• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

B. Temuan Data Penelitian

1. Implementasi Ta‟zir di PPTI Al-Falah

Pengadaan ta‟zirdalam suatu lembaga pendidikan dimaksudkan untuk membangun kedisiplinan peserta didik di lembaga tersebut. Begitu pula di PPTI Al-Falah, Implementasi Ta‟zir dalam menanamkan kedisiplinan santri di PPTI Al-Falah dapat peneliti ketahui dari hasil wawancara dengan beberapa pihak pesantren. salah satunya dengan ustadz Kholilurrohman di rumah Kyai Zoemri:

“Penerapan ta‟zir disesuaikan dengan tingkatan pelanggaran yang dilakukan, jadi tidak sama. Misal jika sampai diguyur itu berarti telah melakukan pelanggaran yang berat, seperti pacaran atau mencuri. Kalau

yang tidak jama‟ah, tidak ngaji itu tidak diguyur kecuali kalau sering dan

disengaja, karena sama saja mereka tidak mempunyai rasa ta‟dzim/ tidak menghormati ustadz atau Kyainya.” (K/IT/S/5-2-2018/13.10WIB)

Jadi ta‟zir di PPTI Al-Falah diterapkan sesuai dengan tingkatan pelanggaran yang telah dilakukannya. Hal tersebut hampir serupa dengan jawaban Uswatun Fitriyah selaku pengurus bagian keamanan, Azkal Murtadho selaku pengurus bagian Diklat dan Istriyani selaku ketua pondok putri di PPTI Al-Falah:

68

“Ta‟zir diterapkan sesuai pelanggarannya. Contohnya jika terlambat

jama‟ah ta‟zirannya berdiri sampai do‟a selesai atau hitungan 5 menit. Jika tidak jama‟ah maka ta‟zirannya ngaji sambil berdiri di depan ndalem selama 30 menit. Kalau tidak ngaji ditindak dengan pendekatan, pemanggilan, dan pernyataan ta‟ziran. Ada aturan umum tidak boleh membawa Hp, laptop/elektroik di kamar, menggunakannya pun harus sesuai jam-jam yang telah ditentukan, kalau sudah wajib dikembalikan ke pondok lagi. Setiap ada kegiatan pondok, ada petugas yang keliling nge- cek kamar, kalau ada santri di kamar langsung dicatat dan dilaporkan, kemudian dita‟zir.” (UF/IT/R/04-10-2017/18.26WIB)

“Ta‟zir diberikan kepada santri yang melanggar peraturan, ta‟zirannya juga bermacam-macam, karena disesuaikan dengan pelanggarannya agar menjadi seimbang. Kalau ta‟zirannya terlalu berat bisa jadi mereka keberatan dan kesannya berlebihan, tapi kalau terlalu ringan mungkin tidak akan pernah memberikan efek jera, jadi harus

disesuaikan.” (AM/IT/K/05-10-2017/23.05WIB)

“penerapan ta‟ziran di PPTI Al-Falah ini, pertama untuk kategori yang masih ringan kalau ada santri yang melangar, dia dipanggil, kemudian dinasehati. Apabila dia masih mengulangi lagi baru ditindak dengan ta‟zir, tapi ta‟zirannya dimusywarahkan terlebih dahulu oleh keamanan dengan acuan pasal-pasal yang sudah ada.” (I/IT/S/03-10- 2017/18.37WIB)

Penerapan ta‟zir disesuaikan dengan tingkat pelanggarannya, apabila pelanggaran yang dilakukan termasuk dalam kategori ringan maka ta‟zir yang diberikan juga ringan, namun apabila santri melakukan pelanggaran berat maka akan mendapat ta‟zir yang berat. Oleh karena itu, ta‟zir yang diterapkan di PPTI Al-Falah bentuknya bermacam-macam. Sebagaimana yang disampaikan oleh ustadz Kholilurrohman di rumah Kyai Zoemri:

“Bentuk ta‟ziran yang ada di pesatren ini bermacam-macam, sesuai tingkatan pelanggarannya. Jika pelanggarannya berat maka akan diguyur air kotor, tapi sebelum diguyur diberi nasehat terlebih dulu. Kalau

pelanggarannya ringan seperti telat jama‟ah, tidak ngaji maka ta‟zirannya juga lumayan ringan seperti berdiri sambil baca Al-Qur‟an dan bersih-bersih lingkungan pondok.”(K/MT/S/5-2-2018/13.10WIB)

69

Berbagai macam ta‟zir yang diterapkan di PPTI Al-Falah tersebut dikelompokkan menjadi 3, yaitu ringan, sedang dan berat. sebagaimana yang disampaikan oleh Istriyani selaku ketua pondok putri dan Khalid Anwar sebagai santri putra:

“Ta’zirannya ada yang ringan, sedang, dan berat. kalau yang ringan disuruh mengaji atau disuruh menulis astagfirrullah 100x atau kelipatannya. Kalau yang sedang, misalnya disuruh bersih-bersih kamar mandi atau disuruh berdiri sampai dalam beberapa jam. Kalau yang berat diguyur dengan menggunakan air comberan, kalau putra ditambah lagi

dengan dicukur.”(I/MT/S/03-10-2017/18.37WIB)

“Ada bermacam-macam ta‟zirannya, pelanggaran yang termasuk

dalam kategori ringan seperti tidak ikut jama‟ah, tazirannya berdiri. Kemudian tidak mengaji ta‟zirannya membaca Al-Qur‟an sambil berdiri,

kalau tidak ikut ziarah Jum‟at pagi, ta‟zirannya tahlilan di depan ndalem, kalau terlambat masuk ngaji harus ngaji di luar. Sedangkan kategori sedang seperti nonbar di luar pondok, tazirannya diguyur air bersih. Yang

terakhir kategori berat, seperti mencuri ta‟zirannya digundul, kemudian

pacaran dan berboncengan dengan lawan mahromnya ta‟zirannya diguyur air jamban.”(KA/MT/J/06-10-2017/21.09WIB)

Kategori pelanggaran ringan, ta‟zirannya membaca Al-Qur‟an sambil berdiri. Untuk kategori pelanggaran yang sedang, ta‟zirannya membersihkan tempat-tempat tertentu di pesantren. Kemudian untuk pelanggaran yang berat akan mendapat ta‟zir diguyur dengan air kotor, dan lain sebagainya. Meskipun ta‟zir yang diterapkan bermacam-macam bentuknya, tidak ada ta‟zir yang berbentuk kekerasan seperti memukul. Sebagaimana yang disampaikan oleh ustadz Ma‟sum dan ustadz Najib Tafrikhan:

“Ta‟zirannya bermacam-macam, diantaranya membaca Al-Qur‟an sambil berdiri, bersih-bersih, menghafalkan nadhoman, dan tentunya tidak ada ta‟zir yang berbentuk memukul. Ta‟zir diberikan dengan melihat

70

“Ada berbagai bentuk ta‟zir yang diberikan kepada santri yang

melanggar dan saya kira semua ta‟ziran yang ada di Al-Falah sifatnya mendidik. Seperti yang tertera di tata tertib, jika melanggar pasal pacaran ta‟zirannya diguyur air comberan dan saat eksekusi saya selalu mengingatkan untuk tidak main tangan. Ada juga yang disuruh bersih- bersih ruang makan, kamar mandi, dan menyapu halaman pondok. Hal tersebut dimaksudkan untuk mendidik santri agar membersihkan hatinya sebagaimana ia membersihkan tempat-tempat tersebut. Kemudian, berdiri diatas kursi sambil membaca Al-Qur‟an dan masih banyak lagi, tapi

intinya sifatnya mendidik.”(NT/MT/M/4-2-2018/17.08WIB)

Adanya berbagai macam bentuk ta‟zir di PPTI Al-Falah dimaksudkan agar ta‟zir dapat diberikan sesuai dengan porsinya (adil). Dan sejauh ini

ta‟zir yang diberikan kepada santri sudah sesuai dengan porsinya atau adil. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Dewan Keamanan, ustadz Najib Tafrikhan di rumah beliau:

“Ta‟zir yang diberikan sudah adil, sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan santri. Tapi keamanan juga tidak boleh kaku, kita harus tahu situasi santri yang akan dita‟zir, misanyal saat ta‟ziran ada santri yang sedang sakit, maka kita kurangi jam ta‟zirannya. Jadi menyesuaikan, tapi tetap tegas. Kita tetap jeli dan teliti dalam mengawasi santri-santri yang melanggar. Pengurus juga mengadakan rapat setiap 1 bulan sekali untuk evaluasi. Sebagai keamanan pusat saya selalu tahu santri yang melanggar

karena ada datanya.”(NT/A/M/4-2-2018/17.08WIB)

Hal tersebut hampir serupa dengan yang disampaikan oleh ustadz Kholilurrohman dirumah Kyai Zoemri:

“Saya kira ta‟zirannya sudah adil, anak yang bandel itu biasa, tapi tingkat kebandelannya berbeda-beda. Jadi ta‟zir diberikan sesuai pelanggaran yang telah dilakukan oleh santri. Dari dulu sudah disampaikan bahwa ta‟zir yang diberikan tidak boleh melebihi batas, diukur dan dilihat kondisi santrinya terlebih dahulu.”(K/A/S/3-2- 2018/13.10WIB)

Pengurus putra, Azkal Murtadho dan Kholid Anwar, santri putra di PPTI Al-Falah juga mempunyai pendapat yang sama:

71

“Kalau ukuran adil dan tidaknya, menurut saya pribadi sudah adil.

Karena dengan berbagai macam pengadilan itu, keamanan sudah musyawarah dengan seluruh rekan-rekan pengurus dan keamanan pusat. Jadi ya porsi-porsi dari ta‟ziran itu tentunya sudah dibuat sebijak

mungkin. Yang namanya alpa ngaji dan jama‟ah, tidak mengikuti kegiatan

itu sudah dipasrahkan kepada keamanan.”(AM/A/K/05-10- 2017/23.05WIB)

“Menurut saya ta‟zirannya sudah adil, Karena diberlakukan untuk

semua santri.” (KA/A/J/06-10-2017/21.09WIB)

Namun ada sumber lain yang menyatakan kurang adil karena faktor tertentu, sebagaimana berikut ini:

“Kalau untuk adil belum bisa, terutama yang besar-besar. Karena kebanyakan yang menjadi keamanan itu lebih muda daripada yng dita‟zir. Jadi ada kesan rikuh gitu, segan. Jadi belum bisa menyamaratakan antara yang kecil dengan yang besar.”(JA/S/A/05-10-2017/22.34WIB)

“Kadang kurang adil, misal kalau kita yang bolos kita dita‟zir, kalau sama yang besar-besar kadang tidak, tapi itu jarang terjadi.”(INA/A/08- 10-2017/20.16WIB)

Akan tetapi sejauh ini penerapan ta‟zir di PPTI Al-Falah mampu memberikan dampak positif kepada santri, sebagaimana yang disampaikan oleh pengurus bagian Keamanan, Uswatun Fitriyah di Pondok Pesantren:

“Dampaknya santri menjadi tertib, yang tadinya sering bolos jadi giat

ngaji, yang tadinya sering telat jadi rajin.”(UF/DT/R/04-10- 2017/18.26WIB)

Selain menjadi tertib, santri juga merasa malu dan menyadari perbuatan buruk yang telah dilakukannya. Sehingga dapat menimbulkan rasa jera dalam diri santri, sebagaimana yang dijelaskan oleh Kholid Anwar, santri putra di PPTI Al-Falah dan Ibu Uswatun Khasanah selaku wali santri:

“Ya pastinya malu kalau mendapat ta‟zir, karena dilihat banyak orang. Tapi itu juga buah dari kesalahan kita sendiri, jadi mau tidak mau

72

ya harus menerima konsekunsinya supaya kedepannya tidak melakukan lagi hal-hal yang tidak baik tersebut. Jadi dapat dikatakan bahwa ta‟zir mampu membuat santri jera.”(KA/DTS/J/06-10-2017/21.09WIB)

“Seumpama santri melanggar kemudian dita‟zir, hal tersebut dapat

membuat santri tidak mengulanginya lagi.”(UK/DT/M/4-2- 2018/13.29WIB)

Oleh karena itu, ta‟zir dapat mengendalikan perilaku santri yang tidak dikehendaki dan dapat membawa perubahan yang lebih baik pada diri santri. Sebagaimana penjelasan dari Ika Nur Anggita, santri putri di PPTI Al-Falah Siti Saidah selaku wali santri:

“Saat dita‟zir kadang terbesit pikiran dan ada keinginan untuk berubah. Kalau buat saya ta‟zir itu penting. Karena kalau tidak ada ta‟ziran, anak itu terlalu bebas. Jika anak terlalu bebas juga tidak baik. Jadi dampaknya, anak dapat terkontrol dan terkendali.” (INA/DTS/M/08- 10-2017/20.16WIB)

“Ta‟zir dapat membuat santrinya menjadi lebih baik, misal santri

lebih semangat untuk jama‟ah dan ngaji. Jika dita‟zir terus santri menjadi malu, disaat itulah pada diri santri muncul keinginan untuk lebih rajin lagi, jadi ada perbedaannya.”(SS/DT/M/4-2-2018/13.03WIB)

Ta‟zir juga memberikan dampak positif bagi lingkungan PPTI Al- Falah, hal tersebut disampaikan oleh saudara Jihan Abdillah sebagai asatidz sekaligus pengurus bagian Diklat di kelas:

“Pertama, Pondok menjadi kondusif, nyaman dan teratur, jadi tidak ada yang mengganggu kegiatan belajar mengajar di pondok. Andaikan tidak ada ta‟ziran, kegiatan Pondok dapat menjadi berantakan. Dengan adanya ta‟zir juga dapat membawa perubahan bagi santri-santri, ada santri yang masih terus mengulangi perbuatan buruknya, tapi ada juga yang berubah menjadi lebih baik.”(JA/KP/K/05-10-2017/22.34WIB)

Berbagai dampak dari penerapan ta‟zir tersebut sesuai dengan tujuan awal diadakannya ta‟zir di PPTI Al-Falah, salah satu tujuannya adalah

73

untuk membuat santri jera. Sebagaimana penjelasan dari ustadz Ma‟sum di rumah beliau:

“Tujuannya agar santri tidak mengulangi perbuatannya lagi. Dalam bahasa jawa ta‟zir itu memiliki arti “ngapokake” atau untuk membuat

santri jera.”(M/TT/S/3-2-2018/13.36WIB)

Penjelasan tersebut hampir sama dengan jawaban yang disampaikan oleh ustadz Najib Tafrikhan di rumah beliau:

“Tujuannya untuk membuat santri jera dan tidak mengulangi

pelanggarannya lagi. Saya kira ta‟zir di AL-Falah itu sudah sesuai dengan tingkatan pelanggarannya. Misalnya berdiri sambil membaca Al-

Qur‟an, jika belum jera maka diulang kembali ta‟zirannya.”(NT/TT/M/4- 2-2018/17.08WIB)

Begitu pula dengan jawaban pengurus bagian keamanan di Pondok Pesantren:

“Tujuannya agar santri jera, mendidik santri menjadi mandiri dan melatih disiplin.”(UF/TT/R/04-10-2017/18.26WIB)

Disamping itu tujuan penerapan ta‟zir tidak hanya untuk membuat santri jera, tapi juga untuk mengarahkan santri menjadi pribadi yang lebih baik, jujur, disiplin, dan bertanggung jawab seperti penjelasan dari Ibu Nyai Hj. Latifah di kantor pengurus dan ustadz Kholilurrohman di rumah Kyai Zoemri (Alm):

Penerapan ta‟zir itu bertujuan untuk mendisiplinkan santri. Santri di sini berasal dari berbagai kalangan, jadi untuk menatanya kami membuat peraturan & ta‟zir bagi yang melanggar/melewati batas.”(LZ/PT/S/30-9- 2017/13.02WIB)

“Tujuannya untuk mengarahkan santri menjadi lebih baik, terutama

batiniahnya. Juga untuk melatih kejujuran, kedisiplinan, tanggung jawab, dan kesederhanaan. Seumpama besok menjadi tokoh dalam masyarakat

bisa mengemban amanah dengan baik. Penerapan ta‟zir ini dapat

74

diawasi oleh Allah sehingga tidak perlu selalu diawasi, dan mengamalkan

ilmunya.”(K/TT/S/5-2-2018/13.10WIB)

Hal tersebut hampir sama dengan penjelasan dari Istriyani, ketua pondok putri di PPTI Al-Falah:

“Ta‟ziran itu gambarannya untuk membuat jera itu yang pertama,

yang kedua untuk menertibkan dan mendisiplinkan santri. Santri dimasukkan disini agar ada perubahan, yang tadinya buruk bisa menjadi baik, yang tadinya baik jadi lebih baik.” (I/TT/S/03-10-2017/18.37WIB)

Selain itu kegiatan Pondok dapat berjalan dengan lancar dan pelanggaran yang terjadi semakin berkurang setiap harinya, sebagaimana penjelasan dari pengurus putra, Azkal Murtadho di kelas:

“Ya tentunya adanya ta‟zir itu untuk meminimalisir pelanggaran, juga menertibkan santri-santri di sini, jadi seluruh kegiatan dapat

terkondisikan.”(AM/TT/K/05-10-2017/23.05WIB)

Dokumen terkait