• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.1 Keadaan orangutan di kandang sosialisasi

Orangutan yang terdapat pada kandang sosialisasi di pusat reintroduksi orangutan sumatera di Stasiun Sungai Pengian dan di Stasiun Danau Alo seluruhnya berjumlah 15 (lima belas) individu dimana 9 (sembilan) individu berada di Stasiun Sungai Pengian dan sebanyak 6 (enam) individu berada di Stasiun Danau Alo (Tabel 4). Seluruh individu orangutan yang berada pada kandang sosialisasi berasal dari hasil sitaan, hasil penyerahan dari masyarakat dan negara (hibah), individu yang lahir di kandang Pusat Karantina Medan dan yang lahir di hutan adaptasi Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera. Individu-individu orangutan terlebih dahulu berada dalam tahapan karantina yang terdapat di Pusat Karantina Orangutan Sumatera di Batu Mbeliin, Sumatera Utara.

Setelah melalui tahapan karantina, maka orangutan akan dikirim ke Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera di Jambi untuk kemudian diberikan tahapan sosialisasi. Data-data mengenai keadaan individu orangutan yang didatangkan ke pusat reintroduksi orangutan ialah seperti nomor individu, tahun datangnya orangutan ke pusat karantina, estimasi umur, nomor ID, dan daerah asal orangutan tersebut. Adapun pemberian nomor individu orangutan adalah berdasarkan nomor orangutan yang dikirimkan oleh Pusat Karantina Batu Mbeliin di Sibolangit, Sumatera Utara kepada Pusat Reintroduksi Orangutan di Jambi.

Pemberian nomor chip orangutan bertujuan untuk tanda pengenal. Chip

orangutan ditanam (implant) pada bagian tubuh orangutan sehingga apabila

terdapat suatu situasi orangutan hilang atau apabila terdapat orangutan yang dijual maka orangutan akan dapat dideteksi dengan adanya pemberian nomor chip. Selain pemberian nomor chip, terdapat pula pemberian nomor ID. Nomor ID ini diberikan dengan penandaan tato yang dicat pada orangutan. Nomor ID merupakan nomor orangutan yang masuk ke pusat karantina.

Tabel 4 Kondisi orangutan pada kandang sosialisasi di Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera No. No.

individu

Tahun

datang Nama individu

Jenis kelamin

Estimasi umur (tahun)

Nomor ID Nomor chip Daerah asal Lokasi kandang 1 66 24/6/2006 Lita Betina 14 OU 90 000689D0C1 Malaysia (hibah) SSP

2 84 26/11/2006 Nyoman Bagus Fo Jantan 11 OU 103 ** Bali SSP

3 92 9/10/2007 Masita Betina 18 OU 98 00066D67E4 Raisun, NAD SSP

4 94 10/9/2007 Bobo Jantan 13 OU 106 000682FBE5 Medan SSP

5 121 6/4/2009 Barcelona Betina 14 OU 136 00066D6341 Binjai, Medan SSP 6 128 16/12/2009 Alex Jantan 8 OU 177 0006 B9871E Simalingkar, Medan SSP 7 129 12/16/2009 Frangkie Betina 8 OU 163 0006 B8F8B5 Tanjung Pura, Medan SSP

8 141 28/2/2011 Morgan Jantan 2 * ** Lahir di kandang SSP

9 140 28/2/2011 Meutia Betina 18 OU 143 0006831AFC Binjai, Medan SSP 10 142 28/2/2011 Jarot Pakpahan Jantan 4 OU 125 ** Padang Sidempuan, Medan SDA 11 125 16/12/2009 Ayu Betina 5 OU 109 000688343D8 Blangkejeren, NAD SDA 12 143 28/2/2011 Mambo Jantan 4 OU 193 0006 B967B2 Sibolangit, Medan SDA 13 90 2006 Mirriam Betina 4 OU 004 00066D7AF4 Lahir di kandang SDA 14 144 28/2/2011 Veni Betina 5 OU 196 0006E47A81 Langkat, Medan SDA 15 145 28/2/2011 Sun Gho Kong Jantan 7 OU 194 0006B95F1F Simalingkar, Medan SDA Keterangan :

SSP : Stasiun Sungai Pengian * : Belum diberikan nomor ID SDA : Stasiun Danau Alo ** : Belum diberikan nomor chip

Orangutan yang datang ke pusat reintroduksi pada masa awal kedatangan akan mendapatkan perawatan di sekitar kompleks kandang beberapa waktu hingga orangutan mendapatkan pelatihan adaptasi lanjutan. Beberapa waktu kegiatan tersebut digunakan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru (kandang sosialisasi, bunyi-bunyian dan kondisi sekeliling lingkungan baru), waktu untuk membiasakan diri terhadap makanan yang baru dan berbeda (buah hutan yang mungkin belum pernah didapatkan sebelumnya), waktu untuk terbiasa dan percaya kepada teknisi yang baru, waktu untuk terbiasa dengan jadwal pemberian makanan rutin yang baru dan waktu untuk mempelajari berbagai teknik pemberian pakan baru (memanfaatkan pakan hutan, pakan pengayaan dan pakan tambahan). Orangutan yang berada pada kandang sosialisasi akan diatur pemeliharaannya dengan mengelola kesehatan dan kesejahteraan orangutan (Pratje 2006).

Individu-individu ini terdiri dari estimasi umur mulai dari 2 tahun hingga 18 tahun. Seluruh individu orangutan selama penelitian masih berada pada kandang sosialisasi. Orangutan yang dikirim ke stasiun reintroduksi pada umumnya berasal dari Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Orangutan yang berada di pusat reintroduksi secara bersama-sama dikelola oleh pihak manajemen. Pihak manajemen terdiri dari teknisi/staf, dokter hewan, manajer stasiun, manajer reintroduksi dan direktur oleh LSM-FZS di Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera (Lampiran 4).

Secara khusus, bagi orangutan yang terdapat pada kandang sosialisasi maka kegiatan manajemen dilaksanakan oleh staf/teknisi, dokter hewan dan manajer stasiun. Jumlah staf yang mengurusi kegiatan reintroduksi di Stasiun Sungai Pengian berjumlah sebanyak 6 (enam) orang dan jumlah staf yang mengurusi kegiatan reintroduksi di Stasiun Danau Alo berjumlah 6 (enam) orang. Terdapat juga seorang dokter hewan yang bertugas untuk merawat dan memberikan pengobatan bagi orangutan di Stasiun Sungai Pengian dan Stasiun Danau Alo.

Staf/teknisi bertugas untuk mengurus, membersihkan, merawat kandang dan lokasi sekitar stasiun, memberikan makanan bagi orangutan yang telah diatur

dalam jadwal pemberian pakan, menyekolahkan orangutan (jungle school) yang

masih memiliki sifat jinak (khususnya bagi orangutan pada struktur umur anak), pemeliharaan trail, melakukan plot fenologi tumbuhan pakan orangutan di hutan

yang berada pada sekitar kandang sosialisasi, melakukan pemantauan kembali orangutan (bagi orangutan yang sudah dilepasliarkan) dengan penggunaan protokol harian. Selanjutnya dokter hewan melakukan perawatan kesehatan bagi orangutan dalam hal pencegahan penyakit dan mengecek kesehatan orangutan pada kandang serta terdapat pula program telemetri untuk memantau orangutan pada habitat alam yang sudah dilepasliarkan. Berdasarkan hal tersebut, pengamatan yang dilakukan terhadap manajemen pakan orangutan yang diamati pada kandang sosialisasi ada sebanyak 6 (enam) individu masing-masing menurut kelas umur dan jenis kelamin (Tabel 5).

Tabel 5 Data individu orangutan yang diamati di Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera No Nomor ID Nama individu Keadaan fisik

orangutan Nomor chip Lokasi stasiun 1 OU 106 Bobo Jantan, dewasa muda 000682FBE5 Sungai Pengian 2 OU 98 Masita Betina, dewasa muda 00066D67E4 Sungai Pengian 3 OU 177 Alex Jantan, remaja 0006 B9871E Sungai Pengian 4 OU 163 Frangkie Betina, remaja 0006 B8F8B5 Sungai Pengian 5 OU 193 Mambo Jantan, anak 0006 B967B2 Danau Alo 6 OU 004 Mirriam Betina, anak 00066D7AF4 Danau Alo

Individu orangutan yang menjadi sampel penelitian diambil dari kelas umur anak, remaja dan dewasa muda. Ada 4 (empat) individu orangutan yang diamati pada kandang sosialisasi di Stasiun Sungai Pengian yaitu Bobo, Masita, Frangkie dan Alex. Selanjutnya, 2 (dua) individu yang diamati pada kandang sosialisasi di Stasiun Danau Alo yaitu Mambo dan Mirriam. Terdapat dua jenis kandang bagi orangutan selama berada di pusat reintroduksi yaitu kandang sosialisasi dan kandang karantina. Pada penelitian yang dilakukan, pengamatan terhadap manajemen pakan diamati pada kandang sosialisasi (Gambar 8 dan 9).

Kandang sosialisasi dirancang dengan membuat blok-blok kandang sesuai dengan ukuran luas masing-masing. Kondisi kandang sosialisasi di Stasiun Sungai Pengian dirancang sedemikian rupa oleh pengelola dengan pemilihan alasan bahwa orangutan sumatera merupakan spesies arboreal (hidup di pohon) yang menghabiskan waktunya hampir 99 % dari hidupnya berada di atas pohon. Dengan demikian agar nantinya dapat merangsang habitat orangutan arboreal seperti yang terdapat di alam maka desain ukuran kandang dibuat setinggi

mungkin untuk dapat membangkitkan kemampuan orangutan memanjat dan bergerak jauh dari tanah.

Hal lain yang juga dipertimbangkan dalam merancang kandang adalah agar individu orangutan dapat mengurangi kontak langsung dengan staf/teknisi serta pertimbangan bahwa kesehatan dan kesejahteraan orangutan di dalam kandang dapat terpelihara yang sesuai dengan tuntutan ekologi dalam pemeliharaan satwa dalam kandang. Pada kandang sosialisasi dibuat pengaturan ruangan dan fasilitas untuk kenyamanan orangutan. Pengaturan kompleks kandang didesain setinggi 2,5 meter dari permukaan tanah agar orangutan yang ditempatkan di kompleks kandang tidak pernah menyentuh permukaan tanah dan dapat merasakan hidup sebagai satwa arboreal. Desain kandang yang dibuat harus dapat mencegah kotoran dan kulit-kulit buah tidak tinggal di dalam kandang. Lantai kandang dibuat berjeruji dengan maksud agar kotoran dan kulit-kulit buah dapat jatuh ke lantai dasar.

Selanjutnya, fasilitas yang disediakan berupa ayunan, tali-tali, tali ban (bungee) dan platform harus dipasang untuk dapat menghubungkan setiap sisi dan sudut kandang sehingga apabila orangutan berjalan di bawah maka tidak perlu

pindah dari satu tempat menuju tempat lain. Pemasangan tali ban (bungee) di

dalam kandang dibuat agar dapat merangsang orangutan mencoba memanjat pada material yang bersifat elastis. Pemasangan cabang-cabang pohon juga ditempatkan pada setiap sudut kandang sebagai peralatan alami yang mendorong orangutan melakukan pengendusan, merasakan dan menggerogoti dibandingkan hanya memberikan peralatan-peralatan buatan saja. Dengan demikian, cabang- cabang pohon tersebut pada suatu waktu akan membusuk dan patah sehingga orangutan akan dapat merasakan bahwa fasilitas tersebut merupakan fasilitas yang tidak stabil seperti yang terdapat sama dengan saat berada di dalam hutan.

Fasilitas yang terdapat di dalam kandang juga menyediakan kebutuhan orangutan saat melakukan aktivitas tidur dan istirahat dengan menyediakan sarang buatan. Sarang buatan dibuat dari besi dan bersifat permanen berbentuk keranjang. Pada pembuatan fasilitas peralatan makanan tidak dipasang secara permanen di kompleks kandang. Hal ini dilakukan dengan alasan karena akan dapat mengurangi perebutan makanan oleh orangutan ketika waktu makan tiba.

(A) Bobo, jantan dewasa (B) Masita, betina dewasa

(C) Frangkie, betina remaja (D) Alex, jantan remaja

(E) Mambo, jantan anak (F) Mirriam, betina anak

Gambar 7 Keenam individu orangutan yang diamati di Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera.

 (A)

(B) Keterangan ukuran kandang :

1. Kandang I (Kandang perangkap)

2. Blok kandang II (Kandang sosialisasi pisah) 3. Blok kandang III dan VI (Blok sosialisasi) 4. Blok kandang IV (Blok sosialisasi pisah) 5. Blok kandang V (Lorong antar blok)

Gambar 8 Denah (A) dan kandang sosialisasi di Stasiun Sungai Pengian (B).

Tangga Lantai kandang atas VI (Masita, Frangkie dan Alex) IV III

(Masita, Frangkie dan Alex) V II (Bobo) I U Skala 1 : 400

(A)

(B)

Gambar 9 Denah (A) dan kandang sosialisasi di Stasiun Danau Alo (B).

Selain itu dapat pula memberikan keleluasaan kepada teknisi untuk memberikan makanan yang cukup kepada setiap individu orangutan dimana kuantitas makanan yang diberikan harus sesuai dengan ukuran yang telah disesuaikan dengan pengaturan makanan, kondisi dan situasi orangutan. Adapun fasilitas penyediaan pipa-pipa tempat air minum dipasang pada jeruji bagian luar kompleks kandang untuk memberikan suplai air minum kepada orangutan. Semua fasilitas tersebut dipasang dengan jarak sedemikian rupa sehingga antara satu individu orangutan dengan orangutan lainnya tidak terganggu. Pada desain

  III   II IV (Miriam, Mambo)     I U 4 m 4 m 3 m 3 m

kandang sosialisasi di Stasiun Sungai Pengian terdapat kandang I (kandang perangkap) yang berukuran 1,5 m x 2 m dan blok kandang V (lorong antar blok) yang berukuran 3 m x 1 m. Kandang perangkap berfungsi untuk memindahkan orangutan atau memisahkan orangutan yang satu dengan lainnya sebagai contoh

saat akan diberikan pembiusan (treatment) orangutan sehingga diperlukan ruang

yang lebih kecil untuk membantu proses pembiusan orangutan.

Pada blok kandang II dan IV (kandang sosialisasi pisah) dengan ukuran 4 m x 4 m, biasanya kandang sosialisasi pisah diperuntukkan untuk 1 (satu) orangutan besar yang tidak boleh digabung dengan orangutan lainnya. Blok kandang III dan VI (blok sosialisasi) yang berukuran 6 m x 6 m diperuntukkan untuk kandang orangutan yang biasa digabungkan dengan individu lainnya. Adapun daya tampung dengan jumlah maksimum orangutan yang berada di blok sosialisasi yaitu sebanyak 6-7 individu (jika struktur umur anak), struktur umur remaja hingga dewasa muda dengan jumlah maksimum 4-5 individu.

Manajemen perkandangan pada kedua stasiun dirancang agar orangutan dapat dirawat di dalam kandang sebelum pelepasliaran dan memberikan kenyamanan bagi orangutan seideal mungkin. Sozer (2005) diacu dalam Pramesywari (2008) menyatakan bahwa kandang dapat dikatakan ideal apabila memiliki luasan yang cukup bagi pergerakan satwa dimana kandang yang semakin luas akan semakin baik dan sedapat mungkin lingkungan kandang harus mirip dengan habitat alaminya. Pada kandang sosialisasi yang berada di Stasiun Danau Alo, kandang tersebut dirancang untuk orangutan yang kecil/remaja yang masih memiliki sifat jinak dan akan berada di kandang dalam waktu yang lebih lama untuk beradaptasi dan bersosialisasi.

Dengan demikian ukuran kandang di Stasiun Danau Alo dirancang tidak

terlalu besar agar dapat lebih mudah untuk melakukan treatment pengadaptasian

orangutan. Kandang sosialisasi ini berukuran 3 x 4 m. Kandang sosialisasi pada Stasiun Danau Alo dirancang dalam 1 (satu) blok dengan jumlah maksimum sebanyak 3-4 individu orangutan. Kedua kandang sosialisasi yang diamati baik di Stasiun Sungai Pengian dan Stasiun Danau Alo di dalamnya disediakan dan dilengkapi beberapa manipulasi seperti keadaan di hutan alam. Adapun bentuk

manipulasi yang disediakan yaitu seperti tali dan ayunan karet yang dimanipulasi dari akar-akar liana yang terdapat juga di hutan.

Oleh sebab itu, orangutan dapat belajar untuk memanjat, berayun ataupun dapat menggelayut dengan karet seperti halnya orangutan menggunakan liana di hutan. Pada kandang sosialisasi terdapat juga sarang buatan permanen yang terbuat dari besi dengan tujuan agar orangutan dapat membangun dan membentuk sarang mereka sendiri dari dahan dan ranting-ranting pohon. Selain hal itu, terdapat batang kayu yang diikat dengan karet di dalam kandang. Batang kayu ini diperuntukkan agar orangutan juga dapat mulai membiasakan berpegangan, bergerak atau pun berjalan pada batang pohon apabila nantinya orangutan dilepasliarkan di habitat alam.

Kandang sosialisasi tersebut dirancang dengan blok-blok sesuai dengan ukuran kandang. Kandang sosialisasi memiliki tujuan sebagai tempat orangutan untuk dapat bersosialisasi dengan individu lainnya, sebagai tempat untuk memperkenalkan jenis-jenis pakan seperti pakan utama, pakan pengayaan (enrichment), pakan hutan maupun pakan tambahan sebelum orangutan dilepaskan ke habitat alam.

5.1.2 Manajemen pakan orangutan pada kandang sosialisasi

Dokumen terkait