• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skema 4.4 Jilid IV Al-Miftah

2) Kelebihan dan Kekurangan Metode Amtsilati di Pondok Pesantren Al- Al-Mubarak Lanbulan

a. Pembelajaran Amtsilati dan Hambatannya di Ma’had Al-Mubarak Lanbulan

Pembelajaran Amtsilati di Pondok Pesantren Al-Mubarak Lanbulan tidak jauh berbeda dengan metode pembelajaran Amtsilati yang ada di Jepara. Karena pada dasarnya pihak pengurus dn pengajar

Amtsilati di Pondok Pesantren Lanbulan sebelum menerapkan Amtsilati belajar terlebih dahulu dan studi banding ke Jepara agar

lebih memahami langkah-langkah yang harus dilakukan pengurus dan seorang pengajar.

Untuk sementara ini peneliti menemukan pendekatan belajar santri di pondok Lanbulan lebih cenderung kepada sikap melestarikan yang sudah ada (conserving), belum sampai pada sikap memperluas (extending). Menurut teori Ballard dan Clanchy, siswa yang bersikap

conserving pada umumnya akan menggunakan pendekatan reproduktif (bersifat menggali kembali fakta dan informasi), sedangkan siswa yang bersikap extending biasanya akan memilih pendekatan analitis (berdasarkan pemilihan dan interpretasi fakta dan informasi).197

Hal di atas dapat diamati dalam proses belajar mengajar santri di Al-Mubarak Lanbulan yang hanya menerima apa adanya yang ada dalam buku Amtsilati, dengan hanya membaca contoh-contoh dan menghafalkan kaidah-kaidah yang ada dalam buku. Hal ini tidak menutup kemungkinan yang menjadi faktor eksternal kelemahan metode Amtsilati yang membuat santri merasa jenuh mengikuti pembelajaran Amtsilati.

Tehnik pembelajaran Amtsilati yang tidak jauh dengan daerah asal Amtsilati diterapkan membuat santri kelelahan. Sebab mereka harus menghafal kaidah-kaidah dan membutuhkan waktu yang lama dalam satu paket pelajaran. Sehingga dimungkinkan akan menjadi kendala eksternal bagi santri baru, tanpa mengesampingkan faktor internal santri.

197 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan baru. (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2003), 127

Bentuk lain mekanik pembelajaran Amtsilati adalah contoh-contoh yang diambil dari Al-Quran. Contoh-contoh-contoh dalam satu sisi memiliki kelebihan di sisi lain memiliki kekurangan. Kelebihannya santri dapat menghafal kaidah-kaidah melalui beberapa contoh yang diulang-ulang. Dalam satu sisi untuk mengaktualisasikan kaidah-kaidah ini, karena mayoritas contoh di ambil dari Al-Quran yang secara tidak langsung hanya memperlancar bacaan Al-Quran seperti awal mula ide kreatif ini muncul.

Disamping ada kelebihan dalam pembelajaran Amtsilati juga ada hambatan-hambatan yang menjadi menu yang tidak bisa ditinggalkan, baik factor internal ataupun factor eksternal seperti :

1) IQ santri : IQ santri itu ada yang tinggi, ada yang standar, dan ada yang kurang dari standar. Kesulitan yang menengah ke bawah karena dalam

Amtsilati ini yang diprioritaskan adalah hafalan, jadi para guru sulit

untuk mengajari secara kondusif apalagi Amtsilati ini system modul. Karena kalau hati nurani guru berfikir karena ada anak yang memiliki kecerdasan standar dan kebawah maka tidak akan jalan sebuah pembelajaran. Jadi solusinya adalah membiarkan anak yang ber-IQ standar kebawah belajar semampunya, kemudian ada penanganan dengan mencarikan guru yang focus pada anak tersebut dengan cara digabungkan antar kelas yang tidak lulus dalam tes.

2) Pada guru: saat menghadapi santri yang seperti di atas bagaimana guru itu cepat tanggap dalam mengakses metode, karena guru kadang sulit

mengkses metode maklum saja mereka bukan guru yang bebas menggunakan alat-alat elektronik. Karena kalau hanya sekedar diterapkan tanpa adanya metode maka sulit menyampaikan pada murid, begitu juga hambatan ketika peserta didik ditanya tapi tidak tau dan tidak hafal

3) Pada sarana prasarana : karena daerahnya sendiri tidak dekat dengan daerah lain, tidak campur baur maka kegiatan amtsilati ini lumayan baik, kecuali saat solat berjemaah saja mereka bersama daerah lain. Tidur makan dan lain-lain bersama anggota Amsilati. Namun pada saat musim hujan fasilitas taman dan lapangan tidak dapat digunakan.

b. Strategi dalam Meningkatkan Kompetensi Membaca Kitab Kuning

Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut:198

1) Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan keperibadian anak didik sebagaimana yang diharapkan

2) Memilih system pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.

3) Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat

198Syaifu Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Startegi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2013), 5

dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya

4) Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan system intruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.

Dari uraian di atas tergamabar bahwa ada 4 poin pokok yang sangat penting untuk dijadikan pedoman dalam kegiatan belajar mengajar agar berhasil sesuai dengan yang diharapkan; pertama, spesifikasi dan kualifikasi perubahan yang diinginkan, kedua, memilih pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran, ketiga, memilih prosedur, metode, teknik pembelajaran yang paling tepat dan efektif, keempat, menetapkan norma atau kriteia keberhasilan agar guru memiliki pedoman untuk dijadikan pegangan dalam penilaian.

Strategi yang diterapkan di Pondok Lanbulan pertama kali oleh pengurus adalah dengan cara mengadopsi metode akselarasi cepat membaca kitab kuning yang akhirnya jatuh pada metode cepat dari Jepara (Amtsilati), metode yang berisi pembelajaran nahwu-sarf dengan cara mengadopsi dari kitab-kitab mu'tabaroh nahwu-sharf, tanpa merubah substansi atau kandungan yang terdapat didalamnya hanya saja dituangkan dalam bahasa yang mudah dipahami dan dicerna oleh santri kecil, diadopsinya metode

Amtsilati dengan melihat latar belakang kemampuan santri yang sangat

rendah dalam membaca kitab kuning, dengan latar belakang tersebut pengasuh KH. Ghazali dan kiai yang lain berkumpul dan belajar serta studi banding ke Jepara untuk mengetahui lebih dalam. Nahw dan sharf merupakan kunci untuk bisa membaca kitab sesuai yang dikatakan oleh

Syekh Yahya Bin badrudin Musa bin Romadhon amiroh dalam kitab nadhzom imrithi.199

اَيؼي ُأ لَٗأ ىىٗأ ٘حْىاٗ *

اَٖفي ِى ّٔٗد ًلانىا ذإ

Artinya: "Nahwu merupakan hal yang pertama kali untuk dipelajari agar pembicaraan mudah dipahami".

Untuk itu sebagai langkah dasar santri harus memahami seluk beluk ilmu Nahwu sharf. Kedua ilmu ini topik utamanya berkenaan dengan harakat atau alamat i'rab. Sharf untuk melahirkan kata-kata Arab yang memiliki arti yang beragam sedangkan Nahwu untuk mengatur kata-kata yang telah lahir itu dalam susunan kalimat yang benar. Dengan menguasai keduanya maksud dan tujuan informasi kitab kuning dapat dipahami dengan benar dan tepat tanpa menguasai kedua ilmu itu terlebih dahulu terasa sulit untuk melangkah pada pemahaman kitab-kitab lainnya seperti fiqih aqidah tasawuf hadis Tafsir dan ilmu Hadis dan ilmu-ilmu lainnya.200

Berdasarkan penjelasan mengenai pentingnya Nahw sarf maka strategi pertama adalah dengan cara mengadopsi metode cepat materi nahwu-sharf sebagai metode akselerasi membaca kitab. Setelah selesai dan mendapat

199 Syekh Yahya Bin badrudin Musa bin Romadhon amiroh dalam kitab nadhzom imrithi, (Surabaya: al-Huda, tt),5

200