SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidkan
Jurusan Pendidikan Biologi
Oleh
PEPI HANDAYANI 1104925
DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI
Oleh
Pepi Handayani
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Pepi Handayani
Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak, seluruhnya atau sebagian,
PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI PADA
PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI
Oleh :
Pepi Handayani
1104925
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :
Pembimbing I
Dr. Hj. Sri Anggraeni, M.Si.
NIP. 195801261987032001
Pembimbing II
Dr. Anna Ratna Wulan, M.Pd.
NIP. 197404171999032001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Biologi
Bambang Supriatno, M.Si.
peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilakukan melalui upaya perbaikan sistem penilaian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengembangan asesmen autentik untuk menilai Keterampilan Proses Sains terintegrasi siswa pada pembelajaran sistem ekskresi. Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan asesmen autentik yang berkualitas. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Populasi penelitian ini adalah siswa SMA kelas XI semester II SMAN 6 Bandung yang memiliki kemampuan heterogen. Sedangkan sampelnya adalah siswa SMA kelas XI MIA 4,5, dan 6. Pelaksanaan pengembangan asesmen autentik ini menggunakan beberapa instrumen yaitu perangkat penilaian tes berupa soal esai serta perangkat penilaian non tes yang digunakan untuk menilai instrumen esai tersebut yaitu terdiri dari daftar cek, angket siswa, pedoman wawancara siswa, pedoman wawancara guru, dan catatan lapangan (anecdotal record). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan dan penerapan asesmen autentik ini cukup efektif dan mampu menilai Keterampilan Proses Sains Terintegrasi siswa. Asesmen autentik yang dikembangkan ini mendapat respon positif dan tanggapan yang baik dari siswa dan guru. Selain itu, penelitian ini pun mengungkap pula kekurangan dan kelebihan, serta kendala yang dihadapi selama proses pengembangan dan penerapan.
system This study aims to describe the development of authentic assessment to assess the Science Process Skills integrated student learning excretion system. This research was conducted to obtain authentic quality assessment. The method used is descriptive method. Population of research is high school students of class XI Junior High School 6 Bandung second half that have heterogeneous capabilities, and sample of research is high school students of class 4, 5, and 6 science. Implementation of this authentic assessment development using instruments that test assessment tools in the form of essays and non-test assessment tools that are used to assess an essay instruments, checklist, which are composed of student questionnaire, interview students, guidance teacher interviews, and field notes (anecdotal records). The results showed that the development and implementation of authentic assessment is quite effective and is able to assess the Integrated Science Process Skills students. Authentic assessment that was developed is also a positive response and a good response from students and teachers. In addition, this study also reveal also the advantages and disadvantages, as well as the obstacles encountered during the process of development and implementation.
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR... iii
UCAPAN TERIMAKASIH... iv
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Penelitian... 1
B. Rumusan Masalah Penelitian... 6
C. Batasan Masalah... 6
D. Tujuan Penelitian... 7
E. Manfaat Penelitian... 7
F. Struktur Organisasi... 8
BAB II ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) TERITEGRASI PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI BERBASIS PBL... 9
A. Asesmen Autentik... 9
B. Keterampilan Proses Sains Terintegrasi... 11
C. Teori-teori yang Mendukung Pendekatan Keterampilan Proses... 14
D. Tinjauan Pembelajaran dan Asesmen pada Materi Sistem Ekskresi………... 14
BAB III METODE PENELITIAN... 18
A. Desain Penelitian... 18
B. Populasi dan Sampel... 18
C. Definisi Operasional... 18
D. Instrumen Penelitian... 19
E. Prosedur Penelitian... 21
A. TEMUAN... 33
1. Pengembangan Asesmen Autentik untuk Menilai KPS Terintegrasi pada Pembelajaran Sistem Eksksresi ... 33
2. Penerapan Asesmen Autentik untuk Menilai KPS Terintegrasi pada Pembelajaran Sistem ekskresi... 48
3. Respon Siswa Terhadap Asesmen Autentik ... 54
4. Tanggapan Guru mengenai Penerapan Penilaian Asesmen Autentik... 58
5. Kelebihan dan Kekurangan Asesmen Autentik yang diterapkan... 60
6. Kendala dalam Menerapkan Asesmen Autentik... 61
B. PEMBAHASAN... 62
1. Pengembangan Asesmen Autentik untuk Menilai KPS Terintegrasi pada Pembelajaran Sistem ekskresi...…….. 62
2. Penerapan Asesmen Autentik untuk Menilai KPS Terintegrasi pada Pembelajaran Sistem ekskresi……....……….... 67
3. Respon Siswa Terhadap Asesmen Autentik ... 72
4. Tanggapan Guru mengenai Penerapan Penilaian Asesmen Autentik... 74
5. Kelebihan dan Kekurangan Asesmen Autentik yang diterapkan... 76
6. Kendala dalam Menerapkan Asesmen Autentik... 77
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI... 80
A. Simpulan... 81
B. Implikasi dan Rekomendasi... 82
DAFTAR PUSTAKA... 85
A.Latar Belakang Penelitian
Sains dianggap menduduki posisi penting dalam pembangunan karakter
masyarakat dan bangsa karena kemajuan pengeta huannya yang sangat pesat,
keampuhan prosesnya yang dapat ditransfer pada bidang lain, serta muatan nilai
dan sikapnya. Sains banyak dipandang orang sebagai kumpulan pengetahuan.
Namun sebenarnya sains tidak hanya mengandung pengetahuan saja. Terdapat
banyak hal yang terlibat di dalamnya. Sains mengandung proses dan produk.
Sebagai sebuah produk, sains disebut body of knowledge (Rustaman, 2012) yang
berisi kumpulan fakta-fakta sebagai hasil penelitian. Cain dan Evans (1990 dalam
Rustaman, 2009) berpendapat mengenai hal yang sama yakni sains sebagai
produk mengandung fakta-fakta, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori yang
sudah diterima kebenarannya. Sedangkan sains sebagai proses merupakan metode
atau cara untuk mendapatkan pengetahuan. Proses ini membantu siswa dalam
mengembangkan pengetahuan baru.
Produk atau dalam sains dikenal konsep, merupakan ruang lingkup materi
yang dicapai melalui sebuah proses. Proses ini dikembangkan dalam
Keterampilan Proses Sains (KPS). KPS melibatkan keterampilan-keterampilan
yang lain salah satunya yakni keterampilan kognitif atau intelektual (Rustaman,
2009). Keterampilan kognitif menekankan keterlibatan siswa dalam tugas-tugas
pemecahan masalah Wiggins (dalam Rustaman, 2012). Secara alamiah
keterampilan kognitif akan meningkat dengan sendirinya seiring dengan
berkembangnya perilaku kognitif seseorang. Hal tersebut juga erat kaitannya
dengan intelegensi seseorang yang meningkat seiring bertambahnya usia
(Anderson, 2005 dalam Stenberg, 2008).
Salah satu contoh kemampuan yang terlibat adalah keterampilan proses
sains yang bersifat kognitif. Secara tidak langsung juga terintegrasi dengan KPS.
Di dalamnya tercakup proses berpikir (kognitif) yang berkaitan dengan
pengambilan kesimpulan untuk dapat memecahkan masalah. Proses berpikir ini
menuntut untuk kritis mencari klarifikasi dan akurasi terhadap fakta-fakta yang
pendidikan sekolah dasar dan menengah (mengajukan pertanyaan, observasi,
inferensi, klasifikasi, prediksi, interpretasi, merencanakan
percobaan/penyelidikan, menggunakan alat/bahan, komunikasi, dan berhipotesis)
(Rustaman, 2012). Namun untuk jenjang SMA harus sudah mengintegrasikan
dalam bentuk KPS terintegrasi. Pengembangan keterampilan proses siswa dapat
dilatihkan melalui suatu kegiatan pembelajaran yang menggunakan pendekatan
keterampilan proses. Pendekatan keterampilan proses adalah proses pembelajaran
yang dirancang sedemikian rupa, sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta,
membangun konsep-konsep dan teori-teori dengan keterampilan intelektual dan
sikap ilmiah siswa sendiri. Siswa diberi kesempatan untuk terlibat langsung dalam
kegiatan-kegiatan ilmiah seperti yang dikerjakan para ilmuwan, tetapi pendekatan
keterampilan proses tidak bermaksud menjadikan setiap siswa menjadi ilmuwan.
Selain itu, keterampilan proses juga membantu siswa mendapatkan
konsep-konsep sains yang baru dalam pembelajaran. Maka dari itu, keterampilan juga
penting untuk menunjang pengembangan pengetahuan baru melalui fakta-fakta
atau informasi (konsep) yang dimiliki siswa (Tsui dan Treagust, 2010). Oleh
karena itu, pemahaman terhadap suatu konsep melalui suatu keterampilan proses
menjadi hal paling dasar yang harus dikuasai siswa untuk dapat menyelesaikan
permasalahan.
Menurut Mardapi (2004), asesmen dan pembelajaran adalah dua kegiatan
yang saling mendukung, upaya peningkatan kualitas pembelajaran dapat
dilakukan melalui upaya perbaikan sistem penilaian. Sistem pembelajaran yang
baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Kualitas pembelajaran ini
dapat dilihat dari hasil penilaiannya. Selanjutnya sistem penilaian yang baik akan
mendorong pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang baik dalam
memotivasi peserta didik untuk belajar yang lebih baik. Oleh karena itu, dalam
upaya peningkatan kualitas pendidikan diperlukan perbaikan sistem penilaian
yang diterapkan.
Komponen penilaian diyakini memberikan dampak nyata bagi
keberhasilan pembelajaran kompetensi kepada siswa, maka penilaian kini
ditempatkan pada posisi yang penting dalam rangkaian kegiatan pembelajaran.
proses pembelajaran, bagaimana guru harus membelajarkan dan bagaimana siswa
harus belajar, dan karenanya menentukan capaian kompetensi (Nurgiyantoro,
2008). Oleh karena itu sejalan dengan berkembangnya kurikulum di Indonesia,
maka penilaian pun harus berkembang sesuai tuntutan kurikulum yang berlaku.
Penilaian harus lebih menuntut pembelajar mendemonstrasikan
pengetahuan, keterampilan, dan strategi dengan mengkreasikan jawaban atau
produk. Siswa tidak sekedar diminta merespon jawaban seperti dalam tes
tradisional, melainkan dituntut untuk mampu mengkreasikan dan menghasilkan
jawaban yang dilatarbelakangi oleh pengetahuan teoretis Wiggins (dalam
Rustaman, 2002). Untuk itu diperlukan asesmen autentik dalam kegiatan
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengukur ketrampilan pemecahan
masalah siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
Pengukuran terhadap keterampilan proses siswa, dapat dilakukan dengan
menggunakan instrumen tertulis, salah satunya adalah asesmen dalam bentuk
esai. Asesmen esai dapat menilai penguasaan siswa dalam pengetahuan, baik
menghafal, penggunaan bahan referensi, ataupun dalam pemecahan masalah.
Prosedur asesmen bentuk esai dapat mendorong siswa dalam mempelajari struktur
organisasi materi. Siswa dalam hal ini akan terpacu mempersiapkan diri lebih baik
dengan cara mempelajari struktur materi secara keseluruhan. Maka, dalam
asesmen esai siswa harus menyusun responnya sendiri. Usaha siswa dalam
mempelajari struktur organisasi materi sangat cocok apabila diterapkan dalam
proses pengajaran IPA. Menurut Bajah (2000), penilaian dalam keterampilan
proses agak sulit dilakukan melalui tes tertulis dibandingkan dengan teknik
observasi. Dengan demikian, asesmen dalam bentuk tes tertulis (esai) perlu
dikembangkan untuk menilai keterampilan proses sains.
Salah satu konsep-konsep dalam biologi yang menuntut siswa untuk mampu
memahami konsep dan berpotensi untuk membantu guru dalam menilai
kemampuan keterampilan proses sains terintegrasinya adalah materi sistem
ekskresi. Melalui analisa materi yang dilakukan, materi pada sistem ekskresi
khususnya pada sub konsep penyakit/gangguan pada sistem ekskresi, dapat
melatih siswa memecahkan masalah sendiri. Selain itu, berdasarkan hasil
Ibrahim, teridentifikasi kesulitan belajar siswa SMA dalam materi sistem ekskresi.
Kesulitan belajar tersebut diantaranya adalah mengidentifikasi berbagai
penyakit/kelainan (Christian, 2002). Dalam mengatasi permasalahan tersebut,
diperlukan suatu langkah untuk memudahkan siswa dalam memahami konsep
tersebut. Langkah yang dapat dilakukan salah satunya adalah dengan
menggunakan pembelajaran berbasis Problem Based Learning disertai asesmen
yang cocok dengan pembelajarannya (Burg, 2010).
Berdasarkan tuntutan tersebut, Keterampilan proses sains siswa dalam
materi sistem ekskresi perlu dilakukan penilaian untuk mengetahui sejauh mana
proses keterampilan siswa ketika dihadapkan kepada permasalahan-permasalahan
materi sistem ekskresi di sekolah. Penilaian ini juga sekaligus dapat mengetahui
gambaran sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan
dapat tercapai (Palm, 2008). Oleh karena itu sistem penilaian harus disesuaikan
dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran dan
harus bermuara pada penguasaan kompetensi yang diharapkan.
Menurut Lederman, et al. (2013) penyelidikan ilmiah telah menjadi fokus
dalam pendidikan sains akhir-akhir ini, penyelidikan ilmiah mengacu pada
kombinasi dari keterampilan proses sains umum dalam konteks ilmu pengetahuan
tradisional, kreativitas, dan berpikir kritis untuk mengembangkan pengetahuan
ilmiah. Pembelajaran dengan adanya keterampilan proses berarti memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memperoleh penemuan suatu konsep yang ada
sebagai keterampialn proses sains. Dengan adanya keterampilan proses sains ini
siswa akan lebih aktif, kreatif, terampil serta memiliki pengalaman yang menarik
sehingga nantinya dapat mengasah pola fikir siswa.
Kegiatan pembelajaran biologi lebih menekankan pada pemahaman
konsep serta keterampialan proses sains siswa dari berbagai metode pembelajaran.
Sains sebagai proses tidak lain adalah metode ilmiah (Brum dan McKane,1989,
Hibbard, Towle, 1989 dalam Subali 2011). Menurut Sukron (dalam Rusmiyati
dan Yulianto, 2009) saat ini metode mengajar di sekolah menengah masih banyak
menggunakan metode mengajar secara informatif.
Para guru di sekolah-sekolah lebih menitik beratkan pada kemampuan
proses sains bisa mempermudah pemahaman dari kemampuan kognitif siswa.
Menurut Sudargo, (2009) melalui kegiatan keterampilan proses khususnya
dalam memecahkan masalah, siswa dapat dilatih untuk mengembangakan
kognitif, afektif dan psikomotor dalam memahami suatu fenomena biologi. Dalam
kegiatan ini sangat dimungkinkan adanya penerapan berbagai keterampilan proses
sains sekaligus pengembangan sikap ilmiah yang mendukung proses pengetahuan
dalam diri siswa (Handiana, 2011). Selain itu, penelitian pada kelas ilmiah telah
berpusat pada dasar keterampilan proses sains (Germann dan Aram, 1996,
Harlen, 1999, Brotherton dan Preece, 1995 dalam Karamustafaoglu, 2011).
Melihat kenyataan yang ditemukan di lapangan, nampak ada kesenjangan
antara pembelajaran biologi di SMA/MA dengan teknik penilaiannya.
Menurut Mean (dalam Dimartino dan Joe, 2007) saat ini pengukuran dan
penilaian prestasi siswa sebagian besar bertumpu pada aspek kognitif saja, di
semua jenjang, dari penilaian di kelas sampai ke penilaian tingkat nasional.
Disamping itu, tes yang digunakan bertumpu pada satu jenis soal (tes objektif).
Ini terbukti berakibat sangat fatal, yaitu guru dalam mengelola pembelajaran
hanya berorientasi pada bagaimana prestasi siswanya akan dinilai nanti, sehingga
guru tidak merasa perlu untuk mengikuti berbagai inovasi pembelajaran dan lebih
baik mengajak siswanya berlatih menjawab berbagai bentuk soal (Dimartino dan
Joe, 2007). Proses penilaian yang biasa dilakukan guru selama ini hanya mampu
menggambarkan aspek penguasaan konsep peserta didik, akibatnya sasaran
belajar IPA belum dapat dicapai secara menyeluruh. Untuk itu perlu
diupayakan suatu teknik penilaian yang mampu mengungkap aspek produk
maupun proses.
Berdasarkan beberapa hal yang telah dikemukakan di atas mengenai
asesmen dan KPS, dengan demikian dilakukanlah penelitian berjudul
“Pengembangan Asesmen Autentik untuk Menilai Keterampilan Proses Sains
(KPS) Terintegrasi pada Pembelajaran Sistem Ekskresi ” dengan harapan dapat
menciptakan suatu penilaian yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir,
meningkatkan keingintahuan, menuntun siswa untuk memecahkan masalah dari
pembelajaran IPA sehingga dapat mencapai kompetensi yang diinginkan melalui
berbagai pembelajaran.
B.Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah :”Bagaimanakah asesmen autentik yang dikembangkan
untuk menilai Keterampilan Proses Sains (KPS) pada pembelajaran sistem
ekskresi?”
Agar pelaksanaan penelitian lebih terarah, permasalahan penelitian
dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengembangan perangkat penilaian asesmen autentik untuk
menilai keterampilan proses sains terintegrasi pada pembelajaran sistem
ekskresi?
2. Bagaimanakah hasil penerapan asesmen autentik untuk menilai KPS
terintegrasi pada pembelajaran sistem ekskresi?
3. Bagaimanakah respon siswa terhadap asesmen autentik untuk menilai KPS
terintegrasi pada pembelajaran sistem ekskresi?
4. Bagaimanakah tanggapan guru terhadap asesmen autentik untuk menilai KPS
terintegrasi pada pembelajaran sistem ekskresi?
5. Apa saja kelebihan dan kelemahan asesmen autentik untuk menilai KPS
terintegrasi pada pembelajaran sistem ekskresi yang sudah diterapkan?
6. Kendala apa saja yang dihadapi dalam menerapkan asesmen autentik untuk
menilai KPS terintegrasi pada pembelajaran sistem ekskresi?
C.Batasan Masalah
Untuk memperoleh hasil penelitian yang valid dan terarah maka masalah
yang hendak dikemukakan dibatasi. Adapun pembatasan masalah dalam
penelitian ini yaitu :
1. Instrumen yang dikembangkan difokuskan pada asesmen KPS terintegrasi
berbentuk uraian atau esai. Adapun KPS terintegrasi yang akan diukur dalam
Rezba yaitu mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis, definisi variabel,
pengontrolan variabel, menginterpretasikan data, dan menerapkan konsep.
2. Materi pada penelitian ini dibatasi pada konsep sistem ekskresi yaitu pada sub
konsep penyakit/gangguan pada sistem ekskresi
3. Pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Pembelajaran
berbasis Problem Based Learning (PBL)
4. Sekolah yang menjadi tempat penelitian merupakan Sekolah Menengah Atas
(SMA) kelas XI semester 2
D.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui
pengembangan asesmen autentik untuk menilai KPS terintegrasi dalam
pembelajaran sistem ekskresi.
Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan
asesmen autentik untuk menilai KPS terintegrasi dalam pembelajaran sistem
ekskresi, mendeskripsikan penerapan asesmen autentik untuk menilai KPS
terintegrasi dalam pembelajaran sistem ekskresi, mendeskripsikan respon siswa
terhadap asesmen autentik untuk menilai KPS terintegrasi dalam pembelajaran
sistem ekskresi, mendeskripsikan tanggapan guru terhadap asesmen autentik
untuk menilai KPS terintegrasi dalam pembelajaran sistem ekskresi, mengungkap
kelebihan dan kekurangan asesmen autentik untuk menilai KPS terintegrasi dalam
pembelajaran sistem ekskresi, dan mengungkap kendala yang dihadapi dalam
menerapkan asesmen autentik untuk menilai KPS terintegrasi dalam pembelajaran
sistem ekskresi.
E.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu memberikan gambaran uji coba
pengembangan asesmen autentik untuk menilai KPS terintegrasi pada
pembelajaran yang disesuaikan dengan kompetensi/indikator pembelajaran yang
digunakan, memberikan motivasi kepada siswa untuk terlibat langsung dalam
proses penilaian yang merupakan bagian dari proses pembelajaran, mengetahui
letak kesulitan yang dialami siswa, memberikan informasi mengenai perangkat
penilaian asesmen autentik untuk menilai keterampilan proses sains terintegrasi
siswa, baik itu pengembangan perangkat penilaian, penerapannya dalam proses
penilaian, kendala, maupun kelebihan dan kekurangan yang dimiliki perangkat
tersebut, serta memberikan rujukan untuk penelitian selanjutnya.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Skripsi ini terdiri dari lima bagian (bab). Bab pertama merupakan pendahuluan
berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan,
manfaat, dan struktur organisasi setiap bagian pada skripsi. Bab kedua merupakan
kajian pustaka berisi tentang kerangka konsep dan teori yang relevan. Bab ketiga
merupakan metode penelitian terdiri dari desain penelitian, populasi dan sampel,
definisi operasional, instrumen penelitian, prosedur penelitian, pengumpulan data,
analisis data, serta bagan alur penelitian. Bab keempat merupakan hasil penelitian
dan pembahasan meliputi pengembangan asesmen autentik untuk menilai KPS
Terintegrasi, hasil penerapan asesmen autentik, respon siswa dan guru terhadap
asesmen autentik yang diterapkan, kendala, serta kelebihan dan kekurangan
instrumen hasil pengembangan. Bab kelima mengkaji simpulan dan saran
berdasarkan pemaparan hasil penelitian.
A. Desain Penelitian
Penelitian ini berjenis deskriptif. Metode deskriptif bertujuan untuk membuat
pencandraan atau gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat dari fakta-fakta
atau sampel yang diteliti. Penelitian ini termasuk kedalam penelitian kualitatif
yang cenderung fokus terhadap suatu permasalahan (Sugiyono, 2010). Peneliti
hanya menggambarkan kondisi dilapangan sesuai fakta yang terjadi saat itu tanpa
ada perlakuan terhadap variabel. Penelitian ini mendeskripsikan tentang
pengembangan dan penerapan asesmen autentik untuk menilai Keterampilan
Proses Sains (KPS) terintegrasi pada materi sistem ekskresi.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI semester 2 SMAN 6
Bandungtahun ajaran 2014/2015.Alasan pemilihan sekolah dikarenakan sekolah
tersebut memiliki siswa dengan kemampuan yang heterogen berdasarkan
observasi peneliti dan wawancara dengan guru biologi.Sedangkan sampel
penelitiannya adalah kelas XI MIA 4, XI MIA 5 dan XI MIA 6. Ujicoba tes
dilakukan di dua kelas yang berbeda yaitu kelas XI MIA 4 dan XI MIA 6 yang
masing-masing berjumlah 30 orang siswa. Sedangkan penerapan dilakukan di
kelas XI MIA 5. Waktu Penelitian dimulai dari April 2015 hingga Mei 2015.
C. Definisi Operasional
Penelitian ini menitikberatkan pada dua aspek, yaitu pengembangan asesmen
autentik dan keterampilan proses sains terintegrasi. Secara terperinci, kedua aspek
tersebut dijelaskan sebagai berikut.
1. Pengembangan Asesmen Autentik
Pengembangan asesmen autentik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
proses pengembangan soal dimulai dari identifikasi tujuan pembelajaran yang
diturunkan dari Kompetensi Dasar pada kurikulum 2013 terkait materi pada
sistem ekskresi, penyusunan instrumen,judgment kepada dosen ahli, ujicoba
Pengembangan ini didasarkan pada langkah-langkah pengembangan menurut
Wiggins (2012).
2. Keterampilan Proses Sains Terintegrasi
Keterampilan Proses Sains Terintegrasi dalam penelitian ini merupakan skor
keterampilan siswa dengan menggunakan tes esai setelah melaksanakan task
yang dinilai menggunakan rubrik. Skor yang dinilai dengan menggunakan
rubrik ini adalah skor dalam indikator mengajukan pertanyaan, merumuskan
hipotesis, definisi variabel, pengontrolan variabel, menginterpretasikan data,
dan menerapkan konsep.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal esai untuk
menilai kemampuan KPS terintegrasi siswa, angket,catatan lapangan, pedoman
wawancara guru, dan pedoman wawancara siswa untuk mengetahui
pengembangan asesmen autentik untuk menilai KPS terintegrasi pada materi
sistem ekskresi.
a. Instrumen yang diteliti
Instrumen yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah soal esai. Pembuatan
soal esai mengacu kepada kisi-kisi soal KPS terintegrasi siswa pada materi sistem
ekskresi. Soal yang telah dibuat kemudian di judgment kepada dosen ahli. Soal
esai diberikan kepada siswa untuk melihat kemampuan KPS terintegrasi siswa
setelah pembelajaran. Soal ini dapat mengungkap bagaimana kemampuan
keterampilan proses sains terintegrasi siswa. Soal ini diberikan setelah selesai
proses pembelajaran.
b. Instrumen yang digunakan untuk meneliti
1. Daftar Cek
Daftar cek terdiri atas komponen atau aspek yang diamati. Komponen
yang diamati yaitu tahapan-tahapan pada proses pengembangan asesmen yang
dilakukan. Daftar cek ini berguna untuk menyatakan ada tidaknya komponen itu
Adapun daftar cek yang digunakan adalah sebagai berikut.
Tabel 3.1 Daftar Cek Proses Pengembangan Instrumen
Tahap Sudah
dilakukan
Tidak dilakukan Menyalin Kompetensi Dasar dari kurikulum 2013
Menginventarisasi konsep pada sistem ekskresi Menentukan indikator
Mengkonstruk soal Menyusun kunci jawaban Mengujicobakan instrumen Memvalidasi instrumen
2. Angket siswa
Angket ini digunakan untuk menjaring respon siswa terhadap kualitas asesmen
yang dikembangkan. Angket ini mencakup beberapa aspek diantaranya
mengenai kemudahan asesmen yang dikembangkan dan kemudahan task untuk
dikerjakan sebagai media untuk membantu siswa menemukan konsep sistem
ekskresi. Angket dan wawancara dilakukan setelah pembelajaran pada saat
siswa telah mendapatkan pengembangan asesmen autentik.
Angket yang disusun adalah angket terbuka. Setiap pertanyaan dalam angket
berasal dari tujuan atau informasi apa yang diharapkan direspon oleh siswa,
diantaranya a) mengetahui pendapat siswa tentang LKS yang diberikan, b)
mengetahui kesulitan siswa dalam mengerjakan LKS, c) mengetahui pendapat
siswa tentang soal esai yang diberikan, d) mengetahui kesulitan siswa dalam
mengerjakan soal esai, e) mengetahui pendapat siswa mengenai penilaian yang
telah dilakukan, f) mengetahui metode pembelajaran yang digunakan dalam
mengajarkan materi sistem ekskresi khususnya pada sub materi
penyakit/gangguan sistem ekskresi, g) mengetahui keefektifan waktu yang
digunakan dalam mengerjakan LKS dan soal esai, h) mengetahui umpan balik
penilaian yang telah dilakukan.
3. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara yang digunakan dalam mewawancarai siswa yakni
berupa pertanyaan-pertanyaan mengenai asesmen yang telah dilakukan.
Digunakan untuk mengetahui kesesuaian tanggapan siswa mengenai asesmen
autentik yang digunakan. Selain itu, angket siswa ini disusun untuk menambah
jawaban siswa secara langsung. Pertanyaan tersebut diantaranya a) mengetahui
seberapa besar pengetahuan siswa mengenai asesmen autentik, b) mengetahui
keterlaksanaan asesmen autentik di sekolah, c) mengetahui pendapat siswa
mengenai asesmen autentik, d) mengetahui kendala yang dialami siswa dalam
melakukan asesmen autentik, e) mengetahui saran siswa dalam melakukan
asesmen autentik.
Sedangkan pedoman wawancara guruberupa daftar pertanyaan untuk
mengetahui tanggapan guru mengenai penerapan asesmen autentik dan untuk
mengungkap kelebihan dan kekurangan penggunaan asesmen autentik tersebut.
Pedoman wawancara ini ditujukan secara langsung kepada Guru mata
pelajaran Biologi. Berlawanan dengan wawancara kepada siswa, pertanyaan
untuk wawancara kepada guru lebih subjektif dimana guru lebih ditekankan
untuk mengungkapkan opininya tentang instrumen tes
4. Catatan lapangan (anecdotal record)
Catatan lapangan berisi hal-hal penting yang terjadi saat proses penelitian,
yaitu mengenai instrumen (soal), siswa, keberlangsungan tes, waktu
pengerjaan, serta pengewasan Hal yang dialami, dilihat, dan dipikirkan oleh
peneliti, dicantumkan dalam catatan lapangan. Instrumen ini digunakan selama
penelitian di lapangan berlangsung untuk memuat kejadian-kejadin faktual
selama penggunaan instrumen mulai dari awal hingga akhir penelitian.
E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pembuatan instrumen penilaian soal tes
esaiKPS terintegrasi yang melibatkan proses pengembangan dan penerapan
instrumen. Adapun langkah-langkah penelitian ini secara rinci terbagai menjadi
tiga tahap yakni tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.
1. Tahap Pertama : Tahap Persiapan
Pada tahap pertama ini terdiri dari beberapa kegiatan yaitu:
a. Mengidentifikasi masalah berupa Keterampilan Proses Sains Terintegrasi
Siswa
b. Melakukan studi literatur tentang Keterampilan Proses Sains Terintegrasi
c. Melakukan studi kurikukulum yang digunakan di SMA mengenai
kompetensi dasar, indikator, materi pembelajaran, strategi pembelajaran
dari konsep sistem ekskresi. Pemilihan konsep didasarkan pada konsep yang
cocok untuk menilai keterampilan proses sains terintegrasi.
d. Membuat angket respon siswa, pedoman wawancara siswa dan guru
terhadap kualitas asesmen pembelajaran.
2. Tahap kedua : Penyusunan Instrumen
a. Menyusun indikator soal pada pembelajaran sistem ekskresi
b. Menyusun kisi-kisi soal dan rubrik asesmen dalam pembelajaran.
c. Membuat soal esai beserta kunci jawaban serta tabel spesifikasi aspek
penilaian soal esaiyang berisi penjabaran aspek peniliaian terhadap
kompetensi siswa yang dapat muncul.
e. Membuat rubrik penilaian berikut kriteria yang digunakan dalam penilaian
soal tes esai
f. Melaksanakan judgmentsoal kepada dosen ahli. Jika terdapat kesalahan
dilakukan revisi kemudian judgment kembali hingga instrumen
benar-benar layak digunakan.
3. Tahap ketiga: Ujicoba instrumen
a. Melaksanakan ujicoba 1 yakni tes soal esai kepada siswa kelas XI MIA 4.
Hasil uji coba ini menjadi dasar perbaikan dalam pengembangan asesmen.
Saat pelaksanaan tes, dilakukan pencatatan beberapa aspek kejadian
seperti instrumen tes atau soal yang dikerjakan siswa, keadaan siswa,
waktu pengerjaan soal, keadaan kelas dan pengawasan.
b. Menganalisis hasil ujicoba I dengan melihat pola-pola jawaban siswa
sebagai bahan penyusunan instrumen soal esai dan analisis pokok uji pada
setiap butir soal menggunakan program Anates V4 untuk mengetahui nilai
validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran. Jika nilai
validitas dan reliabilitasnya rendah, maka perlu dilakukan ujicoba kembali
agar instrumennya benar-benar valid.
c. Melaksanakan ujicoba II yakni tes esai kepada siswa kelas XI MIA 6. Pada
penelitian ini dilakukan dua kali ujicoba tes esai. Saat pelaksanaan tes,
soal yang dikerjakan siswa, keadaan siswa, waktu pengerjaan soal,
keadaan kelas, dan pengawasan.
d. Menganalisis hasil ujicoba II dengan melihat pola-pola jawaban siswa
sebagai bahan penyusunan instrumen soal esai dan analisis pokok uji pada
setiap butir soal menggunakan program Anates V4 untuk mengetahui nilai
validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran
4. Tahap keempat : Penerapan instrumen
a. Menerapkan instrumen hasil ujicoba I dan II
Melaksanakan penerapan tes esai kepada siswa kelas XI MIA 5. Sama
halnya dengan ujicoba I dan II, pada saat pelaksanaan tes, dilakukan
pencatatan beberapa aspek kejadian seperti instrumen tes atau soal yang
dikerjakan siswa, keadaan siswa, waktu pengerjaan soal, keadaan kelas,
dan pengawasan.
b. Menganalisis hasil penerapansetelah melalui proses pengembangan
ujicoba I dan II dengan melihat pola-pola jawaban siswa dan analisis
pokok uji pada setiap butir soal menggunakan program Anates V4 untuk
mengetahui nilai validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat
kesukaran.
5. Tahap kelima : Validasi
a. Melakukan validasi berupa uji kecocokan yang dilakukan melalui
pemberian angket kepada siswa
b. Melakukan analisis hasil angket dan wawancara yang dilakukan kepada
perwakilan siswa
c. Menganalisis kelebihan dan kekurangan perangkat penilaian yang
dikembangkan
d. Melakukan wawancara kepada guru untuk mengetahui tanggapan guru
F. Pengumpulan Data
Data yang diperoleh pada penelitian ini diperoleh melalui tes esai, angket,
observasi dan wawancara.
1. Tes Esai
Tes esai digunakan untuk mengungkap kemampuan KPS terintegrasi siswa.
Tahap awal pembuatan soal esai adalah dengan melakukan studi literatur dan
studi kurikulum. Studi literatur untuk mencari referensi terkait KPS terintegrasi
siswa pada materi sistem ekskresi dan studi kurikulum untuk mencari referensi
materi sistem ekskresi yang tercantum dalam kurikulum yang berlaku di sekolah.
Tahap selanjutnya yakni pembuatan indikator soal berdasarkan studi literatur dan
studi kurikulum. Kemudian, menyusun kisi-kisi soal sebagai acuan pembuatan
soal esai. Soal esai yang dibuat di judgmentkepada dosen ahli. Jika terdapat
kesalahan saat judgment, instrumen diperbaiki kemudian di judgment kembali
hingga instrumen benar-benar layak untuk digunakan.
Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan tes esai. Pada penelitian ini dilakukan
tiga kali pelaksanaan tes esai, yakni ujicoba I, ujicoba II, dan penerapan. Jika
validitas dan reliabilitas pada ujicoba I sudah baik, maka tidak perlu dilakukan
ujicoba II. Data hasil tes yakni berupa jawaban siswa dilakukan pengolahan untuk
kemudian dianalisis. Analisis yang dilakukan berupa identifikasi pola jawaban
siswa dan analisis pokok uji untuk mengetahui nilai validitas, reliabilitas, daya
pembeda dan tingkat kesukaran. Kesalahan dan kekurangan yang terdapat pada
ujicoba I dan II dijadikan sebagai bahan perbaikan untuk pengembangan
instrumen selanjutnya.
2. Angket
Angket diberikan kepada siswa. Angket ini digunakan untuk menjaring
respon siswa terhadap kualitas asesmen yang dikembangkan serta untuk
mengetahui tanggapan siswa mengenai penggunaan asesmen yang telah
dilaksanakan.Angket ini disebar kepada siswa setelah proses pembelajaran dan
penggunaan asesmen selesai.
3. Wawancara
Informasi yang diperoleh dari perangkat penilaian asesmen autentik, angket
digunakan untuk mengungkap KPS terintegrasi siswa dan asesmen autentik yang
digunakan. Untuk itu perlu dilakukan juga wawancara langsung kepada guru mata
pelajaran Biologi untuk mengetahui tanggapan guru mengenai penerapan asesmen
autentik dan untuk mengungkap kelebihan dan kekurangan penggunaan asesmen
autentik tersebut, maka disusunlah pedoman wawancara guru.
Wawancara dilakukan kepada siswa dan guru. Wawancarakepada siswa
dilakukan untuk memvalidasi hasil tes dengan keadaan siswa yang sebenarnya.
Data yang diambil berupa kecocokan hasil tes dengan jawaban lisan siswa saat
dilakukan wawancara. Siswa yang diwawancarai merupakan perwakilan siswa.
Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis.
Sedangkan wawancara kepada guru dilakukan untuk mengetahui kelemahan
dan kelebihan instrumen. Hasil wawancara kemudian diolah dan dianalisis untuk
dijadikan sebagaia bahan rekomendasi penelitian selanjutnya.
4. Observasi
Observasi dilakukan oleh peneliti dan observer lain secara langsung untuk
mengamati fakta dan peristiwa penting yang terjadi selama penelitian. Hasil
observasi dicatat dan dijadikan sebagai data penelitian untuk kemudian diolah dan
dianalisis. Adapun rincian teknik pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data
No Teknik Instrumen Jenis Data Sumber Data
1 Observasi Lembar tugas (task), rubrik penilaian daftar cek (checklist), soalesai
Penilaian aktivitas siswa pada saat tes berlangsung yang dinilai oleh observer selama penggunaan asesmen dan jawaban siswa dalam menjawab pertanyaan esai
Siswa dan observer
2 Angket Lembar angket Tanggapan siswa
mengenai penggunaan asesmen yang telah dilaksanakan
Siswa
3 Dokumentasi Catatan penelitian (anecdotal record)
Catatan kejadian-kejadian faktual yang terjadi selama penggunaan instrumen
Aktivitas penggunaan semua perangkat penilai
(instrumen) Tanggapan guru
mengenai pengembangan dan penerapn asesmen autentik untuk menilai keterampilan proses sains terintegrasi siswa dalam materi sistem ekskresi
4 Wawancara Pedoman wawancara
Tanggapan siswa mengenai task yang diberikan ataupun perangkat penilaian (asesmen) yang digunakan
Siswa
G. Analisis Data
Data yang diperoleh pada penelitian ini dilakukan analisis meliputi analisis
materi, analisis pelaksanaan ujicoba instrumen, analisis jawaban siswa, analisis
penilaian KPS terintegrasi siswa pada materi sistem ekskresi, analisis perbaikan
soal, analisis kekurangan dan kelebihan instrumen, analisis hasil angket siswa,
analisis hasil wawancara siswa, dan analisis hasil wawancara dengan guru.
1. Analisis Materi
Langkah awal analisis materi yakni dengan studi literatur dan studi
kurikulum adalah untuk mendapatkan referensi tentang KPS terintegrasi siswa
pada materi sistem ekskresi berbasis Problem Based Learning (PBL).
Pembelajaran PBL merupakansuatu metode pembelajaran yang menggunakan
masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara
berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi kuliah atau materi pelajaran
(Sudarman, 2007). Referensi diperoleh dari berbagai sumber seperti buku dan
jurnal penelitian. Studi kurikulum dilakukan pada kurikulum 2013 mata pelajaran
Biologi kelas XI semseter 2. Tujuan studi kurikulum ini adalah untuk mengetahui
Kompetensi Dasar materi sistem ekskresi yang digunakan di sekolah.Langkah
selanjutnya yakni menganalisis materi sistem ekskresi berdasarkan hasil studi
literatur dan studi kurikulum untuk penyusunan kisi-kisi soal.
2. Analisis Pelaksanaan Ujicoba Instrumen
Saat pelaksanaan ujicoba instrumen, observer dan peneliti melakukan
pencatatan terkait pelaksanan tes seperti instrumen tes soal esai yang dikerjakan
siswa, keadaan siswa, waktu pengerjaan soal, keadaan kelas, dan pengawasan.
Hasil pencatatan merupakan data penelitian. Selanjutnya data tersebut akan diolah
dan dianalisis. Analisis data pencatatan dilakukan dengan membaca kembali hasil
tes. Tidak dapat dipungkiri bahwa hasil tes dapat dipengaruhi oleh keadaan saat
pelaksanaan tes berlangsung. Seperti yang diungkaplan oleh Arikunto (2009)
bahwa situasi dan kondisipelaksanaan tes mempengaruhi siswa dalam proses
pengerjaan soal sehingga akan turut memberikan efek terhadap hasil tes.
3. Analisis Jawaban Siswa
Analisis jawaban siswa pada ujicoba I dan II dilakukan perbutir soal karena
bentuk soal yang diujicobakan adalah esai. Hal ini sesuai dengan pendapat
Purwanto (2009) bahwa untuk menghindari adanya halo effect yakni unsur-unsur
yang dapat mempengaruhi pemberian nilai, analisis soal esai dilakukan soal demi
soal, bukan siswa demi siswa.
Langkah-langkah analisis jawaban siswa pada tes esai yakni ujicoba I dan II
adalah dengan membaca jawaban siswa satu persatu setiap butir soal kemudian
memahami dan memaknai maksud yang siswa tuliskan. Seperti yang diungkapkan
oleh Joni (1986) bahwa soal esai menuntut siswa menunjukkan apa yang
dikuasainya secara maksimal, mengorganisir buah pikiran, serta mengekspresikan
diri secara tertulis dibandingkan soal objektif. Oleh karena itu jawaban siswa akan
beragam dan perlu dimaknai agar tidak menimbulkan kesalahan dalam penilaian.
Jawaban dan alasan siswa dicocokan dengan rubrik penilaian dan kunci jawaban.
4. Analisis Pokok Uji
Analisis pokok uji dilakukan perbutir soal. Adapun detail hasil analisis yang
akan dilakukan sebagai berikut (Arikunto, 2012).
a. Validitas
Sebuah alat ukur yang baik harus memiliki keshahihan yang baik pula. Soal
tersebut dikatakan valid jika mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total,
karena akan menyebabkan skor total tinggi atau rendah.
Jadi, suatu alat ukur dikatakan valid apabila alat tersebut mengukur apa
yang seharusnya diukur. Soal yang tidak valid akan dibuang dan tidak digunakan
sedangkan soal yang valid berarti soal tersebut dapat digunakan. Kriteria apabila
rhitung > rtabel maka butir soal valid. Dalam menghitung validitas asesmen rubrik
penelitian ini diolah dengan bantuan program Anates V4 yang muncul dalam
angka presentasi yang kemudian dikonversikan ke dalam bentuk desimal dan
diinterpretasi melalui Tabel 3.3. di bawah ini.
Tabel 3.3. Klasifikasi Validitas
Koefisien Korelasi Kategori validasi
0,80 – 1,00 Sangat tinggi
0,60 – 0,80 Tinggi
0,40 – 0,60 Cukup
0,20 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat rendah
(Arikunto, 2012)
b. Reliabilitas
Instrumen dikatakan memiliki reliabilitas atau daya keajegan yang cukup
dipercaya sebagai alat pengumpul data. Sama halnya dengan mengukur validitas,
untuk mengukur reliabilitas diakukan juga dengan bantuan Anates V4yang akan
muncul dengan angka presentasi yang kemudian dikonversikan ke dalam bentuk
desimal dan diinterpretasikan berdasarkan Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Klasifikasi Reliabilitas
Koefisien Korelasi Kategori Reliabilitas
0,80 – 1,00 Sangat tinggi
0,06 – 0,79 Tinggi
0,40 – 0,59 Cukup
0,20 – 0,39 Rendah
0,00 – 0,19 Sangat rendah
(Arikunto, 2012)
c. Taraf kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar
(Arikunto, 2012).
Tingkat kesukaran ini diperoleh dengan bantuan Anates V4 yang kemudian dikonversikan kedalam bentuk desimal dan diiterpretasikan sesuai dengan indeks pada Tabel 3.4. Indeks yang digunakan pada tingkat kesukaran ini dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 3.5 Indeks Tingkat Kesukaran
Rentang Keterangan
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
d. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk memberikan siswa
yang memiliki kemampuan tinggi dengan siswa yang memiliki kemampan rendah
(Arikunto, 2012). Butir-butir soal yang daya pembedanya masih rendah (poor),
ada dua kemungkinan tindak lanjut yaitu: 1. Ditelusuri kemudian diperbaiki, dan
setelah diperbaiki dapat diajukan lagi dalam tes hasil belajar yang akan datang.
Kelak soal tersebut dianalisis lagi apakah daya pembedanya meningkat ataukah
tidak. 2. Dibuang atau didrop dan untuk tes yang akan datang butir soal tersebut
tidak akan dikeluarkan lagi.Untuk memperolah daya pembeda dilakukan dengan
bantuan Anates V4 kemudian diinterpretasikan.
Klasifikasi daya pembeda dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 3.6 Klasifikasi daya Pembeda
Rentang Keterangan
0,0 – 0,20 Jelek
0,20 – 0,40 Cukup
0,40 – 0,70 Baik
0,70 – 1,00 Baik sekali
(Arikunto, 2012)
Untuk mengetahui soal dapat dipergunakan atau tidak, maka dilakukanlah
klasifikasi butir soal berdasarkan aturan Zainul (2002) yang dapat dilihat pada
tabel berikut ini
Tabel 3.7 Kualifikasi Butir Soal
Kategori Penilaian
Dipakai Apabila :
1. Validitas ≥ 0.40 2. Daya Pembeda ≥ 0.40
3. Tingkat kesukaran 0.25 ≤ p ≤ 0.80
Diperbaiki Apabila :
1. Daya pembeda ≥ 0.40 tingkat kesukaran p < 0.25 atau p > 0.80 tetapi validitas ≥ 0.40
2. Daya pembeda < 0.40 tingkat kesukaran 0.25 ≤ p ≤ 0.80 tetapi ada validitas ≥ 0.40
3. Daya pembeda < 0.40 tingkat kesukaran 0.25 ≤ p ≤ 0.80 tetapi validitas antara 0.20 sampai 0.40
Dibuang Apabila :
1. Daya pembeda < 0.40 dan ada tingkat kesukaran p < 0.25 atau p > 0.80
2. Validitas < 0.20
5. Analisis Perbaikan Soal
Analisis perbaikan soal dilakukan dengan identifikasi letak kesalahan soal.
Selanjutnya, dilakukan perbaikan dengan melakukan perubahan pada soal baik
dari segi konstruksi maupun isi soal. Perbaikan dari segi konstruksi meliputi
bentuk soal, redaksi soal, dan petunjuk soal. Sedangkan perbaikan isi meliputi
perbaikan konten soal seperti konsep atau materi yang ditanyakan pada soal, kunci
jawaban, dan pemberian bobot skor pada soal.
6. Analisis Penilaian KPS Terintegrasi Siswa pada Materi Sistem Ekskresi
Analisis Penilaian KPS terintegrasi siswa pada materi sistem ekskresi
dilakukan berdasarkan hasil ujicoba. Langkah-langkah hasil analisis soal yang
dilakukan pada penelitian ini adalah:
a. Melakukan skoring pada jawaban siswa.Skoring yang diberikan yaitu skoring
dalam bentuk esai. Skoring ini mengacu kepada rubrik pedoman penilaian yang
sudah dibuat sebelumnya. Alasan yang siswa tuliskan diberi skor sesuai sesuai
bobot yang sudah ditentukan pada rubrik pedoman penilaian. Setiap butir soal
memiliki bobot skor yang berbeda-beda.
b. Menjumlahkan skor tiap butir soal menjadi skor total.
c. Memetakan nilai yang diperoleh siswa dengan kriteria tingkat kemampuan
KPS terintegrasi siswa. Skor KPS terintegrasi yang diperoleh siswa kemudian
diinterpretasikan menggunakan kriteria berdasarkan skor tertinggi soal dan
jumlah soal yang diteskan. Skor tertinggi pada soal yaitu 4 dan jumlah
keseluruhan soal adalah 10, sehingga dapat diinterpretasikan sebagai berikut.
Tabel 3.8 Kategorisasi Skor KPS Terintegrasi Siswa
Rentang Keterangan
1-10 Sangat rendah
11-20 Rendah
21-30 Cukup
31-40 Tinggi
d. Mengakumulasi jumlah siswa pada setiap tingkat kemampuan. Hasil
akumulasi disajikan dalam bentuk tabel dan grafik untuk memudahkan
7. Analisis Kekurangan dan Kelebihan Instrumen
Analisis kekurangan dan kelebihan instrumen dilakukan selama proses
penelitian berlangsung. Peneliti akan mengidentifikasi letak kekurangan dan
kelebihan instrumen mulai dari pengembangan hingga instrumen yang
benar-benar valid. Identifikasi hasil analisis ini akan dijadikan sebagai bahan
rekomendasi untuk pengembangan instrumen selanjutnya.
8. Analisis wawancara dengan Guru
Wawancara dilakukan kepada guru untuk mendapatkan opini mengenai
kelebihan dan kekurangan instrumen. Hasil wawancara dilihat kembali kemudian
dijadikan sebagai bahan perbaikan dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.
9. Analisis wawancara dengan Siswa
Wawancara yang dilakukan berupa analisis antara hasil tes dengan keadaan
siswa yang sebenarnya. Kecocokkan yang dianalisis meliputi kesesuaian hasil
jawaban dan alasan pada saat tes dengan hasil wawancara.
10. Analisis Data Angket siswa
Hasil angket siswa dihitung dengan menggunakan perhitungan
berdasarkan rumus:
�� ℎ ′� ′
�� ℎ � � �ℎ %
Hasil dari perhitungan tersebut di atas kemudian diinterpretasikan
menggunakan kriteria menurut Koentjaraningrat (dalam Ginanjar, 2008, dalam
[image:30.595.131.451.638.739.2]Abdussalam 2010, dalam Hardiansyah, 2011) sebagai berikut:
Tabel 3.9 Kategorisasi Hasil Angket Siswa
Presentase Kategori
0% Tidak satupun
1%-30% Sebagian kecil
31%-49% Hampir separuhnya
50% Separuhnya
51%-80% Sebagian besar
81%-99% Hampir seluruhnya
H.Alur Penelitian
Tahap pertama: persiapan
Mengidentifikasi masalah
Melakukan studi literatur
Melakukan studi kurikulum
Tahap kedua: penyusunan instrumen
Membuat indikator soal
Membuat kisi-kisi & tabel spesifikasi
Membuat soal esai
Judgement ↔ revisi
Tes esai (uji coba I)
Analisis hasil uji coba I
Pengulangan tes esai (uji coba II) Tahap ketiga:
Ujicoba instrumen
Judgement ↔ revisi
Penerapan instrumen Analisis hasil uji coba II
Pemberian angket kepada siswa
Tahap kelima: Validasi
Wawancara siswa
Analisis kendala yang dihadapi saat menggunakan perangkat penilaian
Analisis kelebihan dan kekurangan perangkat penilaian Tahap keempat:
Penerapan instrumen
A.Simpulan
Berdasarkan hasil analisis terhadap data yang diungkap yang diperoleh
dari hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
Proses pengembangan asesmen autentik (soal esai) dimulai dari
identifikasi tujuan pembelajaran yang diturunkan dari Kompetensi Dasar pada
kurikulum 2013 terkait materi pada sistem ekskresi, penyusunan instrumen,
judgment kepada dosen ahli, ujicoba instrumen, kemudian selanjutnya melakukan
tahap penerapan instrumen.
Pada penerapan asesmen autentik ini, seluruh perangkat penilaian efektif
dapat mendukung dalam menilai KPS terintegrasi siswa. Asesmen autentik yang
diterapkan mampu menilai KPS terintegrasi siswa dengan baik. Hasil respon
siswa yang dijaring melalui angket mendapatkan respon positif dari siswa. Hal ini
terlihat dari hampir seluruhnya siswa merespon baik setiap pernyataan dalam
angket yang diberikan.Kemudian asesmen autentik ini juga mendapat tanggapan
yang baik dari guru. Guru tertarik untuk menerapkan asesmen autentik di sekolah.
Perangkat yang dikembangkan pun memiliki kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan yang dimiliki perangkat asesmen autentik yang dikembangkan ini
adalah dapat mengukur dengan baik kemampuan keterampilan proses sains siswa
melalui soal-soal tes yang diberikan. Selain itu, dengan menggunakan asesmen
autentik ini, bagus dalam menemukan konsep sains dan membangun pengetahuan
siswa.Sedangkat kelemahan perangkat asesmen autentik yang digunakan adalah
pengembangan instrumen KPS terintegrasi membutuhkan waktu lama, alokasi
waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan asesmen autentik ini relatif lebih
lama, kualitas perangkat penilaian yang digunakan berubah-ubah, serta terjadi
ketidakkonsistenan pembaca sehingga kurang objektif dalam memberikan nilai.
Kendala yang dihadapi dalam menerapkan asesmen untuk menilai KPS
terintegrasi siswa diantaranya sulitnya memaknai jawaban siswa terutama pada
saat uji coba I dan II dimana soal yang dikembangkan berbentuk soal esai,
pelaksanaan tes kurang efektif, pengondisian siswa dalam pelaksanaan tes cukup
angket) menjadikan proses pengembangan perangkat instrumen sulit dilakukan,
siswa merasa direpotkan dan merasakan kejenuhan pada saat penerapan asesmen
autentik karena pelaksanaan tes dan pembelajaran cukup lama, serta keterbatasan
waktu penelitian.
B.Implikasi dan Rekomendasi
Adapun implikasi dan rekomendasi dalam penelitian ini yaitu sebagai
berikut.
1. Pengembangan asesmen autentik berbentuk esai pada materi sistem ekskresi
sebaiknya didahului dengan pembiasaan kepada siswa untuk melakukan
kegiatan yang menuntut keterampilan proses sains teutama keterampilan proses
sains terintegrasinya. Pembiasaan dapat dilakukan dengan memberikan
pembelajaran sistem ekskresi yang menyertakan proses keterampilan proses
sains terintegrasi siswa. Jadi, guru tidak hanya memberikan konsep sistem
ekskresi, namun juga mengajarkan siswa untuk melakukan proses yang
menuntut keterampilan proses sains terintegrasi siswa pada materi sistem
ekskresi. Selain itu, pembiasaan juga dapat berupa pemberian latihan soal
dengan esai yang melatih KPS terintegrasi. Sehingga saat mengerjakan soal tes
mengenai KPS terintegrasi, siswa tidak kaget karena sebelumnya telah
mengenal bentuk soal yang diteskan. Hal ini penting untuk mengungkap lebih
dalam bagaimana kemampuan keterampilan proses sains terintegrasi siswa saat
menyelesaikan soal sistem ekskresi. Selain itu pembiasan siswa melakukan
penalaran saat pembelajaran sistem eksresi dapat meningkatkan penguasaan
konsep.
2. Tes esai sebaiknya diberikan dalam bentuk redaksi yang tidak terlalu panjang.
Hal ini penting agar siswa tidak jenuh saat mengerjakan soal. Sebelum
pelaksanaan tes juga perlu diberitahukan jauh hari agar siswa memiliki
persiapan dalam menghadapi tes. Ini dapat meminimalisir jawaban siswa yang
asal dan kosong sehingga gambaran awal mengenai respon siswa akan terekam
dengan baik untuk pengembangan soal yang selanjutnya. Pelaksanaan tes juga
perlu diawasi dengan ketat. Hal ini untuk meminimalisir siswa yang mencontek
kemampuan keterampilan proses sains terintegrasi siswa tidak dapat
terdiagnosa dengan benar. Pengawas tes sebaiknya lebih dari satu orang agar
seluruh siswa dapat teramati dengan baik.
3. Butir soal KPS dapat disusun dan dikembangkan secara terencana untuk
meningkatkan pembelajaran IPA. Dalam pembuatan soal Keterampilan Proses
Sains diperlukan kriteria tertentu. Soal sebaiknya mengacu pada karakteristik
butir soal Keterampilan Proses Sains yang telah ditentukan, yaitu soal tanpa
dibebani dengan konsep, soal tidak perlu panjang yang penting mengandung
banyak informasi yang harus diolah oleh siswa, dapat berupa tabel, grafik,
diagram maupun gambar. Kemudian butir soal harus mengandung satu aspek
saja.
4. Selain itu, perangkat yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan dan
dimodifikasi kembali untk digunakan pada saat mengevaluasi Keterampilan
Proses Sains (KPS) terintegrasi siswa pada materi sistem ekskresi dengan
mempertimbangkan kondisi siswa dan guru. Selain itu, guru pun dapat
membuat kembali perangkat penilaian asesmen autentik untuk menilai
Keterampilan Proses Sains (KPS) terintegrasi siswa.
5. Siswa pun diharapkan turut aktif dalam proses penilaian yang dilakukan oleh
guru, agar kesulitan siswa dapat segera ditangani. Kesadaran siswa dalam
mengean kelemhannya dalam belajar dan dalam hal keterampilan tertentu akan
membantu guru mempersiapkan treatment yang tepat untuk mengatasi
kelemahan tersebut.
6. Dalam pelaksanaan penilaian hendaknya memperhatikan waktu dan
kesanggupan guru dalam penggunaan instrumen penilaian tersebut. Hindari
penggunaan instrumen yang merepotkan karena dapat mengganggu konsentrasi
guru dalam tugasnya untuk membimbing siswa dalam pembelajaran. Bagi
peneliti lain, hasil penelitian ini dapat menjadi referensi untuk melakukan
penelitian lanjutan mengenai instrumen asesmen autentik dalam pembelajaran
kurikulum 2013.
7. Bagi semua para pendidik agar menekankan penggunaan pendekatan
keterampilan proses dalam pengajaran IPA. Sudah sewajarnya keterampilan
pendidikan manapun.Menilai keterampilan proses, selain dengan menggunakan
tes tulis dan lembar pengamatan, sebaiknya juga dilakukan tes perbuatan agar
diketahui hands on siswa dan indikator keterampilan proses sains dapat terukur
Peneliti dilahirkan di Majalengka, 13 Oktober 1993, tepatnya di desa
Kasturi, Kecamatan Cikijing, Kabupaten Majalengka sebagai anak sulung dari
tiga bersaudara, anak pasangan Yaya Nuryadin dan Nani Setiawati. Pendidikan
formal yang pernah ditempuh penulis yaitu SDN Kasturi I, kemudian melanjutkan
ke sekolah menengah MTs PUI Kasturi dan SMA Negeri I Talaga dan terakhir
melanjutkan ke perguruan tinggi jurusan Pendidikan Biologi UPI Bandung.
Buku yang pernah ditulis oleh peneliti selama perkuliahan diantaranya
Buku Perikehidupan Botani Cryptogamae yang berjudul “Euchema cotonii si
Kappa karaginan”, Buku Perkehidupan Botani Phanerogamae dan buku
DAFTAR PUSTAKA
Akinoglu, O. dan R.O. Tandogan. 2007. The Effect of Problem Based Active
Learning of Student’s Academic Achievement, Attitude and Concept
Learning. Eurasia Journal of Mathemathics, science & Technology Education, 3 (1): 71-81.
Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Kurikulum 2013. Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Budiyanto. (2011) Metode Model Pembelajaran dan Strategi Pembelajaran. http:// budisma.web.id/materi/sma/kelas-x-biologi/belajar-pendekatan-proses. [26 Oktober 2014]
Christian. (2002). Preparing Effective Essay Questions : A self-directed Workbook for Education. New Forums Press.
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Tematik. Malang: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan Pusat Pengembangan Penataran Guru IPS Dan PMP Malang.
Hamid, Abdul. (2008) Pengembangan sistem asesmen autentik dalam pembelajaran fisika dengan model pembelajaran inovatif di Sekolah Menengah Atas (SMA). Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, 6(1), 35-42.
Handiana, L. R. (2011). Pengaruh Pedekatan Keterampilan Proses Sains.Jakarta : UIN
Hutasuhut, S. (2010). Implementasi Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning ) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Pembangunan pada Jurusan Manajemen FE Unimed. Universitas Negeri Medan. 2(1). 196-207
Kiliç, D dan Sağlam, N. (2013). Students’ Understanding of Genetics Concepts: The Effect of Reasoning Ability and Learning Approaches. Journal of Biological Education. 48(2). 63–70
La Marca, Paul M. (2001). Alignment of standards and assessments as an accountability criterion. Practical Assessment, Research & Evaluation, 7(21), 1531-7714
Lederman, J.S., Lederman, N.G., Bartos, S.A., Bartels, S.L., Meyer, A.A and
Schwartz, R.S. (2013). Meaningful assessment of learners’ understandings
about scientific inquiry—theviews about scientific inquiry (vasi) questionnaire. Science Education Journal Of Research In Science Teaching. 51(1),65–83.
Maryam, S. (2011). Penerapan Asesmen Kesulitan Belajar Siswa untuk Mengungkap Kesulitan Belajar Siswa SMP dalam Mempelajari Konsep Pewarisan Sifat. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
Miller, J. Smucker, M. (2003). Autentic assesment in the sport management curriculum: case a study. Journal of Research. Vol 2 (1), 33-37.
Muller, J. (2006). Authentic Assesment. North Central College. [online]. Tersedia : http://jonatan.muller.faculty.noctri.edu//toolbox/whatisist.htm [23 Oktober 2014]
Muslich, M. (2007). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual Panduan bagi Guru,Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Nurgiyantoro, B. (2008). Asesmen Autentik. Cakrawala Pendidikan. 27(3), 250-261.
Okhee, L. 2012. Science Inquiry and Student Diversity: Enchanced Abilities and Continuing Difficulties After an Instructional Intervention. Journal Of Research In Science Teaching. Vol. 43 (7): 607-636
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2014). Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan dasar dan pendidikan Menengah. Jakarta : Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Rusmiyati, A.A. dan Yulianto. (2009). Peningkatan keterampilan proses sains dengan menerapkan model problem based-instruction. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5(1)75-78
Rustaman, Nuryani. (1995). Pengembangan Butir Soal Keterampilan.
http://onengdalilah.blogspot.com/2009/02/pengembangan-butir-soal-keterampilan.html. [17 Maret 2015]
Rustaman, Nuryani. (2012). Penilaian Otentik (Authentic Assesment) dan Penerapannya dalam pendidikan sains. [online]. tersedia : http://file.upi.edu/direktori/sps/prodi.pendidikan_ipa/195012311979032nurya ni_rustaman/penilaian_otentik_sgr'06.pdf [29 oktober 2014]
Rustaman, Nuryani. (2009). Pendidikan dan Penelitian Sains dalam Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi untuk Pembangunan. [Online]. Tersedia: . [ 10 Oktober 2014].
Smith, M. K., Wood, W.B., dan Knight, J.K. (2008). The Genetics Concept Assessment: A New Concept Inventory for Gauging Student Understanding of Genetics. CBE Life Sciences Education. 7. 422–430
Stenberg, R.J. (2008). Psikologi Kognitif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Stiggins, R.J. (1994). Student Centered Classrom Assesment.USA:Macmillanr College Publishing Company.
Sudargo, F. (2009). Model Pembelajaran Biologi Berbasis Praktikum untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis dan Keterampilan Proses Siswa SMA. [Online]. Tersedia: . Edu/Directori/Sps/Prodi. Pendidikan Ipa/ 19510726197803 2-Fransiska_Sudargo/Artikel_Hibah_Kompetitif Pdf. [ 15 Oktober 2014]
Sudijono, A. (2013). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sudjana N. (1989). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Suwarto. (2012). Pengembangan Tes Diagnostik dalam Pembelajaran. Jogjakarta: Graha Ilmu
Torulf Palm. (2008) Performance assessment and authentic assessment: a conceptual analysis of the literature . Journal Practical assesment, research and evaluation. 13 (2)
Treagust, D. (1988). Development and Use of Diagnostic Tests to Evaluate
Student’s Misconceptions in Science. International Journal of Science Education 10(2). 159-169
Treagust, D. (2006). Diagnostic Assessment in Science as A Means to Improving Teaching, Learning And Retention. Science and Mathematics Education Centre, Curtin University of Technology. 1-9
Tsui, C.Y Dan Treagust, D. (2007). Understanding Genetics: Analysis Of
Secondary Students’ Conceptual Status. Journal Of Research In Science Teaching. 44(2). 205–235
Wiggins, Grant (1990). The case for authentic assessment. Practical Assessment, Research & Evaluation. 2(2).