• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

B. Pembahasan

2. Implementasi Sikap Toleransi

133

Disamping pendidikan sikap toleransi dilihat pada aspek manajemen, terdapat juga aspek implementasi yang telah berjalan di pondok pesantren

Madrasah Aliyah Diponogoro tersebut. Secara garis besar

implementasinya terletak pada dua konteks, pertama pada konteks sikap toleransi terhadap sesama muslim yang memiliki perbedaan pada kelompok yang mengarah kepada organisasi seperti NU dan Muhammadiyah, begitu juga pada perbedaan madzhab yang ada didalamnya. Sikap dari pondok pesantren lebih mengarah kepada wasatiyah (pertengahan) dengan salah satu contohnya dalam implementasinya yaitu memberikan kebebasan terhadap santri dalam memilih atau mengikuti pendapat yang mana saja dalam fiqih selama memiliki dalil yang kuat. Begitu juga dalam menyikapi qunut yang menjadi perselisihan dalam beberapa golongan dalam Islam, pondok pesantren juga memberikan keleluasaan terhadap santri untuk menjalankan apa yang mereka yakini meskipun terdapat bimbingan juga yang lebih intens.

Selain dari itu, dalam implementasi pendidikan sikap toleransi dalam sesama muslim, pondok pesantren juga terbuka terhadap siapapun dalam setiap kegiatan yang ada di pondok. Seperti salah satunya terdapat kegiatan dauroh atau kajian yang dihadiri oleh pemateri dari luar untuk membentuk sikap saling menghargai dalam persaudaraan sesama muslim meskipun terdapat perbedaan yang hanya mengarah pada cabang dari fiqih. Dalam beberapa kegiatan tersebut yang dihadiri dengan berbagai

134

latar belakang yang berbeda terlihat bahwa pondok pesantren terbuka dengan siapapun yang bukan dari kelompoknya.

Dari beberapa kasus tersebut bahwa pondok lebih mengedapankan sikap adil pada setiap kegiatan kesehariaanya dengan lebih mengedepankan persaudaraan tanpa membeda-bedakan antara satu dengan yang lain selama masih pada kategori yang wajar. Hal itu sesuai dengan pendapat dari Harun Yahya, (2003: 12) menurutnya “the true justice describe in the Qur’an commands man to behave justly, not permitting violance, no matter what the circumstance, to side with the oppressed againts the oppressor and to help the needy”. Secara garis besar keadilan adalah salah satunya terlihat pada sikap tidak membeda-bedakan orang lain dan bersikap secara tepat terhadap orang lain.

Kedua, yaitu pada konteks sikap toleransi pada eksternal dari umat Islam, toleransi antar agama, ras, etnik dan yang lainnya. Pada aspek ini terdapat beberapa implementasi yang lebih mendalam, salah satunya pada kegiatan-kegiatan yang bersifat umum seperti gotong-royong, seminar lintas agama, bahkan pada kegiatan nasional seperti paskibra. Pondok pesantren cenderung aktif dalam bergabung pada setiap kegiatan yang dimiliki oleh masyarakat bahkan juga pemerintah, hal ini menjadi bagian dalam implementasi dari sikap toleransi karena dalam praktiknya juga lebih mengarah kepada menghormati dan menerima setiap perbedaan yang dimiliki antara sesama warga negara Indonesia.

135

Secara umum juga hubungan antara masyarakat dengan pondok pesantren juga terbilang baik, pada beberapa kegiatan seperti yang dikatakan kepala sekolah bahwa tetap memberikan perhatian khusus kepada masyarakat sekitar. Seperti salah contohnya pada hari raya idul adha atau hari raya qurban, maka masyarakat sekitar juga menjadi prioritas utama dalam pembagian daging hewan qurban meskipun beragama bukan Islam. Begitu juga hubungannya pada lahan sekitar pondok yang dimiliki oleh warga yang rata-rata bukan agama Islam. Pihak pondok dan satri selalu memegang prinsip untuk tidak merusak apa-apa yang bukan bagian dari pondok dan terdapat pelarangan keras terhadap perusakan dan pencurian dari miliki warga meskipun hanya berbentuk buah-buahan.

Sikap tersebut merupakan bagian dari rasa keadilan juga untuk tidak berbuat sewenang-wenang terhadap orang yang diluar dari golongan sendiri, dan lebih mengedepankan untuk memciptakan rasa harmonis dalam masyarakat. Hal itu juga sesuai dengan pendapat Harun Yahya ((2003: 14) bahwa “ justice should be exercised equally among all people, with no consideration of language, race, or ethnicity”. Sesuai dengan hal itu juga bahwa negara Indonesia merupakan negara yang plural, sehingga sudah menjadi kewajiban pada setiap warga dan negaranya untuk ikut berpartisipasi menjaga kesatuan negara.

Disamping implementasi sikap toleransi secara umum tersebut, pondok pesantren sebagai minoritas dan khususnya berada pada mayoritas umat hindu sehingga terdapat juga toleransi yang diterapkan dalam

136

menghormati setiap upacara yang dilaksanakan. Seperti salah satunya yang terdapat pada perayaan nyepi, pondok pesantren secara keseluruhan menghormati dan mengikuti larangan-larangan yang terdapat pada perayaan tersebut. larangan-larangan yang berlaku untuk semua masyarakat dan harus diikuti oleh semua orang di pondok pesantren, yaitu mematikan lampu di malam hari, tidak keluar berkeliaran di jalan, bahkan ikut berpartisipasi untuk menciptakan suasana agar tetap tenang tanpa ada keramaian. Selain dari itu pada setiap kegiatan atau upacara yang dilakukan umat hindu di sekitar dari pondok pesantren juga dilaksanakan secara aman, karena pondok pesantren menghormati setiap kegiatan yang berlangsung. Karena semua itu sesuai dengan terdapat dan dijamin dalam UUD 1945 pasal 29 ayat 2 disebutkan bahwa “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.

Namun selain dari itu, pondok pesantren dalam implementasi sikap toleransi juga memiliki batasan-batasan yaitu tidak melanggar akidah dan syari’ah. Salah satu contohnya yang terdapat pada peraturan pemerintah bali, yaitu pada setiap hari kamis para guru diharuskan memakai pakaian adat Bali. Secara tegas pondok pesantren menolaknya karena bertentangan pada syari’ah, pakaian adat Bali lebih mengarah pada memperlihatkan bentuk tubuh yang merupakan aurat bagi perempuan dan juga bahwa pakaian adat Bali sudah menjadi bagian dari agama hindu di Bali, pada

137

setiap kegiatan atau upcara agama pasti memakai pakaian adat tersebut dan itu dianggap melampui batas dari akidah.

Berdasarkan keseluruhan implementasi sikap toleransi di pondok pesantren tersebut, dari konteks internal maupun eksternal Islam menunjukan kesadaran pada aspek pluralitas dan multikultural yang terdapat di Indonesia. Sehingga pondok pesantren ikut berkontribusi dalam membangun persatuan dan kesatuan yang terdapat pada setiap lapisan masyarakat di Indonesia, disamping itu juga ikut menciptakan masyarakat yang harmonis antara satu dengan yang lainnya. Implementasi tersebut juga sesuai dengan beberapa landasan yang terdapat dalam negara maupun landasan dalam agama, yang dari kedua landasan tersebut sebagian besar terdapat perintah untuk menjaga kesatuan dengan saling menghormati dan menghargai antara sesama. Secara tidak langsung dengan implementasi dari sikap toleransi tersebut juga mengarahkan masyarakat untuk saling melindungi dan memperkecil peluang adanya konflik atau gesekan yang disebabkan dari perbedaan ras, suku, agama dan lain-lain.