• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2.3 Implementasi terhadap pengelolaan pakan orangutan

Salah satu tujuan manajemen pakan orangutan adalah untuk mencapai keberhasilan reintroduksi orangutan. Berbagai data dan informasi yang ada pada pengelola merupakan acuan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan manajemen pakan. Pada hakekatnya, faktor-faktor penting dalam manajemen pakan adalah pengelola sendiri sebagai faktor yang berpengaruh untuk kelangsungan dan keberhasilan reintroduksi orangutan. Pengelola perlu terus

mengembangkan dan menerapkan pengetahuan dan kreasi untuk pelaksanaan kegiatan reintroduksi.

Implementasi terhadap manajemen pakan memerlukan pendekatan manajemen sumberdaya manusia. Pengelola sangat berperan dalam menerapkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik manajemen yang integratif. Pengembangan implementasi manajemen pakan dikembangkan untuk menghasilkan kinerja yang efisien dan efektif. Selain itu juga peran sumberdaya manusia sangat diperlukan untuk mencapai kesuksesan terhadap reintroduksi orangutan. Berdasarkan hal tersebut, implementasi terhadap pengelolaan di pusat reintroduksi ialah :

1. Pelepasan Orangutan ke Habitat Alam

Orangutan yang dinilai sudah berhasil untuk survive di alam maka akan

dilepasliarkan ke habitat alam. Habitat alam yang menjadi pelepasliaran orangutan berada di Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Jambi. Dengan demikian kegiatan pelepasliaran orangutan ini adalah sebagai bukti implementasi pengelolaan untuk mewujudkan keberhasilan reintroduksi yakni memindahkan orangutan ke areal baru yang sesuai untuk habitat yang lebih baik dan dapat membentuk kantong- kantong populasi orangutan yang baru dalam upaya pelestarian.

2. Unit Pendidikan Keliling

Unit pendidikan keliling merupakan suatu divisi yang bertanggungjawab terhadap penyampaian informasi konservasi kepada masyarakat sekitar ekosistem di Taman Nasional Bukit Tigapuluh. Unit pendidikan keliling ini bertugas memberikan penyadartahuan masyarakat tentang konservasi, memberikan pendidikan lingkungan kepada anak Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas.

3. Wildlife Protection Unit

Wildlife protection unit merupakan unit perlindungan kehidupan liar yang terdiri dari polisi kehutanan dan masyarakat yang memiliki ketrampilan khusus dan dilengkapi dengan peralatan yang cukup untuk menanggulangi perburuan dan perdagangan satwaliar dilindungi di kawasan konservasi dan kawasan hutan lainnya. Adapun tujuannya yakni mewujudkan perlindungan satwa dilindungi dan habitatnya secara efektif dan efisien yang melibatkan masyarakat secara aktif. 4. Community Development

Community development merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendukung aktivitas masyarakat di sekitar kawasan hutan dengan usaha membangun perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Beberapa usaha yang diberikan kepada masyarakat yang berada di sekitar pusat reintroduksi ialah memberikan alat-alat pertanian, memberikan bantuan keramba, mesin traktor tangan dan sebagainya.

Selain hal di atas, terkait juga mengenai upaya reintroduksi orangutan terdapat informasi yang penting untuk diketahui oleh para pengelola, yaitu:

1. Keadaan orangutan selama berada di dalam kandang dan keberlanjutan orangutan setelah pelepasliaran ke alam.

Perkembangan keberadaan orangutan di pusat reintroduksi sangat berhubungan erat dengan manajemen yang dilakukan pengelola khususnya dalam manajemen pakan. Orangutan yang terdapat di dalam kandang harus terus dirawat, dipantau perkembangannya hingga orangutan memunculkan kembali perilaku alaminya. Keberhasilan orangutan untuk reintroduksi ditandai dengan perkembangan orangutan di dalam kandang untuk memunculkan perilaku

alaminya dan upaya pengelola harus dapat memberikan kesejahteraan (animal

welfare) bagi orangutan sehingga pada saat pelepasliaran ke habitat alam

orangutan akan dapat survive.

2. Pengaruh pemberian pakan orangutan selama berada di dalam kandang terhadap kebiasaan makan orangutan yang akan dilepasliarkan.

Pemberian pakan dan pengayaan perilaku bagi orangutan dapat menjadi faktor yang menentukan keberhasilan di pusat reintroduksi. Selama berada di dalam kandang, antara pemberian makan dan kondisi perkembangan orangutan merupakan faktor yang berbanding linear dimana makanan yang diberikan oleh

pengelola adalah sebagai faktor pembatas (limiting factor). Makanan sebagai

faktor pembatas akan menentukan apa saja jenis yang dimakan orangutan dan makanan tersebut berperan penting untuk proses metabolisme orangutan serta berhubungan dengan kebiasaan makan orangutan. Kebiasaan makan orangutan selama berada pada kandang akan berkembang hingga orangutan dilepasliarkan. Dengan demikian maka pengelola perlu mengupayakan ketersediaan dan kesesuaian pakan yang diberikan demi tercapainya reintroduksi orangutan.

3. Upaya pelaksanaan reintroduksi orangutan.

Perlu dipahami bahwa kegiatan reintroduksi orangutan dalam manajemen pakan berpotensi untuk menghasilkan dampak positif terhadap kelestarian populasi dan habitatnya. Dengan upaya yang dilaksanakan tersebut maka stakeholder berperan serta mendukung dan terus berusaha untuk mewujudkan tujuan reintroduksi orangutan yang akan berdampak positif untuk kelestarian jenis dan habitatnya. Berdasarkan kajian yang dilakukan pada manajemen pakan, dinilai bahwa implementasi manajemen pakan saat ini adalah sudah cukup baik.

Manajemen pakan yang dilaksanakan oleh pengelola secara signifikan berpengaruh nyata terhadap keberadaan dan kesuksesan kegiatan reintroduksi. Hal ini berarti manajemen pakan yang dikelola harus dikembangkan lagi oleh pihak manajemen agar dapat mencapai target-target kinerja yang optimal. Beberapa upaya wujud nyata yang telah dilakukan untuk melaksanakan reintroduksi juga dikembangkan melalui program-program kegiatan.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada masyarakat sekitar stasiun yang diambil secara sampel, ada korelasi positif antara keberadaan pusat reintroduksi dan masyarakat. Korelasi positif ini diantaranya adalah dalam hal kegiatan yakni tukar menukar (barter) hasil kebun untuk makanan orangutan dengan kebutuhan sandang dari sebagian masyarakat yang menukar atau menjual hasil kebunnya kepada pihak di stasiun reintroduksi. Selain itu, adanya perbaikan sarana jalan yang dibangun oleh pusat reintroduksi dapat membantu masyarakat yang berada dekat dengan stasiun untuk mobilisasi. Hal lain yang juga sangat membantu adalah adanya program pendidikan lingkungan yang pernah diadakan oleh pihak di pusat reintroduksi dapat membantu mengajari dan meningkatkan pengetahuan anak-anak yang berada di dusun dekat stasiun reintroduksi tersebut.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Orangutan pada kandang sosialisasi di pusat reintroduksi dilaksanakan oleh pengelola dengan menerapkan program reintroduksi berupa pengelolaan pakan. Manajemen pakan pada penyediaan dan pemberian pakan yang dilaksanakan berdasarkan pengaturan pakan, jadwal pemberian pakan dan diet menu pakan orangutan yang dijalankan sesuai dengan SOP (Prosedur Standar Operasional). Adapun program reintroduksi dalam kegiatan manajemen pakan orangutan dianalisis sudah memiliki sistem pengelolaan yang baik dan sudah teratur. Kegiatan pemberian makan individu orangutan mendapatkan jadwal pemberian pakan dengan frekuensi 5 (lima) kali sehari pada rentang waktu 2 (dua) jam yang dimulai pukul 08.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB.

Manajemen pakan orangutan pada kegiatan penyediaan dan pemberian pakan mempengaruhi terhadap durasi makan orangutan pada kandang sosialisasi. Hasil pengamatan menunjukkan durasi makan individu paling cepat makan yakni Frangkie (betina, remaja) dengan durasi makan 3 menit 52 detik sedangkan individu paling lama makan yakni Mirriam (betina, anak) dengan durasi makan 20 menit 12 detik. Berdasarkan hal tersebut durasi makan orangutan dipengaruhi oleh cara pengelola menyediakan dan cara memberikan pakan di kandang sosialisasi. Orangutan struktur umur anak memiliki durasi makan lebih lama dan terdapat kebiasaan makan yang diekspresikan di dalam kandang. Orangutan struktur umur anak memiliki waktu makan yang digunakan juga sambil melakukan kebiasaan lain dan orangutan struktur remaja memiliki waktu dan kebiasaan makan yang fokus dilakukan untuk memakan pakan yang diberikan.

6.2 Saran

a. Sebaiknya perlu memperbanyak pemberian jenis pakan pengayaan seperti buah

dalam puzzle, dip tube untuk lebih menyibukkan orangutan di kandang

sosialisasi.

b. Perlu melakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisis proksimat untuk mengetahui kebutuhan energi per hari dan nutrisi pakan yang diberikan pada

setiap individu berdasarkan jumlah atau proporsi pakan individu orangutan yang berada di dalam kandang sosialisasi.

c. Sebaiknya perlu merubah wadah penyediaan pakan yakni kantong plastik dapat

diganti menjadi wadah berupa box atau tempat makan yang lebih aman

menyerupai di alam seperti terbuat dari bambu dan kayu dengan tujuan kenyamanan saat pemberian makan orangutan.

DAFTAR PUSTAKA

Altmann J. 1974. Observational study of behavior, Sampling Methods. Behavior

(49) : 227-267. USA: University of Chicago.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Tanjung Jabung Barat Dalam Angka. Tanjung Jabung Barat: BPS.

[DEPHUT] Departemen Kehutanan. 2009. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Orangutan Indonesia 2007-2017. [28 Mei 2011].

Fauzan PA. 2010. Pendugaan umur sarang orangutan Sumatera reintroduksi (Pongo abelii Lesson, 1827) berdasarkan perubahan ukuran dan warna di ekosistem Taman Nasional Bukit Tigapuluh (Studi kasus di Stasiun Reintroduksi Orangutan Sumatera Sungai Pengian Provinsi Jambi) [skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Febriyanti F. 2006. Kebiasaan makan dan praktek hidup sehat pada penderita demam berdarah dengue (DBD) dan non DBD di Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor : Program studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

[FZS] Frankfurt Zoological Society. 2011. Kondisi fisik kedua stasiun Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera di Jambi: FZS.

[KKI Warsi] Komunitas Konservasi Indonesia. 2008. Studi dampak rasionalisasi Taman Nasional Bukit Tigapuluh, ancaman yang dihadapi serta kebutuhan strategis dan dana dalam pengelolaannya. Bogor : KKI Warsi.

Maple TL. 1980. Orangutan behavior. New York: van Nostrad Reinhold Company.

Meijaard E, Rijksen HD, Kartikasari SN. 2001. Diambang Kepunahan!: Kondisi Orangutan Liar di Awal Abad ke-21. Jakarta: The Gibbon Foundation Indonesia.

Pramesywari W. 2008. Implementasi medik konservasi pada owa Jawa (Hylobates moloch Audebert 1798) : Studi kasus pada empat lembaga konservasi eksitu di Indonesia [skripsi]. Bogor : Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor.

Pratje PH. 2006. Worksheets SOP (Prosedur Standar Operasional) Reintroduksi Orangutan Sumatera (Pongo abelii). Dokumen internal. Frankfurt Zoological Society. Tidak dipublikasikan. 44 hal.

Rijksen DH. 1978. A Fieldstudy On Sumatran Orang Utans (Pongo pygmaeus abelii Lesson, 1827) – Ecology, Behavior And Conservation. Agricultural University, Wageningen, Netherlands.

Rodman PS. 1973. Population composition and captive organization among orang-utan of the Kutai reserve. In: Comparative ecology and behaviour of primates (Michael, R.P., dan Crook, J.H. eds). Academic Press, London. Rowe N. 1996. The pictorial guide to the living primates. Rhode Island: Pogonias

Press.

Sinaga T. 1992. Studi habitat dan perilaku orang utan (Pongo pygmaeus abelii) di Bohorok Taman Nasional Gunung Leuser [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Siregar JP. 2007. Studi faktor-faktor penentu keberhasilan pelepasliaran orangutan Sumatera (Pongo abelii Lesson,1827) di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, Propinsi Riau dan Jambi. [skripsi]. Bogor. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB.

Sukiman. 2002. Pemantauan pasca pelepasan orangutan rehabilitan: pola pergerakan orangutan rehabilitan di Hutan Lindung Gunung Meratus Kalimantan Timur. [skripsi]. Bogor. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan IPB.

Warren KS, Verschoor EJ, Langenhuijze S, Heriyanto R, Swan A, Vigilant L, Heeney JL. 2001. Speciation and intraspecific variation of Bornean orangutans, Pongo pygmaeus pygmaeus. Mol. Biol. Evol. 18 : 472-480. Zuraida. 2004. Konsumsi dan kandungan nutrient pakan orangutan (Pongo

pygmaeus) (Studi kasus di Pusat Reintroduksi Orangutan, Wanariset Samboja-Kalimantan Timur ) [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Dokumen terkait