Hasil analisis sistem pemasaran gula tebu yang dianalisis dengan pendekatan structure, conduct, dan performance (SCP) (Tabel 36) menunjukkan bahwa pangsa pasar PTPN VII UU BUMA secara nasional masih relatif kecil. Sedangkan di Provinsi Lampung, pangsa pasar gula tebu didominasi oleh perusahaan-perusahaan swasta. Pasar gula di Provinsi Lampung cenderung terkonsentrasi dengan tingkat persaingan yang relatif kecil. Selain itu, adanya hambatan masuk industri bagi pesaing baru lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa industri gula tebu di Provinsi Lampung cenderung menghadapi struktur pasar oligopoli. Hal ini berpengaruh pada struktur PTPN VII UU BUMA terhadap industri gula di Provinsi Lampung.
Struktur pasar industri gula tebu di Provinsi Lampung yang cenderung oligopoli mempengaruhi perilaku pasar PTPN VII UU BUMA. Perilaku pasar yang terjadi dalam kegiatan pemasaran didominasi oleh salah satu lembaga pemasaran yaitu pedagang besar. Hal ini terjadi pada proses penentuan dan
113 pembentukan harga gula tebu di tingkat petani. Hal ini dikarenakan terbatasnya jumlah pedagang besar yang akan membeli gula tebu milik petani yang menyebabkan bargaining position petani yang rendah. Meskipun petani tergabung dalam kelompok tani, namun peranan kelompok tani yang cenderung lemah dalam penentuan harga menyebabkan petani hanya sebagai price taker.
Oleh karena itu, pentingnya peranan kelompok tani dalam upaya peningkatan posisi tawar petani dalam proses penjualan dan pembelian gula tebu. Peningkatan peranan kelompok tani dapat berupa perbaikan kualitas gula tebu melalui peningkatan rendemen, keterbukaan informasi berupa kegiatan usahatani tebu dan pemantauan harga gula tebu, dan kepercayaan setiap petani dalam kelompok tani tersebut. Jika kelompok tani dapat meningkatkan peranannya sehingga memiliki bargaining power yang tinggi dalam kegiatan pemasaran maka penentuan harga gula petani tidak didominasi oleh pedagang besar. Hal ini dapat memungkinkan petani sebagai price maker yang akan mendorong pada peningkatan pendapatan petani.
Struktur pasar industri gula tebu yang cenderung oligopoli berpengaruh pada perilaku pasar yang didominasi oleh pedagang besar. Hal ini berpengaruh pula pada kinerja pasar PTPN VII UU BUMA. Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat maka semakin besar pula nilai total marjin pada suatu saluran pemasaran. Hal ini dikarenakan biaya yang timbul dari setiap lembaga pemasaran. Semakin besar marjin pada saluran pemasaran menyebabkan farmer
share semakin rendah. Hal ini dikarenakan perbedaan harga di tingkat retail pada
kedua saluran pemasaran. Hasil lainnya menunjukkan bahwa perubahan harga di tingkat retail tidak mempengaruhi harga di tingkat petani dalam jangka pendek
114 dan jangka panjang. Hal ini kurang menguntungkan petani karena seharusnya ketika terjadi perubahan harga di tingkat retail, maka petani dapat merasakan akibat dari perubahan tersebut secara bersamaan. Namun, dalam jangka panjang perubahan harga gula di tingkat petani sangat dipengaruhi oleh harga gula di tingkat pedagang besar. Lembaga yang paling cepat merespon perubahan harga dari konsumen yaitu distributor dan pedagang besar. Analisis kinerja pasar menunjukkan bahwa petani cenderung sebagai price taker baik pada jangka pendek dan jangka panjang.
Berdasarkan hal tersebut, maka struktur pasar industri gula tebu di Provinsi Lampung yang cenderung oligopoli menyebabkan pengaruh perilaku pasar di PTPN VII UU BUMA didominasi oleh salah satu lembaga pemasaran yaitu pedagang besar. Hal ini berakibat pada kinerja pasar, bahwa petani (produsen) cenderung sebagai penerima harga (price taker) baik pada jangka pendek dan jangka panjang. Maka, analisis sistem pemasaran gula tebu dengan kasus di PTPN VII UU BUMA cenderung tidak efisien. Adapun hasil analisis sistem pemasaran gula tebu dengan pendekatan SCP dapat dilihat pada Tabel 36.
115 Tabel 36. Hasil Analisis Sistem Pemasaran Gula Tebu dengan Pendekatan
SCP
No Analisis Indikator Hasil
1 Struktur Pasar
a) Pangsa Pasar a. Pangsa Pasar PTPN VI UU BUMA secara nasional tahun 2010 yaitu 3.18 %. Maka, pangsa pasar PTPN VII UU BUMA terhadap industri gula nasional rendah, market power rendah, dan pengaruh yang kecil bagi pesaing secara nasional
b. Pangsa Pasar PTPN VII UU BUMA di Provinsi Lampung tahun 2010 yaitu 13.60 % dan berada di posisi keempat perusahaan terbesar di Provinsi Lampung. Namun, PTPN VII UU BUMA merupakan satu-satunya PG milik pemerintah. Maka, industri gula di Provinsi Lampung didominasi pihak swasta dengan total pangsa pasar sebesar 86.40 %.
b) Konsentrasi Pasar
Pasar gula di Provinsi Lampung menghadapi pasar yang terkonsentrasi dengan tingkat persaingan yang kecil. Hal ini ditunjukkan dengan nilai C4 sebesar 0.85 dan HHI sebesar 2 202
c) Hambatan Masuk Pasar
Terdapat hambatan masuk dalam
perdagangan gula di Provinsi Lampung. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata
Minimum Efficiency Scale (MES) tahun 2006
s.d 2010 sebesar 27.61.
Kesimpulan Struktur pasar cenderung oligopoly 2 Perilaku
Pasar
a) Pemasaran a. Lembaga dan praktek fungsi pemasaran yang terlibat yaitu pekelompok tani-koordinator, pabrik gula, pedagang besar, distributor, retail. Fungsi pemasaran yang dilakukan yaitu fungsi pertukaran, fisik, dan fasilitas.
b. Saluran pemasaran gula tebu yang digunakan yaitu dua saluran. Saluran pertama, pekelompok
tani-koordinator, pabrik gula, pedagang besar, distributor, retail. Saluran kedua petani-kelompok tani-koordinator, pabrik gula, pedagang besar, retail.
116
No Analisis Indikator Hasil
b) Kegiatan praktek penjualan dan pembelian
Seluruh lembaga pemasaran melakukan kegiatan penjualan gula tebu. Namun, gula milik petani dijual ke pedagang besar yang terdaftar di PG sedangkan gula milik PG dijual dengan menggunakan sistem lelang. Lembaga yang melakukan pembelian gula yaitu pedagang besar, distributor, dan retail c) Penentuan dan
Pembentukan harga
Harga jual gula milik petani ditentukan oleh kesepakatan petani dan pedagang besar. Namun, dalam prakteknya penentuan harga didominasi oleh pedagang besar. Penentuan harga beli gula distributor dan retail
ditentukan oleh harga jual lembaga pemasaran yang ada diatasnya. d) Kerjasama
lembaga pemasaran
Adanya kemitraan antara petani dan PG melalui sistem bagi hasil. Namun, kemitraan kurang menguntungkan petani karena pencairan dana hasil penjualan gula milik petani yang dikelola oleh PG memerlukan waktu relatif lama (3-5 bulan dari waktu penjualan)
Kesimpulan Dominasi pedagang besar dalam penentuan harga petani dan cenderung terjadi kolusi 3 Kinerja
Pasar
a) Marjin Pemasaran
Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat maka semakin besar pula nilai total marjin pada suatu saluran pemasaran. Marjin pemasaran saluran pertama (lembaga
pemasaran lebih banyak) lebih besar dari saluran kedua (lembaga pemasaran lebih sedikit).
b) Farmer Share Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat maka marjin pemasaran semakin tinggi. Hal ini menyebabkan farmer share yang semakin rendah
c) Farmer Share Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat maka marjin pemasaran semakin tinggi. Hal ini menyebabkan farmer share yang semakin rendah
d) Integrasi pasar vertikal
a. Integrasi jangka pendek. Perubahan harga gula di tingkat retail (konsumen) dan distributor tidak mempengaruhi harga gula di tingkat petani. Sedangkan perubahan harga di pedagang besar mempengaruhi harga di petani meskipun memiliki integrasi yang lemah.
117
No Analisis Indikator Hasil
b. Integrasi jangka panjang. Perubahan harga gula di tingkat petani sangat dipengaruhi oleh harga gula di tingkat pedagang besar
c. Elastisitas. Lembaga yang palng cepat merespon perubahan harga konsumen yaitu distributor dan pedagang besar Kesimpulan Petani sebagai penerima harga (price taker)
baik pada jangka pendek ataupun jangka panjang
Kesimpulan akhir Sistem pemasaran gula tebu dengan pendekatan SCP kasus di PTPN VII UU BUMA tidak efisien