• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Return On Equity (ROE)

4.4 Implikasi Manajerial

Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa dari segi rasio keuangan BII masuk kedalam golongan bank dengan kinerja keuangan yang relatif sehat. Ditinjau dari rasio CAR, BII termasuk golongan bank yang sehat karena CAR yang dicapai BII melebihi 8 persen yang merupakan ketentuan dari Peraturan Bank Indonesia. Sedangkan EPS dan ROE cenderung berfluktuatif. Namun untuk tahun 2009 EPS dan ROE bernilai negatif hal ini dikarenakan BII mengalami kerugian sebesar Rp. 40.969 juta. Dalam perkembangannya, BII telah berhasil menciptakan nilai tambah dan kekayaan bagi investornya, hal ini ditujukan dari nilai EVA dan MVA yang positif dan cenderung meningkat. Hal ini merupakan keunggulan kompetitif bagi BII sendiri dalam persaingan di industri perbankan dan dapat membantu pertimbangan bagi investor dalam menanamkan modalnya.

Dalam perhitungan rasio keuangan (CAR, EPS, dan ROE), EVA dan MVA digunakan komponen laba, ekuitas dan total aktiva (aset). Komponen laba digunakan dalam perhitungan EPS, ROE dan EVA. Pada EPS dan ROE komponen laba digunakan sebagai pembanding masing-masing terhadap jumlah saham biasa pada EPS dan ekuitas pada ROE. Sedangkan ekuitas (modal) digunakan dalam perhitungan ROE, CAR Weighted Average

Cost Of Capital dalam tahapan perhitungan EVA. Komponen ekuitas juga

digunakan sebagai komponen pengurang pada perhitungan MVA. CAR merupakan rasio kecukupan modal yang diperoleh dari membandingakan total modal terhadap Aktiva Rata-rata Tertimbang (ATMR). Naiknya komponen-komponen penyusun modal dalam hal ini diantaranya modal yang disetor, cadangan umum dan laba ditahan maka akan meningkatkan total modal bank tersebut. Total modal memberikan pengaruh terhadap nilai CAR. Semakin besar komponen total modal maka semakin besar nilai CAR yang dihasilkan, dengan asumsi ATMR tidak mengalami peningkatan yang persentasenya lebih besar dari kenaikan total modal. Sehingga untuk meningkatkan nilai CAR, bank harus meningkatkan komponen pembentuk total modal dan menjaga nilai-nilai pos keuangan pembentuk aktiva.

Pada perhitungan EPS digunakan jumlah saham yang beredar dan laba bersih, sedangkan ROE dihitung dengan menggunakan ekuitas serta laba bersih. Perhitungan ROE dan EPS memiliki keterkaitan, dimana laba bersih digunakan sebagai pembagi terhadap jumlah saham untuk memperoleh EPS dan laba bersih sebagai pembagi ekuitas pada ROE. Semakin besar laba bersih, maka pembagi semakin besar dan hasil perhitungan nilai EPS dan ROE semakin besar (semakin baik). Oleh karena itu, perlu diperhatikan komponen pembentuk laba bersih. Selain itu, laba bersih juga digunakan dalam perhitungan EVA. Dan hasil uji regresi menunjukkan bahwa EVA bergerak searah dan memiliki pengaruh tingkat signifikansi positif terhdap MVA. Serta tingkat keeratan hubungan EVA dan MVA sangat kuat sekali. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengendalian pos-pos keuangan pembentuk laba bersih dan ekuitas dapat mempengaruhi rasio keuangan, hasil EVA dan MVA.

Pengendalian pos-pos keuangan yang memiliki keterkaitan dalam proses perhitungan dapat mempengaruhi nilai rasio keuangan, nilai EVA dan MVA yang dihasilkan. Dengan mengetahui rasio keuangan perusahaan dapat mengetahui kinerja keuangan dari beberapa tinjauan, misalnya dari kecukupan modal, kemampuan bank dalam memperoleh laba atas jumlah saham yang beredar dan ekuitas. Sehingga jika hasilnya di bawah standar kesehatan bank, maka dapat dilakukan upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja keuangan tersebut. Naiknya ekuitas yang dimiliki bank maka akan memberikan pengaruh terhadap nilai CAR. Semakin besar komponen total modal maka semakin besar nilai CAR yang dihasilkan. Sehingga untuk meningkatkan nilai CAR bank, harus dilakukan pengendalian terhadap komponen pembentuk total modal dan komponen pembentuk aktiva. Salah satu cara untuk meningkatkan CAR, BII dapat meningkatkan total modal dengan cara meningkatkan cadangan umum, modal disetor dan adanya peningkatan dari komponen laba ditahan. Selain itu dengan nilai rasio keuangan yang baik dapat menjadi keunggulan BII dalam posisi tawar menawar harga saham. Harga saham dalam hal ini merupakan komponen utama dalam perhitungan MVA. Semakin baik nilai rasio keuangan yang dapat dihasilkan BII, maka dapat menjadi nilai tambah dalam penilaian kinerja keuangan BII oleh para investor, sehingga dapat menjadi kekuatan BII dalam tawar menawar harga saham yang terbentuk di pasar nantinya. Semakin baik (kuat) posisi tawar menawar BII di pasar maka semakin baik harga saham yang terbentuk, dalam hal ini semakin tinggi harga saham BII, maka akan mempengaruhi peningkatan nilai MVA.

Untuk meningkatkan kinerja keuangan, BII juga dapat

meningkatkan laba perusahaan. Laba dapat ditingkatkan dengan

meningkatkan pendapatan operasional yang terdiri dari pendapatan bunga yang merupakan komponen utama bagi laba perusahaan. Untuk meningkatkan pendapatan bunga, dapat dilakukan dengan meningkatkan pemberian kredit bagi para nasabah dan UKM. Serta meningkatkan penjualan produk layanan lainya bagi nasabah. Semakin tinggi penjualan dalam hal ini kredit yang ditawarkan perusahaan dan layanan produk lainya yang dikonsumsi nasabah,

maka pendapatan beban bunga juga semakin meningkat. Sehingga dapat mempengaruhi dalam peningkatan laba. Selain itu, untuk meningkatkan laba, bank dapat meningkatkan pendapatan operasional lainya yakni dengan meningkatkan transaksi mata uang asing. Maka dalam perkembangannya BII telah memperluas jaringan dan terus menawarkan produk yang dapat memenuhi kebutuhan nasabahnya. BII menawarkan kredit untuk berbagai produk seperti produk otomotif dan kredit rumah. BII juga menjadi bank pertama yang menyediakan layanan ATM Dollar Singapura (SGD), Serta ATM Dollar Amerika. Strategi kedepannya, BII dapat melakukan perluasan dalam hal penambahan jaringan ATM, peningkatan layanan terhadap nasabah serta menawarkan berbagai layanan produk bagi nasabah sesuai dengan kebutuhan yang dinamis.

Dokumen terkait