• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Hasil Penelitian di Al-Mubarak Lanbulan

3. Implikasi Metode Amtsilati pada Santri

Mempercepat Membaca Kitab Kuning:

Yang menjadi prioritas pengasuh dan pengurus ketika melihat kekurangan santri ketika bahtsul masail dan laporan dari Penanggung Jawab Guru Tugas (PJGT) adalah bagaimana secepat mungkin mencari solusi yang akhirnya jatuh pada metode Amtsilati yang memang berkembang di kalangan pesantren saat itu, dan putra-putra Kiai Pondok Pesantren Al-Mubarak Lanbulan yang pernah belajar ke Jepara sebagai inspirasi.

Sebagaimana mereka cepat belajar Al-Quran bagaimana mereka juga cepat mempelajari kitab kuning, karena kami sadari Amtsilati

125

kalau digunakan untuk anak-anak kecil dan pemula atau dasar dasar sangat bermanfaat sekali, karena dengan adanya amtsilati mereka bisa mengetahui kedudukan-kedudukan yang ada dalam kitab kuning, contoh zaidun qoimun. Kenapa tidak dibaca zaidan qiman, zaidin qoimin? Karena berupa isim makrifat dan ada di awal kalimat. Isim makrifat ada berapa?, dan kenapa makrifat? Itulah manfaatnya, mereka lebih cepat belajar kitab kuning ketika sudah pindah ke pondok alias masuk kelas, para santri lebih cepat, yang biasanya baca kitab dipelajari 2 tahun keatas.126

Hal ini juga sebagaimana yang diungkapkan oleh KH. Ghazali selaku pengasuh dan pencetus penerapan Amtsilati di Al-Mubarak Lanbulan bahwa :

“Semua pondok yang notabenenya identic dan bergelut dengan kitab-kitab salaf ya inginnya semua santrinya mampu membaca kitab kuning, namun yang menjadi kendala dulu kan kita ini belajar ilmu alat yang sangat banyak jumlah kitabnya, walupun pembahsannya hampir sama, akan tetapi hal itu kadang membuat kita bingung sendiri walaupun paham, akhirnya sekarang ada metode cepat yang sangat membantu pondok, karena yang aktif, komunikatif di jenjang selanjutnya itu ya santri lulusan dari Amtsilati”.127

Pada tahun 2018-2019 artinya selama satu tahun Pondok Pesantren Al-Mubarak Lanbulan telah mewisuda 171 sebagaimana data berikut:

126 Hasil Observasi di PP. Al-Mubarak Lanbulan, (Sampang : 18 Maret 2019)

127

Tabel 4.5 Wisudawan I’dadiyah ke VII (1439-1440 H)

1 Jumlah murid baru 250

2 Jumlah wisudawan mauled 75

3 Jumlah wisudawan akhir tahun 96

Total 171

Implikasi lain yang didapatkan oleh pihak Pondok Al-Mubarak Lanbulan di antaranya adalah :

a. Kedisiplinan:

Tidak mudah untuk memerintah santri agar disiplin, karena background santri yang berbeda serta karakter individu yang tidak lepas dari persoalan prilaku negative dari rumah masing-masing. Ini juga diungkapkan oleh Kepala I‟dadiyah atau Kepala Amtsilati pada Peneliti

“santri baru ini Pak sisi negative di rumahnya pasti ada yang dibawanya ke Pondok, seperti gang motor, kehidupan bebas, narkoba dan tindakan criminal lainnya. Begitu juga peraturan dan tata tertib pesantren juga rentang dari pelanggaran tingakat ringan sampai pelanggaran tingkat tinggi, seperti kasus bolos, perkelahian, tidak hormat kiai, guru, orang tua, pencurian dan bentuk-bentuk penyimpangan lainnya”.128

Tentu prilaku demikan terbentuk dan dipengaruhi berbagai factor antara lain lingkungan, keluarga dan sekolah. Pesantren Lanbulan mencoba sebaik dan semaksimal mungkin untuk memberikan keteladanan serta sikap yang dianggap baik oleh para santri, dan dampaknya kadang-kadang melebihi pengaruh dari orang tuanya di rumah, sikap disiplin yang ditampilkan guru pada dasarnya

128

merupakan bagian dari upaya kedisiplinan peserta didik di pesantren.129

Pendapat Ustadz Khoiruddin selaku bagian keamanan di Pesantren Al-Mubarak Lanbulan menyampaikan

“banyak sekali kedisiplinan yang diperoleh melalui metode

Amtsilati ini Ustadz. Karena santri dengan adanya Amtsilati

harus menjaga waktu dan pakaian seragam yang telah disediakan dan dijadwalkan. Kadang-kadang anak-anak itu gak pakai seragam, masih tidur, terlambat masuk dan lainnya. Padahal waktu Amtsilati itu lumayan padat untuk santri baru”.130 Ustadz Rojil selaku keamanan juga menyampaikan bahwa “karena memang anak Amtsilati ini dilatih kedisiplinan, makanya ada bagian kedisiplinan dan tidak memakai seragam, dan tidak masuk kelas dalam organisasi Amtsilati, baik waktu masuk kelas khusunya solat berjemaah ke masjid, karena mereka ada di suatu kompleks yang santrinya baru semua sehingga tidak ada virus bagi mereka. Semua kegiatan ada sanksinya, mulai dari tidak masuk kelas, tidak takror, tidak ikut belejar malam. Sanksinya baca alquran 30 menit atau 1 jam”.131

Oleh karena itu pada penanggung jawab Amtsilati ada bagian kedisiplinan dan keterlambatan, fungsinya adalah :

1) Menyangsi santri yang tidak membawa kitab

2) Memantau santri setiap kamar dan kelas saat jam masuk skolah

3) Memberikan arahan pada santri yang melakukan tindakan di luar batas

4) Menyangsi santri yang terlambat masuk kelas

129 Hasil observasi di PP. Al-Mubarak Lanbulan, (Sampang: 25 Maret 2019)

130 Khoiruddin, Wawancara. (Sampang : 6 April 2019)

131

5) Menegur santri yang sering terlambat132

Dari sini jelas bahwa setiap sekolah dan program apapun memiliki peraturan tata tertib yang harus diikuti oleh semua santri. Dan setiap peserta didik dituntut untuk mengikuti dan berprilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang ada. Itulah yang disebut dengan kedisiplinan. Sedangkan peraturan dan tata tertib yang berupaya mengatur perilaku santri disebut disiplin sekolah.

Di sinilah pentingnya penerapan kedisiplinan pada Amtsilati sehingga dapat membiasakan diri santri ketika dewasa. Kebiasaan ini merupakan benih-benih yang akan menjadi suatu pengalaman, dengan adanya pengalaman pada diri peserta didik maka akan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya tujuan pendidikan dan berharganya waktu yang ada. Hal ini sebagaiman disampaikan oleh muroqib/ keamanan di Daerah G Ustadz Afif

“disiplin yang efektif itu pak sekiranya sesorang melakukan sesuatu tanpa ada paksaan. Memahami diri bahwa kedisiplinan dianggap penting sebagai kebaikan, dan keberhasilan diri. Selain itu ketika anak itu sadar diri maka akan memotivasinya untuk mencapai tujuan dan terwujudnya sifat disiplin”.133

b. Akhlak

Pada masyarakat yang berada di era digital dan serba maju ini terdapat dekadensi moral yang terjadi pada peserta didik. Banyak berita di TV, majalah, media social yang menyebutkan beberapa prilaku yang sangat mengenaskan. Seperti pelajar tawan, peserta didik

132Buku Panduan Program Amtsilati, Dokumentasi, (Sampang, 18 Maret, 2019), 10-11

133

yang bolos, berani melawan bahkan membunuh orang tua, teman dan saudara atau masih ditemukan siswa yang notabene berpendidikan agama juga masih meninggalkan shalat, tidak hormat orang tua, tidak berjilbab keluar rumah bagi yang putri dan lain sebagainya.

Hal di atas menjadi perhatian utama di Pesantren Al-Mubarak Lanbulan, sehingga di sela-sela pembelajaran Amtsilati diselipi dan dikorelasikan dengan kehidupan sekarang, kadang juga mereka dipanggil saat melakukan pelanggaran dan diberi nasihat atau dalam istilah sekolah disebut Bimbingan dan Konseling (BK).134 Hal Ini juga sebagaimana yang disampaikan oleh Ustadz Nuruddin.

“Kami dari pihak pengurus dan pengajar selalu memberikan arahan Ustadz khususnya masalah akhlak. Soalnya santri baru ketika masuk ke Lanbulan ini masih membawa kebiasaan dari rumahnya. Dan juga Ustadz santri baru itu ketika ada kiai lewat mereka biasa-biasa saja jalan, jadi kami harus mengarahkan hal-hal seperti itu juga. Karena buat apa pintar kalau tidak punya akhlak. Buat apa bisa baca kitab lewat metode Amtsilati ini kalau tidak punya akhlak”.135

Oleh karena itu, akhlak sangat ditekankan bagi santri Amstilati. Karena mereka dari rumahnya banyak yang tidak mengenal ahklak, bagaimana kalau ada kiyai lewat, ada guru, dan ada tamu. Sehingga mereka harus memperaktekkan apa yang dipelajari di rumah masing-masing, jika salah mereka ditegur. Santri baru awal-awal tidak mengenal kiai, bagaimana menghormati kiyai. Jadi otomatis harus ada arahan dan kritikan sehingga merek dapat terarah, sebagaimana di pondok ada amaliah ibadah. Tidak lepas dari amtsilati yang

134Hasil Observasi di PP. Al-Mubarak Lanbulan, (Sampang: 2 April 2019)

135

diprioritaskan ketika jam belajar malam mereka istirahat, jam 3.00 setelah subuh mereka pulang daerah mereka belajar alquran ditangani oleh ustadz masing-masing dan dibagi perkelompok, dan juga belajar kitab jauharul farid karya KH. Ghazali sarah kitab manhajus syadid yang diambil dari manhajut thullab. Disitu mereka belajar tentang akhlak (santri pada guru, teman, orang tua dan lain-lain).136

Alasan juga mengapa santri baru Amtsilati yang menjadi sasaran yang paling utama untuk diajarkan dalam masalah akhlak juga disampaikan oleh Ustadz Syamsul Arifin selaku WK Amtsilati bahwa : “mereka ini belum terkontaminasi, belum kena virus. Dulu tidak terkontrol Pak saat belum ada penyatuan santri baru di Daerah G ini. Santri baru bebas memilih tempat tinggal yang iya sukai, kadang juga ikut pak buah atau seniornya, sehingga dari mereka terkena virus teman senior ini. Kalau sekarang kan santri baru sudah ditempatkan yang memang khusus anak-anak baru sehingga mudah untuk diarahkan dan terkontrol. Iya harapannya agar mereka terbiasa dan berbuat tanpa adanya paksaan”.137

Begitu juga sebagaimana Imam Al-Ghozali mengemukakan definisi Akhlak sebagai berikut:

َٚىِا ٍت َجب َح ِشْٞ َغ ٍٍِِْشْسَُٝٗ ٍتَىُُْٖ٘سِب ُهبَعْف َلْا ُسُذْصَت بََْْٖع ٍتَخِساَس ِسْفَّْىا ِٚف ٍتَئَْٕٞ َِْع ٌةَسبَبِع ُقُيُخْىَا ٍتَُِّٝٗسَٗ ٍشْنِف

Artinya: “Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”.138

136Hasil Observasi di PP. Al-Mubarak Lanbulan, (Sampang: 6 April 2019)

137Syamsul Arifin, Wawancara. (Sampang : 4 April 2019)

138Al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad, Ilmu Nafas, (Pasuruana,