• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implikasi Pertumbuhan & Perkembangan Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan

Dalam dokumen 189706628 Makalah Pendidikan Peserta Didik (Halaman 30-47)

B. Perkembangan Intelek (Kognitif) Perserta Didik Usia Sekolah Menengah

2.6 Implikasi Pertumbuhan & Perkembangan Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan

1. Perkembangan Bahasa Peserta Didik Remaja Usia Sekolah Menengah Bahasa adalah merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan (pendapat/ perasaan, dll) dengan menggunakan symbol-simbol yang disepakati bersama, kemudian kata dirangkai berdasarkan urutan membentuk kalimat yang bermakna dan mengikuti aturan/ tata bahasa yang berlaku dalam suatu komunitas atau masyarakat ( Simolungan 1997, Semiawan 1998 ).

Bahasa itu dibedakan menjadi atas : 1. Bahasa lisan

2. Bahasa tertulis 3. Bahasa isyarat

Ada 3 komponen bahasa :

1. Bentuk atau form yang mencakup sintaksis, morfologi (bentuk) dan fonologi (bunyi bahasa).

2. Isi atau conten yang meliputi makna atau simantgik. 3. Penggunaan atau use yang mencakup pragmatis.

Ketrampilan bahasa memiliki 4 aspek atau ruang lingkup yaitu

1. Keterampiln mendengarkan 2. Berbicara

3. Membaca 4. Menulis

Sedangkan keterampilan berbicara meliputi :

Kemampuan mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi secara lisan mengenai perkenalan, tegur sapa, pengenalan benda, fungsi anggota tubuh,

kegiatan bertanya, percakapan, bercerita, deklamasi, memberi tanggapan pendapat/ saran dan diskusi.

Kemampuan mendengarkan ini meliputi :

kemampuan memahami bunyi bahasa, perintah, dongeng-drama, petnjuk, denah, pengumuman, berita dan konsep meteri pelajaran.

Pola perkembangan keterampilan berbahasa anak pada umumnya sama, tetapi juga ada perbedaan individual, terutama dalam laju perkembangan dan frekuensi atau banyaknya bicara, isi atau topic pembicaraan, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :

1. Kesehatan 2. Kecerdasan 3. Keluarga

4. Keinginan dan dorongan untuk berkomunikasi serta hubungan dengan teman sebaya

5. Kepribadian

2. Perkembangan Emosi Peserta Didik Remaja

Menurut Hurlock (1981) remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun. Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun. Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2003) usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun. Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Bahkan ada yang dikenal juga dengan istilah remaja yang diperpanjang, dan remaja yang diperpendek.

Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Statemen ini sudah dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu

bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress) sampai sekarang masih banyak dikutip orang.

Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion/ confussion, moratorium, foreclosure, dan identity achieved (Santrock, 2003, Papalia, dkk, 2001, Monks, dkk, 2000, Muss, 1988). Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja.

Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:

1. Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan. 2. Ketidakstabilan emosi.

3. Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup. 4. Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.

5. Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentang dengan orang tua.

6. Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya.

7. Senang bereksperimentasi. 8. Senang bereksplorasi.

9. Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.

10. Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.

Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan pencapaian (Fagan, 2006). Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologis, dan sosial. Beberapa permasalahan remaja yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan

karakteristik yang ada pada diri remaja. Berikut ini dirangkum beberapa permasalahan utama yang dialami oleh remaja.

Permasalahan akibat perubahan fisik banyak dirasakan oleh remaja awal ketika mereka mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah selesai masa pubertasnya (remaja tengah dan akhir) permasalahan fisik yang terjadi berhubungan dengan ketidakpuasan/ keprihatinan mereka terhadap keadaan fisik yang dimiliki yang biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan. Mereka juga sering membandingkan fisiknya dengan fisik orang lain ataupun idola-idola mereka. Permasalahan fisik ini sering mengakibatkan mereka kurang percaya diri. Levine & Smolak (2002) menyatakan bahwa 40-70% remaja perempuan merasakan ketidakpuasan pada dua atau lebih dari bagian tubuhnya, khususnya pada bagian pinggul, pantat, perut dan paha. Dalam sebuah penelitian survey pun ditemukan hampir 80% remaja ini mengalami ketidakpuasan dengan kondisi fisiknya (Kostanski & Gullone, 1998). Ketidakpuasan akan diri ini sangat erat kaitannya dengan distres emosi, pikiran yang berlebihan tentang penampilan, depresi, rendahnya harga diri, onset merokok, dan perilaku makan yang maladaptiv (& Shaw, 2003; Stice & Whitenton, 2002). Lebih lanjut, ketidakpuasan akan body image ini dapat sebagai pertanda awal munculnya gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia (Polivy & Herman, 1999; Thompson et al).

Dalam masalah kesehatan tidak banyak remaja yang mengalami sakit kronis. Problem yang banyak terjadi adalah kurang tidur, gangguan makan, maupun penggunaan obat-obatan terlarang. Beberapa kecelakaan, bahkan kematian pada remaja penyebab terbesar adalah karakteristik mereka yang suka bereksperimentasi dan berskplorasi.

3. Perkembangan Nilai Moral dan Sikap Peserta Didik a. Definisi Nilai

Nilai-nilai kehidupan adalah norma-normayang berlaku dalam masyarakat, misalnya adat kebiasaan dansopansantun (Sutikna,1988: Sopansantun, adat, dan

kebiasaanserta nilai-nilaiyang terkandung dalam Pancasila adalah nilai-nilai hidupyang menjadi peganganseseorang dalam kedudukannyasebagai warga Negara Indonesia.

Nilai-nilaiyang terkandung dalam Pancasilayang termasuk dalam sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab,antara lain:

1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antarasesama manusia

2. Mengembangkan sikap tenggang rasa

3. Tidak semena-mena terhadap orang lain, berani membela kebenaran dan keadilan dsb.

b. Definisi Moral

Moral adalah ajaran tentang baik dan buruk perbuatandan kelakuan, akhlak, kewajiban dansebagainya (Purwadarminto, 1957: 957). Dalam moral diatursegala perbuatanyang dinilai baik dan perlu dilakukan, dansuatu perbuatanyang dinilai tidak baik dan perlu dihindari. Moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara perbuatanyang baik danyangsalah. Dengan demikian, moral merupakan kendali dalam bertingkah laku.

C. Definisi Nilai, Moral dan Sikap

Dalam pengamalan Pancasila, moral merupakan control dalam bersikap dan bertingkah lakusesuai dengan nilai-nilai hidupyang ada dalam Pancasila. Nilai-nilai kehidupansebagai norma dalam masyarakatsenantiasa menyangkut persoalan antara baik dan buruk, jadi berkaitan dengan moral.

Dengan demikian, keterkaitan antara nilai, moral,sikap dan tingkah laku akan tampak dalam pengamalan nilai-nilai. Dengan kata lain, nilai-nilai perlu diketahui terlebih dahulu, kemudian dihayati dan didorong oleh moral, baru akan terbentuksikap tertentu terhadap nilai-nilai tersebut dan pada akhirnya terwujudlah tingkah lakuyangsesuai dengan nilai-nilaiyang dimaksud.

D. Karakteristik Nilai,moral dan sikap Remaja

Nilai-nilai kehidupanyang harus dikuasai remaja tidak hanyasebatas pada adat kebiasaan dan tingkah lakusaja, tetapiseperangkat nilai-nilaiyangsecara keseluruhan terkandung dalam Pancasila. Seorang remaja dalam tugas perkembangannya dituntut untuk dapat mempelajari dan membentuk perilakunya agarsesuai dengan harapan lingkungannya tanpa harus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam dengan hukumanseperti pada waktu anak -anak.

Menurut Furter (1965) (dalam Monks, 1984: 252), kehidupan moral merupakan problematicyang pokok dalam masa remaja. Maka perkembangan moral perlu diperhatikan sejakseseorang dilahirkan. Dari hasil penyelidikannya Kohlberg mengemukakan enam tahap perkembangan moral yang berlaku secara universal dan dalam urutan tertentu. Ada tiga tingkat perkembangan moral,yaitu:

1. Tingkat 1 : Pra-konvensional

Pada stadium1, anak berorientasi pada kepatuhan dan hukuman. Anak hanya mengetahui bahwa aturan-aturan ditentukan oleh adanya kekuasaan yang tidak dapat diganggu gugat. Ia harus menurut kalau tidak akan memperoleh hukuman.

Pada Stadium2, berlaku prinsip Relativistik Hedonism artinya bergantung pada kebutuhan dan kesanggupanseseorang (hedonistic). Dalam tahap ini, seorang anak sadar bahwa setiapkejadian mempunyai beberapa segi.

2. Tingkat 2 : Konvensional

Pada Stadium3, menyangkut orientasi mengenai anakyang baik. Anak mulai memasuki umur belasan tahun, dimanaanak memperlihatkan orientasi perbuatan-perbuatanyang dapat dinilai baik atau tidak baik oleh orang lain. Mereka melakukan perbuatan atas dasar kritik dari masyarakat.

Pada Stadium4, yaitu tahap mempertahankan norma-norma sosial dan otoritas. Perbuatan baik yang diperlihatkan seseorang merupakan kewajiban untuk ikut melaksanakan aturan-aturan yang ada, agar tidak timbul kekacauan.

3. Tingkat 3 : Pasca-konvensional

Stadium5, merupakan tahap orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan lingkungan social. Pada tahap ini, seseorang harus memperlihatkan kewajibannya kepada masyarakat karena lingkungan social akan memberikan perlindungan kepadanya. Originalitas remaja juga masih tampak pada tahap ini. Remaja masih mau diatur secara ketat oleh hukum-hukumyang lebih tinggi, walaupun kata hati sudah mulai berbicara.

Stadium6, tahap ini disebut Prinsip Universal. Pada tahap ini ada norma etika disamping norma pribadi dan subjektif. Unsur etika disini yang akan menentukan apa yang boleh dan baik dilakukan dan sebaliknya. Remaja mengadakan tingkah laku-tingkah laku moral yang dikemudikan oleh tanggung jawab batinsendiri.

E. Implikasi Pemenuhan Kebutuhan Remaja Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan

a. Pentingnya Kebutuhan Bagi Perilaku Manusia

Individu adalah pribadi yang utuh dan kompleks. Kekompleksan tersebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Oleh karena itu di samping seorang individu harus memahami dirinya sendiri, ia juga harus memahami orang lain dan memahami kehidupan bersama dalam masyarakat, memahami lingkungan serta memahami pula bahwa ia makhluk Tuhan. Sebagai makhluk psiko-fisis manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan fisik dan psikologis dan sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, manusia mempunyai kebutuhan individu dan kebutuhan sosial kemasyarakatan. Dengan demikian maka setiap individu tentu memiliki kebutuhan, karena ia tumbuh dan berkembang untuk mencapai kondisi fisik dan sosial psikologis yang lebih sempurna dalam kehidupannya.

Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya menuju jenjang kedewasaan, kebutuhan hidup seseorang mengalami perubahan-perubahan sejalan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Kebutuhan-kebutuhan sosial psikologis semakin banyak dibandingkan dengan kebutuhan fisik, karena

pengalaman kehidupan sosialnya semakin luas. Kebutuhan itu timbul disebabkan oleh dorongan-dorongan (motif). Dorongan adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorongnya melakukan perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Dorongan dapat berkembang karena kebutuhan psikologis atau karena tujuan-tujuan kehidupan yang semakin kompleks. Semua individu dalam bertingkah laku pada dasarnya dimotivasi oleh kedua kebutuhan yang saling berhubungan satu sama lain, sebagai perwujudan dari adanya tuntutan-tuntutan dalam hidup bersama kelompok sosial sekitar.

Terdapat 2 macam kebutuhan manusia menurut Mapiarre :

1. Kebutuhan diterima oleh kelompok atau orang-orang lain di sekitar. 2. Kebutuhan menghindari penolakan kelompok atau orang lain.

Dalam proses pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut, individu banyak belajar dari lingkungan sosial di sekitarnya yang menimbulkan pengalaman-pengalaman belajar, antara lain pengalaman-pengalaman bergaul dengan orang tuanya, saudara-saudaranya, keluarganya yang lain, guru-gurunya dan teman-teman sekelompoknya. Melalui pengalaman bergaulnya itu individu belajar dan mengetahui tingkah laku yang bagaimana yang mendatangkan kepuasan baginya dan tingkah laku yang bagaimana yang tidak mengenakkan. Dengan kata lain, individu belajar membentuk pola tingkah laku yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut di atas.

b. Jenis–Jenis Kebutuhan Remaja dan Pemenuhannya

Kebutuhan manusia timbul akibat dorongan-dorongan (motif) yang ada pada dirinya. Motif timbul akibat kebutuhan psikologis atau tujuan kehidupan yang kompleks. Menurut Sunarto (1994:49) kebutuhan dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu :

1. Kebutuhan Primer yaitu kebutuhan yang merupakan kebutuhan biologis (organik) yang timbul dari dorongan/motif asli seperti kebutuhan makan, minum, bernapas, kehangatan tubuh, dan kebutuhan seksual dan perlindungan diri.

2. Kebutuhan sekunder yaitu kebutuhan yang timbul oleh motif dipelajari

(kebutuhan sosial–psikologis) seperti kebutuhan untuk mencari pengetahuan,

mengikuti pola hidup bermasyarakat, hiburan dan lainnya.

Menurut Lewis dan Lewis (Sunarto dan Hartono, 1994:55) kegiatan remaja didorong oleh berbagai kebutuhan yaitu:

a. kebutuhan jasmaniah b. kebutuhan psikologis c. kebutuhan ekonomi d. kebutuhan sosial e. kebutuhan politik

f. kebutuhan penghargaan; dan g. kebutuhan aktualisasi diri

C. Kebutuhan Remaja dan Implikasinya dalam penyelenggaraan Pendidikan Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, guru hendaknya selalu sensitif terhadap kebutuhan para siswa (remaja) dan berusaha memahaminya sebaik mungkin. Untuk itu guru perlu memperhatikan aspek berikut :

1. Mempelajari kebutuhan remaja melalui berbagai pendapat orang dewasa; 2. Mengadakan angket yang ditujukan kepada para remaja untuk mengetahui

masalah–masalah yang sedang mereka hadapi

3. Bersikap sensitif terhadap kebutuhan yang tiba–tiba muncul dari siswa yang

berada di bawah bimbingannya.

Berikut ini beberapa kemungkinan yang bisa dilakukan di sekolah dalam mengaplikasikan teori kebutuhan Maslow:

1. Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis :

 Menyediakan program makan siang yang murah

 Menyediakan ruangan kelas dengan kapasitas yang memadai dan

temperatur yang tepat dalam jumlah yang seimbang.Menyediakan kamar mandi/toilet

2. Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman: Sikap guru:

 menyenangkan, mampu menunjukkan penerimaan siswanya, dan tidak

menunjukkan ancaman atau bersifat menghakimi.

 Mengendalikan perilaku siswa di kelas/sekolah dengan menerapkan sistem

pendisiplinan siswa secara adil

melaluiØLebih banyak memberikan penguatan perilaku pujian/ganjaran

atas segala perilaku positif siswa dari pada pemberian hukuman atas perilaku negatif siswa. (reinforcement)

3. Pemenuhan Kebutuhan Kasih Sayang atau Penerimaan:

a. Hubungan Guru dengan Siswa :

 Empatik, peduli dan Guru dapat menampilkan ciri-ciri kepribadian:

interest terhadap siswa, sabar, adil, terbuka serta dapat menjadi pendengar yang baik.

 banyak memberikan komentar dan umpan balik yang positif dari pada

yang negatif.

 Guru dapat menghargai dan menghormati setiap pemikiran,

 Guru dapat menjadi penolong yang bisa diandalkan dan memberikan

kepercayaan terhadap siswanya.

b. Hubungan Siswa dengan Siswa :

 Sekolah mengembangkan situasi yang memungkinkan terciptanya kerja

sama mutualistik dan saling percaya diantara siswa

 Sekolah dapat menyelenggarakan class meeting, melalui berbagai forum,

seperti olah raga atau kesenian.

 Sekolah mengembangkan diskusi kelas

4. Pemenuhan Kebutuhan Harga Diri:

a. Mengembangkan Harga Diri Siswa

 Mengembangkan pengetahuan baru berdasarkan latar pengetahuan yang

dimiliki siswanya

 Mengembangkan sistem pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan

siswa

 Mengembangkan strategi pembelajaran yang bervariasi

 Selalu siap memberikan bantuan apabila para siswa mengalami kesulitan

 Melibatkan seluruh siswa di kelas untuk berpartisipasi dan bertanggung

jawab.

 Ketika harus mendisiplinkan siswa, sedapat mungkin dilakukan secara

pribadi, tidak di depan umum

b. Penghargaan dari pihak lain

 Mengembangkan iklim kelas dan pembelajaran kooperatif dimana setiap

siswa dapat saling menghormati dan mempercayai, tidak saling mencemoohkan.

 Mengembangkan program penghargaan atas pekerjaan, usaha dan prestasi

yang diperoleh siswa.

 mengantarkan setiap siswa untuk memiliki sikap empatik dan menjadi

pendengar yang baik.

 Mengembangkan kurikulum yang dapat

 Berusaha melibatkan para siswa dalam setiap

 pengambilan keputusan yang terkait dengan kepentingan para siswa itu

sendiri

c. Pengetahuan dan Pemahaman

 Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengeksplorasi

bidang-bidang yang ingin diketahuinya.

 Menyediakan topik-topik pembelajaran dengan sudut pandang yang

beragam.

 Menyediakan kesempatan kepada para siswa untuk berfikir kritis dan

berdiskusi.

d. Estetik

 Menata ruangan kelas secara rapi dan menarik termasuk menempelkan

hal-hal yang menarik dalam dinding ruangan, dalamnya memampangkan karya-karya seni siswa yang dianggap menarik.

 Ruangan dicat dengan warna-warna yang menyenangkan

 Memelihara sarana dan prasarana yang ada di sekeliling sekolah

 Ruangan yang bersih dan wangi

5. Pemenuhan Kebutuhan Akatualisasi Diri

 Memberikan kebebasan kepada siswa untuk menggali dan memberikan

kesempatan kepada para siswa untuk melakukan yang terbaik bagi dirinya

 menjelajah kemampuan dan potensi yang dimilikinya .

 Menciptakan pembelajaran yang bermakna dikaitkan dengan kehidupan

nyata

 Melibatkan siswa dalam proyek atau kegiatan “self expressive” dan kreatif

2.7 KONSEP PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK USIA SEKOLAH MENENGAH

A. Pengertian dan Karakteristik Penyesuaian Diri

Penyesuaian diri adalah suatu proses alamiah dan dinamis yang bertujuan mengubah perilaku individu agar lebih sesuai dengan kondisi linkungannya serta memenuhi kebutuhan yang sesuai.

Karakteristik penyesuaian diri di golongkan menjadi dua yaitu penyesuaian diri yang positif dan penyesuaian diri yang salah.

a. Penyesuaian diri yang positif

Ciri-ciri penyesuaian diri yang positif :

1. Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional yang berlebihan,

2. Tidak menunjukkan adanya mekanisme pertahanan yang salah,

3. Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi,

4. Memiliki pertimbangan yang rasional dalam pengarahan diri,

5. Mampu belajar dari pengalaman,

6. Bersikap realistik dan objektif.

Dalam penyesuaian diri secara positif seseorang individu pasti akan melakukan berbagai bentuk berikut ini :

1. Penyesuaian diri dalam menghadapi masalah secara langsung, dalam hal

ini individu secara langsung menghadapi masalah dengan segala akibatnya, ia akan melakukan tindakan yang sesuai dengan masalah yang dihadapi.

Contoh : Seorang murid yang tertangkap mencuri uang milik temannya, pasti dia akan memberikan alasan mengapa dia melakukan hal tersebut dan mempertanggungjawabkan tindakannya tersebut.

2. Penyesuaian diri dengan melakukan eksplorasi, dalam hal ini individu mencari berbagai macam pengalaman untuk menghadapi dan memecahkan masalah-masalahnya.

Contoh : Seorang siswa yang kurang mampu mengerjakan tugas membuat makalah akan mencari bahan dalam upaya mengerjakan tugas tersebut entah dengan membaca buku, diskusi, atau mencari di internet.

3. Penyesuaian diri dengan trial dan eror, dalam hal ini individu

melakukan tindakan coba-coba dalam arti jika menguntungkan dilanjutkan namun jika gagal tidak dilanjutkan.

Contoh : Seorang pengusaha yang sedang melakukan spekulasi untuk meningkatkan usahanya.

4. Penyesuaian dengan subtitusi, dalam hal ini individu yang merasa

gagal dalam menghadapi masalahnya akan mencari cara lain untuk menghadapinya.

Contoh : Jika seorang siswa gagal memasuki perguruan tinggi melalui jalur yang pertama pasti dia akan berusaha agar dapat diterima di jalur yang kedua, atau seterusnya.

5. Penyesuaian diri dengan belajar, dalam hal ini individu dapat

memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk membantu penyesuaian dirinya.

Contoh : Seorang guru akan berusaha belajar tentang berbagai pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya.

6. Penyesuaian diri dengan pengendalian diri, dalam hal ini individu akan berusaha memilih tindakan mana yang harus dilakukan dan tidak perlu dilakukan.

Contoh : Seorang anak ada dilingkungan pengguna narkoba akan tetapi dia menolak saat diberi narkoba

b. Penyesuaian diri yang salah

Ciri-ciri penyesuaian diri yang salah :

1. Sikap dan tingkah laku yang serba salah,

2. Sikap dan tingkah laku yang tidak terarah,

3. Sikap dan tingkah laku yang emosional,

4. Sikap yang tidak realisti dan membabi buta.

Dalam penyesuaian diri secara salah seseorang individu pasti akan melakukan berbagai bentuk berikut ini :

1. Reaksi Bertahan, dalam hal ini individu berusaha untuk mempertahankan

dirinya dengan seolah-olah dia tidak sedang menghadapi kegagalan. Contoh : Seorang murid yang menyalahkan gurunya karena nilainya jelek

2. Reaksi menyerang, dalam hal ini individu yang melakukan kesalahan akan

menunjukkan sikap dan perilaku yang bersifat menyerang untuk menutupi kesalahannya.

Contoh : Seorang anak yang berusaha mempertahankan pendapatnya meski pendapatnya salah

3. Reaksi melarikan diri, dalam hal ini individu akan melarikan diri dari

situasi yang menimbulkan konflik atau kegagalannya.

Contoh : Seseorang yang mempunyai masalah akan tetapi dia menghidar dari masalah tersebut dengan cara melarikan diri, menenggak minuman keras, atau yang lebih parah lagi dia menggunakan narkoba.

B. Proses dan Aspek-aspek Penyesuaian Diri

Proses penyesuaian diri merupakan tahapan individu dalam mencapai keseimbangan diri untuk memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan lingkungannya. Penyesuaian diri bersifat sepanjang hayat, maksudnya dalam proses penyesuaian diri manusia akan terus menerus berupaya menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup.Didalam proses penyesuaian diri dapat terjadi konflik, tekanan, atau frustasi jika suatu individu sudah tidak bisa mengatasi masalah/ tuntutannya.

Aspek-aspek penyesuaian diri di bedakan menjadi dua yaitu :

a. Penyesuaian pribadi, adalah kemampuan seseorang untuk menerima diri

demi terciptanya hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya.

b. Penyesuaian sosial, adalah kemauan untuk mematuhi nilai dan norma

social yang berlaku dalam masyarakat.

C. Implikasi penyesuaian Diri Peserta Didik

Implikasi adalah keterlibatan individu dalam proses penyesuian diri. Dalam proses implikasi peserta didik tidak hanya berada dalam lingkup keluarga saja melainkan adanya keterlibatan di lingkungan masyarakat, teman sebaya, dan sekolah. Namun lingkungan sekolah mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan jiwa. Dalam proses implikasi sebaiknya terjadi interaksi edukatif, sehingga adanya hubungan timbal balik yang mendidik.

Berikut ini upaya yang dapat dilakukan untuk proses penyesuaian peserta didik :

1. Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa nyaman bagi

siswa, baik secara sosial, fisik maupun akademis.

2. Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi siswa.

3. Berusaha memahami siswa secara menyeluruh baik prestasi belajar sosial

4. Menggunakan metode dan alat mengajar yang mendorong gairah belajar.

5. Menggunakan prosedur evaluasi yang dapat memperbesar motivasi

belajar.

6. Menciptakan ruangan kelas yang memenuhi syarat kesehatan.

7. Membuat tata tertib sekolah yang jelas dan dipahami siswa.

8. Adanya keteladanan dari para guru dalam segala aspek pendidikan.

9. Mendapatkan kerja sama dan saling pengertian dari para guru dalam

melaksanakan kegiatan pendidikan.

10. Melaksanakan program bimbingan belajar dan penyuluhan yang

Dalam dokumen 189706628 Makalah Pendidikan Peserta Didik (Halaman 30-47)

Dokumen terkait