• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Program Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan kepada Masyarakat (Studi PadaPuskesmas Dalu Sepuluh Kecamatan Tanjung Morawa)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Program Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan kepada Masyarakat (Studi PadaPuskesmas Dalu Sepuluh Kecamatan Tanjung Morawa)"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan globalisasi di negara Indonesia sangatlah cepat terutama dibidang teknologi informasi. Teknologi informasi merupakan suatu acuan baginegara Indonesia dalam menghadapi era globalisasi. Kebutuhan masyarakat yang semakin banyak dan serba cepat menuntutpemerintah untuk lebih meningkatkan kinerjapelayanannya kepada masyarakat, terutama di bidang bidang strategis seperti kesehatan.

Teknologi informasi yang berbasis komputerisasi, saat ini telahmenyederhanakan pekerjaan menganalisis jumlah data yang luas, dan teknologiinformasi berbasis komputer tersebut dapat memudahkan dalam memanajemensumber daya yang dimiliki. Adanya pengembangan sistem informasi di suatu pemerintahan akan memudahkan para pegawai dalam menyimpulkan data dan informasi dengan lebihbaik.Kemajuan teknologi informasi (komputer dan telekomunikasi) terjadisedemikian pesatnya sehingga data, informasi, dan pengetahuan dapat diciptakandengan sangat cepat dan dapat disebarkan ke seluruh lapisan masyarakat.Informasi saat ini merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap masyarakat sepertihalnya manusia membutuhkan tenaga untuk hidupnya.

(2)

informasiyang lebih kompetitif dapat menjalankan roda pemerintahan dan mewujudkanpembangunan bidang teknologi dan informasi di Sumatera Utara. Kemajuan teknologidan informasi di Kabupaten Deli Serdang, dapat dilihat dari suatu organisasipemerintahan yang sudah banyak menggunakan konsep teknologi pemerintahanatau yang sering disebut dengan e-Government.

E-Government merupakan salah satu bentuk usaha yang dilakukanpemerintah

Kabupaten Deli Serdang khususnya oleh Dinas KesehatanKabupaten Deli Serdang, dalam menjalankan aktivitas pemerintahannya yang lebih efektif danefisien.

E-Government adalah istilah yang sangat popular saat ini, dimana secaraumum

E-Government merupakan upaya mengaplikasikan pelayanan pemerintahanmelalui

sistem informasi berbasis komputer. Salah satu bentuk upaya pemerintah melalui Dinas Kesehatan khususnya pada bidang TeknologiInformasi Kesehatan (TIK) dalam meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat yaitu dengandibangunnya Sistem Informasi Manajemen SistemPencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SIM SP3) dan Sistem Informasi RumahSakit (SIRS) yang merupakan penunjang pelaksanaan e-Government.

(3)

Tahun 2007 Tentang Sistem Informasi Kesehatan Nasional Online adalah penyempurnaan dari dasar hukum sebelumnya.

Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, Puskesmas dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu dan memuaskan bagi pasien sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan dapat di jangkau seluruh lapisan masyarakat.

PUSKESMAS adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas KesehatanKabupaten/kota, Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.

(4)

waktupengerjaan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang diakibatkan kesalahanpencatatan data-data yang ada.

Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) adalah program sistem informasi kesehatan daerah yang memberikan informasi tentang segala keadaan kesehatan masyarakat di tingkat PUSKESMAS mulai dari data diri orang sakit, ketersediaan obat sampai data penyuluhan kesehatan masyarakat.Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya suatu sistem informasi yang dapat menyajikan dan menggambarkan secara menyeluruh tentang kondisi dan situasi kesehatan di suatu wilayah, dengan data yang valid, akurat dan lengkap, serta dapat diakses dengan mudah, cepat dan dengan jangkauan yang luas. Sistem tersebut nampaknya hanya bisa dibangun melalui kesepakatan atau komitmen bersama dari tingkat yang paling bawah sampai ke tingkat pusat.

Pelakasanaan SIMPUS yang berlangsung selama ini tidakterlepas dari penggunaan manajemen data dari setiap instansi yang ada didaerahdan pusat. Manajemen data yang berhubungan dengan kesehatan didaerahsemuanya terpusat pada Dinas Kesehatan Provinsi (Dinas Kesehatan Provinsi) dankemudian akan dilanjutkan ke pusat dalam hal ini adalah Pusat Data danInformasi (Pusdatin). Manajemen data yang buruk akan mengakibatkan kesulitanpihak Pusdatin dalam menyatukan seluruh data yang ada disetiap Dinas KesehatanProvinsi.

(5)

dalam melakukan tugasnya.Keterkaitan antara masyarakat (sebagai pelanggan) dengan pemerintahdiharapkan dapat menjalin hubungan dengan baik, sehingga terbentuklah sebuahstandar pelayanan yang semakin membaik dari waktu ke waktu. Standarpelayanan merupakan ukuran yang ditetapkan dalam penyelenggaraan pelayananpublik yang harus ditaati oleh pemerintah sebagai pihak pemberi pelayanan danmasyarakat sebagai pihak penerima pelayanan. Tujuannya, untuk memberikanpelayanan yang baik kepada masyarakat, sebagai prioritas (sasaran) utama yangharus dilayani.

Puskesmas Dalu X (sepuluh) merupakan salah satu Puskesmas di Kabupaten Deli Serdang yang berada di KecamatanTanjung Morawa. Wilayah kerja Puskesmas ini mencakup 10 desa yang berada di sekitarnya dengan jumlah penduduk mencapai 82,449 jiwa. Adapun wilayah kerjaPuskesmas Dalu Sepuluh KecamatanTanjung Morawa berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Pakam di sebelah Timur,Kecamatan Beringin danKecamatan Batang Kuis disebelah utara, Percut Sei Tuan dan kota Medan di sebelah barat dan desa Punden Rejo di sebelah selatan.

Penerapan SIMPUS di Puskesmas Dalu Sepuluh masih mengalami hambatan-hambatannya seperti sering terjadinya perekapan data-data pasien yang berobat sehingga membutuhkan waktu yang lama, dan juga masalah sumber Daya Manusia dalam pengerjaan laporan masih satu orang yang mengerjakannya.Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan mengambil judul “Implementasi Program Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) Dalam Meningkatkan Pelayanan Kepada Masyarakat (Studi Kasus

(6)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “BagaimanaImplementasi Program Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) Dalam Meningkatkan Pelayanan Kepada Masyarakat (Di PuskesmasKecamatan Dalu X Kabupaten Deli Serdang)”.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Penelitian bertujuan untuk mengetahui Implementasi Program SIMPUS yang dicanangkan Pemerintah di Puskesmas Dalu X (Sepuluh) KecamatanTanjung Morawa.

2. Penelitian bertujuan untuk melihat apa sajahambatan-hambatan dalam penerapan SIMPUS di Puskesmas Dalu X (Sepuluh) KecamatanTanjung Morawa.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat secara ilmiah

(7)

2. Manfaat secara praktis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah atau lembaga-lembaga lain yang berkepentingan pada implementasi program SIMPUS dalam meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat. 3. Manfaat secara akademis

Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai suatu tahapan melatih mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata satu Departemen Ilmu Administrasi Negara.

1.5. Kerangka Teori

(8)

1.5.1. Kebijakan Publik

Edward R. Tuftle(1974 :23) mengemukan bahwa setiap jenis analisis yangmenghasilkan dan menyajikan informasi dapat menjadi dasar bagi parapengambil kebijakan di dalam menguji argumennya. Kata analisis dalamkerangka kebijakan publik secara tidak langsung menunjukkan penggunaaninstitusi dan pertimbangan yang mencakup tidak hanya pengujiankebijakan dengan pemecahan ke dalam komponen-komponennya, tetapijuga merencanakan dan mencari sintesis atas alternatif-alternatif yangmemungkinkan. Kegiatan ini mencakup penyelidikan untuk menjelaskanatau memberikan wawasan terhadap problem atau isu yang muncul atauuntuk mengevaluasi program yang sudah berjalan. Disini muncul dua tipeanalisis yaitu analisis yang bersifat in-formal dengan argumentasi yangtajam dan analisis kebijakan yang dilakukan dengan melibatkan data yangbesar dan rumit serta mencakup masalah yang luas pula.

(9)

beruntungdalam masyarakat agar mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasi dalampembangunan secara luas.

Thomas R. Dye (The Liang Gie,1981:17) memberikan pengertian dasar

mengenaikebijakan publik sebagai apa yang tidak dilakukan maupun yang dilakukanoleh pemerintah. Pengertian ini kemudian dikembangkan dan diperbaharuioleh ilmuwan-ilmuwan yang berkecimpung di ilmu kebijakan publik sebagai penyempurnaan karena arti itu jika diterapkan, maka ruang lingkup studi ini menjadi sangat luas, disamping kajiannya yang hanya terfokus pada negara sebagai pokok kajian.

Jadi pada dasarnya studi kebijakan publik berorientasi padapemecahan masalah riil yang terjadi di tengah masyarakat. Dengandemikian analisis kebijakan publik secara umum merupakan ilmu terapandan berperan sebagai alat atau ilmu yang berusaha untuk memecahkanmasalah. Pada konteks ini kebijakan publik memiliki beragam perspektif,pendekatan maupun paradigma sesuai dengan fokus dari obyekpenelitian atau obyek kajian.

Istilah kebijakan publik sesungguhnya dipergunakan dalampengertian yang berbeda-beda. Owen E. Hugh(1994:54) mengatakan bahwaKebijakan adalah cara bertindak yang sengaja untuk menyelesaikanbeberapa permasalahan.Charles .O. Jones (Tangkilisan, 2003:5) menekankan studi Kebijakan Publik ini pada 2 (dua)proses, yaitu:

(10)

b. Refleksi tentang bagaimana seseorang bereaksi terhadap masalah-masalah,terhadap Kebijakan negara, dan memecahkannya.

Masih Menurut. Charles O. Jones Kebijakan terdiri dari komponen-komponen: a. Goal atau tujuan yang diinginkan.

b. Plans atau proposal, yaitu pengertian yang spesifik untuk mencapai tujuan. c. Program, yaitu upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan.

d. Decision atau keputusan yaitu tindakan-tindakan untuk menentukantujuan,

membuat rencana/ melaksanakan dan mengevaluasi program.

e. Efek, yaitu akibat-akibat dari program (baik disengaja atau tidak, primeratau sekunder).

Menurut Dunn (Tangklisan, 2003:6) Proses analisis kebijakan secara umum merupakan suatu proses kerja yang meliputi lima komponen informasi kebijakan yang saling terkait dan dilakukan secara bertahap dengan menggunakan berbagai teknik analisis kebijakan.

(11)

Pada konteks ini komponen informasikebijakan (masalah kebijakan, altematif kebijakan, tindakan kebijakan hasilkebijakan, dan hasil guna kebijakan) ditransformasikan dari satu posisi keposisi lainnya dengan menggunakan teknik analisis kebijakan.Dalam memecahkan masalah yang dihadapi kebijakan publik, Dunn (Tangklisan, 2003:8) mengemukakan bahwa ada beberapa tahap analisis yang harusdilakukan yaitu :

1. Penetapan Agenda Kebijakan (Agenda Setting) 2. Formulasi Kebijakan (Policy Formulation) 3. Adopsi Kebijakan (Policy Adoption) 4. Isi Kebijakan (Policy Implementation) 5. Evaluasi Kebijakan (Policy Assesment)

1.5.2. Implementasi Kebijakan

Patton dan Sawichi (Tangkilisan,2003:29) : “menyebutkan bahwaimplementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan untukmerealisasikan program, dimana pada posisi ini eksekutif mengatur cara untukmengorganisir, menginterpretasikan, dan menerapkan kebijakan yang telahdiseleksi”. Kamus Webster dalam Wahab (1997:64), pengertian implementasidirumuskan secara pendek bahwa “to implement” (mengimplementasikan) berarti“to provide means for carrying out; to give practical effect to” (menyajikansarana untuk melaksanakan sesuatu;

(12)

Jones (Tangkilisan, 2003:18) implementasi merupakan suatuproses yang dinamis yang melibatkan secara terus menerus usaha-usaha untukmencari apa yang akan dan dapat dilakukan. Dengan demikian implementasimengatur kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program kedalam tujuan kebijakan yang diinginkan.

Implementasi kebijakan adalah bagian dari rangkaian proses kebijakanpublik. Proses kebijakan adalah suatu rangkaian tahap yang saling bergantungyang diatur menurut urutan waktu, penyusunan agenda, formulasi kebijakan,adopsi kebijakan, dan penilaian kebijakan. Proses yang perlu ditekankan disiniadalah bahwa tahap implementasi kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuandan saran-saran ditetapkan atau diidentifikasi oleh keputusan-keputusankebijakan. Dengan demikian, tahap implementasi terjadi hanya setelah undang-undang ditetapkan dan dana disediakan untuk membiayai implementasi kebijakan tersebut (Winarno, 2002:102).

Kebijakan publik merupakan sebuah awal dan belum dapat dijadikanindikator dari keberhasilan pencapaian maksud dan tujuan. Karena kebijakanadalah suatu perkiraan akan masa depan yang lebih bersifat semu, abstrak dankonseptual. Namun ketika telah masuk di dalam tahapan implementasi dan terjadiinteraksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi kebijakan, barulahkeberhasilan maupun ketidakberhasilan akan diketahui.

(13)

publik, bagaimana bisa disebutsebagai kebijakan yang berhasil. Peters (dalam Tangkilisan, 2003:22)mengatakan bahwa:

“Implementasi kebijakan yang gagal disebabkan beberapa faktor, yaitu informasi, di mana kekurangan informasi dengan mudah mengakibatkan adanya gambaran yang kurang tepat baik kepada objek kebijakan maupun kepada para pelaksana dari isi kebijakan itu; isi kebijakan, dimana implementasi kebijakan dapat gagal karena masih samarnya isi atau tujuan kebijakan atau ketidaktepatan atau ketidaktegasan internal ataupun eksternal kebijakan itu sendiri; dukungan, dimana implementasi kebijakan publik akan sangat sulit bila pada pelaksanaannya tidak cukup dukungan untuk kebijakan tersebut; pembagian potensi, dimana hal ini terkait dengan pembagian potensi di antaranya para aktor implementasi dan juga mengenai organisasi pelaksana dalam kaitannya dengan diferensiasi tugas dan wewenang”.

Dalam rangka mencapai tujuan implementasi program yang efektif, pemerintah dituntut untuk melakukan aksi serupa membuat perundang-undangan sebagai acuan, penghimpunan sumber daya yaitu sumber daya manusia sebagai pelaksana dan sumber daya keuangan (finansial) yang akan mendukung pelaksanaan program dan komitmen pelaku-pelaku yang terkait. Menurut Jines (dalam Hesel Nogi, 2003;23), untuk mengukur apakah implementasi program efektif atau tidak dapat dilihat dari dimensi, yaitu :

a. Organisasi

(14)

tugas-tugasnya. Dalam hal ini aparatur pemerintah dituntut memiliki kemampuan yang memadai sesuai dengan kebijakan yang akan diimplemetasikan.

b. Interprestasi

Interprestasi menyangkut tingkat pemahaman aparat pelaksana dalam proses implementasi, apakah telah dilaksanakan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang berlaku, yang meliputi:

1. Kesesuaian dengan peraturan, berarti setiap pelaksanaan harus sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2. Kesesuaian dengan petunjuk pelaksanaan, berarti pelaksanaan dari peraturan sudah dijabarkan dan bersifat administratif, sehingga memudahkan pelaksanaan dalam melakukan aktivitas pelaksanaan program.

3. Kesesuaian dengan petunjuk teknis, berarti kebijaksanaan yang sudah dirumuskan dirancang lagi secara teknis agar memudahkan dalam operasionalisasi program.

c. Penerapan

Penerapan disini berarti peraturan atau kebijakan yang berupa petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis telah berjalan sesuai dengan ketentuan dimana untuk mewujudkan hal ini dapat dilihat dari :

(15)

2. Program kerja harus seudah terporgram dan terencana dengan baik, sehingga tujuan program dapat direalisasikan dengan efektif.

3. Jadwal kegiatan disiplin berarti program harus diketahui batas waktu penyelesaiannya sehingga mudah dilakukan evaluasi.

1.5.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan publik akan lebih mudahdipahami apabila menggunakan suatu model atau kerangkaImplementasi Kebijakan Publikpemikiran tertentu. Suatu model akan memberikan gambarankepada kita secara bulat lengkap mengenai sesuatu objek, situasi,atau proses. Komponen-komponen apa saja yang terdapat padaobjek, situasi, atau proses tersebut. Bagaimana korelasi-korelasiantara komponen-komponen itu satu dengan yang lainnya.

Implementasi kebijakan di pengaruhi oleh berbagai faktor sehingga kebijakan tersebut dalam menjadi solusi dari masalah yang dihadapi. Berikut adalah teori yang paling popular digunakan untuk melihat implementasi sebuah kebijakan dengan faktor yang mempengaruhinya.

1.5.3.1. Teori G. Edward III

Menyatakan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi implementasikebijakan :

1. Komunikasi

(16)

a. Transmisi

Pemerintah sebagai pihak yang berperan langsung dalammengimplementasi kebijakan/program telah mentransmisikan (mengirimkan) perintah-perintah implementasi sesuai dengan keputusan yang telah dibuat.

b. Kejelasan

Petunjuk implementasi bukan saja diterima, melainkan juga harus jelas,dimana bila tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas, atau bahkan tidakdiketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadiresistensi dari kelompok sasaran.

c. Konsistensi

Perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi harus konsisten dan jelas untuk ditetapkan atau dijalankan. Jika perintah yang diberikan sering berubah-ubah, maka dapat menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan.

2. Sumber Daya

(17)

a. Sumber Daya Manusia (human resources)

Tidak cukup hanya dengan adanya jumlah implementator yang memadai,untuk menjalankan sebuah kebijakan, bila tidak dibarengi dengan keterampilanyang sesuai dengan kualifikasi standar yang diharuskan. Sumber Daya Manusia (SDM) sangat diperlukan dalam menjalankan kebijakan, pentingnya ketrampilanSDM itu untuk menjalankan sebuah kebijakan.

b. Informasi

Informasi berkenaan dengan berupa petunjuk dalam melaksanakan kebijakan dan data untuk menyesuaikan antara implementasi dengan kebijakan pemerintah.

c. Kewenangan atau otoritas

Hak untuk mengeluarkan jaminan, mengeluarkan perintah untuk pejabat lain, menarik dana dari sebuah program, memberikan dana, bantuan teknik, membeli barang dan jasa, pengawasan serta mengeluarkan cek untuk para warga.

d. Fasilitas

Berbagai fasilitas fisik, yang disediakan oleh implementator sebagai persediaan yang esensial, yang bisa menunjang implementasi kebijakan atau program.

3. Disposisi

(18)

1. Pengangkatan birokrasi, disposisi atau sikap pelaksana akan menimbulkan hambatan-hambatan yang nyata terhadap implementasi kebijakan bila personel yang ada tidak melaksanakan kebijakan yang diinginkan oleh pejabat-pejabat yang lebih atas..

2. Insentif merupakan salah-satu teknik yang disarankan untuk mengatasi masalah sikap para pelaksana kebijakan dengan memanipulasi insentif. Dengan cara menambah keuntungan atau biaya tertentu mungkin akan menjadi faktor pendorong yang membuat para pelaksana menjalankan perintah dengan baik. Hal ini dilakukan sebagai upaya memenuhi kepentingan pribadi atau organisasi.

4. Struktur Birokrasi

Menurut Edwards III terdapat dua karakteristik utama dari birokrasi yakni: Standard Operational Procedure (SOP) dan fragmentasi. Standard operational procedure (SOP) merupakan perkembangan dari tuntutan internal akan kepastian waktu, sumber daya serta kebutuhan penyeragaman dalam organisasi kerja yang kompleks dan luas.

(19)

1.5.3.2. Teori Donald S. van Meter dan Carl E. van Horn

Model ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara linier dari kebijakan publik, implementor, dan kinerja kebijakan publik. Donal S Van Meter dan Carl E Van Horn menerapkan model implementasi dengan lebih memfokuskan ke sisi teknisnya. Menurut Meterdan Horn (Kumorotomo, 2001:38). ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yaitu: 1. Standar dan sasaran kebijakan, standar dan sasaran kebijakan pada

dasarnyaadalah apa yang hendak dicapai oleh program atau kebijakan.

2. Sumber daya, sumber daya menunjuk kepada seberapa besar dukunganfinansial dan sumber daya manusia untuk melaksanakan program atau kebijakan.

3. Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas, hal ini menunjukankepada mekanisme prosedur yang dicanangkan untuk mencapai sasaran dantujuan program.

4. Karakterisktik agen pelaksana, hal ini menunjuk seberapa besar daya dukungstruktur organisasi, nilai-nilai yang berkembang, hubungan dan komunikasi yangterjadi di internal birokrasi.

5. Kondisi sosial, ekonomi, dan politik, hal ini menunjuk bahwa kondisi dalamranah implementasi dapat mempengaruhi kesuksesan implementasi itu sendiri.

(20)

antusias dan responsif terhadap kelompok sasaran dan lingkungan beberapa yang dapatditunjuk sebagai bagian dari sikap pelaksana ini.

1.5.3.3. Teori Merilee S. Grindle

Keberhasilan implementasi menurut Grindle dipengaruhi oleh dua variabelbesar, yaitu isi kebijakan dan konteks implementasinya. Isi kebijakan mencakuptentang kepentingan yang terpengaruh oleh kebijakan, jenis manfaat yang akandihasilkan, derajat perubahan yang diinginkan, kedudukan pembuat kebijakan,siapa pelaksana program, dan sumber daya yang dikerahkan. Sementara itu,konteks implementasinya lebih mencakup ke arah politis seperti kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat, karakteristik lembaga dan penguasa,kepatuhan dan daya tanggap (Kumorotomo, 2001:45)

1.5.3.4. Teori Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier

Mazmanian dan Sabatier (Kumorotomo, 2001:62) menklasifikasikan prosesimplementasi kebijakan ke dalam tiga variabel.

1. Pertama, variabel independen, yaitu mudah tidaknya masalah dikendalikan yang berkenaan dengan indikator masalah teori dan teknis pelaksanaan,keragaman obyek, dan perubahan seperti apa yang dikehendaki. 2. Kedua, variabel intervening, yaitu variabel kemampuan kebijakan

(21)

3. Ketiga, variabel dependen, yaitu tahapan dalam proses implementasi dengan lima tahapan. Yaitu, pemahaman dari lembaga/badan pelaksana dalam bentuk disusunnya kebijakan pelaksana, kepatuhan obyek, hasil nyata, penerimaan atas hasil nyata tersebut, dan akhirnya mengarah kepada revisi atas kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan tersebut ataupun keseluruhan kebijakan yang bersifat mendasar.

1.5.4. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ( SIMPUS )

1.5.4.1. Sistem Informasi Manajemen

Sistem Informasi Manajemen ( SIM ) memiliki ruang lingkup yang tertuang pada 3 (tiga) kata pembentuknya yaitu Sistem, Informasi, dan Manajemen.

1. Sistem

(22)

sistem dapat dikatakan berhasil. Sedangkan jika para penggunanya menolak sistem yang diterapkan, maka sistem itu dapat digolongkan gagal.

Menurut John Me Manama seperti dikutip Azwar (2004:27) disebutkan bahwa sistem adalah suatu struktur konseptual yang terdiri dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu unit organik untuk mencapai keluaran yang diinginkan secara efektif dan efisien.

Sedangkan menurut Lumbangaol (2008:23) sistem adalah hubungan satu unit dengan unit-unit lainnya yang saling berhubungan satu sama lainnya dan yang tidak dapat dipisahkan serta menuju satu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Apabila satu unit macet atau terganggu, unit lainnya pun akanterganggu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.

Dari defenisi di atas, sistem terbentuk dari berbagai elemen atau unsur yang saling berhubungan dan bekerja sama dalam satu kesatuan. Ini berarti bahwa elemen atau unsur tersebut mutlak harus ada dalam satu sistem. Menurut Azwar (2004:30) ada 6 unsur dalam suatu sistem yaitu:

a. Masukan (input) adalah kumpulan elemen atau bagian yang terdapat dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya system tersebut. b. Proses (process) adalah kumpulan elemen atau bagian yang terdapat dalam

sistem dan yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan.

(23)

d. Umpan balik (feedback) adalah kumpulan elemen atau bagian yangmerupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistemtersebut.

Departemen Kesehatan RI (2007) menyebutkan bahwa yang tercakup dalam komponen masukan adalah informasi, instrumen pencatatan dan pelaporan data dan sumber daya. Komponen proses mencakup pengorganisasian dan tata kerja serta pengolahan data dan komponen keluaran mencakup penyimpanan, penyebarluasan, pendayagunaan dan pemanfaatan informasi yang dihasilkan dari proses pengolahan data.

Menurut Amsyah (2005:76) data dan informasi diperlukan dan dihasilkanoleh tiap unit kerja, maka unit yang bekerja dengan data dan informasi tersebutdapat dikatakan sebagai memiliki sistem informasi sendiri.

2. Informasi

Menurut Nugroho(Lumbagaol,2008:15),informasi adalah suatupengetahuan yang berguna untuk pengambilan keputusan. Informasi

yang dihasilkan dari pengolahan data telah menjadi salah satu sumber daya penting yang harus dikelola dengan baik. Apabila sebuah perusahaan kurang memperoleh informasi, maka. akan sulit mengontrol sumber daya lain yang mengakibatkan terganggunya kinerja dan bisa mengalami kekalahan dalam persaingan dengan para kompetitor.

(24)

a. Akurat ( Accurate )

Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan maksudnya.

b. Tepat Waktu (timelines)

Informasi yang datang kepada si penerima tidak boleh terlambat. Informasi yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai lagi karena informasi merupakan landasan dalam pengambilan keputusan. Bila pengambilan keputusan terlambat, maka dapat berakibat fatal bagi organisasi.

c. Relevan (relevance)

Informasi tersebut mempunyai manfaat bagi pemakainya. Atau dengan kata lain informasi tersebut harus sesuai dengan kebutuhan pihak yang membutuhkan.

Berikut proses informasi yang dibuat oleh Achua (2004:59) data yang masih merupakan bahan mentah harus diolah untuk menghasilkan informasi melalui suatu model. Model yang digunakan untuk mengolah data tersebut disebut model pengolahan data atau dikenal dengan siklus pengolahan data (siklus informasi).

(25)

secara keseluruhan organisasi akan dapat mencapai tujuan secara efisien dan efektif (Amsyah, 2005:103).

3. Manajemen

Menurut Terry (2001:2) manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.

Menurut Sutabri dalam Terry (2001:53) penggunaan ilmu manajemen dalam SIM merupakan suatu kemajuan yang luar biasa, dengan cara-cara pengumpulan informasi yang tidak terorganisasi dan manajemen berdasarkan pengalaman.

Dalam ilmu manajemen, para manajer diwajibkan menyatakan masalah dan asumsi secara teliti, biasanya dalam bentuk kuantitas atau suatu ukuran agar mereka dapat memperoleh uraian lebih baik tentang masalahnya. Bila ini diterapkan pada disain dari sistem-sistem organisasi dan operasional untuk memecahkan masalah, ilmu manajemen memanfaatkan volume yang besar dari pengetahuan manusia dalam berbagai bidang yang berkaitan. Oleh karena itu, sistem untuk pemecahan masalah ( problem solving ) dapat dirancang agar lebih efektif dan lebih efisien bagi seluruh organisasi.

(26)

menyusun pola seorang organisatoris dalam pemecahan masalah dan untuk mengembangkan sistem-sistem teknis yang mempermudah pemecahan masalah dan implementasinya.

Kebutuhan informasi untuk para manajer harus juga dipenuhi oleh sebuah sistem informasi untuk para manajemen (SIM). Sistem informasi manajemen harus dirancang berdasarkan tugas-tugas manajemen, prinsip-prinsip manajemen, cara dan perangai individual dari para manajer, serta struktur organisasinya. Selanjutnya, sifat dasar desain SIM dan cara pelaksanaannya dicerminkan kembali oleh semua anggota organisasinya untuk memberikan dampak positif kepada para manajernya serta fungsi organisasinya (Terry, 2001: 54).

4. Sistem Informasi Manajemen ( SIM )

Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah sebuah sistem informasi yangselain melakukan pengolahan transaksi yang diperlukan oleh suatu organisasi,juga memberi dukungan informasi dan pengolahan data untuk fungsi manajemendan proses pengambilan keputusan. Pada umumnya, apabila orang membicarakansistem informasi manajemen, yang tergambar adalah suatu sistem yang diciptakanuntuk melaksanakan pengolahan data yang akan dimanfaatkan oleh suatu organisasi. Pemanfaatan data di sini dapat berarti penunjang pada tugas-tugas rutin, evaluasi terhadap prestasi organisasi, atau untuk pengambilan keputusan oleh organisasi tersebut.

(27)

pemakai dengan kebutuhan yang serupa. Sedangkan Laudon (2005:20) mendefenisikan SIM adalah studi mengenai sistem informasi yang fokus pada penggunaan sistem informasi dalam bisnis dan manajemen.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa pengertian di atas adalah SIM merupakan suatu sistem pengolahan data dalam suatu organisasi yang berfungsi menangani proses pengumpulan, pengolahan, dan penyimpanan data yang menyajikan informasi yang akurat dan tepat waktu bagi para penggunainformasi sebagai pendukung pengambilan keputusan.

Menurut Kumorotomo (2001: 111) syarat-syarat tentang Sistem Informasi Manajemen yang baik dan lengkap adalah:

a. Ketersediaan. Syarat yang mendasar bagi suatu informasi adalah tersedianya informasi itu sendiri. Informasi harus dapat diperoleh bagi orang yang hendak memanfaatkannya.

b. Mudah dipahami. Informasi harus mudah dipahami dan tidak berbelit-belit yang hanya akan memperlambat proses manajemen.

c. Sesuai. Informasi harus benar-benar sesuai dengan tujuan danpermasalahan di dalam organisasi.

d. Bermanfaat. Informasi harus tersaji ke dalam bentuk-bentuk yang bersangkutan semua tingkatan manajemen.

1.5.4.2. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas

(28)

data yang cukup kompleks. Dibutuhkan suatu sistem informasi yang dapat menangani berbagai macam kegiatan operasional Puskesmas mulai dari pengelolaan registrasi pasien, data rekam medis pasien, farmasi, keuangan hingga berbagai laporan bulanan, tribulanan, dan tahunan. Bebagai laporan eksekutif yang dihasilkan oleh Puskesmas dengan bantuan sistem informasi sangat dibutuhkan dalam penentuan kebijakan untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan masyarakat.

Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) atau SP2TP merupakan salah satu program yang dibuat oleh aparatur pemerintah kepada setiap Puskesmas di seluruh daerah-daerah untuk mempermudahkan pengaksesan data-data pasien yang merupakan sebuah sistem Informasi yang terintegrasi dan didesain multiuser yang disiapkan untuk menangani keseluruhan proses manajemen Puskesmas. Fungsi utamanya adalah mengatur semua data pasien mulai dari pendaftaran, registrasi, pemeriksaan (Diagnosis) serta pengobatan pasien tersebut, kemudian data-data yang sudah diinputkan ditampung kedalam sebuah database yang nantinya akan dikategorikan sesuai dengan parameter untuk kebutuhan laporan seperti laporan kunjungan harian, cara pembayaran, jenis penyakit serta laporan lainnya yang sebagaimana dibutuhkan didalam Manajemen Puskesmas.

(29)

Tujuan SIMPUS yaitu meningkatnya kualitas manajemen Puskesmas secara lebih berhasil-guna dan berdaya guna, melalui pemanfaatan secara optimal data SP2TP dan informasi lain yang menunjang. SIMPUS juga bertujuan :

1. Sebagai dasar penyusunan Rencana Tahunan Puskesmas

2. Sebagai dasar penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan Puskesmas(lokakarya mini)

3. Sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan Puskesmas (Stratifikasi Puskesmas)

4. Untuk mengatasi berbagai hambatan pelaksanaan kegiatan Puskesmas.

1.5.4.3. Faktor-Faktor Hambatan Penerapan SIMPUS

Pengembangan SIMPUS di beberapa daerah masih banyak menemui hambatan. Ada beberapa isu aktual terkait dengan integrasi data, yaitu :

1. Data yang tersedia belum terintegrasi dan sulit memperoleh data yang bermutu dan terkini.

Integrasi data dan informasi dari berbagai unit pelayanan yang ada di Puskesmas baik pelayanan dalam gedung maupun luar gedung belum dapat dilakukan sepenuhnya karena berbagai keterbatasan. Data dan informasi dari Puskesmas pembantu dan Puskesmas keliling belum dapat diintegrasikan dengan cepat dan tepat waktu. Integritas data yang tersedia secara real time merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas data.

(30)

dalam pelayanan sehingga terjadi rangkap pekerjaan. Apabila jumlah pasien sedikit, entri data dapat dilakukan dengan segera, tetapi apabila jumlah pasien cukup banyak maka proses entri data masih dirasakan merepotkan. Kedua faktor di atas sangat berpengaruh terhadap kualitas data dan informasi yang dihasilkan. Data dan informasi perlu tersedia dengan segera, cepat dan tepat waktu agar dapat dimanfaatkan secara optimal.

2. Pemanfaatan data belum optimal.

Data dan informasi yang tersedia sebenarnya masih dapat digunakan untuk tujuan yang lebih luas sesuai dengan peran data dan informasi sebagai health intelligence, misalnya melihat sebaran penyakit berdasarkan peta dan waktu, pemeriksaan kehamilan dan imunisasi balita, pengenalan terhadap potensi Kejadian Luar Biasa, kenaikan pangkat bagi pegawai dan masih banyak aplikasi yang dapat digunakan berdasarkan data dan informasi yang tersedia. 3. Keterbatasan Sumber Daya Manusia ( SDM )

Aspek SDM merupakan aspek penting yang sangat menentukan perkembangan SIMPUS, juga terhadap kualitas data yang dihasilkan. Pengembangan SIMPUS seringkali dihadapkan kepada keterbatasan SDM berupa keterbatasan pemahaman staf terhadap teknologi komputer dan sistem informasi, tidak adanya staf yang mempunyai latar belakang pendidikan komputer dan tidak ada staf khusus untuk entri data. Keterbatasan SDM juga akan sangat mempengaruhi kualitas data yang dihasilkan SIMPUS.

(31)

informasimulai dari tahap pengumpulan data, pengiriman data, pengolahan data dan analisis data. Idealnya pengembangan sistem informasi memerlukan operator komputer, ahli jaringan, pengelola database, programmer, analis sistem dan IT ProjectManager. Namun perlu dipertimbangkan juga penempatan tenaga-tenaga tersebut, siapa yang ditempatkan di Puskesmas dan siapa yang cukup ditempatkan di Dinas Kesehatan.

1.5.5. Pelayanan

Pelayanan pada dasarnya bertujuan untuk memberikan kepuasan terhadap objek dari pelayanan. Pelayanan merupakan bentuk dari implementasi kebijakan-kebijakan dari pemerintah. Melalui proses pelayanan, kebijakan-kebijakan-kebijakan-kebijakan pemerintah yang telah disepakati diimplementasikan. Implementasi kebijakan tersebut juga bertujuan untuk menciptakan suatu kondisi yang berguna bagi dua pihak, yakni masyarakat selaku objek atau tujuan dari pelayanan dan pemerintah selaku pelaksana pelayanan.

Pelayanan yang baik/memuaskan dan efektif efisien akan menciptakan persepsi positif dari masyarakat/objek dari pelayanan terhadap kinerja dari pemerintah. Hal ini akan menimbulkan kepercayaan terhadap pemerintah dan apresiasi, sehingga masyarakat tidak akan ragu dalam memenuhi kewajibannya dikarenakan hak nya sudah terpenuhi lewat pelayanan yang memuaskan dari pemerintah.

(32)

kepentingan dan kemauan orang lain. Menurut Komaruddin (1993:448) pelayanan adalah alat-alat pemuas kebutuhan yang tidak berwujud atau prestasi yang dilakukan atau dikorbankan untuk memuaskan permintaan dan kebutuhan konsumen.

Pendapat tersebut dipertegas oleh Sianipar (1999:4) bahwa pelayanan dikatakan sebagai cara melayani, membantu menyiapkan, mengurus, menyelesaikan keperluan, kebutuhan seseorang atau kelompok orang. Obyek yang dilayani adalah masyarakat yang terdiri dari individu, golongan, dan organisasi (sekelompok orang anggota organisasi).

Kualitas jasa atau pelayanan berpusat pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketetapan pengabdiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan. Menurut Wyekof (Tjiptono, 1996:59) kualitas jasa atau pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Dengan kata lain ada 2 (dua) faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa atau pelayanan yaitu pelayanan yang diharapkan, dan pelayanan yang dipersepsikan.Dengan memiliki kualitas pelayanan yang baik maka pada akhirnya timbul kesesuaian antara harapan konsumen dengan kinerja yang dirasakan. Layanan yang baik menjadi dambaan setiap orang yang berurusan dengan badan/instansi yang bertugas melayani masyarakat.

(33)

kualitas pelayanan diharapkan mampu meningkatkan kinerja dari pelayanan publik.

Dasar untuk menilai suatu kualitas pelayanan selalu berubah dan berbeda. Apa yang dianggap sebagai suatu pelayanan yang tidak berkualitas pada saat yang lain. Maka kesepakatan terhadap kualitas sangat sulit untuk dicapai. Dalam hal ini dapat dilihat pendapat ahli dalam mengukur mutu pelayanan.

Menurut Zeithalm dkk (Boediono, 2003:114) ada lima dimensi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi mutu pelayanan, yaitu :

1. Bukti Langsung (Tangibles), yang meliputi fasilitas fisik, pegawai, perlengkapan dan sarana komunikasi. Fasilitas fisik yang dimaksud disini adalah seperti gedung perkantoran, ruang tunggu untuk pelanggan, telepon, komputer dan lain-lain.

2. Daya tanggap (Responsiveness), suatu karakteristik kecocokan dalam pelayanan manusia, mampu yakni keinginan para staf untuk membantu masyarakat dan memberikan pelayanan dengan tanggapan. Keinginan itu seperti kemauan aparat birokrasi untuk memberikan informasi-informasi yang terkait dengan waktu pelayanan, syarat-syarat program langsung.

(34)

4. Jaminan (Assurance), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang miliki para staf, bebas dari bahaya, resiko atau keraguan. Yaitu seperti kepastian yang diberikan aparat birokrasi untuk membuat masyarakat pengguna jasa merasa yakin bahwa tugas yang dilaksanakannya akan bebas dari kesalahan.

5. Empati (Emphaty), yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungankomunikasi yang baik dan memahami kebutuhan para pelanggan. Hal seperti inibagaimana aparat birokrasi menciptakan komunikasi eksternal untukmeningkatkan kualitas pelayanannya.

1.5.6. Kesehatan Masyarakat

Menurut UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Jadi dalam pengertian ini kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial. W. F. Connell (1974: 68) menyimpulkan bahwa masyarakat adalah:

1. Suatu kelompok orang yang berfikir tentang diri mereka sendiri sebagai kelompok yang berbeda, diorganisai, sebagai kelompok yang diorganisasi secara tetap untuk waktu yang lama dalam rintang kehidupan seseorang secara terbuka dan bekerja pada daerah geografis tertentu.

(35)

3. Seseorang yang mempunyai sistem kekerabatan yang terorganisasi yang mengikat anggota-anggotanya secara bersama dalam keseluruhan yang terorganisasi.

Menurut Ratminto (2005:10) kesehatan masyarakat adalah kombinasi antara teori dan praktek yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan penduduk (masyarakat). Ketiga tujuan tersebut sudah tentu saling berkaitan dan mempunyai pengertian yang luas, untuk mencapai tujuan tersebut, ada cara pendekatan yang paling efektif yaitu melalui upaya-upaya pengorganisasian masyarakat.

Adapun tujuan umum dari kesehatan masyarakat adalah meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara menyeluruh dalam memelihara kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan secara mandiri, sedangkan tujuan khususnya adalah :

a. meningkatkan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam pemahaman tentang pengertian sehat dan sakit.

b. meningkatkan kemampuan individu, keluarga, masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan.

1.6. Definisi Konsep

(36)

untukmenemukan batasan yang lebih jelas maka penulis dapat menyederhanakanpemikiran atas masalah yang sedang penulis teliti, maka peneliti mengemukakankonsep-konsep antara lain :

1. Implementasi program Sistem Manajemen Puskesmas(SIMPUS) adalah proses serta tahapan dari pembuatankebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah, yang diarahkan untukmencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan kebijakansebelumnya.Implementasi dilihat dari beberapa faktorsebagai berikut :

a. Komunikasi, informasi yang diberikan aparat kepada pegawai.

b. Sumber Daya Manusia, SDM yang bertanggung jawab pada SIMPUS. c. Disposisi, bentuk komitmen antara petugas yang bertanggung jawab

dalam SIMPUS.

d. Struktur Birokrasi, yang harus jelas tugas fungsi pokok dari tiap tiap pegawai.

2. Pelayanan Kesehatan Masyarakat adalah pelayanan dikatakan sebagai cara melayani, membantu menyiapkan, mengurus, menyelesaikan keperluan, kebutuhan seseorang atau kelompok orang. Obyek yang dilayani adalah masyarakat yang terdiri dari individu, golongan, dan organisasi. Adapun indikator-indikator mutu pelayanan adalah :

(37)

b. Keandalan (Reability), merupakan kesigapan dari aparat petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terhadap keluhan dari masyarakat sehingga pelayanan tersebut respon dalam memberikan solusi dari setiap keluhan masyarakat tersebut.

c. Jaminan (Assurance), merupakan informasi yang jelas dan dimengerti kemampuan pegawai atas setiap informasi yang telah diberikan terhadap masyarakat yang berobat di Puskesmas Dalu X (Sepuluh).

d. Empati (Emphaty), Empati seperti daya adaptasi dan toleransi merupakan kemampuan pegawai Puskesmas Dalu X (Sepuluh) terhadap ekonomis, Kemudahan dan kenyaman kepada masyarakat.

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini Berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuanpenelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, definisikonsep dan sistematika penulisan.

BAB II : METODE PENELITIAN

(38)

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum mengenai lokasi penelitian

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan dokumentasi yang akan dianalisis, serta memuat pembahasan atau interpretasi dari data-data yang disajikan di bab sebelumnya.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini memberikan pemaparan tentang data yang diperoleh dari fakta yang terjadi yang selanjutnya dianalisis menggunakan teori-teori yang telah ada.

BAB VI : PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

Penulis dalam skripsi ini menggunakan beberapa rasio keuangan khususnya rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh

Ket: Menu Kegiatan Subbidang Air Minum sesuai dengan Lampiran III dalam Permen PUPR Nomor: 47/PRT/M/2015 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Infrastruktur.3. IPAL komunal

Penulisan ilmiah ini menjelaskan cara membuat website DMC musik center dengan menggunakan Macromedia Dreamweaver MX untuk merancang tampilan website bahasa pemrograman PHP

Program multimedia ini juga tersedia fasilitas Action Script, dimana user dapat menggunakannya untuk pembuatan animasi yang lebih interaktif dan menarik. Fasilitas Action Script

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013. PEMERINTAH PROVINSI

Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 jo. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014

Distribusi penderita PPOK stabil di Poli Paru RSUD Arifin Achmad berdasarkan pengaruh nafsu makan didapatkan hasil sebanyak 22 (51,2%) orang tidak mengalami penurunan

skor siswa kedalam bentuk nilai. Pada penelitian ini digunakan skala 100, pada pra siklus terdapat 9 butir soal yang. dinyatakan baik dan 11 butir soal dinyatakan gugur,maka