• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidkan

Jurusan Pendidikan Biologi

Oleh

PEPI HANDAYANI 1104925

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(2)

PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI

Oleh

Pepi Handayani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Pepi Handayani

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak, seluruhnya atau sebagian,

(3)

PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI PADA

PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI

Oleh :

Pepi Handayani

1104925

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I

Dr. Hj. Sri Anggraeni, M.Si.

NIP. 195801261987032001

Pembimbing II

Dr. Anna Ratna Wulan, M.Pd.

NIP. 197404171999032001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Biologi

Bambang Supriatno, M.Si.

(4)
(5)

peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilakukan melalui upaya perbaikan sistem penilaian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengembangan asesmen autentik untuk menilai Keterampilan Proses Sains terintegrasi siswa pada pembelajaran sistem ekskresi. Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan asesmen autentik yang berkualitas. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Populasi penelitian ini adalah siswa SMA kelas XI semester II SMAN 6 Bandung yang memiliki kemampuan heterogen. Sedangkan sampelnya adalah siswa SMA kelas XI MIA 4,5, dan 6. Pelaksanaan pengembangan asesmen autentik ini menggunakan beberapa instrumen yaitu perangkat penilaian tes berupa soal esai serta perangkat penilaian non tes yang digunakan untuk menilai instrumen esai tersebut yaitu terdiri dari daftar cek, angket siswa, pedoman wawancara siswa, pedoman wawancara guru, dan catatan lapangan (anecdotal record). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan dan penerapan asesmen autentik ini cukup efektif dan mampu menilai Keterampilan Proses Sains Terintegrasi siswa. Asesmen autentik yang dikembangkan ini mendapat respon positif dan tanggapan yang baik dari siswa dan guru. Selain itu, penelitian ini pun mengungkap pula kekurangan dan kelebihan, serta kendala yang dihadapi selama proses pengembangan dan penerapan.

(6)

system This study aims to describe the development of authentic assessment to assess the Science Process Skills integrated student learning excretion system. This research was conducted to obtain authentic quality assessment. The method used is descriptive method. Population of research is high school students of class XI Junior High School 6 Bandung second half that have heterogeneous capabilities, and sample of research is high school students of class 4, 5, and 6 science. Implementation of this authentic assessment development using instruments that test assessment tools in the form of essays and non-test assessment tools that are used to assess an essay instruments, checklist, which are composed of student questionnaire, interview students, guidance teacher interviews, and field notes (anecdotal records). The results showed that the development and implementation of authentic assessment is quite effective and is able to assess the Integrated Science Process Skills students. Authentic assessment that was developed is also a positive response and a good response from students and teachers. In addition, this study also reveal also the advantages and disadvantages, as well as the obstacles encountered during the process of development and implementation.

(7)

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... iii

UCAPAN TERIMAKASIH... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian... 6

C. Batasan Masalah... 6

D. Tujuan Penelitian... 7

E. Manfaat Penelitian... 7

F. Struktur Organisasi... 8

BAB II ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) TERITEGRASI PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI BERBASIS PBL... 9

A. Asesmen Autentik... 9

B. Keterampilan Proses Sains Terintegrasi... 11

C. Teori-teori yang Mendukung Pendekatan Keterampilan Proses... 14

D. Tinjauan Pembelajaran dan Asesmen pada Materi Sistem Ekskresi………... 14

BAB III METODE PENELITIAN... 18

A. Desain Penelitian... 18

B. Populasi dan Sampel... 18

C. Definisi Operasional... 18

D. Instrumen Penelitian... 19

E. Prosedur Penelitian... 21

(8)

A. TEMUAN... 33

1. Pengembangan Asesmen Autentik untuk Menilai KPS Terintegrasi pada Pembelajaran Sistem Eksksresi ... 33

2. Penerapan Asesmen Autentik untuk Menilai KPS Terintegrasi pada Pembelajaran Sistem ekskresi... 48

3. Respon Siswa Terhadap Asesmen Autentik ... 54

4. Tanggapan Guru mengenai Penerapan Penilaian Asesmen Autentik... 58

5. Kelebihan dan Kekurangan Asesmen Autentik yang diterapkan... 60

6. Kendala dalam Menerapkan Asesmen Autentik... 61

B. PEMBAHASAN... 62

1. Pengembangan Asesmen Autentik untuk Menilai KPS Terintegrasi pada Pembelajaran Sistem ekskresi...…….. 62

2. Penerapan Asesmen Autentik untuk Menilai KPS Terintegrasi pada Pembelajaran Sistem ekskresi……....……….... 67

3. Respon Siswa Terhadap Asesmen Autentik ... 72

4. Tanggapan Guru mengenai Penerapan Penilaian Asesmen Autentik... 74

5. Kelebihan dan Kekurangan Asesmen Autentik yang diterapkan... 76

6. Kendala dalam Menerapkan Asesmen Autentik... 77

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI... 80

A. Simpulan... 81

B. Implikasi dan Rekomendasi... 82

DAFTAR PUSTAKA... 85

(9)

A.Latar Belakang Penelitian

Sains dianggap menduduki posisi penting dalam pembangunan karakter

masyarakat dan bangsa karena kemajuan pengeta huannya yang sangat pesat,

keampuhan prosesnya yang dapat ditransfer pada bidang lain, serta muatan nilai

dan sikapnya. Sains banyak dipandang orang sebagai kumpulan pengetahuan.

Namun sebenarnya sains tidak hanya mengandung pengetahuan saja. Terdapat

banyak hal yang terlibat di dalamnya. Sains mengandung proses dan produk.

Sebagai sebuah produk, sains disebut body of knowledge (Rustaman, 2012) yang

berisi kumpulan fakta-fakta sebagai hasil penelitian. Cain dan Evans (1990 dalam

Rustaman, 2009) berpendapat mengenai hal yang sama yakni sains sebagai

produk mengandung fakta-fakta, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori yang

sudah diterima kebenarannya. Sedangkan sains sebagai proses merupakan metode

atau cara untuk mendapatkan pengetahuan. Proses ini membantu siswa dalam

mengembangkan pengetahuan baru.

Produk atau dalam sains dikenal konsep, merupakan ruang lingkup materi

yang dicapai melalui sebuah proses. Proses ini dikembangkan dalam

Keterampilan Proses Sains (KPS). KPS melibatkan keterampilan-keterampilan

yang lain salah satunya yakni keterampilan kognitif atau intelektual (Rustaman,

2009). Keterampilan kognitif menekankan keterlibatan siswa dalam tugas-tugas

pemecahan masalah Wiggins (dalam Rustaman, 2012). Secara alamiah

keterampilan kognitif akan meningkat dengan sendirinya seiring dengan

berkembangnya perilaku kognitif seseorang. Hal tersebut juga erat kaitannya

dengan intelegensi seseorang yang meningkat seiring bertambahnya usia

(Anderson, 2005 dalam Stenberg, 2008).

Salah satu contoh kemampuan yang terlibat adalah keterampilan proses

sains yang bersifat kognitif. Secara tidak langsung juga terintegrasi dengan KPS.

Di dalamnya tercakup proses berpikir (kognitif) yang berkaitan dengan

pengambilan kesimpulan untuk dapat memecahkan masalah. Proses berpikir ini

menuntut untuk kritis mencari klarifikasi dan akurasi terhadap fakta-fakta yang

(10)

pendidikan sekolah dasar dan menengah (mengajukan pertanyaan, observasi,

inferensi, klasifikasi, prediksi, interpretasi, merencanakan

percobaan/penyelidikan, menggunakan alat/bahan, komunikasi, dan berhipotesis)

(Rustaman, 2012). Namun untuk jenjang SMA harus sudah mengintegrasikan

dalam bentuk KPS terintegrasi. Pengembangan keterampilan proses siswa dapat

dilatihkan melalui suatu kegiatan pembelajaran yang menggunakan pendekatan

keterampilan proses. Pendekatan keterampilan proses adalah proses pembelajaran

yang dirancang sedemikian rupa, sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta,

membangun konsep-konsep dan teori-teori dengan keterampilan intelektual dan

sikap ilmiah siswa sendiri. Siswa diberi kesempatan untuk terlibat langsung dalam

kegiatan-kegiatan ilmiah seperti yang dikerjakan para ilmuwan, tetapi pendekatan

keterampilan proses tidak bermaksud menjadikan setiap siswa menjadi ilmuwan.

Selain itu, keterampilan proses juga membantu siswa mendapatkan

konsep-konsep sains yang baru dalam pembelajaran. Maka dari itu, keterampilan juga

penting untuk menunjang pengembangan pengetahuan baru melalui fakta-fakta

atau informasi (konsep) yang dimiliki siswa (Tsui dan Treagust, 2010). Oleh

karena itu, pemahaman terhadap suatu konsep melalui suatu keterampilan proses

menjadi hal paling dasar yang harus dikuasai siswa untuk dapat menyelesaikan

permasalahan.

Menurut Mardapi (2004), asesmen dan pembelajaran adalah dua kegiatan

yang saling mendukung, upaya peningkatan kualitas pembelajaran dapat

dilakukan melalui upaya perbaikan sistem penilaian. Sistem pembelajaran yang

baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Kualitas pembelajaran ini

dapat dilihat dari hasil penilaiannya. Selanjutnya sistem penilaian yang baik akan

mendorong pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang baik dalam

memotivasi peserta didik untuk belajar yang lebih baik. Oleh karena itu, dalam

upaya peningkatan kualitas pendidikan diperlukan perbaikan sistem penilaian

yang diterapkan.

Komponen penilaian diyakini memberikan dampak nyata bagi

keberhasilan pembelajaran kompetensi kepada siswa, maka penilaian kini

ditempatkan pada posisi yang penting dalam rangkaian kegiatan pembelajaran.

(11)

proses pembelajaran, bagaimana guru harus membelajarkan dan bagaimana siswa

harus belajar, dan karenanya menentukan capaian kompetensi (Nurgiyantoro,

2008). Oleh karena itu sejalan dengan berkembangnya kurikulum di Indonesia,

maka penilaian pun harus berkembang sesuai tuntutan kurikulum yang berlaku.

Penilaian harus lebih menuntut pembelajar mendemonstrasikan

pengetahuan, keterampilan, dan strategi dengan mengkreasikan jawaban atau

produk. Siswa tidak sekedar diminta merespon jawaban seperti dalam tes

tradisional, melainkan dituntut untuk mampu mengkreasikan dan menghasilkan

jawaban yang dilatarbelakangi oleh pengetahuan teoretis Wiggins (dalam

Rustaman, 2002). Untuk itu diperlukan asesmen autentik dalam kegiatan

pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengukur ketrampilan pemecahan

masalah siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

Pengukuran terhadap keterampilan proses siswa, dapat dilakukan dengan

menggunakan instrumen tertulis, salah satunya adalah asesmen dalam bentuk

esai. Asesmen esai dapat menilai penguasaan siswa dalam pengetahuan, baik

menghafal, penggunaan bahan referensi, ataupun dalam pemecahan masalah.

Prosedur asesmen bentuk esai dapat mendorong siswa dalam mempelajari struktur

organisasi materi. Siswa dalam hal ini akan terpacu mempersiapkan diri lebih baik

dengan cara mempelajari struktur materi secara keseluruhan. Maka, dalam

asesmen esai siswa harus menyusun responnya sendiri. Usaha siswa dalam

mempelajari struktur organisasi materi sangat cocok apabila diterapkan dalam

proses pengajaran IPA. Menurut Bajah (2000), penilaian dalam keterampilan

proses agak sulit dilakukan melalui tes tertulis dibandingkan dengan teknik

observasi. Dengan demikian, asesmen dalam bentuk tes tertulis (esai) perlu

dikembangkan untuk menilai keterampilan proses sains.

Salah satu konsep-konsep dalam biologi yang menuntut siswa untuk mampu

memahami konsep dan berpotensi untuk membantu guru dalam menilai

kemampuan keterampilan proses sains terintegrasinya adalah materi sistem

ekskresi. Melalui analisa materi yang dilakukan, materi pada sistem ekskresi

khususnya pada sub konsep penyakit/gangguan pada sistem ekskresi, dapat

melatih siswa memecahkan masalah sendiri. Selain itu, berdasarkan hasil

(12)

Ibrahim, teridentifikasi kesulitan belajar siswa SMA dalam materi sistem ekskresi.

Kesulitan belajar tersebut diantaranya adalah mengidentifikasi berbagai

penyakit/kelainan (Christian, 2002). Dalam mengatasi permasalahan tersebut,

diperlukan suatu langkah untuk memudahkan siswa dalam memahami konsep

tersebut. Langkah yang dapat dilakukan salah satunya adalah dengan

menggunakan pembelajaran berbasis Problem Based Learning disertai asesmen

yang cocok dengan pembelajarannya (Burg, 2010).

Berdasarkan tuntutan tersebut, Keterampilan proses sains siswa dalam

materi sistem ekskresi perlu dilakukan penilaian untuk mengetahui sejauh mana

proses keterampilan siswa ketika dihadapkan kepada permasalahan-permasalahan

materi sistem ekskresi di sekolah. Penilaian ini juga sekaligus dapat mengetahui

gambaran sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan

dapat tercapai (Palm, 2008). Oleh karena itu sistem penilaian harus disesuaikan

dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran dan

harus bermuara pada penguasaan kompetensi yang diharapkan.

Menurut Lederman, et al. (2013) penyelidikan ilmiah telah menjadi fokus

dalam pendidikan sains akhir-akhir ini, penyelidikan ilmiah mengacu pada

kombinasi dari keterampilan proses sains umum dalam konteks ilmu pengetahuan

tradisional, kreativitas, dan berpikir kritis untuk mengembangkan pengetahuan

ilmiah. Pembelajaran dengan adanya keterampilan proses berarti memberikan

kesempatan kepada siswa untuk memperoleh penemuan suatu konsep yang ada

sebagai keterampialn proses sains. Dengan adanya keterampilan proses sains ini

siswa akan lebih aktif, kreatif, terampil serta memiliki pengalaman yang menarik

sehingga nantinya dapat mengasah pola fikir siswa.

Kegiatan pembelajaran biologi lebih menekankan pada pemahaman

konsep serta keterampialan proses sains siswa dari berbagai metode pembelajaran.

Sains sebagai proses tidak lain adalah metode ilmiah (Brum dan McKane,1989,

Hibbard, Towle, 1989 dalam Subali 2011). Menurut Sukron (dalam Rusmiyati

dan Yulianto, 2009) saat ini metode mengajar di sekolah menengah masih banyak

menggunakan metode mengajar secara informatif.

Para guru di sekolah-sekolah lebih menitik beratkan pada kemampuan

(13)

proses sains bisa mempermudah pemahaman dari kemampuan kognitif siswa.

Menurut Sudargo, (2009) melalui kegiatan keterampilan proses khususnya

dalam memecahkan masalah, siswa dapat dilatih untuk mengembangakan

kognitif, afektif dan psikomotor dalam memahami suatu fenomena biologi. Dalam

kegiatan ini sangat dimungkinkan adanya penerapan berbagai keterampilan proses

sains sekaligus pengembangan sikap ilmiah yang mendukung proses pengetahuan

dalam diri siswa (Handiana, 2011). Selain itu, penelitian pada kelas ilmiah telah

berpusat pada dasar keterampilan proses sains (Germann dan Aram, 1996,

Harlen, 1999, Brotherton dan Preece, 1995 dalam Karamustafaoglu, 2011).

Melihat kenyataan yang ditemukan di lapangan, nampak ada kesenjangan

antara pembelajaran biologi di SMA/MA dengan teknik penilaiannya.

Menurut Mean (dalam Dimartino dan Joe, 2007) saat ini pengukuran dan

penilaian prestasi siswa sebagian besar bertumpu pada aspek kognitif saja, di

semua jenjang, dari penilaian di kelas sampai ke penilaian tingkat nasional.

Disamping itu, tes yang digunakan bertumpu pada satu jenis soal (tes objektif).

Ini terbukti berakibat sangat fatal, yaitu guru dalam mengelola pembelajaran

hanya berorientasi pada bagaimana prestasi siswanya akan dinilai nanti, sehingga

guru tidak merasa perlu untuk mengikuti berbagai inovasi pembelajaran dan lebih

baik mengajak siswanya berlatih menjawab berbagai bentuk soal (Dimartino dan

Joe, 2007). Proses penilaian yang biasa dilakukan guru selama ini hanya mampu

menggambarkan aspek penguasaan konsep peserta didik, akibatnya sasaran

belajar IPA belum dapat dicapai secara menyeluruh. Untuk itu perlu

diupayakan suatu teknik penilaian yang mampu mengungkap aspek produk

maupun proses.

Berdasarkan beberapa hal yang telah dikemukakan di atas mengenai

asesmen dan KPS, dengan demikian dilakukanlah penelitian berjudul

“Pengembangan Asesmen Autentik untuk Menilai Keterampilan Proses Sains

(KPS) Terintegrasi pada Pembelajaran Sistem Ekskresi ” dengan harapan dapat

menciptakan suatu penilaian yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir,

meningkatkan keingintahuan, menuntun siswa untuk memecahkan masalah dari

(14)

pembelajaran IPA sehingga dapat mencapai kompetensi yang diinginkan melalui

berbagai pembelajaran.

B.Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka rumusan masalah dari

penelitian ini adalah :”Bagaimanakah asesmen autentik yang dikembangkan

untuk menilai Keterampilan Proses Sains (KPS) pada pembelajaran sistem

ekskresi?”

Agar pelaksanaan penelitian lebih terarah, permasalahan penelitian

dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengembangan perangkat penilaian asesmen autentik untuk

menilai keterampilan proses sains terintegrasi pada pembelajaran sistem

ekskresi?

2. Bagaimanakah hasil penerapan asesmen autentik untuk menilai KPS

terintegrasi pada pembelajaran sistem ekskresi?

3. Bagaimanakah respon siswa terhadap asesmen autentik untuk menilai KPS

terintegrasi pada pembelajaran sistem ekskresi?

4. Bagaimanakah tanggapan guru terhadap asesmen autentik untuk menilai KPS

terintegrasi pada pembelajaran sistem ekskresi?

5. Apa saja kelebihan dan kelemahan asesmen autentik untuk menilai KPS

terintegrasi pada pembelajaran sistem ekskresi yang sudah diterapkan?

6. Kendala apa saja yang dihadapi dalam menerapkan asesmen autentik untuk

menilai KPS terintegrasi pada pembelajaran sistem ekskresi?

C.Batasan Masalah

Untuk memperoleh hasil penelitian yang valid dan terarah maka masalah

yang hendak dikemukakan dibatasi. Adapun pembatasan masalah dalam

penelitian ini yaitu :

1. Instrumen yang dikembangkan difokuskan pada asesmen KPS terintegrasi

berbentuk uraian atau esai. Adapun KPS terintegrasi yang akan diukur dalam

(15)

Rezba yaitu mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis, definisi variabel,

pengontrolan variabel, menginterpretasikan data, dan menerapkan konsep.

2. Materi pada penelitian ini dibatasi pada konsep sistem ekskresi yaitu pada sub

konsep penyakit/gangguan pada sistem ekskresi

3. Pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Pembelajaran

berbasis Problem Based Learning (PBL)

4. Sekolah yang menjadi tempat penelitian merupakan Sekolah Menengah Atas

(SMA) kelas XI semester 2

D.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui

pengembangan asesmen autentik untuk menilai KPS terintegrasi dalam

pembelajaran sistem ekskresi.

Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan

asesmen autentik untuk menilai KPS terintegrasi dalam pembelajaran sistem

ekskresi, mendeskripsikan penerapan asesmen autentik untuk menilai KPS

terintegrasi dalam pembelajaran sistem ekskresi, mendeskripsikan respon siswa

terhadap asesmen autentik untuk menilai KPS terintegrasi dalam pembelajaran

sistem ekskresi, mendeskripsikan tanggapan guru terhadap asesmen autentik

untuk menilai KPS terintegrasi dalam pembelajaran sistem ekskresi, mengungkap

kelebihan dan kekurangan asesmen autentik untuk menilai KPS terintegrasi dalam

pembelajaran sistem ekskresi, dan mengungkap kendala yang dihadapi dalam

menerapkan asesmen autentik untuk menilai KPS terintegrasi dalam pembelajaran

sistem ekskresi.

E.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu memberikan gambaran uji coba

pengembangan asesmen autentik untuk menilai KPS terintegrasi pada

pembelajaran yang disesuaikan dengan kompetensi/indikator pembelajaran yang

digunakan, memberikan motivasi kepada siswa untuk terlibat langsung dalam

proses penilaian yang merupakan bagian dari proses pembelajaran, mengetahui

(16)

letak kesulitan yang dialami siswa, memberikan informasi mengenai perangkat

penilaian asesmen autentik untuk menilai keterampilan proses sains terintegrasi

siswa, baik itu pengembangan perangkat penilaian, penerapannya dalam proses

penilaian, kendala, maupun kelebihan dan kekurangan yang dimiliki perangkat

tersebut, serta memberikan rujukan untuk penelitian selanjutnya.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Skripsi ini terdiri dari lima bagian (bab). Bab pertama merupakan pendahuluan

berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan,

manfaat, dan struktur organisasi setiap bagian pada skripsi. Bab kedua merupakan

kajian pustaka berisi tentang kerangka konsep dan teori yang relevan. Bab ketiga

merupakan metode penelitian terdiri dari desain penelitian, populasi dan sampel,

definisi operasional, instrumen penelitian, prosedur penelitian, pengumpulan data,

analisis data, serta bagan alur penelitian. Bab keempat merupakan hasil penelitian

dan pembahasan meliputi pengembangan asesmen autentik untuk menilai KPS

Terintegrasi, hasil penerapan asesmen autentik, respon siswa dan guru terhadap

asesmen autentik yang diterapkan, kendala, serta kelebihan dan kekurangan

instrumen hasil pengembangan. Bab kelima mengkaji simpulan dan saran

berdasarkan pemaparan hasil penelitian.

(17)

A. Desain Penelitian

Penelitian ini berjenis deskriptif. Metode deskriptif bertujuan untuk membuat

pencandraan atau gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat dari fakta-fakta

atau sampel yang diteliti. Penelitian ini termasuk kedalam penelitian kualitatif

yang cenderung fokus terhadap suatu permasalahan (Sugiyono, 2010). Peneliti

hanya menggambarkan kondisi dilapangan sesuai fakta yang terjadi saat itu tanpa

ada perlakuan terhadap variabel. Penelitian ini mendeskripsikan tentang

pengembangan dan penerapan asesmen autentik untuk menilai Keterampilan

Proses Sains (KPS) terintegrasi pada materi sistem ekskresi.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI semester 2 SMAN 6

Bandungtahun ajaran 2014/2015.Alasan pemilihan sekolah dikarenakan sekolah

tersebut memiliki siswa dengan kemampuan yang heterogen berdasarkan

observasi peneliti dan wawancara dengan guru biologi.Sedangkan sampel

penelitiannya adalah kelas XI MIA 4, XI MIA 5 dan XI MIA 6. Ujicoba tes

dilakukan di dua kelas yang berbeda yaitu kelas XI MIA 4 dan XI MIA 6 yang

masing-masing berjumlah 30 orang siswa. Sedangkan penerapan dilakukan di

kelas XI MIA 5. Waktu Penelitian dimulai dari April 2015 hingga Mei 2015.

C. Definisi Operasional

Penelitian ini menitikberatkan pada dua aspek, yaitu pengembangan asesmen

autentik dan keterampilan proses sains terintegrasi. Secara terperinci, kedua aspek

tersebut dijelaskan sebagai berikut.

1. Pengembangan Asesmen Autentik

Pengembangan asesmen autentik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

proses pengembangan soal dimulai dari identifikasi tujuan pembelajaran yang

diturunkan dari Kompetensi Dasar pada kurikulum 2013 terkait materi pada

sistem ekskresi, penyusunan instrumen,judgment kepada dosen ahli, ujicoba

(18)

Pengembangan ini didasarkan pada langkah-langkah pengembangan menurut

Wiggins (2012).

2. Keterampilan Proses Sains Terintegrasi

Keterampilan Proses Sains Terintegrasi dalam penelitian ini merupakan skor

keterampilan siswa dengan menggunakan tes esai setelah melaksanakan task

yang dinilai menggunakan rubrik. Skor yang dinilai dengan menggunakan

rubrik ini adalah skor dalam indikator mengajukan pertanyaan, merumuskan

hipotesis, definisi variabel, pengontrolan variabel, menginterpretasikan data,

dan menerapkan konsep.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal esai untuk

menilai kemampuan KPS terintegrasi siswa, angket,catatan lapangan, pedoman

wawancara guru, dan pedoman wawancara siswa untuk mengetahui

pengembangan asesmen autentik untuk menilai KPS terintegrasi pada materi

sistem ekskresi.

a. Instrumen yang diteliti

Instrumen yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah soal esai. Pembuatan

soal esai mengacu kepada kisi-kisi soal KPS terintegrasi siswa pada materi sistem

ekskresi. Soal yang telah dibuat kemudian di judgment kepada dosen ahli. Soal

esai diberikan kepada siswa untuk melihat kemampuan KPS terintegrasi siswa

setelah pembelajaran. Soal ini dapat mengungkap bagaimana kemampuan

keterampilan proses sains terintegrasi siswa. Soal ini diberikan setelah selesai

proses pembelajaran.

b. Instrumen yang digunakan untuk meneliti

1. Daftar Cek

Daftar cek terdiri atas komponen atau aspek yang diamati. Komponen

yang diamati yaitu tahapan-tahapan pada proses pengembangan asesmen yang

dilakukan. Daftar cek ini berguna untuk menyatakan ada tidaknya komponen itu

(19)

Adapun daftar cek yang digunakan adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1 Daftar Cek Proses Pengembangan Instrumen

Tahap Sudah

dilakukan

Tidak dilakukan Menyalin Kompetensi Dasar dari kurikulum 2013

Menginventarisasi konsep pada sistem ekskresi Menentukan indikator

Mengkonstruk soal Menyusun kunci jawaban Mengujicobakan instrumen Memvalidasi instrumen

2. Angket siswa

Angket ini digunakan untuk menjaring respon siswa terhadap kualitas asesmen

yang dikembangkan. Angket ini mencakup beberapa aspek diantaranya

mengenai kemudahan asesmen yang dikembangkan dan kemudahan task untuk

dikerjakan sebagai media untuk membantu siswa menemukan konsep sistem

ekskresi. Angket dan wawancara dilakukan setelah pembelajaran pada saat

siswa telah mendapatkan pengembangan asesmen autentik.

Angket yang disusun adalah angket terbuka. Setiap pertanyaan dalam angket

berasal dari tujuan atau informasi apa yang diharapkan direspon oleh siswa,

diantaranya a) mengetahui pendapat siswa tentang LKS yang diberikan, b)

mengetahui kesulitan siswa dalam mengerjakan LKS, c) mengetahui pendapat

siswa tentang soal esai yang diberikan, d) mengetahui kesulitan siswa dalam

mengerjakan soal esai, e) mengetahui pendapat siswa mengenai penilaian yang

telah dilakukan, f) mengetahui metode pembelajaran yang digunakan dalam

mengajarkan materi sistem ekskresi khususnya pada sub materi

penyakit/gangguan sistem ekskresi, g) mengetahui keefektifan waktu yang

digunakan dalam mengerjakan LKS dan soal esai, h) mengetahui umpan balik

penilaian yang telah dilakukan.

3. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara yang digunakan dalam mewawancarai siswa yakni

berupa pertanyaan-pertanyaan mengenai asesmen yang telah dilakukan.

Digunakan untuk mengetahui kesesuaian tanggapan siswa mengenai asesmen

autentik yang digunakan. Selain itu, angket siswa ini disusun untuk menambah

(20)

jawaban siswa secara langsung. Pertanyaan tersebut diantaranya a) mengetahui

seberapa besar pengetahuan siswa mengenai asesmen autentik, b) mengetahui

keterlaksanaan asesmen autentik di sekolah, c) mengetahui pendapat siswa

mengenai asesmen autentik, d) mengetahui kendala yang dialami siswa dalam

melakukan asesmen autentik, e) mengetahui saran siswa dalam melakukan

asesmen autentik.

Sedangkan pedoman wawancara guruberupa daftar pertanyaan untuk

mengetahui tanggapan guru mengenai penerapan asesmen autentik dan untuk

mengungkap kelebihan dan kekurangan penggunaan asesmen autentik tersebut.

Pedoman wawancara ini ditujukan secara langsung kepada Guru mata

pelajaran Biologi. Berlawanan dengan wawancara kepada siswa, pertanyaan

untuk wawancara kepada guru lebih subjektif dimana guru lebih ditekankan

untuk mengungkapkan opininya tentang instrumen tes

4. Catatan lapangan (anecdotal record)

Catatan lapangan berisi hal-hal penting yang terjadi saat proses penelitian,

yaitu mengenai instrumen (soal), siswa, keberlangsungan tes, waktu

pengerjaan, serta pengewasan Hal yang dialami, dilihat, dan dipikirkan oleh

peneliti, dicantumkan dalam catatan lapangan. Instrumen ini digunakan selama

penelitian di lapangan berlangsung untuk memuat kejadian-kejadin faktual

selama penggunaan instrumen mulai dari awal hingga akhir penelitian.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pembuatan instrumen penilaian soal tes

esaiKPS terintegrasi yang melibatkan proses pengembangan dan penerapan

instrumen. Adapun langkah-langkah penelitian ini secara rinci terbagai menjadi

tiga tahap yakni tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.

1. Tahap Pertama : Tahap Persiapan

Pada tahap pertama ini terdiri dari beberapa kegiatan yaitu:

a. Mengidentifikasi masalah berupa Keterampilan Proses Sains Terintegrasi

Siswa

b. Melakukan studi literatur tentang Keterampilan Proses Sains Terintegrasi

(21)

c. Melakukan studi kurikukulum yang digunakan di SMA mengenai

kompetensi dasar, indikator, materi pembelajaran, strategi pembelajaran

dari konsep sistem ekskresi. Pemilihan konsep didasarkan pada konsep yang

cocok untuk menilai keterampilan proses sains terintegrasi.

d. Membuat angket respon siswa, pedoman wawancara siswa dan guru

terhadap kualitas asesmen pembelajaran.

2. Tahap kedua : Penyusunan Instrumen

a. Menyusun indikator soal pada pembelajaran sistem ekskresi

b. Menyusun kisi-kisi soal dan rubrik asesmen dalam pembelajaran.

c. Membuat soal esai beserta kunci jawaban serta tabel spesifikasi aspek

penilaian soal esaiyang berisi penjabaran aspek peniliaian terhadap

kompetensi siswa yang dapat muncul.

e. Membuat rubrik penilaian berikut kriteria yang digunakan dalam penilaian

soal tes esai

f. Melaksanakan judgmentsoal kepada dosen ahli. Jika terdapat kesalahan

dilakukan revisi kemudian judgment kembali hingga instrumen

benar-benar layak digunakan.

3. Tahap ketiga: Ujicoba instrumen

a. Melaksanakan ujicoba 1 yakni tes soal esai kepada siswa kelas XI MIA 4.

Hasil uji coba ini menjadi dasar perbaikan dalam pengembangan asesmen.

Saat pelaksanaan tes, dilakukan pencatatan beberapa aspek kejadian

seperti instrumen tes atau soal yang dikerjakan siswa, keadaan siswa,

waktu pengerjaan soal, keadaan kelas dan pengawasan.

b. Menganalisis hasil ujicoba I dengan melihat pola-pola jawaban siswa

sebagai bahan penyusunan instrumen soal esai dan analisis pokok uji pada

setiap butir soal menggunakan program Anates V4 untuk mengetahui nilai

validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran. Jika nilai

validitas dan reliabilitasnya rendah, maka perlu dilakukan ujicoba kembali

agar instrumennya benar-benar valid.

c. Melaksanakan ujicoba II yakni tes esai kepada siswa kelas XI MIA 6. Pada

penelitian ini dilakukan dua kali ujicoba tes esai. Saat pelaksanaan tes,

(22)

soal yang dikerjakan siswa, keadaan siswa, waktu pengerjaan soal,

keadaan kelas, dan pengawasan.

d. Menganalisis hasil ujicoba II dengan melihat pola-pola jawaban siswa

sebagai bahan penyusunan instrumen soal esai dan analisis pokok uji pada

setiap butir soal menggunakan program Anates V4 untuk mengetahui nilai

validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran

4. Tahap keempat : Penerapan instrumen

a. Menerapkan instrumen hasil ujicoba I dan II

Melaksanakan penerapan tes esai kepada siswa kelas XI MIA 5. Sama

halnya dengan ujicoba I dan II, pada saat pelaksanaan tes, dilakukan

pencatatan beberapa aspek kejadian seperti instrumen tes atau soal yang

dikerjakan siswa, keadaan siswa, waktu pengerjaan soal, keadaan kelas,

dan pengawasan.

b. Menganalisis hasil penerapansetelah melalui proses pengembangan

ujicoba I dan II dengan melihat pola-pola jawaban siswa dan analisis

pokok uji pada setiap butir soal menggunakan program Anates V4 untuk

mengetahui nilai validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat

kesukaran.

5. Tahap kelima : Validasi

a. Melakukan validasi berupa uji kecocokan yang dilakukan melalui

pemberian angket kepada siswa

b. Melakukan analisis hasil angket dan wawancara yang dilakukan kepada

perwakilan siswa

c. Menganalisis kelebihan dan kekurangan perangkat penilaian yang

dikembangkan

d. Melakukan wawancara kepada guru untuk mengetahui tanggapan guru

(23)

F. Pengumpulan Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini diperoleh melalui tes esai, angket,

observasi dan wawancara.

1. Tes Esai

Tes esai digunakan untuk mengungkap kemampuan KPS terintegrasi siswa.

Tahap awal pembuatan soal esai adalah dengan melakukan studi literatur dan

studi kurikulum. Studi literatur untuk mencari referensi terkait KPS terintegrasi

siswa pada materi sistem ekskresi dan studi kurikulum untuk mencari referensi

materi sistem ekskresi yang tercantum dalam kurikulum yang berlaku di sekolah.

Tahap selanjutnya yakni pembuatan indikator soal berdasarkan studi literatur dan

studi kurikulum. Kemudian, menyusun kisi-kisi soal sebagai acuan pembuatan

soal esai. Soal esai yang dibuat di judgmentkepada dosen ahli. Jika terdapat

kesalahan saat judgment, instrumen diperbaiki kemudian di judgment kembali

hingga instrumen benar-benar layak untuk digunakan.

Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan tes esai. Pada penelitian ini dilakukan

tiga kali pelaksanaan tes esai, yakni ujicoba I, ujicoba II, dan penerapan. Jika

validitas dan reliabilitas pada ujicoba I sudah baik, maka tidak perlu dilakukan

ujicoba II. Data hasil tes yakni berupa jawaban siswa dilakukan pengolahan untuk

kemudian dianalisis. Analisis yang dilakukan berupa identifikasi pola jawaban

siswa dan analisis pokok uji untuk mengetahui nilai validitas, reliabilitas, daya

pembeda dan tingkat kesukaran. Kesalahan dan kekurangan yang terdapat pada

ujicoba I dan II dijadikan sebagai bahan perbaikan untuk pengembangan

instrumen selanjutnya.

2. Angket

Angket diberikan kepada siswa. Angket ini digunakan untuk menjaring

respon siswa terhadap kualitas asesmen yang dikembangkan serta untuk

mengetahui tanggapan siswa mengenai penggunaan asesmen yang telah

dilaksanakan.Angket ini disebar kepada siswa setelah proses pembelajaran dan

penggunaan asesmen selesai.

3. Wawancara

Informasi yang diperoleh dari perangkat penilaian asesmen autentik, angket

(24)

digunakan untuk mengungkap KPS terintegrasi siswa dan asesmen autentik yang

digunakan. Untuk itu perlu dilakukan juga wawancara langsung kepada guru mata

pelajaran Biologi untuk mengetahui tanggapan guru mengenai penerapan asesmen

autentik dan untuk mengungkap kelebihan dan kekurangan penggunaan asesmen

autentik tersebut, maka disusunlah pedoman wawancara guru.

Wawancara dilakukan kepada siswa dan guru. Wawancarakepada siswa

dilakukan untuk memvalidasi hasil tes dengan keadaan siswa yang sebenarnya.

Data yang diambil berupa kecocokan hasil tes dengan jawaban lisan siswa saat

dilakukan wawancara. Siswa yang diwawancarai merupakan perwakilan siswa.

Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis.

Sedangkan wawancara kepada guru dilakukan untuk mengetahui kelemahan

dan kelebihan instrumen. Hasil wawancara kemudian diolah dan dianalisis untuk

dijadikan sebagaia bahan rekomendasi penelitian selanjutnya.

4. Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti dan observer lain secara langsung untuk

mengamati fakta dan peristiwa penting yang terjadi selama penelitian. Hasil

observasi dicatat dan dijadikan sebagai data penelitian untuk kemudian diolah dan

dianalisis. Adapun rincian teknik pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data

No Teknik Instrumen Jenis Data Sumber Data

1 Observasi Lembar tugas (task), rubrik penilaian daftar cek (checklist), soalesai

Penilaian aktivitas siswa pada saat tes berlangsung yang dinilai oleh observer selama penggunaan asesmen dan jawaban siswa dalam menjawab pertanyaan esai

Siswa dan observer

2 Angket Lembar angket Tanggapan siswa

mengenai penggunaan asesmen yang telah dilaksanakan

Siswa

3 Dokumentasi Catatan penelitian (anecdotal record)

Catatan kejadian-kejadian faktual yang terjadi selama penggunaan instrumen

Aktivitas penggunaan semua perangkat penilai

(instrumen) Tanggapan guru

mengenai pengembangan dan penerapn asesmen autentik untuk menilai keterampilan proses sains terintegrasi siswa dalam materi sistem ekskresi

(25)

4 Wawancara Pedoman wawancara

Tanggapan siswa mengenai task yang diberikan ataupun perangkat penilaian (asesmen) yang digunakan

Siswa

G. Analisis Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini dilakukan analisis meliputi analisis

materi, analisis pelaksanaan ujicoba instrumen, analisis jawaban siswa, analisis

penilaian KPS terintegrasi siswa pada materi sistem ekskresi, analisis perbaikan

soal, analisis kekurangan dan kelebihan instrumen, analisis hasil angket siswa,

analisis hasil wawancara siswa, dan analisis hasil wawancara dengan guru.

1. Analisis Materi

Langkah awal analisis materi yakni dengan studi literatur dan studi

kurikulum adalah untuk mendapatkan referensi tentang KPS terintegrasi siswa

pada materi sistem ekskresi berbasis Problem Based Learning (PBL).

Pembelajaran PBL merupakansuatu metode pembelajaran yang menggunakan

masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara

berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh

pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi kuliah atau materi pelajaran

(Sudarman, 2007). Referensi diperoleh dari berbagai sumber seperti buku dan

jurnal penelitian. Studi kurikulum dilakukan pada kurikulum 2013 mata pelajaran

Biologi kelas XI semseter 2. Tujuan studi kurikulum ini adalah untuk mengetahui

Kompetensi Dasar materi sistem ekskresi yang digunakan di sekolah.Langkah

selanjutnya yakni menganalisis materi sistem ekskresi berdasarkan hasil studi

literatur dan studi kurikulum untuk penyusunan kisi-kisi soal.

2. Analisis Pelaksanaan Ujicoba Instrumen

Saat pelaksanaan ujicoba instrumen, observer dan peneliti melakukan

pencatatan terkait pelaksanan tes seperti instrumen tes soal esai yang dikerjakan

siswa, keadaan siswa, waktu pengerjaan soal, keadaan kelas, dan pengawasan.

Hasil pencatatan merupakan data penelitian. Selanjutnya data tersebut akan diolah

dan dianalisis. Analisis data pencatatan dilakukan dengan membaca kembali hasil

(26)

tes. Tidak dapat dipungkiri bahwa hasil tes dapat dipengaruhi oleh keadaan saat

pelaksanaan tes berlangsung. Seperti yang diungkaplan oleh Arikunto (2009)

bahwa situasi dan kondisipelaksanaan tes mempengaruhi siswa dalam proses

pengerjaan soal sehingga akan turut memberikan efek terhadap hasil tes.

3. Analisis Jawaban Siswa

Analisis jawaban siswa pada ujicoba I dan II dilakukan perbutir soal karena

bentuk soal yang diujicobakan adalah esai. Hal ini sesuai dengan pendapat

Purwanto (2009) bahwa untuk menghindari adanya halo effect yakni unsur-unsur

yang dapat mempengaruhi pemberian nilai, analisis soal esai dilakukan soal demi

soal, bukan siswa demi siswa.

Langkah-langkah analisis jawaban siswa pada tes esai yakni ujicoba I dan II

adalah dengan membaca jawaban siswa satu persatu setiap butir soal kemudian

memahami dan memaknai maksud yang siswa tuliskan. Seperti yang diungkapkan

oleh Joni (1986) bahwa soal esai menuntut siswa menunjukkan apa yang

dikuasainya secara maksimal, mengorganisir buah pikiran, serta mengekspresikan

diri secara tertulis dibandingkan soal objektif. Oleh karena itu jawaban siswa akan

beragam dan perlu dimaknai agar tidak menimbulkan kesalahan dalam penilaian.

Jawaban dan alasan siswa dicocokan dengan rubrik penilaian dan kunci jawaban.

4. Analisis Pokok Uji

Analisis pokok uji dilakukan perbutir soal. Adapun detail hasil analisis yang

akan dilakukan sebagai berikut (Arikunto, 2012).

a. Validitas

Sebuah alat ukur yang baik harus memiliki keshahihan yang baik pula. Soal

tersebut dikatakan valid jika mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total,

karena akan menyebabkan skor total tinggi atau rendah.

Jadi, suatu alat ukur dikatakan valid apabila alat tersebut mengukur apa

yang seharusnya diukur. Soal yang tidak valid akan dibuang dan tidak digunakan

sedangkan soal yang valid berarti soal tersebut dapat digunakan. Kriteria apabila

rhitung > rtabel maka butir soal valid. Dalam menghitung validitas asesmen rubrik

(27)

penelitian ini diolah dengan bantuan program Anates V4 yang muncul dalam

angka presentasi yang kemudian dikonversikan ke dalam bentuk desimal dan

diinterpretasi melalui Tabel 3.3. di bawah ini.

Tabel 3.3. Klasifikasi Validitas

Koefisien Korelasi Kategori validasi

0,80 – 1,00 Sangat tinggi

0,60 – 0,80 Tinggi

0,40 – 0,60 Cukup

0,20 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat rendah

(Arikunto, 2012)

b. Reliabilitas

Instrumen dikatakan memiliki reliabilitas atau daya keajegan yang cukup

dipercaya sebagai alat pengumpul data. Sama halnya dengan mengukur validitas,

untuk mengukur reliabilitas diakukan juga dengan bantuan Anates V4yang akan

muncul dengan angka presentasi yang kemudian dikonversikan ke dalam bentuk

desimal dan diinterpretasikan berdasarkan Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Klasifikasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kategori Reliabilitas

0,80 – 1,00 Sangat tinggi

0,06 – 0,79 Tinggi

0,40 – 0,59 Cukup

0,20 – 0,39 Rendah

0,00 – 0,19 Sangat rendah

(Arikunto, 2012)

c. Taraf kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar

(Arikunto, 2012).

Tingkat kesukaran ini diperoleh dengan bantuan Anates V4 yang kemudian dikonversikan kedalam bentuk desimal dan diiterpretasikan sesuai dengan indeks pada Tabel 3.4. Indeks yang digunakan pada tingkat kesukaran ini dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 3.5 Indeks Tingkat Kesukaran

Rentang Keterangan

0,00 – 0,30 Sukar

0,31 – 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Mudah

(28)

d. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk memberikan siswa

yang memiliki kemampuan tinggi dengan siswa yang memiliki kemampan rendah

(Arikunto, 2012). Butir-butir soal yang daya pembedanya masih rendah (poor),

ada dua kemungkinan tindak lanjut yaitu: 1. Ditelusuri kemudian diperbaiki, dan

setelah diperbaiki dapat diajukan lagi dalam tes hasil belajar yang akan datang.

Kelak soal tersebut dianalisis lagi apakah daya pembedanya meningkat ataukah

tidak. 2. Dibuang atau didrop dan untuk tes yang akan datang butir soal tersebut

tidak akan dikeluarkan lagi.Untuk memperolah daya pembeda dilakukan dengan

bantuan Anates V4 kemudian diinterpretasikan.

Klasifikasi daya pembeda dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 3.6 Klasifikasi daya Pembeda

Rentang Keterangan

0,0 – 0,20 Jelek

0,20 – 0,40 Cukup

0,40 – 0,70 Baik

0,70 – 1,00 Baik sekali

(Arikunto, 2012)

Untuk mengetahui soal dapat dipergunakan atau tidak, maka dilakukanlah

klasifikasi butir soal berdasarkan aturan Zainul (2002) yang dapat dilihat pada

tabel berikut ini

Tabel 3.7 Kualifikasi Butir Soal

Kategori Penilaian

Dipakai Apabila :

1. Validitas ≥ 0.40 2. Daya Pembeda ≥ 0.40

3. Tingkat kesukaran 0.25 ≤ p ≤ 0.80

Diperbaiki Apabila :

1. Daya pembeda ≥ 0.40 tingkat kesukaran p < 0.25 atau p > 0.80 tetapi validitas ≥ 0.40

2. Daya pembeda < 0.40 tingkat kesukaran 0.25 ≤ p ≤ 0.80 tetapi ada validitas ≥ 0.40

3. Daya pembeda < 0.40 tingkat kesukaran 0.25 ≤ p ≤ 0.80 tetapi validitas antara 0.20 sampai 0.40

Dibuang Apabila :

1. Daya pembeda < 0.40 dan ada tingkat kesukaran p < 0.25 atau p > 0.80

2. Validitas < 0.20

(29)

5. Analisis Perbaikan Soal

Analisis perbaikan soal dilakukan dengan identifikasi letak kesalahan soal.

Selanjutnya, dilakukan perbaikan dengan melakukan perubahan pada soal baik

dari segi konstruksi maupun isi soal. Perbaikan dari segi konstruksi meliputi

bentuk soal, redaksi soal, dan petunjuk soal. Sedangkan perbaikan isi meliputi

perbaikan konten soal seperti konsep atau materi yang ditanyakan pada soal, kunci

jawaban, dan pemberian bobot skor pada soal.

6. Analisis Penilaian KPS Terintegrasi Siswa pada Materi Sistem Ekskresi

Analisis Penilaian KPS terintegrasi siswa pada materi sistem ekskresi

dilakukan berdasarkan hasil ujicoba. Langkah-langkah hasil analisis soal yang

dilakukan pada penelitian ini adalah:

a. Melakukan skoring pada jawaban siswa.Skoring yang diberikan yaitu skoring

dalam bentuk esai. Skoring ini mengacu kepada rubrik pedoman penilaian yang

sudah dibuat sebelumnya. Alasan yang siswa tuliskan diberi skor sesuai sesuai

bobot yang sudah ditentukan pada rubrik pedoman penilaian. Setiap butir soal

memiliki bobot skor yang berbeda-beda.

b. Menjumlahkan skor tiap butir soal menjadi skor total.

c. Memetakan nilai yang diperoleh siswa dengan kriteria tingkat kemampuan

KPS terintegrasi siswa. Skor KPS terintegrasi yang diperoleh siswa kemudian

diinterpretasikan menggunakan kriteria berdasarkan skor tertinggi soal dan

jumlah soal yang diteskan. Skor tertinggi pada soal yaitu 4 dan jumlah

keseluruhan soal adalah 10, sehingga dapat diinterpretasikan sebagai berikut.

Tabel 3.8 Kategorisasi Skor KPS Terintegrasi Siswa

Rentang Keterangan

1-10 Sangat rendah

11-20 Rendah

21-30 Cukup

31-40 Tinggi

d. Mengakumulasi jumlah siswa pada setiap tingkat kemampuan. Hasil

akumulasi disajikan dalam bentuk tabel dan grafik untuk memudahkan

(30)

7. Analisis Kekurangan dan Kelebihan Instrumen

Analisis kekurangan dan kelebihan instrumen dilakukan selama proses

penelitian berlangsung. Peneliti akan mengidentifikasi letak kekurangan dan

kelebihan instrumen mulai dari pengembangan hingga instrumen yang

benar-benar valid. Identifikasi hasil analisis ini akan dijadikan sebagai bahan

rekomendasi untuk pengembangan instrumen selanjutnya.

8. Analisis wawancara dengan Guru

Wawancara dilakukan kepada guru untuk mendapatkan opini mengenai

kelebihan dan kekurangan instrumen. Hasil wawancara dilihat kembali kemudian

dijadikan sebagai bahan perbaikan dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.

9. Analisis wawancara dengan Siswa

Wawancara yang dilakukan berupa analisis antara hasil tes dengan keadaan

siswa yang sebenarnya. Kecocokkan yang dianalisis meliputi kesesuaian hasil

jawaban dan alasan pada saat tes dengan hasil wawancara.

10. Analisis Data Angket siswa

Hasil angket siswa dihitung dengan menggunakan perhitungan

berdasarkan rumus:

�� ℎ ′� ′

�� ℎ � � �ℎ %

Hasil dari perhitungan tersebut di atas kemudian diinterpretasikan

menggunakan kriteria menurut Koentjaraningrat (dalam Ginanjar, 2008, dalam

[image:30.595.131.451.638.739.2]

Abdussalam 2010, dalam Hardiansyah, 2011) sebagai berikut:

Tabel 3.9 Kategorisasi Hasil Angket Siswa

Presentase Kategori

0% Tidak satupun

1%-30% Sebagian kecil

31%-49% Hampir separuhnya

50% Separuhnya

51%-80% Sebagian besar

81%-99% Hampir seluruhnya

(31)

H.Alur Penelitian

Tahap pertama: persiapan

Mengidentifikasi masalah

Melakukan studi literatur

Melakukan studi kurikulum

Tahap kedua: penyusunan instrumen

Membuat indikator soal

Membuat kisi-kisi & tabel spesifikasi

Membuat soal esai

Judgement ↔ revisi

Tes esai (uji coba I)

Analisis hasil uji coba I

Pengulangan tes esai (uji coba II) Tahap ketiga:

Ujicoba instrumen

Judgement ↔ revisi

Penerapan instrumen Analisis hasil uji coba II

Pemberian angket kepada siswa

Tahap kelima: Validasi

Wawancara siswa

Analisis kendala yang dihadapi saat menggunakan perangkat penilaian

Analisis kelebihan dan kekurangan perangkat penilaian Tahap keempat:

Penerapan instrumen

(32)

A.Simpulan

Berdasarkan hasil analisis terhadap data yang diungkap yang diperoleh

dari hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

Proses pengembangan asesmen autentik (soal esai) dimulai dari

identifikasi tujuan pembelajaran yang diturunkan dari Kompetensi Dasar pada

kurikulum 2013 terkait materi pada sistem ekskresi, penyusunan instrumen,

judgment kepada dosen ahli, ujicoba instrumen, kemudian selanjutnya melakukan

tahap penerapan instrumen.

Pada penerapan asesmen autentik ini, seluruh perangkat penilaian efektif

dapat mendukung dalam menilai KPS terintegrasi siswa. Asesmen autentik yang

diterapkan mampu menilai KPS terintegrasi siswa dengan baik. Hasil respon

siswa yang dijaring melalui angket mendapatkan respon positif dari siswa. Hal ini

terlihat dari hampir seluruhnya siswa merespon baik setiap pernyataan dalam

angket yang diberikan.Kemudian asesmen autentik ini juga mendapat tanggapan

yang baik dari guru. Guru tertarik untuk menerapkan asesmen autentik di sekolah.

Perangkat yang dikembangkan pun memiliki kelebihan dan kelemahan.

Kelebihan yang dimiliki perangkat asesmen autentik yang dikembangkan ini

adalah dapat mengukur dengan baik kemampuan keterampilan proses sains siswa

melalui soal-soal tes yang diberikan. Selain itu, dengan menggunakan asesmen

autentik ini, bagus dalam menemukan konsep sains dan membangun pengetahuan

siswa.Sedangkat kelemahan perangkat asesmen autentik yang digunakan adalah

pengembangan instrumen KPS terintegrasi membutuhkan waktu lama, alokasi

waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan asesmen autentik ini relatif lebih

lama, kualitas perangkat penilaian yang digunakan berubah-ubah, serta terjadi

ketidakkonsistenan pembaca sehingga kurang objektif dalam memberikan nilai.

Kendala yang dihadapi dalam menerapkan asesmen untuk menilai KPS

terintegrasi siswa diantaranya sulitnya memaknai jawaban siswa terutama pada

saat uji coba I dan II dimana soal yang dikembangkan berbentuk soal esai,

pelaksanaan tes kurang efektif, pengondisian siswa dalam pelaksanaan tes cukup

(33)

angket) menjadikan proses pengembangan perangkat instrumen sulit dilakukan,

siswa merasa direpotkan dan merasakan kejenuhan pada saat penerapan asesmen

autentik karena pelaksanaan tes dan pembelajaran cukup lama, serta keterbatasan

waktu penelitian.

B.Implikasi dan Rekomendasi

Adapun implikasi dan rekomendasi dalam penelitian ini yaitu sebagai

berikut.

1. Pengembangan asesmen autentik berbentuk esai pada materi sistem ekskresi

sebaiknya didahului dengan pembiasaan kepada siswa untuk melakukan

kegiatan yang menuntut keterampilan proses sains teutama keterampilan proses

sains terintegrasinya. Pembiasaan dapat dilakukan dengan memberikan

pembelajaran sistem ekskresi yang menyertakan proses keterampilan proses

sains terintegrasi siswa. Jadi, guru tidak hanya memberikan konsep sistem

ekskresi, namun juga mengajarkan siswa untuk melakukan proses yang

menuntut keterampilan proses sains terintegrasi siswa pada materi sistem

ekskresi. Selain itu, pembiasaan juga dapat berupa pemberian latihan soal

dengan esai yang melatih KPS terintegrasi. Sehingga saat mengerjakan soal tes

mengenai KPS terintegrasi, siswa tidak kaget karena sebelumnya telah

mengenal bentuk soal yang diteskan. Hal ini penting untuk mengungkap lebih

dalam bagaimana kemampuan keterampilan proses sains terintegrasi siswa saat

menyelesaikan soal sistem ekskresi. Selain itu pembiasan siswa melakukan

penalaran saat pembelajaran sistem eksresi dapat meningkatkan penguasaan

konsep.

2. Tes esai sebaiknya diberikan dalam bentuk redaksi yang tidak terlalu panjang.

Hal ini penting agar siswa tidak jenuh saat mengerjakan soal. Sebelum

pelaksanaan tes juga perlu diberitahukan jauh hari agar siswa memiliki

persiapan dalam menghadapi tes. Ini dapat meminimalisir jawaban siswa yang

asal dan kosong sehingga gambaran awal mengenai respon siswa akan terekam

dengan baik untuk pengembangan soal yang selanjutnya. Pelaksanaan tes juga

perlu diawasi dengan ketat. Hal ini untuk meminimalisir siswa yang mencontek

(34)

kemampuan keterampilan proses sains terintegrasi siswa tidak dapat

terdiagnosa dengan benar. Pengawas tes sebaiknya lebih dari satu orang agar

seluruh siswa dapat teramati dengan baik.

3. Butir soal KPS dapat disusun dan dikembangkan secara terencana untuk

meningkatkan pembelajaran IPA. Dalam pembuatan soal Keterampilan Proses

Sains diperlukan kriteria tertentu. Soal sebaiknya mengacu pada karakteristik

butir soal Keterampilan Proses Sains yang telah ditentukan, yaitu soal tanpa

dibebani dengan konsep, soal tidak perlu panjang yang penting mengandung

banyak informasi yang harus diolah oleh siswa, dapat berupa tabel, grafik,

diagram maupun gambar. Kemudian butir soal harus mengandung satu aspek

saja.

4. Selain itu, perangkat yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan dan

dimodifikasi kembali untk digunakan pada saat mengevaluasi Keterampilan

Proses Sains (KPS) terintegrasi siswa pada materi sistem ekskresi dengan

mempertimbangkan kondisi siswa dan guru. Selain itu, guru pun dapat

membuat kembali perangkat penilaian asesmen autentik untuk menilai

Keterampilan Proses Sains (KPS) terintegrasi siswa.

5. Siswa pun diharapkan turut aktif dalam proses penilaian yang dilakukan oleh

guru, agar kesulitan siswa dapat segera ditangani. Kesadaran siswa dalam

mengean kelemhannya dalam belajar dan dalam hal keterampilan tertentu akan

membantu guru mempersiapkan treatment yang tepat untuk mengatasi

kelemahan tersebut.

6. Dalam pelaksanaan penilaian hendaknya memperhatikan waktu dan

kesanggupan guru dalam penggunaan instrumen penilaian tersebut. Hindari

penggunaan instrumen yang merepotkan karena dapat mengganggu konsentrasi

guru dalam tugasnya untuk membimbing siswa dalam pembelajaran. Bagi

peneliti lain, hasil penelitian ini dapat menjadi referensi untuk melakukan

penelitian lanjutan mengenai instrumen asesmen autentik dalam pembelajaran

kurikulum 2013.

7. Bagi semua para pendidik agar menekankan penggunaan pendekatan

keterampilan proses dalam pengajaran IPA. Sudah sewajarnya keterampilan

(35)

pendidikan manapun.Menilai keterampilan proses, selain dengan menggunakan

tes tulis dan lembar pengamatan, sebaiknya juga dilakukan tes perbuatan agar

diketahui hands on siswa dan indikator keterampilan proses sains dapat terukur

(36)

Peneliti dilahirkan di Majalengka, 13 Oktober 1993, tepatnya di desa

Kasturi, Kecamatan Cikijing, Kabupaten Majalengka sebagai anak sulung dari

tiga bersaudara, anak pasangan Yaya Nuryadin dan Nani Setiawati. Pendidikan

formal yang pernah ditempuh penulis yaitu SDN Kasturi I, kemudian melanjutkan

ke sekolah menengah MTs PUI Kasturi dan SMA Negeri I Talaga dan terakhir

melanjutkan ke perguruan tinggi jurusan Pendidikan Biologi UPI Bandung.

Buku yang pernah ditulis oleh peneliti selama perkuliahan diantaranya

Buku Perikehidupan Botani Cryptogamae yang berjudul “Euchema cotonii si

Kappa karaginan”, Buku Perkehidupan Botani Phanerogamae dan buku

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Akinoglu, O. dan R.O. Tandogan. 2007. The Effect of Problem Based Active

Learning of Student’s Academic Achievement, Attitude and Concept

Learning. Eurasia Journal of Mathemathics, science & Technology Education, 3 (1): 71-81.

Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Kurikulum 2013. Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Budiyanto. (2011) Metode Model Pembelajaran dan Strategi Pembelajaran. http:// budisma.web.id/materi/sma/kelas-x-biologi/belajar-pendekatan-proses. [26 Oktober 2014]

Christian. (2002). Preparing Effective Essay Questions : A self-directed Workbook for Education. New Forums Press.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Tematik. Malang: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan Pusat Pengembangan Penataran Guru IPS Dan PMP Malang.

Hamid, Abdul. (2008) Pengembangan sistem asesmen autentik dalam pembelajaran fisika dengan model pembelajaran inovatif di Sekolah Menengah Atas (SMA). Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, 6(1), 35-42.

Handiana, L. R. (2011). Pengaruh Pedekatan Keterampilan Proses Sains.Jakarta : UIN

Hutasuhut, S. (2010). Implementasi Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning ) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Pembangunan pada Jurusan Manajemen FE Unimed. Universitas Negeri Medan. 2(1). 196-207

(38)

Kiliç, D dan Sağlam, N. (2013). Students’ Understanding of Genetics Concepts: The Effect of Reasoning Ability and Learning Approaches. Journal of Biological Education. 48(2). 63–70

La Marca, Paul M. (2001). Alignment of standards and assessments as an accountability criterion. Practical Assessment, Research & Evaluation, 7(21), 1531-7714

Lederman, J.S., Lederman, N.G., Bartos, S.A., Bartels, S.L., Meyer, A.A and

Schwartz, R.S. (2013). Meaningful assessment of learners’ understandings

about scientific inquiry—theviews about scientific inquiry (vasi) questionnaire. Science Education Journal Of Research In Science Teaching. 51(1),65–83.

Maryam, S. (2011). Penerapan Asesmen Kesulitan Belajar Siswa untuk Mengungkap Kesulitan Belajar Siswa SMP dalam Mempelajari Konsep Pewarisan Sifat. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Miller, J. Smucker, M. (2003). Autentic assesment in the sport management curriculum: case a study. Journal of Research. Vol 2 (1), 33-37.

Muller, J. (2006). Authentic Assesment. North Central College. [online]. Tersedia : http://jonatan.muller.faculty.noctri.edu//toolbox/whatisist.htm [23 Oktober 2014]

Muslich, M. (2007). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual Panduan bagi Guru,Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Nurgiyantoro, B. (2008). Asesmen Autentik. Cakrawala Pendidikan. 27(3), 250-261.

Okhee, L. 2012. Science Inquiry and Student Diversity: Enchanced Abilities and Continuing Difficulties After an Instructional Intervention. Journal Of Research In Science Teaching. Vol. 43 (7): 607-636

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2014). Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan dasar dan pendidikan Menengah. Jakarta : Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

(39)

Rusmiyati, A.A. dan Yulianto. (2009). Peningkatan keterampilan proses sains dengan menerapkan model problem based-instruction. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5(1)75-78

Rustaman, Nuryani. (1995). Pengembangan Butir Soal Keterampilan.

http://onengdalilah.blogspot.com/2009/02/pengembangan-butir-soal-keterampilan.html. [17 Maret 2015]

Rustaman, Nuryani. (2012). Penilaian Otentik (Authentic Assesment) dan Penerapannya dalam pendidikan sains. [online]. tersedia : http://file.upi.edu/direktori/sps/prodi.pendidikan_ipa/195012311979032nurya ni_rustaman/penilaian_otentik_sgr'06.pdf [29 oktober 2014]

Rustaman, Nuryani. (2009). Pendidikan dan Penelitian Sains dalam Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi untuk Pembangunan. [Online]. Tersedia: . [ 10 Oktober 2014].

Smith, M. K., Wood, W.B., dan Knight, J.K. (2008). The Genetics Concept Assessment: A New Concept Inventory for Gauging Student Understanding of Genetics. CBE Life Sciences Education. 7. 422–430

Stenberg, R.J. (2008). Psikologi Kognitif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Stiggins, R.J. (1994). Student Centered Classrom Assesment.USA:Macmillanr College Publishing Company.

Sudargo, F. (2009). Model Pembelajaran Biologi Berbasis Praktikum untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis dan Keterampilan Proses Siswa SMA. [Online]. Tersedia: . Edu/Directori/Sps/Prodi. Pendidikan Ipa/ 19510726197803 2-Fransiska_Sudargo/Artikel_Hibah_Kompetitif Pdf. [ 15 Oktober 2014]

Sudijono, A. (2013). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sudjana N. (1989). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

(40)

Suwarto. (2012). Pengembangan Tes Diagnostik dalam Pembelajaran. Jogjakarta: Graha Ilmu

Torulf Palm. (2008) Performance assessment and authentic assessment: a conceptual analysis of the literature . Journal Practical assesment, research and evaluation. 13 (2)

Treagust, D. (1988). Development and Use of Diagnostic Tests to Evaluate

Student’s Misconceptions in Science. International Journal of Science Education 10(2). 159-169

Treagust, D. (2006). Diagnostic Assessment in Science as A Means to Improving Teaching, Learning And Retention. Science and Mathematics Education Centre, Curtin University of Technology. 1-9

Tsui, C.Y Dan Treagust, D. (2007). Understanding Genetics: Analysis Of

Secondary Students’ Conceptual Status. Journal Of Research In Science Teaching. 44(2). 205–235

Wiggins, Grant (1990). The case for authentic assessment. Practical Assessment, Research & Evaluation. 2(2).

Gambar

Tabel 3.1 Daftar Cek Proses Pengembangan Instrumen
Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data
Tabel 3.4. Klasifikasi Reliabilitas
Tabel 3.6 Klasifikasi daya Pembeda
+3

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan.

Kuat Supriyono, Leonardo Budi Hasiolan, Moh MukeryWarso, 2014, Pengaruh Produk, Harga dan Promosi Terhadap Keputusan Konsumen dalam Membeli Rumah pada Perumahan

KONTRIBUSI MUTU INFORMASI TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI BIDANG PENDIDIKAN MENENGAH DAN TINGGI DI DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT.. Universitas Pendidikan Indonesia

Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma, Depok.. Gere, James

page table yang berisikan alamat awal ( base address ) frame memori

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan. © Erda Purnawati

[r]

Tabel distribusi frekuensi skor berdasarkan delapan