• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V : ANALISIS DATA

ANALISIS DATA

Dalam Bab ini, akan dianalisis semua data yang diperoleh dari hasil penelitian seperti yang sudah disajikan dalam bab terdahulu, adapun analisis yang dilakukan dengan analisis deskriptif kualitatif, dengan mengacu pada hasil wawancara kepada informan yang bersangkutan sebagai informasi – informasi yang akan di rangkum dalam bab ini.

Dalam pelaksanaannya agar pelayanan di bidang kesehatan dapat lebih baik, maka Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ( SIMPUS ) merupakan salah satu solusi yang diberikan oleh aparat birokrasi dalam upaya peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan kepada masyarakat. Penyelengaraan pelayanan merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah, pelayanan yang diberikan kepada semua masyarakat tanpa terkecuali. Bila layanan yang diterima oleh masyarakat sesuai yang diharapkan, maka kualitas layanan yang diberikan itu memuaskan dan mencapai tujuan yang ditetapkan. Sebaliknya bila jasa / layanan yang diterima oleh masyarakat rendah dari yang diharapkan, maka kualitas pelayanan akan buruk tidak sesuai tujuan yang diharakan. Dengan demikian baik atau buruknya kualitas jasa / layanan tergantung kepada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan masyarakat secara konsisten.

Masalah yang terjadi di atas, dalam hal ini pemerintah telah melakukan upaya yang maksimal dalam memberikan pelayanan terbaik dalam hal meningkatkan kesehatan masyarakat. Upaya tersebut adalah melalui aplkasi

SIMPUS yang merupakan suatu sistem dataabase yang dimana dat – data masyarakat yang pernah berobat di Puskesmas Teladan tersebut bisa di input, di update, dan di share sehingga terbangun suatu sistem informasi manajemen secara online. Adapun tujuan dalam penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas di tingkat daerah smpai ke tingkat Pusat adalah suatu sistem informasi yang dapat menampung, mengelola, menyimpan dan menentukan kembali serta mendestribusikan jenis data laporan kunjungan pasien sampai kepada 10 penyakit terbesar untuk dapat mengambil keputusan.

Sistem informasi Manajemen Puskesmas yang up to date sangat

dibutuhkan pada suatu Dina Kesehatan maupun Puskesmas, selama ini pengumpulan data – data pasien dari tiap poli hanya memakai kertas sehingga memperlambat proses pelayanan masyarakat, dalam hal ini dirasakan belum memadai di era sekarang ini, sehingga diperlukan standarisasi pengolahan data – data informasi pasien yang terpadu baik ditingkat Pusat maupun Daerah. Diadakannya Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ( SIMPUS ) yang memanage semua laporan – laporan pasien dalam meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat.

Pada penelitian ini, peneliti melihat implementasi dari Sistem Informasi Puskesmas yang berada pada studi penelitian terletak di Puskesmas Teladan dapat di analisa melalui rangkuman tiga aspek. Yang dimana aspek tersebut merupakan aspek organisasi yaitu aparat kesehatan yang bertanggung jawab dalam penerapan SIMPUS aspek interpretasi yaitu pemahaman aparat pelaksana dalam hal ini pegawai pelaksana, dan aspek penerapan yaitu pelaksana yaitu pelaksana

SIMPUS sesuai dengan peraturan – peraturan yang ada. Ketiga aspek tersebut dapat di rinci sebagai berikut :

a. Organisasi

Berdasarkan data – data atau fakta di lapangan serta dari hasil wawancara dengan informan penelitian, dapat disimpulkan bahwa SIMPUS di Puskesmas Teladan kecamatan Medan Kota menjadi tanggung jawab satiap aparatur kesehatan dan juga dapat terlihat dari struktur organisasinya. Setiap aparatur kesehatan yang ada di Puskesmas Teladan Kecamatan Medan kota memiliki tanggung jawabnya masing – masing.

Sumber Daya manusia yang dimiliki mendapat perhatian dalam penelitian ini. Sumber Daya Manusia yang di maksud disini menyangkut ketersediaan pegawai pelaksana, dan kemampuan atau keahlian yang dimiliki pegawai dalam mengoperasikan komputerisasi. Dalam hal ini pegawai yang bertanggung jawab pada tiap – tiap bidang sudah tersedia, namun jumlah yang tersedia khususnya pada pegawai yang bertanggung jawab dalam membuat laporan- laporan dirasakan masih kurang.

Kemampuan atau keahlian yang dimiliki aparatur kesehatan yang ada dirasakan masih belum memenuhi sesuai kebutuhan dalam mengoperasikan komputer karena rata – rata aparatur kesehatan yang ada disini berlatar belakangkan akademis kebidanan. Adapun pegawai yang memiliki kemampuan atau keahlian dalam menggunakan komputer hanya beberapa saja, tetapi dalam hal ini adanya pelatihan baru mau berjalan pada tahun ini.

Selain aspek Sumber Daya Manusia, fasilitas yang dimiliki seperti unit komputer dan jaringn network sangat penting dalam implementasi SIMPUS. Jumlah unit komputer yang ada di tiap – tiap poli dirasa kurang cukup sehingga masih adanya poli – poli yang belum menggunakan komputer, pada jaringan network masih menjadi kendala dikarenakan jaringan yang tersedia di Pusekesmas Teladan sering lelet.

b. Interpretasi

Interpretasi disini diartikan dengan pemahaman dari aparat kesehatan implementasi terhadap pelaksanaan kebijakan. Ini dimaksudkan adalah agar para pelaksana implementasi mengerti apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Dengan demikian para pelaksana implementasi di dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya harus sesuai dengan peraturan – peraturan yang berlaku agar pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dapat maksimal.

Sebelum sebuah kebijakan diimplementasikan, pelaksana kebijakan harus menyadari bahwa suatu keputusan yang telah dibuat dan perintah untuk melaksanakannya telah dikeluarkan, sehingga aparat kesehatan bekerja dengan memiliki wewenang masing – masing. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan informan, pegawai pelaksana SIMPUS yang ada di Puskesmas Teladan mulai dari seksi pembuat laporan sampai operator registrai pasien cukup mengerti akan tugas dan tanggung jawabnya. Dalam pelaksanaan tersebut aparat kesehatan selalu mengacu kepada peraturan – peraturan yang berlaku, mulai dari peraturan – peraturan petunjuk pelaksanaan sampai kepada petunjuk teknisnya. Sosialisasi dan

pembangunan sarana prasaranan pendukung SIMPUS yang dilakukan oleh DinKes sudah dikatakan baik, walaupun pelaksanaannya belum maksimal dan masih dalam proses.

Adapun peran komunikasi sangat penting untuk mensinergikan setiap aktivitas. Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi yang akurat, jelas, konsisten, menyeluruh. Kemudian agar implementasi menjadi efektif, maka mereka yang tanggung jawabnya adalah untuk mengimplementasikan sebuah program mesti tahu apa yang seharusnya mereka kerjakan. Komunikasi dalam implementasi SIMPUS meliputi komunikasi internal pelaksana dan komunikasi eksternal dalam hal ini sosialisasi kepada masyarakat dan hubungan dengan DinKes atau instansi lain.

Komunikasi antar pelaksana implementasi SIMPUS dapat dilihat dari bagaimana koordinasi dan juga kerjasama antar pelaksana. Dan secara komunikasi antar pelaksana dapat dikatakan sudah cukup baik dan berjalan dengan lancar. Dimana antar pihak saling memberikan informasi, masukan, dan juga sering terlibat dalam pembahasan permasalahan yang menyangkut pada SP2TP atau SIMPUS.

Sedangkan komunikasi eksternal yaitu koordinasi dan sosialisasi dengan masyarakat. Komunikasi eksternal yang dibangun antar para pelaksana dengan masyarakat sudah ada dan berjalan dengan baik. Seperti halnya sosialisasi dalam bentuk penyuluhan bagi masyarakat.

c. Penerapan

Dari hasil data – data dilapangan dari penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan dari implementasi SIMPUS di Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota kurang terlaksana dengan baik, dikarenakan penerapan SIMPUS yang berbasis online masih dalam proses penerapan, sehingga penerapan SIMPUS online yang terintegrasi dari puskesmas ke DinKes ini masih dilakukan secara manual, dimana proses pelaporannya harus diberikan ke DinKes Kota Medan setiap awal bulan yaitu pada tanggal 5. Selain itu masih minimnya anggaran yang di berikan DinKes sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk diterapkannya SIMPUS online ini. Tetapi pada pertengahan tahun 2013 baru terlaksananya penerapan elektronik Puskesmas dalam gedung saja yaitu terintegrasinya data – data kunjungan harian pasien ke tiap – tiap poli yang ada di Puskesmas Teladan sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat.

Pada berikutnya, peneliti juga melihat sejauh mana tingkat kepuasan masyarakat dalam menerima pelayanan jika di lihat dari segi kualitas pelayanan kesehatan yang di berikan aparat kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan khususnya di puskesmas Teladan Medan Kota. Melalui hal ini indikator yang dapat di analisis melalui aspek bentuk pelayanan, Kehandalan dan daya tanggap Aparat dan aspek jaminan dan Kenyamanan.

a. Aspek Bentuk Pelayanan

Aspek ini dapat di lihat melalui penampakan bentuk fisik pelayanan atau keberadaan peralatan, informasi yang di dapat dan fasilitas fasilitas yang tersedia di Puskesmas Teladan. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan oleh

masyarakat yang berobat di Puskesmas Teladan dapat disimpulkan bahwa masyarakat yang berobat disana melihat adanya fasilitas – fasilitas yang tersedia dan keberadaan peralatan pendukung pelayanan seperti komputer , ruang tunggu, toilet , maupun tempat parkir dirasa sudah cukup dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Adapun bentuk informasi – informasi dalam pelayanan kepada masyarakat sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sehingga memberikan dampak positif dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Selain itu fasilitas sarana dan prasaranan yang dimiliki Puskesmas Teladan sudah dibilang mencukupi dalam proses pelayanan kepada masyarakat.

b. Aspek Kehandalan dan daya tanggap Aparat

Aspek ini dapat dilihat kemampuan aparatur kesehatan melalui keahlian, sosialisai, dan kesigapan aparat kesehatan dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat yang berobat di Puskesmas Teladan kecamatan Medan Kota. Aspek ini salah satu yang paling diharapkan masyarakat, petugas yang ramah akan menjadi salah satu faktor pendukung bagi pengguna layanan untuk memberikan penilaian yang baik atas pelayanan yang disajikan. Dari data – data di lapangan dapat disimpulkan bahwa kebanyakan masyarakat yang berobat merasakan kesigapan aparat kesehatan dalam menangani pasien – pasien yang berobat dan juga pada pasien rawat inap. Dlihat dari keahlian aparat kesehatan masyarakat yang berobat merasakan kesesuaian aparat kesehatan dalam menggunakan peralatan – peralatan yang ada akan tetapi masih minimnya alat sarana dan prasarana yang ada di Puskesmas Teladan seperti komputer dan lainnya dan juga masih minimnya Sumber Daya Manusia dalam mengoperasikan alat bantu seperti komputer yang dapat memperlambat proses pendataan pasien. Dapat dilihat

keahlian aparat kesehatan kebanyakan berlatarbelakangkan akademis kebidanan, jadi dalam hal mengoperasikan komputer harus adanya pelatihan khusus bagi setiap aparat kesehatan.

c. Aspek jaminan dan kenyamanan

Aspek ini dapat dilihat melalui informasi yang jelas dan di mengerti, kemampuan pegawai atas setiap informasi yang telah diberikan terhadap masyarakat dan kenyamanan masyarakat yang berobat di Puskesmas Teladan. Dari data – data di lapangan dapat disimpulkan bahwa kebanyakan masyarakat yang berobat mendapatkan kenyamanan dari aparat kesehatan, sehingga dapat dikatakan masyarakat betah berada di Puskesmas tersebut dan juga keramahan setiap aparat kesehatan membuat masyarakat yang berobat merasa nyaman. Informasi yang diberikan aparat kepada masyarakat sudah cukup jelas, sehingga mudah dimengerti oleh masyarakat yang berobat. Seperti pada saat pasien meregistrasi atau mendaftar maka secaa langsung aparat kesehatan memberikan pelayanan ataupun informasi – informasi kepada pasien tersebut berupa keramahan yang diberikan dan kesopanan dari aparat kesehatan. Sebagai pelayanan publik, ini sudah menjadi tanggung jawab setiap aparat kesehatan.

BAB VI

PENUTUP

Berdasarkan uraian – uraian yang telah penulis kemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bagan ini penulis mencoba mengambil beberapa kesimpulan dan memeberikan saran sebagai langkah terakhir dalam penulisan hasil penelitian.

VI.1 Kesimpulan

1. Bahwa secara umum Implementasi program SIMPUS di Puskesmas

Teladan belum terlaksana dengan baik karena masih memakai sistem manual. Hanya saja dalam penerapan SIMPUS di Puskesmas Teladan sudah menggunakan elektronik Puskesmas dalam gedung berupa dari data kunjungan pasien yang terintegrasi secara online di setiap poli – poli yang pelaksanaannya baru pertengahan tahun 2013 yang dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

2. Bentuk Pelayanan berupa kesigapan dan keramahan yang diberikan aparat

kesehatan dirasa sudah cukup baik,

3. Hambatan yang terjadi dalam penerapan SIMPUS di Puskesmas Teladan

Medan Kota yaitu fasilitas yang ada di Puskesmas Teladan dirasa masih kurang cukup dari segi jumlahnya.

4. Diperlukan anggaran yang besar dalam penerapan SIMPUS agar

5. Masih minimnya tenaga aparat yang mampu dalam mengoperasionalkan komputer, karena rata – rata aparat kesehatan kebanyakan berlatarbelakang akademis kebidanan.

6. Masih ada kendala – kendala yang ditemui dalam proses pelaksanaan

SIMPUS di Puskesmas Teladan seperti kurangnya Sumber Daya Manusia pelaksanaan program tersebut baik secara kualitas dan kuantitasnya dan juga kurangnya pelatihan dalam mengoperasikan perangkat komputer, sehingga dalam penerapan SIMPUS di Puskesmas Teladan masih dilakukan secara manual.

VI.2 Saran

1. Upaya – upaya untuk meningkatkan kinerja aparatur kesehatan di

Puskesmas Teladan Medan Kota hendaknya dilaksanakan secara terus menerus, berkesinambungan dan bertahap sehingga dapat mencapai hasil yang optimal dan terwujud dalam pelayanan prima.

2. Perlu adanya pelatihan khusus bagi aparat kesehatan dalam penggunaan

perangkat komputer sehingga dapat mempermudah pengerjaan laporan dan mempercepat pelayanan kesehatan.

3. Perlu adanya penambahan fasilitas – fasilitas seperti penambahan

komputer ataupun yang lainnya serta penambahan sumber daya manusia dalam mengoperasionalkan komputer agar pelaksanaan SIMPUS dapat lebih optimal.

4. Perlu adanya penambahan anggaran dari DinKes kepada Puskesmas

Daftar Pustaka

Achua, 2004, Leadership, Prentice Hall, Singapore.

Amsyah, Z., 2005, Manajemen Sistem Informasi, Cetakan Kelima, Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta.

Azwar, A.,2004, Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan, Cetakan

Pertama,Yayasan Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta.

Boediono, B. 2003. Pelayanan Prima Perpajakan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Departemen Kesehatan R.I., 2003, Sistem Kesehatan Nasional, Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, (2007), Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 932 Tahun 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota, Cetakan Kedua, Jakarta.

Departemen Kesehatan R.I , 2007, Kebijakan dan Strategi Pengembanga

Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS), Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Jones, Charles O.1996 . Pengantar Kebijakan Publik.Jakarta: Raja Grafin

Persada.

Kurniawati, 2004, Analisis Sistem Pencatatan dan Pelaporan Data Pasien Rawat

Jalan Puskesmas di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2004, Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Komaruddin, A., 1993, Ensiklopedia Manajemen, Alumni, Bandung

Kumorotomo,W., (2001). Sistem Informasi Manajemen dalam Organisasi Organisasi Publik, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Laudon, Kenneth C and J.P Laudon. (1996). Information System, A Problem Solving Approach. The Dryen Press, Orlando.

Lumbangaol, J., 2008, Sistem Informasi Manajemen Pemahaman dan Aplikasi,

Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Mc Leod Raymond, Jr, Raymond, Schell, George. (2004), System Informasi

Manajemen, 8th ed, diterjemahkan oleh Hendra Teguh, SE.Ak. PT.

Indeks, Jakarta

Moenir, 2000. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara

Ratminto dan Atik Septiwinarsi. 2005. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta : LP3ES

Sianipar, 1999, Manajemen Jasa, Andi, Yogyakarta.

Subarsono, AG. 2005. Public policy. Surabaya: Airlangga University.

Sutarto. 2002. Dasar – dasar Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press

Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif

Pendekatan. Jakarta: Prenada

Terry, G.R., 1986, Asas-Asas Manajemen, Alumni, Bandung.

Tangkilisan, Hesel Nogi. 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi. Yogyakarta:

Lukman Offset YPAPI.

Tjiptono, F., 1996, Strategi Bisnis dan Manajemen, Andi, Yogyakarta

Wahab, Solichin A. 2008. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Malang: UMM

Press.

Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media

Pressindo.

W.F.Connell.1974.The Foundation of Education.

Undang – undang

Undang – Undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan

Keputusan menteri Kesehatan nomor 128/menkes/sk/ii/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat

Departemen Kesehatan nomor: 590/BM/DJ/INFO/V/96 tentang Penyederhanaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP).

Keputusan menteri kesehatan No 511 tahun 2002 tentang Strategi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS )

Keputusan menteri kesehatan No 837 tahun 2007 tentang Pengembangan Jaringan Komputer Online Sistem Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS Online).

Internet :

www.SIMPUS _ Fisika Kesehatan _ MissKesMas.htm, di alses pada tanggal 12 Agustus 2013, 07.00

www.digital-sense.net/simpus,di akses pada tanggal 12 Agustus 2013, 07.30 wib http://arifwr.wordpress.com/2009/06/09/tantangan-integrasi-data-dalam

simpus/,di akses pada tanggal 13 Agustus 2013, pukul 09.00 wib http://www.adobe.com/go/thidpart, tanggal 18 Agustus 2013, pukul 20.30 wib http://misskesmas.wordpress.com/2011/12/04/simpus-fisika-kesehatan/ , tanggal

18 Agustus 2013, pukul 21.00 wib

 

Dokumen terkait