladan kecamatan Medan Kota berbatasan Kecamatan Maimun sebelah Utara,

Kelurahan Teladan Timur sebelah Selatan, Simpang Limun sebelah Barat, Medan

Perjuangan sebelah Timur. Disini kita dapat melihat sejauhmana penerapan

SIMPUS ini di Puskesmas Teladan, karena semakin banyaknya masyarakat yang

berobat di Puskesmas tersebut maka peran SIMPUS ini untuk meningkatkan

pelayanan masyarakat juga sangat penting. Setelah diadakan wawancara kepada

aparat yang bertanggung jawab pada SP2TP atau SIMPUS, maka implementasi

SIMPUS tersebut sebenarnya sudah ada sejak lama, tetapi dalam hal ini penerapan

SIMPUS di Puskesmas Teladan masih dilakukan secara manual, untuk kepada

SIMPUS Online yang terintegrasinya data puskesmas ke Dinas Kesehatan Kota

Medan yang menggunakan komputerisasi masih dalam proses, dan pada

pertengahan tahun 2013 baru masih di terapkannya elektronik Puskesmas untuk

meningkatkan kualitas masyarakat. Penerapan SIMPUS atau SP2TP di

Puskesmas Teladan masih mengalami hambatan – hambatannya seperti sering

(17)

laporan masih satu orang yang mengerjakannya. ( Aparat Puskesmas Teladan ).

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut

tentang: “Implementasi SIMPUS Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan

Kesehatan Masyarakat” ( studi pada Puskesmas Teladan Kecamatan Medan - Kota).

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan

masalah penelitian ini adalah : “ Bagaimana Implementasi SIMPUS Dalam

Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat ” ( pada Puskesmas Teladan Kecamatan Medan - Kota).

1.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah pasti mempunyai

jalan dan tujuan yang ingin dicapai dalam penyelenggaraanya. Adapun yang

menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian bertujuan untuk mengetahui Implementasi Program SIMPUS

yang di canangkan Pemerintah melalui Dinas Kesehatan Kota Medan.

2. Penelitian bertujuan untuk melihat sejauhmana Penerapan Program

SIMPUS di Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota dan hambatan –

hambatan yang terjadi dalam Implementasi Program SIMPUS di

(18)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat secara ilmiah

Bermanfaat bagi peneliti dalam mengembangkan kemampuan menulis

karya ilmiah dan studi Administrasi Negara pada implementasi program

SIMPUS dalam meningkatkan palayanan kesehatan masyarakat.

2. Manfaat secara praktis

Dapat menjadi masukan bagi pemerintah atau lembaga – lembaga lain

yang berkepentingan pada implementasi program SIMPUS dalam

meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat.

3. Manfaat secara akademis

Sebagai suatu tahapan melatih mengembangkan kemampuan berfikir

ilmiah sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata satu

Departemen Ilmu Administrasi Negara.

1.5Kerangka Teori

Menurut Kerlinger ( Singarimbun. 1995 : 37 ) teori merupakan

asumsi, konsep, defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena

sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep dan

kerangka teori disusun sebagai landasan berfikir untuk menunjuukkan

perspektif yang digunakan dalam memandang feenomena sosial yang menjadi

objek penelitian. Perkembangan ilmu sosial begitu pesatnya karena

perkembangan fenomena manusia yang memunculkan banyak teori – teori

(19)

masalah dengan jelas dan sistematis ( Rakhmat, 2004: 6 ). Berdasarkan

rumusan di atas, penulis mengemukakan beberapa teori, pendapat ataupun

gagasan yang akan dijadikan sebagai landasan berfikir dalam penelitian ini.

1.5.1 Implementasi Kebijakan

Patton dan Sawichi (dalam Tangkilisan,2003:29) : “menyebutkan bahwa

implementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan untuk

merealisasikan program, dimana pada posisi ini eksekutif mengatur cara untuk

mengorganisir, menginterpretasikan, dan menerapkan kebijakan yang telah

diseleksi”. Kamus Webster dalam Wahab (1997:64), pengertian implementasi

dirumuskan secara pendek bahwa “to implement” (mengimplementasikan) berarti

to provide means for carrying out; to give practical effect to” (menyajikan

sarana untuk melaksanakan sesuatu; menimbulkan dampak/ berakibat sesuatu).

Jones dalam Tangkilisan ( 2003:18 ), implementasi merupakan suatu

proses yang dinamis yang melibatkan secara terus menerus usaha-usaha untuk

mencari apa yang akan dan dapat dilakukan. Dengan demikian implementasi

mengatur kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program ke

dalam tujuan kebijakan yang diinginkan.

Implementasi kebijakan adalah bagian dari rangkaian proses kebijakan

publik. Proses kebijakan adalah suatu rangkaian tahap yang saling bergantung

yang diatur menurut urutan waktu, penyusunan agenda, formulasi kebijakan,

adopsi kebijakan, dan penilaian kebijakan. Proses yang perlu ditekankan disini

adalah bahwa tahap implementasi kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan

dan saran-saran ditetapkan atau diidentifikasi oleh keputusan-keputusan

(20)

undang-undang ditetapkan dan dana disediakan untuk membiayai implementasi kebijakan

tersebut ( Winarno, 2002:102 ).

Kebijakan publik merupakan sebuah awal dan belum dapat dijadikan

indikator dari keberhasilan pencapaian maksud dan tujuan. Karena kebijakan

adalah suatu perkiraan akan masa depan yang lebih bersifat semu, abstrak dan

konseptual. Namun ketika telah masuk di dalam tahapan implementasi dan terjadi

interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi kebijakan, barulah

keberhasilan maupun ketidakberhasilan akan diketahui.

Suatu kebijakan ( publik ) dikatakan berhasil bila dalam implementasinya

mampu menyentuh kebutuhan kepentingan publik. Pertanyaannya adalah ketika

suatu kebijakan tidak lagi memenuhi kepentingan publik, bagaimana bisa disebut

sebagai kebijakan yang berhasil? Peters ( dalam Tangkilisan, 2003:22 )

mengatakan bahwa:

Implementasi kebijakan yang gagal disebabkan beberapa faktor, yaitu informasi, di mana kekurangan informasi dengan mudah mengakibatkan adanya gambaran yang kurang tepat baik kepada objek kebijakan maupun kepada para pelaksana dari isi kebijakan itu; isi kebijakan, dimana implementasi kebijakan dapat gagal karena masih samarnya isi atau tujuan kebijakan atau ketidaktepatan atau ketidaktegasan intern ataupun ekstern kebijakan itu sendiri; dukungan, dimana implementasi kebijakan publik akan sangat sulit bila pada pelaksanaannya tidak cukup dukungan untuk kebijakan tersebut; pembagian potensi, dimana hal ini terkait dengan pembagian potensi di antaranya para aktor implementasi dan juga mengenai organisasi pelaksana dalam kaitannya

(21)

1.5.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan

1.5.2.1 Teori G. Edward III

Menyatakan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi implementasi

kebijakan :

1. Komunikasi a. Transmisi

Pemerintah sebagai pihak yang berperan langsung dalam

mengimplementasi kebijakan/program telah mentransmisikan ( mengirimkan )

perintah - perintah implementasi sesuai dengan keputusan yang telah dibuat.

b. Kejelasan

Petunjuk implementasi bukan saja diterima, melainkan juga harus jelas,

dimana bila tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas, atau bahkan tidak

diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi

resistensi dari kelompok sasaran.

2. Sumber Daya

a. Sumber Daya Manusia ( human resources )

Tidak cukup hanya dengan adanya jumlah implementator yang memadai,

untuk menjalankan sebuah kebijakan, bila tidak dibarengi dengan ketrampilan

yang sesuai dengan kualifikasi standar yang diharuskan. Sumber Daya Manusia (

SDM ) sangat diperlukan dalam menjalankan kebijakan, pentingnya ketrampilan

(22)

b. Informasi

Informasi berkenaan dengan berupa petunjuk dalam melaksanakan

kebijakan dan data untuk menyesuaikan antara implementasi dengan kebijakan

pemerintah.

c. Kewenangan atau otoritas

Hak untuk mengeluarkan jaminan, mengeluarkan perintah untuk pejabat

lain, menarik dana dari sebuah program, memberikan dana, bantuan teknik,

membeli barang dan jasa, pengawasan serta mengeluarkan cek untuk para warga.

d. Fasilitas

Berbagai fasilitas fisik, yang disediakan oleh implementator sebagai

persediaan yang esensial, yang bisa menunjang implementasi kebijakan atau

program.

3. Disposisi

Merupakan watak dan karakteristik yang harus dimiliki oleh

implementator, seperti, komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Apabila

implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia dapat menjalankan

kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan.

Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan

pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak

(23)

4. Struktur Birokrasi

Prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks, akan menyebabkan aktifitas

birokrasi tidak flexibel.

1.5.2.2 Teori Donald S. van Meter dan Carl E. van Horn

Model ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara

linier dari kebijakan publik, implementor, dan kinerja kebijakan publik. Donal S

Van Meter dan Carl E Van Horn menerapkan model implementasi dengan lebih

memfokuskan ke sisi teknisnya. Menurut Meter dan Horn (Indiahono, 2009 :38),

ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yaitu:

1. Standar dan sasaran kebijakan, standar dan sasaran kebijakan pada dasarnya

adalah apa yang hendak dicapai oleh program atau kebijakan.

2. Sumber daya, sumber daya menunjuk kepada seberapa besar dukungan

finansial dan sumber daya manusia untuk melaksanakan program atau kebijakan.

3. Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas, hal ini menunjukan

kepada mekanisme prosedur yang dicanangkan untuk mencapai sasaran dan

tujuan program.

4. Karakterisktik agen pelaksana, hal ini menunjuk seberapa besar daya dukung

struktur organisasi, nilai-nilai yang berkembang, hubungan dan komunikasi yang

terjadi di internal birokrasi.

5. Kondisi sosial, ekonomi, dan politik, hal ini menunjuk bahwa kondisi dalam

ranah implementasi dapat mempengaruhi kesuksesan implementasi itu sendiri.

6. Disposisi implementor, hal ini menunjuk bahwa sikap pelaksana menjadi

(24)

dan responsif terhadap kelompok sasaran dan lingkungan beberapa yang dapat

ditunjuk sebagai bagian dari sikap pelaksana ini.

1.5.2.3 Teori Merilee S. Grindle

Keberhasilan implementasi menurut Grindle dipengaruhi oleh dua variabel

besar, yaitu isi kebijakan dan konteks implementasinya. Isi kebijakan mencakup

tentang kepentingan yang terpengaruh oleh kebijakan, jenis manfaat yang akan

dihasilkan, derajat perubahan yang diinginkan, kedudukan pembuat kebijakan,

siapa pelaksana program, dan sumber daya yang dikerahkan. Sementara itu,

konteks implementasinya lebih mencakup ke arah politis seperti kekuasaan,

kepentingan dan strategi aktor yang terlibat, karakteristik lembaga dan penguasa,

kepatuhan dan daya tanggap (Dwidjowijoto, 2006:175).

1.5.2.4 Teori Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier

Mazmanian dan Sabatier ( Dwidjowijoto, 2006:169 ) menklasifikasikan proses

implementasi kebijakan ke dalam tiga variabel.

Pertama, variabel independen, yaitu mudah tidaknya masalah dikendalikan

yang berkenaan dengan indikator masalah teori dan teknis pelaksanaan,

keragaman obyek, dan perubahan seperti apa yang dikehendaki.

Kedua, variabel intervening, yaitu variabel kemampuan kebijakan untuk

menstrukturkan proses implementasi dengan indikator kejelasan dan konsistensi

tujuan, dipergunakannya teori kausal, ketepatan alokasi sumber dana, keterpaduan

hierarkis di antara lembaga pelaksana, aturan pelaksana dari lembaga pelaksana,

(25)

Ketiga, variabel dependen, yaitu tahapan dalam proses implementasi dengan

lima tahapan. Yaitu, pemahaman dari lembaga/badan pelaksana dalam bentuk

disusunnya kebijakan pelaksana, kepatuhan obyek, hasil nyata, penerimaan atas

hasil nyata tersebut, dan akhirnya mengarah kepada revisi atas kebijakan yang

dibuat dan dilaksanakan tersebut ataupun keseluruhan kebijakan yang bersifat

mendasar.

1.5.3 Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ( SIMPUS ) 1.5.3.1 Sistem Informasi Manajemen

Sistem Informasi Manajemen ( SIM ) memiliki ruang lingkup yang

tertuang pada 3 ( tiga ) kata pembentuknya yaitu Sistem, Informasi, dan

Manajemen.

1. Sistem

Menurut Atmosudirdjo dalam Sutabri ( 2012:17 ), suatu sistem terdiri atas

objek-objek atau unsur-unsur atau komponen-komponen yang berkaitan dan

berhubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga unsur-unsur tersebut

merupakan sebuah kesatuan pemrosesan atau pengolahan tertentu. Sedangkan

menurut Anwar ( 2003:4 ) sistem adalah komponen yang saling berhubungan dan

bekerja sama untuk mencapai beberapa tujuan.

Sistem didesain untuk memperbaiki atau meningkatkan pemrosesan

informasi. Setelah dirancang, sistem diperkenalkan dan diterapkan ke dalam

organisasi penggunanya. Jika sistem yang diterapkan itu digunakan maka

implementasi sistem dapat dikatakan berhasil. Sedangkan jika para penggunanya

(26)

Menurut John Me Manama seperti dikutip Azwar ( 2004 ) disebutkan

bahwa sistem adalah suatu struktur konseptual yang terdiri dari fungsi-fungsi yang

saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu unit organik untuk mencapai

keluaran yang diinginkan secara efektif dan efisien. Sedangkan menurut

Lumbangaol ( 2008 ) sistem adalah hubungan satu unit dengan unit-unit lainnya

yang saling berhubungan satu sama lainnya dan yang tidak dapat dipisahkan serta

menuju satu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Apabila satu unit macet atau terganggu, unit lainnya pun akanterganggu untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.

Dari defenisi di atas, sistem terbentuk dari berbagai elemen atau unsur

yang saling berhubungan dan bekerja sama dalam satu kesatuan. Ini berarti bahwa

elemen atau unsur tersebut mutlak harus ada dalam satu sistem.

Menurut Azwar ( 2004 ) ada 6 unsur dalam suatu sistem yaitu :

a. Masukan ( input ) adalah kumpulan elemen atau bagian yang terdapat

dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya system tersebut.

b. Proses ( process ) adalah kumpulan elemen atau bagian yang terdapat

dalam sistem dan yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran

yang direncanakan.

c. Keluaran ( output ) adalah kumpulan elemen atau bagian yang

(27)

d. Umpan balik ( feedback ) adalah kumpulan elemen atau bagian yang

merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem

tersebut.

Departemen Kesehatan RI (2007) menyebutkan bahwa yang tercakup

dalam komponen masukan adalah informasi, instrumen pencatatan dan pelaporan

data dan sumber daya. Komponen proses mencakup pengorganisasian dan tata

kerja serta pengolahan data dan komponen keluaran mencakup penyimpanan,

penyebarluasan, pendayagunaan dan pemanfaatan informasi yang dihasilkan dari

proses pengolahan data.

Menurut Amsyah ( 2005 ) data dan informasi diperlukan dan dihasilkan

oleh tiap unit kerja, maka unit yang bekerja dengan data dan informasi tersebut

dapat dikatakan sebagai memiliki sistem informasi sendiri.

Umpan Balik

Gambar 1.1 Sistem Informasi Suatu Unit Kerja

2. Informasi

Menurut Nugroho ( 2008:15 ), informasi adalah suatu pengetahuan yang

berguna untuk pengambilan keputusan. Informasi yang dihasilkan dari

pengolahan data telah menjadi salah satu sumber daya penting yang harus dikelola

dengan baik. Apabila sebuah perusahaan kurang memperoleh informasi, maka Transaksi dan

Kegiatan Unit Kerja

(28)

akan sulit mengontrol sumber daya lain yang mengakibatkan terganggunya

kinerja dan bisa mengalami kekalahan dalam persaingan dengan para kompetitor.

Menurut Sutabri ( 2005:35 ) kualitas suatu informasi tergantung dari 3

( tiga ) hal yaitu:

a. Akurat ( Accurate )

Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau

menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan

maksudnya.

b. Tepat Waktu ( timelines )

Informasi yang datang kepada si penerima tidak boleh terlambat. Informasi

yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai lagi karena informasi merupakan

landasan dalam pengambilan keputusan. Bila pengambilan keputusan terlambat,

maka dapat berakibat fatal bagi organisasi.

c. Relevan ( relevance )

Informasi tersebut mempunyai manfaat bagi pemakainya. Atau dengan

kata lain informasi tersebut harus sesuai dengan kebutuhan pihak yang

membutuhkan.

Berikut proses informasi yang dibuat oleh Achua (2004) data yang masih

merupakan bahan mentah harus diolah untuk menghasilkan informasi melalui

suatu model. Model yang digunakan untuk mengolah data tersebut disebut model

(29)

INPUT DATA ---PROSES ---KEPUTUSAN ---TINDAKAN ---

PENERIMA ---OUTPUT

Gambar 1.2 Model Siklus Informasi, Achua (2004)

Informasi itu sendiri adalah data yang sudah diolah dengan cara tertentu

sesuai dengan bentuk yang diperlukan. Dengan perkembangan teknologi alat

pengolah data sampai kepada komputer dewasa ini, maka data dapat diolah

menjadi informasi sesuai keperluan tingkat manajemen organisasi. Dengan

demikian unit organisasi dapat mencapai tujuannya masing-masing sehingga

secara keseluruhan organisasi akan dapat mencapai tujuan secara efisien dan

efektif ( Amsyah, 2005 ).

3. Manajemen

Menurut Terry di dalam Hasibuan ( 2001:2 ) manajemen adalah suatu

proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk

menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui

pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.

Menurut Sutabri ( 2005:53 ) penggunaan ilmu manajemen dalam SIM

merupakan suatu kemajuan yang luar biasa, dengan cara-cara pengumpulan

informasi yang tidak terorganisasi dan manajemen berdasarkan pengalaman.

Dalam ilmu manajemen, para manajer diwajibkan menyatakan masalah dan

asumsi secara teliti, biasanya dalam bentuk kuantitas atau suatu ukuran agar

mereka dapat memperoleh uraian lebih baik tentang masalahnya. Bila ini

diterapkan pada disain dari sistem-sistem organisasi dan operasional untuk

(30)

pengetahuan manusia dalam berbagai bidang yang berkaitan. Oleh karena itu,

sistem untuk pemecahan masalah ( problem solving ) dapat dirancang agar lebih

efektif dan lebih efisien bagi seluruh organisasi.

Organisasi dimasa mendatang akan didasarkan pada sistem informasi dan

pengambilan keputusan ketimbang struktur hirarki wewenang / tanggung jawab

yang statis. Tanda bahwa seorang manajer itu baik adalah kemampuannya

menyusun pola seorang organisatoris dalam pemecahan masalah dan untuk

mengembangkan sistem-sistem teknis yang mempermudah pemecahan masalah

dan implementasinya.

Kebutuhan informasi untuk para manajer harus juga dipenuhi oleh sebuah

sistem informasi untuk para manajemen ( SIM ). Sistem informasi manajemen

harus dirancang berdasarkan tugas-tugas manajemen, prinsip-prinsip manajemen,

cara dan perangai individual dari para manajer, serta struktur organisasinya.

Selanjutnya, sifat dasar desain SIM dan cara pelaksanaannya dicerminkan kembali

oleh semua anggota organisasinya untuk memberikan dampak positif kepada para

manajernya serta fungsi organisasinya ( Sutabri, 2005:54 ).

4. Sistem Informasi Manajemen ( SIM )

Sistem Informasi Manajemen ( SIM ) adalah sebuah sistem informasi yang

selain melakukan pengolahan transaksi yang diperlukan oleh suatu organisasi,

juga memberi dukungan informasi dan pengolahan data untuk fungsi manajemen

dan proses pengambilan keputusan. Pada umumnya, apabila orang membicarakan

sistem informasi manajemen, yang tergambar adalah suatu sistem yang diciptakan

(31)

organisasi. Pemanfaatan data di sini dapat berarti penunjang pada tugas-tugas

rutin, evaluasi terhadap prestasi organisasi, atau untuk pengambilan keputusan

oleh organisasi tersebut.

Menurut Mc Leod ( 2007:11 ) sistem informasi manajemen adalah adalah

suatu sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi beberapa

pemakai dengan kebutuhan yang serupa. Sedangkan menurut Sutabri ( 2005:41 ),

SIM merupakan penerapan sistem informasi di dalam organisasi untuk

mendukung informasi-informasi yang dibutuhkan oleh semua tingkatan

manajemen. Menurut Laudon ( 2005 :20 ) SIM adalah studi mengenai sistem

informasi yang fokus pada penggunaan sistem informasi dalam bisnis dan

manajemen.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa pengertian di atas adalah

SIM merupakan suatu sistem pengolahan data dalam suatu organisasi yang

berfungsi menangani proses pengumpulan, pengolahan, dan penyimpanan data

yang menyajikan informasi yang akurat dan tepat waktu bagi para pengguna

informasi sebagai pendukung pengambilan keputusan.

Menurut Kumorotomo ( 1998:111 ) syarat - syarat tentang Sistem Informasi Manajemen yang baik dan lengkap adalah:

a. Ketersediaan. Syarat yang mendasar bagi suatu informasi adalah

tersedianya informasi itu sendiri. Informasi harus dapat diperoleh bagi orang yang

hendak memanfaatkannya.

b. Mudah dipahami. Informasi harus mudah dipahami dan tidak

(32)

c. Sesuai. Informasi harus benar-benar sesuai dengan tujuan dan

permasalahan di dalam organisasi.

d. Bermanfaat. Informasi harus tersaji ke dalam bentuk-bentuk yang

bersangkutan. semua tingkatan manajemen.

1.5.3.2 Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ( SIMPUS )

Penyelenggaraan layanan kesehatan masyarakat melalui Puskesmas

merupakan kegiatan yang membutuhkan proses pencatatan dan pengolahan data

yang cukup kompleks. Dibutuhkan suatu sistem informasiy ang dapat menangani

berbagai macam kegiatan operasional Puskesmas mulai dari pengelolaan registrasi

pasien, data rekam medis pasien, farmasi, keuangan hingga berbagai laporan

bulanan, tribulanan, dan tahunan. Bebagai laporan eksekutif yang dihasilkan oleh

Puskesmas dengan bantuan sistem informasi sangat dibutuhkan dalam penentuan

kebijakan untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan masyarakat.

Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ( SIMPUS ) atau SP2TP

merupakan salah satu program yang dibuat oleh aparatur pemerintah kepada

setiap puskesmas di seluruh daerah-daerah untuk mempermudahkan pengaksesan

data-data pasien yang merupakan sebuah sistem Informasi yang terintegrasi dan

didesain multiuser yang disiapkan untuk menangani keseluruhan proses

manajemen puskesmas. Fungsi utamanya adalah mengatur semua data pasien

mulai dari pendaftaran, registrasi, pemeriksaan ( Diagnosis ) serta pengobatan

pasien tersebut, kemudian data-data yang sudah diinputkan ditampung kedalam

sebuah database yang nantinya akan dikategorikan sesuai dengan parameter untuk

(33)

penyakit serta laporan lainnya yang sebagaimana dibutuhkan didalam Manajemen

Puskesmas. SIMPUS merupakan prosedur pemrosesan data berdasarkan teknologi

informasi dan diintegrasikan dengan prosedur manual dan prosedur yang lain

untuk menghasilkan informasi yang tepat waktu dan efektif untuk mendukung

proses pengambilan keputusan manajemen.

Tujuan SIMPUS yaitu meningkatnya kualitas manajemen Puskesmas

secara lebih berhasil-guna dan berdaya guna, melalui pemanfaatan secara optimal

data SP2TP dan informasi lain yang menunjang. SIMPUS juga bertujuan :

1. Sebagai dasar penyusunan Rencana Tahunan Puskesmas

2. Sebagai dasar penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan Puskesmas ( lokakarya mini )

3. Sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan Puskesmas ( Stratifikasi Puskesmas )

4. Untuk mengatasi berbagai hambatan pelaksanaan kegiatan Puskesmas.

Adapun contoh Penampilan SIMPUS di suatu daerah sebagai berikut :

(34)

Gambar 1. 2

Ket erangan :

1. Tampilan di at as adal ah Menu Regist er Harian Pasien.

2. Input Dat a diri Pasien di loket Pendaf t aran, Diagnosa dan Obat di Poli 3. Daf t ar Pasien dapat dit ampilkan di menu Browse

Gambar 1. 3 St ok Bulanan Obat

Ket erangan :

1. Tampilan di at as adal ah St ok Bulanan Obat .

(35)

Ket erangan :

1. Menu di at as adal ah Laporan Query Dat a Pasien

2. Laporan dapat per sat uan wakt u yang dikehendaki Harian, Tgl . . s/ d . . , bulanan, dll .

3. Laporan dapat per krit eria umur (t ahun, bulan, hari), j enis kelamin, j enis pasien

at aupun kombinasi, misal : pasien askes umur > 15 Tahun.

4. Cet akan dalam bent uk f ormat MS Word, sehingga sangat f leksibel pengedit an.

Gambar 1. 5 Menu Laporan Query Obat

Ket erangan :

1. Tampilan di at as adal ah Menu Laporan Query Obat . 2. Dapat menampil kan pemakaian Obat per sat uan wakt u

3. Tampilan per obat per crit eria pasien secara kombinasi dapat dit ampilkan.

Gambar 1. 6 Menu Laporan Dat a Kesakit an LB1

Ket erangan :

1. Tampilan di at as adal ah Menu Laporan Dat a Kesakit an LB1. 2. Proses Laporan secara Ot omat is t erbagi sesuai krit eria umur.

(36)

Gambar 1. 7 Menu Laporan PPLPO

Ket erangan :

1. Tampilan di at as adal ah Menu Laporan Laporan Pemakaian dan Lembar Permint aan Obat ( LPLPO )

2. Laporan Ot omat is t ampil dengan sat u kl ik t erbagi sesuai crit eria. 3. Menu cet ak dalam f ormat MS Word.

1.5.3.3 Faktor – Faktor Hambatan Penerapan SIMPUS

Pengembangan SIMPUS di beberapa daerah masih banyak menemui

hambatan. Ada beberapa isu aktual terkait dengan integrasi data, yaitu :

1. Data yang tersedia belum terintegrasi dan sulit memperoleh data yang

bermutu dan terkini. Integrasi data dan informasi dari berbagai unit pelayanan

yang ada di puskesmas baik pelayanan dalam gedung maupun luar gedung belum

dapat dilakukan sepenuhnya karena berbagai keterbatasan. Data dan informasi

dari puskesmas pembantu dan puskesmas keliling belum dapat diintegrasikan

dengan cepat dan tepat waktu. Integritas data yang tersedia secara real time

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas data.

Disamping itu proses entri data juga sangat berpengaruh terhadap kualitas

data. Petugas entri data di puskesmas biasanya adalah staf yang juga bertugas

(37)

sedikit, entri data dapat dilakukan dengan segera, tetapi apabila jumlah pasien

cukup banyak maka proses entri data masih dirasakan merepotkan. Kedua faktor

di atas sangat berpengaruh terhadap kualitas data dan informasi yang dihasilkan.

Data dan informasi perlu tersedia dengan segera, cepat dan tepat waktu agar dapat

dimanfaatkan secara optimal.

2. Pemanfaatan data belum optimal. Data dan informasi yang tersedia

sebenarnya masih dapat digunakan untuk tujuan yang lebih luas sesuai dengan

peran data dan informasi sebagai health intelligence, misalnya melihat sebaran

penyakit berdasarkan peta dan waktu, pemeriksaan kehamilan dan imunisasi

balita, pengenalan terhadap potensi Kejadian Luar Biasa, kenaikan pangkat bagi

pegawai dan masih banyak aplikasi yang dapat digunakan berdasarkan data dan

informasi yang tersedia.

3. Keterbatasan Sumber Daya Manusia ( SDM ). Aspek SDM merupakan

aspek penting yang sangat menentukan perkembangan SIMPUS, juga terhadap

kualitas data yang dihasilkan. Pengembangan SIMPUS seringkali dihadapkan

kepada keterbatasan SDM berupa keterbatasan pemahaman staf terhadap

teknologi komputer dan sistem informasi, tidak adanya staf yang mempunyai latar

belakang pendidikan komputer dan tidak ada staf khusus untuk entri data.

Keterbatasan SDM juga akan sangat mempengaruhi kualitas data yang dihasilkan

SIMPUS.

(http://arifwr.wordpress.com/2009/06/09/tantangan-integrasi-data-dalam-simpus, akses pada tanggal 13 Agustus 2013, pukul 09.00 wib ).

Proses pengolahan data SIMPUS memerlukan Sumber Daya Manusia

(38)

mulai dari tahap pengumpulan data, pengiriman data, pengolahan data dan analisis

data. Idealnya pengembangan sistem informasi memerlukan operator komputer,

ahli jaringan, pengelola database, programmer, analis sistem dan IT Project

Manager. Namun perlu dipertimbangkan juga penempatan tenaga - tenaga

tersebut, siapa yang ditempatkan di puskesmas dan siapa yang cukup ditempatkan

di Dinas Kesehatan.

1.5.4 Pelayanan

Pelayanan pada dasarnya bertujuan untuk memberikan kepuasan terhadap

objek dari pelayanan. Pelayanan merupakan bentuk dari implementasi

kebijakan-kebijakan dari pemerintah. Melalui proses pelayanan, kebijakan-kebijakan - kebijakan-kebijakan

pemerintah yang telah disepakati diimplementasikan. Implementasi kebijakan

tersebut juga bertujuan untuk menciptakan suatu kondisi yang berguna bagi dua

pihak, yakni masyarakat selaku objek atau tujuan dari pelayanan dan pemerintah

selaku pelaksana pelayanan. Pelayanan yang baik/ memuaskan dan efektif efisien

akan menciptakan persepsi positif dari masyarakat/objek dari pelayanan terhadap

kinerja dari pemerintah. Hal ini akan menimbulkan kepercayaan terhadap

pemerintah dan apresiasi, sehingga masyarakat tidak akan ragu dalam memenuhi

kewajibannya dikarenakan hak nya sudah terpenuhi lewat pelayanan yang

memuaskan dari pemerintah.

Menurut Hodges ( dalam Sutarto, 2002:123 ) secara etimologis, kata

pelayanan berasal dari kata melayani, yang berarti orang yang pekerjaannya

melayani kepentingan dan kemauan orang lain. Menurut Komaruddin

(39)

berwujud atau prestasi yang dilakukan atau dikorbankan untuk memuaskan

permintaan dan kebutuhan konsumen.

Pendapat tersebut dipertegas oleh Sianipar ( 1999:4 ), bahwa pelayanan

dikatakan sebagai cara melayani, membantu menyiapkan, mengurus,

menyelesaikan keperluan, kebutuhan seseorang atau kelompok orang. Obyek yang

dilayani adalah masyarakat yang terdiri dari individu, golongan, dan organisasi

( sekelompok orang anggota organisasi ).

Kualitas jasa atau pelayanan berpusat pada pemenuhan kebutuhan dan

keinginan pelanggan serta ketetapan pengabdiannya untuk mengimbangi harapan

pelanggan. Menurut Wyekof ( dalam Tjiptono, 1997:59 ) kualitas jasa atau

pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas

tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Dengan kata

lain ada 2 ( dua ) faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa atau pelayanan

yaitu pelayanan yang diharapkan, dan pelayanan yang dipersepsikan. Dengan

memiliki kualitas pelayanan yang baik maka pada akhirnya timbul kesesuaian

antara harapan konsumen dengan kinerja yang dirasakan. Layanan yang baik

menjadi dambaan setiap orang yang berurusan dengan badan / instansi yang

bertugas melayani masyarakat.

Kualitas Pelayanan terbentuk lebih karena faktor kontak langsung antara

petugas pelayanan dengan masyarakat penerima pelayanan, faktor tersebut

langsung menjadi penilaian dari masyarakat selaku pelanggan. Evaluasi terhadap

kualitas pelayanan diharapkan mampu meningkatkan kinerja dari pelayanan

(40)

Dasar untuk menilai suatu kualitas pelayanan selalu berubah dan berbeda. Apa

yang dianggap sebagai suatu pelayanan yang tidak berkualitas pada saat yang lain.

Maka kesepakatan terhadap kualitas sangat sulit untuk dicapai. Dalam hal ini

dapat dilihat pendapat ahli dalam mengukur mutu pelayanan.

Menurut Zeithalm dkk ( dalam Boediono, 2003 : 114 ) ada lima dimensi yang

dapat digunakan untuk mengevaluasi mutu pelayanan, yaitu :

1. Bukti Langsung (Tangibles), yang meliputi fasilitas fisik, pegawai,

perlengkapan dan sarana komunikasi. Fasilitas fisik yang dimaksud disini adalah

seperti gedung perkantoran, ruang tunggu untuk customer, telepon, computer dan

lain-lain.

2. Daya tanggap (Responsiveness), suatu karakteristik kecocokan dalam

pelayanan manusia, mampu yakni keinginan para staf untuk membantu

masyarakat dan memberikan pelayanan dengan tanggapan. Keinginan itu seperti

kemauan aparat birokrasi untuk memberikan informasi-informasi yang terkait

dengan waktu pelayanan, syarat-syarat program langsung.

3. Keandalan (Reability), yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang

menyajikan dengan segera dan memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan

dan kecakapan aparat birokrasi dalam mengerjakan tugas-tugas yang dibebankan

dan menjadi kewajibannya dengan cepat sesuai waktu yang dijanjikannya.

4. Jaminan (Assurance), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat

dapat dipercaya yang miliki para staf, bebas dari bahaya, resiko atau keraguan.

Yaitu seperti kepastian yang diberikan aparat birokrasi untuk membuat

masyarakat pengguna jasa merasa yakin bahwa tugas yang dilaksanakannya akan

(41)

5. Empati (Emphaty), yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan

komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan para pelanggan. Hal seperti ini

bagaimana aparat birokrasi menciptakan komunikasi eksternal untuk

meningkatkan kualitas pelayanannya.

1.5.5 Kesehatan Masyarakat

Menurut UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa

kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Jadi dalam pengertian

ini kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur –

unsur fisik, mental dan sosial. W. F. Connell ( 1972: 68-69 ) menyimpulkan

bahwa masyarakat adalah

1. Suatu kelompok orang yang berfikir tentang diri mereka sendiri sebagai

kelompok yang berbeda, diorganisai, sebagai kelompok yang diorganisasi

secara tetap untuk waktu yang lama dalam rintang kehidupan seseorang

secara terbuka dan bekerja pada daerah geografis tertentu.

2. Kelompok orang yang mencari kepentingan penghidupan secara

berkelompok sampai turun temurun dan mensosialkan anggota –

anggotanya melalui pendidikan.

3. Seseorang yang mempunyai sistem kekerabatan yang terorganisasi yang

mengikat anggota – anggotanya secara bersama dalam keseluruhan yang

terorganisasi.

Menurut Soekidjo ( 2003: 10 ) kesehatan masyarakat adalah kombinasi

(42)

memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan penduduk

( masyarakat ). Ketiga tujuan tersebut sudah tentu saling berkaitan dan

mempunyai pengertian yang luas, untuk mencapai tujuan tersebut, ada cara

pendekatan yang paling efektif yaitu melalui upaya – upaya

pengorganisasian masyarakat.

Adapun tujuan umum dari kesehatan masyarakat adalah meningkatkan

derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara menyeluruh dalam

memelihara kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan secara mandiri,

sedangkan tujuan khususnya adalah :

a. meningkatkan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam

pemahaman tentang pengertian sehat dan sakit.

b. meningkatkan kemampuan individu, keluarga, masyarakat dalam

mengatasi masalah kesehatan

1.6 Definisi Konsep

Konsep adalah istilah atau defenisi yang digunakan untuk menggambarkan

secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat

perhatian ilmu sosial ( Singarimbun, 2006: 33). Oleh karena itu, untuk

menemukan batasan yang lebih jelas maka penulis dapat menyederhanakan

pemikiran atas masalah yang sedang penulis teliti, maka peneliti mengemukakan

konsep – konsep antara lain :

1. . Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ( SIMPUS ) adalah prosedur

(43)

informasi yang tepat waktu dan efektif untuk mendukung proses

pengambilan keputusan manajemen.

2. Implementasi SIMPUS adalah proses serta tahapan dari pembuatan

kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah, yang diarahkan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan kebijakan

sebelumnya.

Implementasi menurut George C. Edward III dilihat dari beberapa faktor

sebagai berikut :

a. Komunikasi, informasi yang diberikan aparat kepada pegawai.

b. Sumber Daya Manusia, SDM yang bertanggung jawab pada

SIMPUS .

c. Disposisi, bentuk komitmen antara petugas yang bertanggung

jawab dalam SIMPUS

d. Struktur Birokrasi, yang harus jelas tugas fungsi pokok dari tiap

tiap pegawai.

3. Pelayanan Kesehatan Masyarakat adalah pelayanan dikatakan sebagai cara

melayani, membantu menyiapkan, mengurus, menyelesaikan keperluan,

kebutuhan seseorang atau kelompok orang. Obyek yang dilayani adalah

masyarakat yang terdiri dari individu, golongan, dan organisasi. Adapun

indikator – indikator mutu pelayanan menurut Zeithalm dkk ( dalam Boediono,

2003 : 114 ) adalah :

a. Bukti Langsung ( Tangibles ), Berwujud atau kata lain dengan

(44)

pelayanan atau keberadaan peralatan, informasi yang di dapat dan

fasilitas fasilitas yang tersedia di Puskesmas Teladan.

b. Keandalan ( Reability ), merupakan kesigapan dari aparat petugas

dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terhadap

keluhan dari masyarakat sehingga pelayanan tersebut respon

dalam memberikan solusi dari setiap keluhan masyarakat tersebut.

c. Jaminan ( Assurance ), merupakan informasi yang jelas dan di

mengerti kemampuan pegawai atas setiap informasi yang telah

diberikan terhadap masyarakat yang berobat di Puskesmas

Teladan.

d. Empati ( Emphaty ), Empati seperti daya adaptasi dan toleransi

merupakan kemampuan pegawai Puskesmas Teladan terhadap

ekonomis, Kemudahan dan kenyaman kepada masyarakat.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDHULUAN

Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, definisi

konsep dan sistematika penulisan.

BAB II : METODE PENELITIAN

Berisikan Bentuk Penelitian, lokasi penelitian, populasi dan

(45)

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Berisikan gambaran umum mengenai lokasi penelitian

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Pokok bahasan penelitian yang berisikan penyajian data

yang didapat dan berkaitan dengan permasalahan

penelitian.

BAB V : ANALISIS DATA

Berisikan pembahasan dan interpretasi dari data – data yang

disajikan pada bab sebelumnya

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang diperoleh dari

hasil penelitian.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(46)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Usman ( 2009: 4 ) penelitian

dengan menggunakan metode deskriptif bermaksud membuat penyadaran secara

sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi tertentu.

Berdasarkan pengertian diatas , maka penelitian ini adalah penelitian yang

diarahkan untuk memberikan gejala – gejala, fakta, atau kejadian – kejadian

secara sistematis dan akurat mengenai sifat populasi serta menganalisa

kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota.

2.3 Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari

hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal

adanya populasi dan sampel ( Suyanto: 171 ).

Menurut Suyanto (2005: 172) informan penelitian meliputi beberapa

macam yaitu:

(47)

2. Informan Utama. Merupakan mereka yang terlibat langsung dalam

interaksi sosial yang diteliti.

3. Informan Tambahan. Merupakan mereka yang dapat memberikan

informasi walaupun tidak langsung terlihat dalam interaksi sosial yang

diteliti.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan informan kunci, informan utama

dan informan tambahan yaitu sebagai berikut :

1. Informan Kunci ( key informan ) yaitu Kepala Bina YANKES Dinas

Kesehatan Kota Medan dan Kepala Puskesmas Teladan Medan.

2. Informan Utama yaitu pegawai – pegawai Bina YANKES Dinas

Kesehatan dan Pegawai Puskesmas Kota Medan yang Bertanggung

jawab pada Program SIMPUS atau SP2TP.

3. Informan Tambahan yaitu masyarakat yang merasakan pelayanan

Puskesmas Teladan pada program SIMPUS.

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini diperlukan data atau keterangan dan informasi. Untuk itu

peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Teknik pengumpulan data primer, adalah pengumpulan data yang

dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian yang terdiri dari :

a. Pengamatan Langsung (observasi langsung) yaitu dengan mengadakan

pengamatan langsung pada objek penelitian yaitu pada Puskesmas

(48)

b. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan

cara melakukan tanya jawab secara langsung kepada pihak – pihak

yang terkait untuk memperoleh data yang lengkap.

2. Teknik pengumpulan data sekunder, adalah teknik pengumpulan data yang

dilakukan melalui pengumpulan kepustakaan yang dapat mendukung data

primer.

Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan menggunakan

instrumen sebagai berikut :

a. Penelitian Kepustakaan, yaitu cara ini dilakukan dengan menghimpun

data maupun teori berbagai literatur dan dapat digunakn untuk

menganalisa data yang diperoleh.

b. Pengumpulan dokumen atau data – data yang berkaitan dengan

menggunakan catatan – catatan tertulis yang ada dilokasi penelitian

serta sumber – sumber lain yang menyangkut masalah yang diteliti

dengan instansi terkait.

2.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah teknik analisa kualitatif.

Menurut Meolong ( 2006: 247 ), teknik analisa kualitatif dilakukan dengan

menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul,

menyusunnya dalam satu satuan yang kemudian dikategorikan pada tahap

berikutnya dan memeriksa keabsahan dan serta menafsirkannya dengan analisis

(49)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI

3.1 Sejarah Singkat Puskemas Teladan

Pada tanggal 2 Agustus 1976 peletakan batu pertama oleh M.Saleh Arifin

yang merupakan Walikota Madya Kepala daerah TK-II Medan dan diresmikan

pada tanggal 1 April 1977 oleh Marah Halim yang merupakan Gubernur Kepala

daerah tingkat-I. Terletak di jalan Sisingamangaraja No. 65 Kelurahan Teladan

Barat, Kecamatan Medan Kota. Puskesmas Teladan adalah Puskesmas yang

terdiri dari lima kelurahan dengan jumlah penduduk 38,803 jiwa.

VISI :

Visi Puskesmas Teladan adalah masyarakat Medan sehat sejahtera

MISI :

1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan,

2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat,

3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata

dan terjangkau,

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan induvidu, keluarga, masyarakat,

(50)

3.2 Data Geografis

3.2.1 Wilayah Kerja Puskesmas Teladan

Wilayah kerja Puskesmas bisa berdasarkan kecamatan, faktor kepadatan

penduduk, luas daerah, keadaan demografi, dan keadaan infrastruktur lainnya

yang merupakan bahan perimbangan dalam menentukan wilayah kerja

puskesmas. Untuk kota besar wilayah kerja puskesmas bisa satu kelurahan

sedangkan puskesmas di ibu kota kecamatan merupakan rujukan dari puskesmas

kelurahan. Adapun kelurahan yang termasuk dalam wilayah kerja puskesmas

Teladan adalah :

1. Kelurahan Teladan Barat : 13 lingkungan

2. Kelurahan Mesjid : 9 lingkungan

3. Kelurahan Pasar baru : 8 lingkungan

4. Kelurahan Pusat Pasar : 8 lingkungan

5. Kelurahan Pandau Hulu – 1 : 9 lingkungan

Adapun Batasan wilayah Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota jumlah

kelurahan yang ada yaitu :

a. Sebelah Utara bebatasan dengan Kecamatan Maimun

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Teladan Timur

(51)

Tabel 3.1 : Distribusi Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota

No. Jenis Kelamin Jumlah

Jiwa %

1. Laki – laki 19,222 49,5

2. Perempuan 19,581 50,5

Jumlah 38,803 100

Sumber Data: Puskesmas Teladan Medan 2014

Tabel 3.2 : Komposi Mata Pencaharian Penduduk di Wilayah Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota

No Kelurahan MataPencaharian

Swasta Dagang PNS Buruh Pensiun ABRI

F % F % F % F % F % F %

Jumlah 5975 100 3966 100 598 100 464 100 281 100 42 10

0

(52)

3.3 Kegiatan Pokok Puskesmas

3.3.1 Upaya Penyelenggara Puskesmas Teladan

Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui Puskesmas, yakni

terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, Puskesmas

bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya

kesehatan masyarakat sesuai dengan KepmenKes :nomor 128/menkes/sk/ii/2004

tentang kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau

dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama.

Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni:

1. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

Ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional, dan global

mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat

merupakan upaya kesehatan wajib yang harus diselenggarakan tiap Puskesmas

antara lain :

a. Upaya Promosi kesehatan

b. Upaya Kesehatan Lingkungan

c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak dan Keluarga Berencana

d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

e. Upaya Pencegahan dan Pembereantasan Penyakit Menular

f. Upaya Pengobatan

(53)

2. Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas

Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya yang

ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di

masyarakat serta disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas, yang di

pilih dari daftar upaya kesehatan Puskesmas yang telah ada yaitu :

a. Usaha Kesehatan Sekolah

b. Usaha Kesahatan Olahraga

c. Usaha Perawatan Kesehatan Masyarakat

d. Upaya Kesehatan Sekolah

e. Upaya Kesehatan Keluarga

f. Upaya perawatan Kesehatan Masyarakat

g. Upaya Kesehatan Kerja

h. Upaya Kesehatan gigi dan mulut

i. Upaya Kesehatan jiwa

j. Upaya Kesehatan mata

k. Upaya Kesehatan usia lanjut

l. Upaya pembinaan pengobatan tradisional

(54)

3.4 Fasilitas Fisik Puskesmas Teladan

Tabel 3.3 : Fasilitas Gedung Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota

No. Fasilitas Jumlah

1. Ruang Poli Anak 1

11. Ruang Rawat Fisioteraphy 1

12. Ruang pemulihan gizi buruk 1

13. Ruang Perawat 1

14. Ruang KIA dan KB 1

15. Laboratorium 1

16. Ruang Pendaftaran 1

17. Ruang Kapus 1

18. Ruang Konstultasi Kesehatan 1

19. Ruang IMS 1

(55)

3.4.1 Fasilitas Alat – alat

Adapun peralatan yang dimiliki Puskesmas Teladan Medan adalah : a) Fasilitas Peralatan Medis Puskesmas Teladan

Fasilitas peralatan medis yang tersedia di Puskesmas Telada Medan Kota dapat dilihat di lampiran belakang.

b) Fasilitas Administrasi

adapun fasilitas – fasilitas adninistrasi adalah sebagai berikut : 1. Kartu berobat jalan

2. Buku – buku catatan 3. Lemari dan rak kartu 4. Meja dan kursi 5. Mesin ketik 6. Komputer

7. Stempel dan arsip

3.4.2 Fasilitas Obat – obatan

Puskesmas Teladan dalam rangka menjalankan tugas – tugas

pokoknya memulihkan kesehatan dan pengobatan penyakit didukung oleh

perlengkapan obat – obatan. Obat – obatan tersebut berasal dari Dinas Kesehatan

yang kemudian diberikan ke Puskesmas untuk dapat meningkatkan kesehatan

masyarakat. Fasilitas obat = obatan dapat dilihat pada lampiran belakang.

3.5 Sumber Daya Manusia Puskesmas Teladan Medan

Adapun sumber daya manusia beserta golongan dan jabatannya yang

Gambar

Gambar 1.1  Sistem Informasi Suatu Unit Kerja
Gambar 1.1 Tampilan utama SIMPUS
Gambar 1.4 Laporan Query Data Pasien
Gambar 1.5 Menu Laporan Query Obat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dimana dukungan organisasi ini tidak hanya dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta saja tetapi dari pihak Puskesmas itu sendiri juga mendukung dengan diadakaannya SIMPUS

yang ada baru puskesmas Pajang yang telah mencoba menerapkan SIMPUS. Web dalam pelayanan

TINJAUAN IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS (SIMPUS) BERDASARKAN JARINGAN KOMUNIKASI DATA DI PUSKESMAS KARANGMALANG SEMARANG TAHUN 2013.. ARIESTA

Berdasarkan hasul studi pendahuluan dan wawancara dengan pengurus sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) di Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu, yang

Skripsi yang berjudul “Analisis Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) di Puskesmas Mutiara Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan” adalah

Petugas yang bertugas sebagai opera- tor SIMPUS di Puskesmas Jumanto- no tidak mempunya keahlian khusus sebagai operator SIMPUS.Operator SIMPUS yang baru biasanya

Dalam menyelesaikan tesis dengan judul “Pengaruh Pemberlakuan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) multiuser Terhadap Wajib Simpan Rahasia Kedokteran Pada

Berdasarkan hasul studi pendahuluan dan wawancara dengan pengurus sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) di Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu, yang