• Tidak ada hasil yang ditemukan

Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga di tingkat konsumen (retail) dengan harga yang diterima petani (Tomek dan Robinson, 1990). Marjin disetiap lembaga pemasaran merupakan perbedaan antara harga jual dengan harga beli pada lembaga tertentu. Marjin pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dan harga yang diterima produsen (Hudson, 2007).

Analisis marjin pemasaran dilakukan mulai dari pekelompok tani-koordinator, pedagang besar, distributor, dan retail (Tabel 31). Terdapat dua saluran pemasaran gula yaitu 1) petani-kelompok tani-koordinator, pedagang besar, distributor, retail, dan 2) petani-kelompok tani-koordinator, pedagang besar, retail. Petani yang tergabung dalam kelompok tani akan menjual gula melalui koordinator kelompok tani. Petani tebu rakyat di PTPN VII UU BUMA merupakan petani yang mendapatkan fasilitas kredit dari bank dan PG sebagai avalisnya. Oleh karena itu, PG dan petani merupakan mitra yang saling bekerjasama. PG mengawasi kegiatan budidaya petani hingga proses penjualan gula. Namun, PG tidak berperan langsung dalam penjualan gula milik petani. Artinya, PG tidak memiliki kewenangan terhadap penjualan gula petani. Petani bebas melakukan penjualan kepada pedagang besar baik pedagang yang tercantum di PG atau tidak. Namun, dalam prakteknya seluruh petani tebu rakyat PTPN VII UU BUMA melakukan penjualan gula ke pedagang besar yang terdaftar di PTPN VII UU BUMA. Hal ini dikarenakan identitas pedagang besar diketahui oleh PG sehingga jika terjadi moral hazard dalam pelaksanaan jual beli antara petani yang diwakili koordinator kelompok tani dengan pedagang besar

101 maka akan mudah bagi PG untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Oleh karena itu, harga jual gula petani di kedua saluran pemasaran sama yaitu Rp 8 148/kg.

Pedagang besar membeli gula dari petani di kedua saluran pemasaran dengan harga yang sama yaitu Rp 8 148/kg. Pedagang besar dapat mengambil gula milik petani di gudang milik PG dengan batas waktu tertentu sesuai Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB). Apabila pengambilan gula lebih dari batas waktu yang ditetapkan dalam SPPB maka dikenakan sewa gudang per minggu @ Rp 250/kuintal gula. Pada perhitungan marjin, diasumsikan pedagang besar mengambil gula pada waktunya sehingga tidak dibebankan biaya gudang. Pada saluran pertama, biaya yang harus ditanggung pedagang besar yaitu biaya transportasi Rp 120/kg atau Rp 120 000/ton. Biaya bongkar muat bagi tenaga kerja yaitu Rp 50/kg atau Rp 2 500/karung gula PTPN VII UU BUMA dengan berat 50 kg/karung. Biaya susut gula Rp 40/kg atau Rp 2 000/karung dengan harga jual yaitu Rp 8 850. Sedangkan di saluran kedua, yang membedakan hanya biaya susut yaitu Rp 43/kg atau Rp 2 150/karung dan harga jual Rp 8 875/kg.

Maka, keuntungan yang diperoleh pedagang besar pada saluran pertama yaitu Rp 492/kg atau Rp 24 600/karung gula serta marjin yang diperoleh yaitu Rp 702/kg. Keuntungan dan marjin pedagang besar di saluran kedua lebih besar dibandingkan pada saluran satu karena harga jual lebih tinggi meskipun dengan biaya yang lebih tinggi pula.

Distributor pada lembaga pemasaran satu membeli gula dari pedagang besar. Distributor menanggung biaya transportasi untuk mengambil gula dari pedagang besar dengan biaya Rp 75/kg. Biaya bongkar muat dan susut sebesar Rp 40/kg. Harga jual gula di tingkat distributor yaitu Rp 9 247/kg. Berdasarkan

102

hal tersebut, maka keuntungan distributor yaitu Rp 422/kg dan marginnya yaitu Rp 577/kg. Pada lembaga pemasaran dua, pedagang besar menjual gula langsung

ke retail sehingga pada saluran ini distributor tidak berperan dalam lembaga pemasaran dua.

Retail/pengecer pada saluran pemasaran satu membeli gula dari distributor. Distributor mengantarkan barang hingga ke kios-kios. Pada saluran pemasaran dua, retailer membeli langsung dari pedagang besar. Sehingga harga beli gula di tingkat retail pada kedua saluran pemasaran berbeda satu sama lain. Biaya yang dikeluarkan pengecer yaitu biaya transportasi, bongkar muat, dan pengemasan. Biaya transportasi, bongkar muat, dan pengemasan di saluran pemasaran satu sama dengan saluran dua. Gula yang dibeli dari distributor dan pedagang besar masih dalam bentuk 50 kg/karung sedangkan untuk dijual kembali ke konsumen akhir dikemas dalam bentuk yang lebih kecil. Biaya pengemasan gula di tingkat retail yaitu Rp 80/kg. Gula yang dijual pengecer ke konsumen telah memperhitungkan biaya yang dikeluarkan. Keuntungan saluran satu lebih kecil dibandingkan saluran dua. Keuntungan retail di saluran satu yaitu Rp 1 119/kg dan keuntungan disaluran dua Rp 1 540/kg. Selisih keuntungan kedua saluran tersebut yaitu Rp 421/kg. Selain itu, marjin pemasaran pengecer saluran satu lebih kecil dari saluran dua. Hal ini dikarenakan harga beli dan harga jual gula saluran satu lebih tinggi dari saluran dua.

103 Tabel 31. Marjin Pemasaran

No Uraian

(Rp/Kg)

Saluran Pemasaran

1 2

1 Petani, Kelompok Tani, Koordinator

a. Harga Jual 8 148 8 148

2 Pedagang Besar

a. Harga Beli 8 148 8 148

b. Biaya Transportasi 120 120

c. Biaya Bongkar Muat 50 50

d. Biaya Susut 40 43

e. Harga Jual 8 850 8 875

f. Keuntungan 492 514

g. Marjin Pedagang Besar 702 727

3 Distributor

a. Harga Beli 8 850 -

b. Biaya Transportasi 75 -

c. Biaya Bongkar Muat 40 -

d. Biaya Susut 40 - e. Harga Jual 9 427 - f. Keuntungan 422 - g. Marjin Distributor 577 - 4 Retail a. Harga Beli 9 427 8 875 b. Biaya Transportasi 72 75

c. Biaya Bongkar Muat 30 30

d, Biaya Pengemasan 80 80

e. Harga Jual 10 731 10 600

f. Keuntungan 1 122 1 540

g. Marjin Retail 1 304 1 725

Marjin Pemasaran Total 2 583 2 452

Farmer Share 75.93% 76.87%

Berdasarkan analisis tersebut, marjin lembaga pemasaran tertinggi yaitu marjin di tingkat retail pada saluran pemasaran dua yaitu Rp 1 725/kg. Tingginya marjin tersebut disebabkan pedagang besar langsung menjual gula ke pengecer/retail tanpa melalui distributor sehingga tidak meningkatkan biaya. Sedangkan marjin lembaga pemasaran terendah yaitu di tingkat distributor pada saluran satu Rp 577/kg. Total marjin pemasaran saluran satu yaitu Rp 2 583 serta

104 total marjin pemasaran saluran dua yaitu Rp 2 452. Secara umum, total marjin pemasaran saluran satu lebih tinggi dari saluran dua. Hal ini dikarenakan banyaknya lembaga pemasaran yang menyebabkan timbulnya biaya pemasaran di setiap lembaga pemasaran yang terlibat. Maka, berdasarkan analisis dapat diambil kesimpulan bahwa semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat maka semakin besar pula nilai total marjin pada suatu saluran pemasaran.

Dokumen terkait