• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

B. Implikasi dan Rekomendasi

Adapun implikasi dan rekomendasi dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1. Pengembangan asesmen autentik berbentuk esai pada materi sistem ekskresi sebaiknya didahului dengan pembiasaan kepada siswa untuk melakukan kegiatan yang menuntut keterampilan proses sains teutama keterampilan proses sains terintegrasinya. Pembiasaan dapat dilakukan dengan memberikan pembelajaran sistem ekskresi yang menyertakan proses keterampilan proses sains terintegrasi siswa. Jadi, guru tidak hanya memberikan konsep sistem ekskresi, namun juga mengajarkan siswa untuk melakukan proses yang menuntut keterampilan proses sains terintegrasi siswa pada materi sistem ekskresi. Selain itu, pembiasaan juga dapat berupa pemberian latihan soal dengan esai yang melatih KPS terintegrasi. Sehingga saat mengerjakan soal tes mengenai KPS terintegrasi, siswa tidak kaget karena sebelumnya telah mengenal bentuk soal yang diteskan. Hal ini penting untuk mengungkap lebih dalam bagaimana kemampuan keterampilan proses sains terintegrasi siswa saat menyelesaikan soal sistem ekskresi. Selain itu pembiasan siswa melakukan penalaran saat pembelajaran sistem eksresi dapat meningkatkan penguasaan konsep.

2. Tes esai sebaiknya diberikan dalam bentuk redaksi yang tidak terlalu panjang. Hal ini penting agar siswa tidak jenuh saat mengerjakan soal. Sebelum pelaksanaan tes juga perlu diberitahukan jauh hari agar siswa memiliki persiapan dalam menghadapi tes. Ini dapat meminimalisir jawaban siswa yang asal dan kosong sehingga gambaran awal mengenai respon siswa akan terekam dengan baik untuk pengembangan soal yang selanjutnya. Pelaksanaan tes juga perlu diawasi dengan ketat. Hal ini untuk meminimalisir siswa yang mencontek jawaban, berdiskusi atau bertanya kepada pengawas. Jika hal tersebut terjadi,

kemampuan keterampilan proses sains terintegrasi siswa tidak dapat terdiagnosa dengan benar. Pengawas tes sebaiknya lebih dari satu orang agar seluruh siswa dapat teramati dengan baik.

3. Butir soal KPS dapat disusun dan dikembangkan secara terencana untuk meningkatkan pembelajaran IPA. Dalam pembuatan soal Keterampilan Proses Sains diperlukan kriteria tertentu. Soal sebaiknya mengacu pada karakteristik butir soal Keterampilan Proses Sains yang telah ditentukan, yaitu soal tanpa dibebani dengan konsep, soal tidak perlu panjang yang penting mengandung banyak informasi yang harus diolah oleh siswa, dapat berupa tabel, grafik, diagram maupun gambar. Kemudian butir soal harus mengandung satu aspek saja.

4. Selain itu, perangkat yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan dan dimodifikasi kembali untk digunakan pada saat mengevaluasi Keterampilan Proses Sains (KPS) terintegrasi siswa pada materi sistem ekskresi dengan mempertimbangkan kondisi siswa dan guru. Selain itu, guru pun dapat membuat kembali perangkat penilaian asesmen autentik untuk menilai Keterampilan Proses Sains (KPS) terintegrasi siswa.

5. Siswa pun diharapkan turut aktif dalam proses penilaian yang dilakukan oleh guru, agar kesulitan siswa dapat segera ditangani. Kesadaran siswa dalam mengean kelemhannya dalam belajar dan dalam hal keterampilan tertentu akan membantu guru mempersiapkan treatment yang tepat untuk mengatasi kelemahan tersebut.

6. Dalam pelaksanaan penilaian hendaknya memperhatikan waktu dan kesanggupan guru dalam penggunaan instrumen penilaian tersebut. Hindari penggunaan instrumen yang merepotkan karena dapat mengganggu konsentrasi guru dalam tugasnya untuk membimbing siswa dalam pembelajaran. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat menjadi referensi untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai instrumen asesmen autentik dalam pembelajaran kurikulum 2013.

7. Bagi semua para pendidik agar menekankan penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam pengajaran IPA. Sudah sewajarnya keterampilan proses menjadi bagian yang tak terpisahkan (milik) guru IPA pada jenjang

pendidikan manapun.Menilai keterampilan proses, selain dengan menggunakan tes tulis dan lembar pengamatan, sebaiknya juga dilakukan tes perbuatan agar diketahui hands on siswa dan indikator keterampilan proses sains dapat terukur semuanya.

Peneliti dilahirkan di Majalengka, 13 Oktober 1993, tepatnya di desa Kasturi, Kecamatan Cikijing, Kabupaten Majalengka sebagai anak sulung dari tiga bersaudara, anak pasangan Yaya Nuryadin dan Nani Setiawati. Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis yaitu SDN Kasturi I, kemudian melanjutkan ke sekolah menengah MTs PUI Kasturi dan SMA Negeri I Talaga dan terakhir melanjutkan ke perguruan tinggi jurusan Pendidikan Biologi UPI Bandung.

Buku yang pernah ditulis oleh peneliti selama perkuliahan diantaranya Buku Perikehidupan Botani Cryptogamae yang berjudul “Euchema cotonii si

Kappa karaginan”, Buku Perkehidupan Botani Phanerogamae dan buku

DAFTAR PUSTAKA

Akinoglu, O. dan R.O. Tandogan. 2007. The Effect of Problem Based Active

Learning of Student’s Academic Achievement, Attitude and Concept

Learning. Eurasia Journal of Mathemathics, science & Technology Education, 3 (1): 71-81.

Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Kurikulum 2013. Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Budiyanto. (2011) Metode Model Pembelajaran dan Strategi Pembelajaran.

http:// budisma.web.id/materi/sma/kelas-x-biologi/belajar-pendekatan-proses. [26 Oktober 2014]

Christian. (2002). Preparing Effective Essay Questions : A self-directed Workbook for Education. New Forums Press.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Tematik. Malang: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan Pusat Pengembangan Penataran Guru IPS Dan PMP Malang.

Hamid, Abdul. (2008) Pengembangan sistem asesmen autentik dalam pembelajaran fisika dengan model pembelajaran inovatif di Sekolah Menengah Atas (SMA). Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, 6(1), 35-42.

Handiana, L. R. (2011). Pengaruh Pedekatan Keterampilan Proses Sains.Jakarta : UIN

Hutasuhut, S. (2010). Implementasi Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning ) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Pembangunan pada Jurusan Manajemen FE Unimed. Universitas Negeri Medan. 2(1). 196-207

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kiliç, D dan Sağlam, N. (2013). Students’ Understanding of Genetics Concepts: The Effect of Reasoning Ability and Learning Approaches. Journal of Biological Education. 48(2). 63–70

La Marca, Paul M. (2001). Alignment of standards and assessments as an accountability criterion. Practical Assessment, Research & Evaluation, 7(21), 1531-7714

Lederman, J.S., Lederman, N.G., Bartos, S.A., Bartels, S.L., Meyer, A.A and

Schwartz, R.S. (2013). Meaningful assessment of learners’ understandings

about scientific inquiry—theviews about scientific inquiry (vasi) questionnaire. Science Education Journal Of Research In Science Teaching. 51(1),65–83.

Maryam, S. (2011). Penerapan Asesmen Kesulitan Belajar Siswa untuk Mengungkap Kesulitan Belajar Siswa SMP dalam Mempelajari Konsep Pewarisan Sifat. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung Miller, J. Smucker, M. (2003). Autentic assesment in the sport management

curriculum: case a study. Journal of Research. Vol 2 (1), 33-37.

Muller, J. (2006). Authentic Assesment. North Central College. [online]. Tersedia : http://jonatan.muller.faculty.noctri.edu//toolbox/whatisist.htm [23 Oktober 2014]

Muslich, M. (2007). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual Panduan bagi Guru,Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Nurgiyantoro, B. (2008). Asesmen Autentik. Cakrawala Pendidikan. 27(3), 250- 261.

Okhee, L. 2012. Science Inquiry and Student Diversity: Enchanced Abilities and Continuing Difficulties After an Instructional Intervention. Journal Of Research In Science Teaching. Vol. 43 (7): 607-636

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2014). Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan dasar dan pendidikan Menengah. Jakarta : Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Raharjo, B. (2013). Pengembangan Materi Pembelajaran dengan Pendekatan saintifik. Workshop peningkatan mutu managemen SSN SM.

Rusmiyati, A.A. dan Yulianto. (2009). Peningkatan keterampilan proses sains dengan menerapkan model problem based-instruction. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5(1)75-78

Rustaman, Nuryani. (1995). Pengembangan Butir Soal Keterampilan. http://onengdalilah.blogspot.com/2009/02/pengembangan-butir-soal-

keterampilan.html. [17 Maret 2015]

Rustaman, Nuryani. (2012). Penilaian Otentik (Authentic Assesment) dan Penerapannya dalam pendidikan sains. [online]. tersedia : http://file.upi.edu/direktori/sps/prodi.pendidikan_ipa/195012311979032nurya ni_rustaman/penilaian_otentik_sgr'06.pdf [29 oktober 2014]

Rustaman, Nuryani. (2009). Pendidikan dan Penelitian Sains dalam Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi untuk Pembangunan. [Online]. Tersedia: . [ 10 Oktober 2014].

Smith, M. K., Wood, W.B., dan Knight, J.K. (2008). The Genetics Concept Assessment: A New Concept Inventory for Gauging Student Understanding of Genetics. CBE Life Sciences Education. 7. 422–430

Stenberg, R.J. (2008). Psikologi Kognitif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Stiggins, R.J. (1994). Student Centered Classrom Assesment.USA:Macmillanr College Publishing Company.

Sudargo, F. (2009). Model Pembelajaran Biologi Berbasis Praktikum untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis dan Keterampilan Proses Siswa SMA. [Online]. Tersedia: . Edu/Directori/Sps/Prodi. Pendidikan Ipa/ 19510726197803 2-Fransiska_Sudargo/Artikel_Hibah_Kompetitif Pdf. [ 15 Oktober 2014]

Sudijono, A. (2013). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sudjana N. (1989). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Susilowati. (2013). Integrated Science Worksheet Pembelajaran IPA SMP dalam Kurikulum 20 13. Yogyakarta: Universitas Pendidikan Yogyakarta.

Suwarto. (2012). Pengembangan Tes Diagnostik dalam Pembelajaran. Jogjakarta: Graha Ilmu

Torulf Palm. (2008) Performance assessment and authentic assessment: a conceptual analysis of the literature . Journal Practical assesment, research and evaluation. 13 (2)

Treagust, D. (1988). Development and Use of Diagnostic Tests to Evaluate

Student’s Misconceptions in Science. International Journal of Science Education 10(2). 159-169

Treagust, D. (2006). Diagnostic Assessment in Science as A Means to Improving Teaching, Learning And Retention. Science and Mathematics Education Centre, Curtin University of Technology. 1-9

Tsui, C.Y Dan Treagust, D. (2007). Understanding Genetics: Analysis Of

Secondary Students’ Conceptual Status. Journal Of Research In Science Teaching. 44(2). 205–235

Wiggins, Grant (1990). The case for authentic assessment. Practical Assessment, Research & Evaluation. 2(2).

Wulan, A.R (2012). Penilaian Kinerja Dan Portofolio Pada Pembelajaran Biologi.[Online].Tersedia:/ [25 Oktober 2014].

Dokumen terkait