• Tidak ada hasil yang ditemukan

189706628 Makalah Pendidikan Peserta Didik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "189706628 Makalah Pendidikan Peserta Didik"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS AKHIR SEMESTER MATAKULIAH Perkembangan Peserta Didik

Yang dibina oleh Bapak Drs.Puger Hoggowiyono, M.T.

OLEH :

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Perkembangan Peserta Didik”.

Untuk itu, kami ucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Puger, selaku pembina mata kuliahPerkembangan Peserta Didik,

2. Teman-teman kelompok 5, yang telah bekerjasama dengan baik dalam

pembuatan makalah,

3. Semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah.

Kami menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sekalian sangat kami harapkan. Semoga makalah kami dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan kelak dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

Amin.

Malang, 1 Desember 2013

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 2

DAFTAR ISI ... 3

BAB I ... 5

PENDAHULUAN ... 5

1.1 Latar Belakang ... 5

1.2 Tujuan Penulisan ... 5

BAB II ... 8

PEMBAHASAN ... 8

2.1 PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ... 8

A. Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan ... 8

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan ... 8

C. Fase-fase Perkembangan ... 9

2.1 HAKIKAT PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN PESERTA DIDIK ... 11

A. POLA-POLA PERKEMBANGAN AFEKTIF PADA MANUSIA ... 11

a. Trust vs Mistnis/Kepercayaan dasar ... 11

b. Autonomy vs Shame and Doubt/Otonomi (1;0 – 3;0) ... 12

c. Initiatives vs Guilt/Inisiatif (3;0 – 5;0) ... 12

d. Industry vs litferioriry/Produktifitas (6;0 – 11 ;00) ... 12

e. Identity vs Role Confusion/Identitas (12;0 – 18;0) ... 12

f. Intimacy vs Isolation/Keakraban (19;0 – 25;0) ... 13

g. Generavity vs Self Absorption/Generasi Berikut (25;0 – 45;0) ... 13

h. Integrity vs Despair/Integritas (45;0 …) ... 13

B. POLA PERKEMBANGAN KOGNITIF ... 14

a. Tahap sensorik motor (0;0 – 2;0) . ... 14

(4)

c. Tahap operasional konkrit (7;0 – 11;0) ... 14

d. Tahap operasional formal (11; -15;0) ... 15

2.2 TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN ... 16

A. Masa Anak-Anak ... 16

B. Masa Remaja ... 17

C. Masa Dewasa ... 17

3. Masa Orang Tua ... 19

2.3 KARAKTER PESERTA DIDIK ... 20

A. Karakteristik Individu Sebagai Peserta Didik ... 20

B. Petumbuhan dan Perkembangan Pesrta Didik ... 20

C. Perbedaan Perkembangan Peserta Didik ... 21

2.4 IMPLIKASI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TERHADAP PENYELENGGARA PENDIDIKAN ... 22

A. Pertumbuhan Fisik Perserta Didik Usia Sekolah Menengah (Remaja) ... 22

B. Perkembangan Intelek (Kognitif) Perserta Didik Usia Sekolah Menengah (Remaja) ... 24

2.6 Implikasi Pertumbuhan & Perkembangan Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan 30 2.7 KONSEP PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK USIA SEKOLAH MENENGAH ... 42

2.8 Permasalahan mremaja dan upaya – upaya menangaminya ... 47

BAB III ... 52

PENUTUP ... 52

3.3 Kesimpulan ... 52

(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini pendidikan di Indonesia semakin kurang mendapatkan perhatian. Hal ini terbukti dengan masih banyaknya pendidik yang kurang memperhatikan peserta didiknya. Kita tahu bahwa setiap peserta didik

mempunyai pola / cara berkembang yang berbeda – beda. Namun banyak dari

pendidik yang tidak / kurang mempelajari pola – pola perkembangan peserta

didik sehingga pendidikan yang diperoleh anak kurang maksimal

Dengan kurang fahamnya pendidik dengan pola pertumbuhan maupun perkembangan peserta didiknya maka akan terjadi beberapa hambatan dalam proses pembelajaran seperti, Peserta didik kurang memahami materi yang disampaikan oleh pendidik dan potensi anak kurang berkembang.

Oleh karena itu, kami menyusun makalah ini dengan harapan agar penulis dapat lebih mendalam lagi dalam mempelajari perkembangan peserta didik guna mendukung metode pembelajaran kelak

1.2 Tujuan Penulisan

Dari permasalahan yang ada, terdapat beberapa tujuan disusunnya makalah ini, yaitu :

1. Menjelaskan hakikat pertumbuhan dan perkembangan peserta didik:

 Definisi pertumbuhandan perkembangan

 Faktor-faktor dasar pertumbuhandanperkembangan peserta didik

 Fase-faseperkembangan

2. Menjelaskan hakikat pertumbuhan dan perkembangan peserta didik(2):

 Pola-polaperkembanganafektif manusia

 Pola-pola perkembangan

(6)

3. Menjelaskan tugas-tugas perkembangan:

 Individu sebagai peserta didik

 Karakteristik individusebagai peserta didik

 Pertumbuhan&perkembangan peserta didik

 Perbedaan perkembangan peserta didik

5. Implikasipertumbuhan &perkembangan terhadap penyelenggaraan

pendidikan:

 Pertumbuhanfisik peserta didik remaja

 Perkembangan intelek peserta didikremaja

 Perkembangan bakatkhusus peserta didik remaja

 Perkembanganhubungan sosial peserta didik remaja

6. Perkembangan bahasa peserta didik remaja/usia sekolah menengah:

 Perkembangan emosi peserta didik remaja

 Perkembangan nilai,moral & sikap peserta didik remaja

 Implikasi pemenuhan kebutuhanremaja terhadappenyelenggaraan

pendidikan

7. Konsep Penyesuaian Diri Peserta Didik Usia SekolahMenengah/

Remaja:

 Pengertian & karakteristikpenyesuaian diri

 Proses & aspek-aspek penyesuaian diri

(7)

8. Permasalahan Remaja danUpaya-Upaya Menanganinya.

 Implikasiprosespenyesuaian diri PDUSM terhadap penyelenggaraan

pendidikan

 Masalah penyesuaiandiri PDUSM

 Karakteristik masalah PDUSM

 Beberapa masalah PDUSM / remaja

(8)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

A. Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan adalah perubahan fisik pada individu terlihat dari luar yang bersifat tidak dapat kembali dan terbatas. Pertumbuhan individu seperti penambahan tinggi badan, berat badan dan ukuran.

Perkembangan adalah perubahan individu menuju kedewasaan namun tidak terlihat dari luar. Perkembangan bersifat tidak terbatas dan dapat kembali. Individu yang pada awalnya tidak bisa membaca namun dengan belajar dan berlatih individu tersebut bisa membaca. Hal tersebut termasuk dalam perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan memiliki arti yang berbeda, namun kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan

(9)

tercukupi. Bila tidak tercukupi, tidak ada bahan yang dapat diolah tubuh untuk membantu proses pertumbuhan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan antara lain, faktor keluarga dan faktor lingkungan (agama, adat istiadat dan geografis). Keluarga adalah tempat pertamakali individu bersosialisasi. Individu lahir langsung ditangani/ diasuh oleh keluarganya atau seseorang yang dianggapnya sebagai keluarga. Selain faktor keluarga, kepribadian individu dipengaruhi oleh agama, adat istiadat dan geografis. Individu akan mematuhi aturan dan norma-norma yang berlaku dalam agama dan adat istiadat yang dianutnya. Faktor geografi akan mempengaruh pola pikir individu, seperti perbedaan antara individu yang tinggal pada dataran tinggi berbeda dengan individu yang tinggal pada dataran rendah.

C. Fase-fase Perkembangan

1. Fase Pranatal

Masa pertumbuhan dari satu sel menjadi individu, perkembangan organ-organ penunjang individual dari awal terbentuk sampai kematangan organ-organ tersebut, tetapi belum maksimal.

2. Fase Bayi

Aktifnya sistem motorik individu, dengan ditandai menangis saat dilahirkan di dunia dan beberapa pancaindra yang sudah bisa menerima rangsangan.

3. Fase Balita

Individu mulai menirukan apa yang dilihat di sekitarnya dan masih tergantung pada orang-orang di sekitarnya.

4. Fase Anak-anak

(10)

Masa ini biasa dikenal sebagai masa prasekolah. Individu mulai mempersiapkan ketrampilan untuk sekolah. Selain itu individu mulai sedikit mengembangkan rasa ingin taunya.

b) Akhir (6-11 tahun)

Pada usia ini, individu secara formal berhubungan dengan dunia yang lebih luas dan kebudayaan, serta pengendalian diri mulai meningkat. Selain itu individu mulai mengembangkan tiga macam oprasi berpikir yaitu identifikasi, negasi dan reprokasi.

5. Fase Remaja

a) Awal (11-15 tahun)

Individu mulai merasa bahwa dirinya bukan anak-anak lagi, sehingga individu cenderung susah diatur.

b) Akhir (16-20 tahun)

Individu sudah mulai menemukan jati diri dan sudah mulai menunjukkan kemandiriannya.

6. Fase Dewasa

a) Awal (20-30 tahun)

Individu mulai benar-benar terjun pada kehidupan masyarakat. Individu mulai membangun kehidupan yang sebenarnya dan menemukan pasangan hidup.

(11)

Individu memperluaskan keterlibatan dan tanggung jawab pribadi dan sosial, serta membantu generasi berikutnya menhadi individu yang berkompeten.

c) Akhir (50-meninggal)

Individu mulai menyesuaikan diri dengan berkurangnya kekuatan dan kesehatan, serta menatap kembali kehidupannya

2.1 HAKIKAT PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN PESERTA DIDIK

A. POLA-POLA PERKEMBANGAN AFEKTIF PADA MANUSIA

Perkembangan afektif yang berkaitan dengan perilaku atau perbuatan yang ditimbulkan seseorang .Seorang ahli teori psikoanalisa dan sekaligtis seorang pendidik, Erik H. Erikson mengemukakan bahwa perkembangan manusia adalah sinfesis dari tugas-tugas perkembangan dan tugas-tugas sosial. Teorinya itu kemudian diterbitkan sebagai bukunya yang pertama dengan judul Childhood and Society. Dikemukakannya prla bahwa perkembangan afektif merupakan dasar perkembangan manusia.

Erikson melahirkan teori perkembangan afektif yang terdiri atas delapan tahap.

a. Trust vs Mistnis/Kepercayaan dasar

(12)

bersedia menolong dan dapat dijadikan tempat ia menggantungknn nasibnya.

b. Autonomy vs Shame and Doubt/Otonomi (1;0 – 3;0)

Pada tahap ini Erikson melihat munculnya autonomy. Dimensi autonomy ini timbulnya karena adanya kemampuan motoris dan mental anak. Pada saat ini bukan hanya berjalan, tetapi juga

memanjat, menutup-membuka menjatuhkan, menarik dan

mendorong, memegang dan melepaskan. Anak sangat bangga dengan kemampuannya ini dan ia ingin melakukan banyak hal sendiri.

c. Initiatives vs Guilt/Inisiatif (3;0 – 5;0)

Pada masa ini anak sudah menguasai badan dan geraknya. la dapat mengendarai sepeda roda.tiga, dapat lari, memukul, memotong. Inisialif anak akan lebih terdorong dan terpupuk bila orang tua memberi respons yang baik terhadap keinginan anak untuk bebas dalam melaknkan. kegiatan-kegiatan motoris sendiri dan bukan lainya .

d. Industry vs litferioriry/Produktifitas (6;0 – 11 ;00)

Anak mulai mampu berpikir deduktif, bermain dan belajar menurut peraturan yang ada. Anak didorong untuk membuat, melakukan dan mengerjakan dengan benda-benda yang praktis. dan mengerjakannya sampai selesai sehingga menghasilkan sesuatu .

(13)

Pada saat ini anak sudah menuju kematangan fisik dan mental. la mempunyai perasaan-perasaan dan keinginan-keinginan baru sebagai akibat perubahan-perubahan itubuhnya. Pandangan dan pemikirannya tentang dunia sekelilingnya mengilami perkembangan. la mulai dapat berpikir tentang pikiran orang lain

f. Intimacy vs Isolation/Keakraban (19;0 – 25;0)

Yang dimaksud dengan intimacy oleh Erikson selain hubungan antara suami istri adalah juga kemampuan untuk berbagai rasa dan memperhatikan orang lain. Pada tahap ini pun keberhasilan tidak bergantung secara langsung kepada orang tua.

g. Generavity vs Self Absorption/Generasi Berikut (25;0 – 45;0)

Generativity berarti bahwa orang mulai memikirkan orang-orang lain di luar keluarganya sendiri, memikirkan generasi yang akan datang serta hakikat masyarakat dan dunia tempat.

h. Integrity vs Despair/Integritas (45;0 …)

(14)

B. POLA PERKEMBANGAN KOGNITIF

Perkembangan kognitif berkaitan dengan kemampuan brpikir seseorang. Perkembangan kognitif manusia berlangsung secara teratur dan berurutan sesuai dengan perkembangan umurnya’ Maka pengajaran harus direncanakan sedemikian rupa disesuaikan dengan perkembangan kecerdasan peserta didik. Piaget mengemukakan proses anak sampai mampu berpikir seperti orang dewasa melalui empat tahap perkembangan, yakni:

a. Tahap sensorik motor (0;0 – 2;0) .

intelektual pada tahap ini hampir seluruhnya mencakup gejala yang diterima secara langsung melalui indra. Pada saat ini anak sudah mencapai kematangan dan mulai. memperoleh keterampilan berbahasa

b. Tahap praoperasional (2;0 – 7;0)

Pada tahap ini perkembangan sangat pesat. Lambang-lambang bahasa yang dipergunakan untuk menunjukkan benda-benda nyata bertambah dengan pesatnya. Keputusan yang dianbil hanya berdasarkan intuisi, bukannya berdasarkan analisis rasional. Anak biasanya mengambil kesimpulan dari sebagian kecil yang diketahuinya, dari suatu keseluruhan yang besar.

c. Tahap operasional konkrit (7;0 – 11;0)

(15)

anak akan menemui kesulitan bila diberi tugas sekolal yang menuntutnya untuk mencari sesuatu yang tersembunyi.

d. Tahap operasional formal (11; -15;0)

(16)

2.2 TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN

A. Masa Anak-Anak

Merupakan masa dimana pertumbuhan fisiknya lebih dominan dibanding dengan perkembangan mentalnya. Perkembangan anak dimulai dari masa bayi yang terbagi menjadi 3 fasa, yaitu :

1. Masa Pranatal

Periode ini dimulai saat pembuahan sampai dengan kelahiran0-9 bulan di dalam kandungan. Kondisi dalam kandungan mempengaruhi potensi bawaan jabang bayi.

2. Masa Neonatal

Periode yang tersingkat yakni 0-2 minggu setelah lahir.

3. Masa Bayi

(17)

usia yang menyulitkan, usia tidak rapi, usia bertengkar, bermain. Pada masa ini seharusnya seorang anak sudah mulai belajar membaca dan menulis, mengenal dasar-dasar agamanya, mulai mengenal lingkungannya dan berkomunikasi.

B. Masa Remaja

Masa remaja ini biasanya terjadi pada saat seseorang menginjak bangku SMP dan SMA yaitu usianya sekitar 13-17 tahun. Terjadi perubahan signifikan pada tubuh seperti mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimal setiap tahunnya, terjadi peristiwa haid (wanita), terjadi perubahan nada suara. Perkembangan yang terjadi pada masa remaja antara lain : Bertambahnya kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang majemuk dan mulai berfikir dengan mempertimbangkan hal-hal yang mungkin disamping hal yang nyata. Dengan kata lain pada masa remaja ini terjadi perkembangan pemikiran menuju kedewasaan. Berikut tugas-tugas perkembangan masa remaja :

a. Mampu menerima keadaan fisiknya

b. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok

yang berlainan jenis

c. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.

C. Masa Dewasa

Masa dewasa dikategorikan menjadi 2 yaitu (1) Masa dewasa awal dan (2) Masa dewasa akhir. Berikut penjelasan tentang keduanya.

1. Dewasa Awal

Masa ini biasanya berkisar antara usia 18 – 22 tahun berarti terjadi

(18)

a. Mulai berani mengambil keputusan pribadi

b. Belajar mengelola perasaan

c. Belajar berkomunikasi

d. Belajar menerima diri sendiri

e. Belajar mengembangkan tanggung jawab pribadi

f. Belajar menyelesaikan konflik

Adapun tugas- tugas perkembangan pada masa dewasa awal sebagai berikut:

a. Belajar berkomunikasi yang lebih baik

b. Menata cita-cita yang lebih jelas dan sfesifik

c. Terjun dalam organisasi masyarakat

d. Berperan aktif dalam berbagai kegiatan masyarakat

2. Dewasa Akhir

Orang yang dikatakan telah masuk pada masa dewasa akhir adalah mereka yang berusia 22-50 tahun. Pada masa ini seseorang bisa dikatakan telah mampu memenuhi kebutuhan ekonominya sendiri. Pada masa ini setiap orang juga mengalami perubahan fisik yakni:

a. Kondisi tubuh mulai menurun

b. Kulit menjadi kendur

c. Fungsi sistem jantung dan pernafasan juga menurun (Lahey, 2003).

d. Rambut di kepala mulai memutih dan mulai menipis

Sedangkan tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa akhir adalah :

a. Meniti karir

b. Mulai membangun rumah tangga untuk melanjutkan keturunan

(19)

d. Mulai meninggalkan kebiasaan masa remajanya seperti (nongkrong, jalan-jalan dll)

3. Masa Orang Tua

Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya, atau dapat kita artikan bahwa masa orang tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Yang ditandai dengan perubahan fisik seperti :

a. Pertumbuhan dan reproduksi sel-sel menurun

b. Penurunan Dorongan Seks

c. Penurunan sistem pernapasan, pencernaan dan alat indra.

Masa orang tua juga mengalami perkembangan. Perkembangan yang dimaksud disini adalah adalah ciri-ciri/tingkah laku dan perasaan yang dialami seseorang ketika telah sampai pada masa tuanya. Berikut beberapa diantaranya :

a. Produktivitas mulai berkurang bahkan hampir tidak bisa

berkerja/berkarya

b. Sifat kekanak-kanakannya mulai kembali

c. Mulai dihantui kematian.

Pada masa tua seseorang telah mengalami banyak sekali penurunan fisik yang signifikan bahkan ada bagian-bagian tubuh yang tidak bisa bekerja. Oleh karena itu seseorang yang telah masuk usia tua haruslah melakukan tugas-tugas sebagai berikut :

a. Mengurangi kegiatan yang membutuhkan tenaga yang lebih.

b. Meningkatkan amal ibadah

(20)

2.3 KARAKTER PESERTA DIDIK

Yaitu seseorang yang sudah memasuki usia sekolah untuk menempuh suatu pendidikan yang terikat dalam suatu organisasi atau disebuah institusi pendidikan yang mempunyai hak dan menyandang predikat sebagai pelajar. Dalam proses pembelajaran sekarang ini guru hanya sebagai fasilitator sehingga tugas utama guru adalah memberika motivasi kepada peserta didik agar mereka mau mengembangkan bakat yang ada pendidikan peserta didik tersebut.

Misalnya,anak yang semula tidak dapat membaca setelah belajar dikelas 1 SD ia bisa membaca dan menulis.Setiap individu bisa dikata peserta didik apaila ia sudah memasuki usia sekolah. Usia 4 tahun sampai 6 tahun, di taman kanak-kanak. Usia 6 atau 7 tahun di SD. Usia 13-16 tahun di SMP dan usia 16-19 tahun di SLTA. Jadi,peserta didik adalah anak,individu,yang tergolong dan tercatat di lembaga pendidikan.

A. Karakteristik Individu Sebagai Peserta Didik

Setiap peserta didik memiliki sifat bawaan oleh lingkungaan sifat yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya . Karakteristik yang berkaitan dengan faktor biologis cenderung bersifat tetap dan yang berkaitan dengan faktor psikologis lebih mudah berubah karena pengaru atau lingkungan.

B. Petumbuhan dan Perkembangan Pesrta Didik

(21)

dalam proseses balajar mengajar. Peserta didik di cirikan sebagai orang yang tengah memerlukan pengetahuan atauilmu,bimbingan,dan pengarahan. Kebutuhan peserta didik untuk memperoleh penddikan secara kodrat membutuhkan dari orang tuanya. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik adalah :

1. Faktor Internal

a) Sifat jasmaniah yang dilahirkan oleh orang tua

b) Kematangan pertumbuhan

2. Faktor Eksternal

a) Kesehatan

b) Makanan

c) Stimulasi lingkungan ( keadaan lingkungan)

C. Perbedaan Perkembangan Peserta Didik

Setiap individu berkembang dengan cara tahan yang kompleertentu. Hal ini terjadi karena perkembangan itu sendiri merupakan suatu proses perubahan yang kompleks,melibatakan bebrbagai unsur yang saling berpengaruh satu sama lain.

Faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu :

a) Perbedaan bakat

b) Perbedaan latar belakang

c) Kesiapan belajar

d) Motorik

e) Kognitif

(22)

2.4 IMPLIKASI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TERHADAP PENYELENGGARA PENDIDIKAN

A. Pertumbuhan Fisik Perserta Didik Usia Sekolah Menengah (Remaja)

1. Pertumbuhan Fisik.

Perubahan fisik adalah perubahan yang berlangsung secara fisik dan merupakan gejala premier dalam pertumbuhan remaja yang meliputi ukuran tubuh,proporsi tubuh serta munculnya ciri-ciri kelamin premier dan sekunder.

Penyebab perubahan fisik adalah 2 kelenjar dalam sistem endoktrin. Sistem endoktrin adalah kelenjar buntu(kelenjar yang tidak mempunyai saluran khusus untuk mengeluarkan sekretnya(hormon)).Berikut hormon-hormon yang mempengaruhi pertumbuhan fisik remaja perempuan dan laki-laki :

a. Perempuan :

progesterone  golongan steroid yang berpengaruh pada siklus

menstruasi, embryogenesis dan kehamilan

estrogen  berperan dalam perkembangan organ dan sistem

produksi wanita

kelenjar pituari = hormon pertumbuhan dan hormon gonadotropik.

b. Laki-laki :

Testosteron  hormon penghasil tetis.

Kelenjar hypothalamus  merangsang pertumbuhan remaja yang terletak

di otak.

Hormon gonadotropik  merangsang gonad agar mulai aktif bekerja

Berikut adalah perubahan-perubahan fisik yang penting yang terjadi pada masa remaja yaitu :

(23)

b. Perubahan proporsi tubuh

c. Ciri kelamin yang utama

d. Ciri kelamin yang kedua

2. Perubahan Fisik Selama Masa Remaja

a) percepatan perubahan.

b) proses kematangan seksual. Perbedaan antara laki – laki dan

perempuan :

1) Kriteria kematangan seksual antara laki – laki dan perempuan

2) Permulaan kematangan seksual Laki-laki : mimpi basah (± usia 14 tahun) Perempuan : menstruasi (± usia 13 tahun) 3) Urutan gejala-gejalakematangan.

3. Keragaman perubahan proporsi tubuh.

Laki-laki :tubuh mesomorf (badan lebih besar , kekar,berat dan segitiga)

Perempuan : tubuh endomorf (gemuk dan berat), tubuh ektomorf (kurus dan bertulang panjang)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik :

a. Pengaruh keluarga (keturunan atau lingkungan) b. Pengaruh gizi

c. Gangguan emosional d. Jenis kelamin

e. Status sosial ekonomi f. Kesehatan

(24)

4. Implikasi Pertumbuhan Fisik Peserta Didik Usia Sekolah Menengah (Remaja)

Implikasinya bagi pendidikan adalah perlunya memperhatikan faktor-faktor berikut ini:

a. Sarana dan prasarana b. Waktu istirahat

c. Diadakannya jadwal-jadwal olahraga bagi para siswa

B. Perkembangan Intelek (Kognitif) Perserta Didik Usia Sekolah Menengah (Remaja)

1.

Pengertian Intelek dan Intelegensi

Intelek adalah kekuatan mental yang menyebabkan manusia dapat berpikir aktif dengan proses berpikir/kecapakan tinggi untuk berpikir. Inteligensi adalah menggambarkan kemampuan seseorang dalam berpikir/bertindak.

2. Hubungan antara Intelek dan Tingkah Laku

Cirinya adalah berfikir abstrak, kritis, pengaruh egosentris (kecenderungan melebih-lebihkan).

3. Karakteristik Perkembangan Intelek Remaja

a. Masa operasi Formal (berfikir abstrak) 12 tahun (berfikir hipotek)

b. Sifat deduktif hipotesis bersifat teoretis

c. Berfikir operasional juga berfikir kombinasoris

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Intelek

a. Faktor bakat aliran Nativisme b. Faktor pengalaman lingkungan :

1. Peran pengalaman dari sekolah terhadap intelegensi

(25)

2. Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan intelegensi

Berdasarkan penelitian :

 Kesamaan IQ adalah kesamaan pengalaman belajar dari lingkungan yang

sama bukan karena terdapat hubungan genetik.

 Semakin tinggi kualitas lingkungan keluarga, semakin tinggi nilai IQ anak.

 Jumlah buku, majalah, materi belajar.

 Jumlah ganjaran atau hadiah dari orangtua atas prestasi anak.

 Dorongan orangtua atas prestasi akademik anak.

5. Implikasi Perkembangan Intelek Remaja terhadap Penyelenggaraan Pendidikan

Guru harus kreatif dalam suasana pembelejaran misalnya, memberikan tugas-tugas yang menantang imajinasi seperti teka-teki silang memancing rasa ingin tau dari pada latihan soal yang membosankan.

a. Perkembangan Bakat Khusus Peserta Didik Usia Sekolah Menengah (Remaja)

1. Bakat mencakup 3 dimensi psikologis:

 Dimensi Perseptual kemampuan persepsi yang mencangkup :

- Ketelitian (statis dan dinamis)

- Koordinasi

- Keluesan [posisi] [gerak]

 Dimensi Intelektual

(26)

- Faktor Evaluatif identitas, relasi, sistem, problem yang dihadapi.

- Faktor berfikir Konvergensi nama-nama, hubungan, sistem,

transformasi, implikasi yang unik.

- Faktor berfikir Divergen word fluency, ideational fluensi,

pengalihan kelas-kelas, kelancaran hubungan, menghasilkan sistem.

- Fluency Kelancaran

- Bakat kemampuan bawaan yang merupakan potensi,

perlu dikembangkan (masa depan). Melalui latihan.

- Kemampuan daya jiwa untuk melakukan suatu

tindakan sebagai hasil dari pembelajaran (sekarang). Bawaan dan latihan.

Bakat khusus (talent) adalah kemampuan bawaan berupa potensi khusus dan jika memperoleh kesempatan berkembang baik, akan muncul sebagai kemampuan khusus dalam bidang tertentu sesuai potensinya. Conny Semiawan dan Utami Munandar (1987) mengklasifikasikan jenis-jenis bakat khusus berupa potensi maupun yang sudah terwujud menjadi lima bidang yaitu :

a. Bakat akademik khusus b. Bakat kreatif-produktif c. Bakat seni

d. Bakat kinestetik/psikomotorik e. Bakat sosial

(27)

1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bakat

Faktor yang mempengaruhi perkembangan khusus secara garis besar

dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor –

faktor internal tersebut adalah sebagai berikut :

a. Minat

b. Motif berprestasi

c. Keberanian mengambil resiko

d. Keuletan dalam menghadapi tantangan

e. Kegigihan atau daya juang dalam mengatasi kesulitan yang timbul

Adapun faktor eksternal meliputi :

a. Kesempatan maksimal untuk mengembangkan diri

b. Sarana dan prasarana

c. Dukungan dan dorongan otang tua/keluarga

d. Lingkungan tempat tinggal

e. Pola asuh orang tua

2. Pendidikan Anak Berbakat di Indonesia

a. Pengertian anak berbakat anak yang mempunyai potensi unggul

diatas potensi yang dimiliki anak normal.

b. Karakteristik anak berbakat potensi, cara menghadapi

masalah, prestasi.

c. Menangani anak berbakat. Faktor-faktor yan harus diperhatikan :

- Faktor anak itu sendiri

- Faktor kurikulum

d. Pelaksanaan pendidikan anak berbakat yaitu :

1. Meloncatkan anak pada kelas-kelas yang lebih tinggi (skipping)

2. Pendidikan dalam kelompok khusus (special grouping segregation)

- Model a : kelas khusus (kelas mini)

(28)

- Model c : kelas akselerasi

- Model d : sekolah khusus

3. Kegiatan dalam implementasi kurikulum bidang studi tertentu.

Misalnya siswa SD : membaca, menulis kreatif (mengarang), IPS, IPA dan Pendidikan Kesehatan, Matematika, Bahasa, Metode Belajar dan Guru.

3. Perkembangan Hubungan Sosial Peserta Didik Usia Sekolah Menengah (Remaja)

a. Pengertian Hubungan Sosial

Hubungan sosial adalah hubungan antar manusia yang saling

membutuhkan. Hubungan sosial diartikan sebagai “cara-cara individu bereaksi

terhadap orang-orang di sekitarnya dan bagaimana pengaruh hubungan terhadap dirinya” (Anna Alisyahbana,dkk., 1984). Hubungan sosial ini juga menyangkut juga penyesuaian diri terhadap lingkungan.

b. Karakteristik Perkembangan Sosial Remaja

1. Berkembangnya kesadaran akan kesunyian dan dorongan

akan pergaulan

2. Adanya upaya memilih nilai-nilai sosial

3. Meningkatnya ketertarikan pada lawan jenis

4. Mulai cenderungan memilih karier tertentu

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial

1. Lingkungan keluarga

2. Status Sosial Ekonomi keluarga

3. Tingkat Pendidikan

4. Dan kemampuan mental, terutama emosi dan inteligensi

5. Kematangan

(29)

Misalnya : pengaruh egosentris.

e. Mengembangkan Keterampilan Sosial pada Remaja

8 aspek yang menuntut keterampilan sosial (social skill) yaitu :

1. Keluarga

2. Lingkungan

3. Kepribadian

4. Rekreasi

5. Pergaulan dengan lawan jenis

6. Pendidikan/sekolah

7. Persahabatan dan

(30)

2.6 Implikasi Pertumbuhan & Perkembangan Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan

1. Perkembangan Bahasa Peserta Didik Remaja Usia Sekolah Menengah Bahasa adalah merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan (pendapat/ perasaan, dll) dengan menggunakan symbol-simbol yang disepakati bersama, kemudian kata dirangkai berdasarkan urutan membentuk kalimat yang bermakna dan mengikuti aturan/ tata bahasa yang berlaku dalam suatu komunitas atau masyarakat ( Simolungan 1997, Semiawan 1998 ).

Bahasa itu dibedakan menjadi atas : 1. Bahasa lisan

2. Bahasa tertulis 3. Bahasa isyarat

Ada 3 komponen bahasa :

1. Bentuk atau form yang mencakup sintaksis, morfologi (bentuk) dan fonologi (bunyi bahasa).

2. Isi atau conten yang meliputi makna atau simantgik. 3. Penggunaan atau use yang mencakup pragmatis.

Ketrampilan bahasa memiliki 4 aspek atau ruang lingkup yaitu

1. Keterampiln mendengarkan 2. Berbicara

3. Membaca 4. Menulis

Sedangkan keterampilan berbicara meliputi :

(31)

kegiatan bertanya, percakapan, bercerita, deklamasi, memberi tanggapan pendapat/ saran dan diskusi.

Kemampuan mendengarkan ini meliputi :

kemampuan memahami bunyi bahasa, perintah, dongeng-drama, petnjuk, denah, pengumuman, berita dan konsep meteri pelajaran.

Pola perkembangan keterampilan berbahasa anak pada umumnya sama, tetapi juga ada perbedaan individual, terutama dalam laju perkembangan dan frekuensi atau banyaknya bicara, isi atau topic pembicaraan, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :

1. Kesehatan 2. Kecerdasan 3. Keluarga

4. Keinginan dan dorongan untuk berkomunikasi serta hubungan dengan teman sebaya

5. Kepribadian

2. Perkembangan Emosi Peserta Didik Remaja

Menurut Hurlock (1981) remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun. Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun. Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2003) usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun. Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Bahkan ada yang dikenal juga dengan istilah remaja yang diperpanjang, dan remaja yang diperpendek.

(32)

bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress) sampai sekarang masih banyak dikutip orang.

Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion/ confussion, moratorium, foreclosure, dan identity achieved (Santrock, 2003, Papalia, dkk, 2001, Monks, dkk, 2000, Muss, 1988). Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja.

Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:

1. Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan. 2. Ketidakstabilan emosi.

3. Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup. 4. Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.

5. Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentang dengan orang tua.

6. Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya.

7. Senang bereksperimentasi. 8. Senang bereksplorasi.

9. Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.

10. Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.

(33)

karakteristik yang ada pada diri remaja. Berikut ini dirangkum beberapa permasalahan utama yang dialami oleh remaja.

Permasalahan akibat perubahan fisik banyak dirasakan oleh remaja awal ketika mereka mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah selesai masa pubertasnya (remaja tengah dan akhir) permasalahan fisik yang terjadi berhubungan dengan ketidakpuasan/ keprihatinan mereka terhadap keadaan fisik yang dimiliki yang biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan. Mereka juga sering membandingkan fisiknya dengan fisik orang lain ataupun idola-idola mereka. Permasalahan fisik ini sering mengakibatkan mereka kurang percaya diri. Levine & Smolak (2002) menyatakan bahwa 40-70% remaja perempuan merasakan ketidakpuasan pada dua atau lebih dari bagian tubuhnya, khususnya pada bagian pinggul, pantat, perut dan paha. Dalam sebuah penelitian survey pun ditemukan hampir 80% remaja ini mengalami ketidakpuasan dengan kondisi fisiknya (Kostanski & Gullone, 1998). Ketidakpuasan akan diri ini sangat erat kaitannya dengan distres emosi, pikiran yang berlebihan tentang penampilan, depresi, rendahnya harga diri, onset merokok, dan perilaku makan yang maladaptiv (& Shaw, 2003; Stice & Whitenton, 2002). Lebih lanjut, ketidakpuasan akan body image ini dapat sebagai pertanda awal munculnya gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia (Polivy & Herman, 1999; Thompson et al).

Dalam masalah kesehatan tidak banyak remaja yang mengalami sakit kronis. Problem yang banyak terjadi adalah kurang tidur, gangguan makan, maupun penggunaan obat-obatan terlarang. Beberapa kecelakaan, bahkan kematian pada remaja penyebab terbesar adalah karakteristik mereka yang suka bereksperimentasi dan berskplorasi.

3. Perkembangan Nilai Moral dan Sikap Peserta Didik

a. Definisi Nilai

(34)

kebiasaanserta nilai-nilaiyang terkandung dalam Pancasila adalah nilai-nilai hidupyang menjadi peganganseseorang dalam kedudukannyasebagai warga Negara Indonesia.

Nilai-nilaiyang terkandung dalam Pancasilayang termasuk dalam sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab,antara lain:

1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antarasesama manusia

2. Mengembangkan sikap tenggang rasa

3. Tidak semena-mena terhadap orang lain, berani membela kebenaran dan keadilan dsb.

b. Definisi Moral

Moral adalah ajaran tentang baik dan buruk perbuatandan kelakuan, akhlak, kewajiban dansebagainya (Purwadarminto, 1957: 957). Dalam moral diatursegala perbuatanyang dinilai baik dan perlu dilakukan, dansuatu perbuatanyang dinilai tidak baik dan perlu dihindari. Moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara perbuatanyang baik danyangsalah. Dengan demikian, moral merupakan kendali dalam bertingkah laku.

C. Definisi Nilai, Moral dan Sikap

Dalam pengamalan Pancasila, moral merupakan control dalam bersikap dan bertingkah lakusesuai dengan nilai-nilai hidupyang ada dalam Pancasila. Nilai-nilai kehidupansebagai norma dalam masyarakatsenantiasa menyangkut persoalan antara baik dan buruk, jadi berkaitan dengan moral.

(35)

D. Karakteristik Nilai,moral dan sikap Remaja

Nilai-nilai kehidupanyang harus dikuasai remaja tidak hanyasebatas pada adat kebiasaan dan tingkah lakusaja, tetapiseperangkat nilai-nilaiyangsecara keseluruhan terkandung dalam Pancasila. Seorang remaja dalam tugas perkembangannya dituntut untuk dapat mempelajari dan membentuk perilakunya agarsesuai dengan harapan lingkungannya tanpa harus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam dengan hukumanseperti pada waktu anak -anak.

Menurut Furter (1965) (dalam Monks, 1984: 252), kehidupan moral merupakan problematicyang pokok dalam masa remaja. Maka perkembangan moral perlu diperhatikan sejakseseorang dilahirkan. Dari hasil penyelidikannya Kohlberg mengemukakan enam tahap perkembangan moral yang berlaku secara universal dan dalam urutan tertentu. Ada tiga tingkat perkembangan moral,yaitu:

1. Tingkat 1 : Pra-konvensional

Pada stadium1, anak berorientasi pada kepatuhan dan hukuman. Anak hanya mengetahui bahwa aturan-aturan ditentukan oleh adanya kekuasaan yang tidak dapat diganggu gugat. Ia harus menurut kalau tidak akan memperoleh hukuman.

Pada Stadium2, berlaku prinsip Relativistik Hedonism artinya bergantung pada kebutuhan dan kesanggupanseseorang (hedonistic). Dalam tahap ini, seorang anak sadar bahwa setiapkejadian mempunyai beberapa segi.

2. Tingkat 2 : Konvensional

Pada Stadium3, menyangkut orientasi mengenai anakyang baik. Anak mulai memasuki umur belasan tahun, dimanaanak memperlihatkan orientasi perbuatan-perbuatanyang dapat dinilai baik atau tidak baik oleh orang lain. Mereka melakukan perbuatan atas dasar kritik dari masyarakat.

(36)

3. Tingkat 3 : Pasca-konvensional

Stadium5, merupakan tahap orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan lingkungan social. Pada tahap ini, seseorang harus memperlihatkan kewajibannya kepada masyarakat karena lingkungan social akan memberikan perlindungan kepadanya. Originalitas remaja juga masih tampak pada tahap ini. Remaja masih mau diatur secara ketat oleh hukum-hukumyang lebih tinggi, walaupun kata hati sudah mulai berbicara.

Stadium6, tahap ini disebut Prinsip Universal. Pada tahap ini ada norma etika disamping norma pribadi dan subjektif. Unsur etika disini yang akan menentukan apa yang boleh dan baik dilakukan dan sebaliknya. Remaja mengadakan tingkah laku-tingkah laku moral yang dikemudikan oleh tanggung jawab batinsendiri.

E. Implikasi Pemenuhan Kebutuhan Remaja Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan

a. Pentingnya Kebutuhan Bagi Perilaku Manusia

Individu adalah pribadi yang utuh dan kompleks. Kekompleksan tersebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Oleh karena itu di samping seorang individu harus memahami dirinya sendiri, ia juga harus memahami orang lain dan memahami kehidupan bersama dalam masyarakat, memahami lingkungan serta memahami pula bahwa ia makhluk Tuhan. Sebagai makhluk psiko-fisis manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan fisik dan psikologis dan sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, manusia mempunyai kebutuhan individu dan kebutuhan sosial kemasyarakatan. Dengan demikian maka setiap individu tentu memiliki kebutuhan, karena ia tumbuh dan berkembang untuk mencapai kondisi fisik dan sosial psikologis yang lebih sempurna dalam kehidupannya.

(37)

pengalaman kehidupan sosialnya semakin luas. Kebutuhan itu timbul disebabkan oleh dorongan-dorongan (motif). Dorongan adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorongnya melakukan perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Dorongan dapat berkembang karena kebutuhan psikologis atau karena tujuan-tujuan kehidupan yang semakin kompleks. Semua individu dalam bertingkah laku pada dasarnya dimotivasi oleh kedua kebutuhan yang saling berhubungan satu sama lain, sebagai perwujudan dari adanya tuntutan-tuntutan dalam hidup bersama kelompok sosial sekitar.

Terdapat 2 macam kebutuhan manusia menurut Mapiarre :

1. Kebutuhan diterima oleh kelompok atau orang-orang lain di sekitar. 2. Kebutuhan menghindari penolakan kelompok atau orang lain.

Dalam proses pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut, individu banyak belajar dari lingkungan sosial di sekitarnya yang menimbulkan pengalaman-pengalaman belajar, antara lain pengalaman-pengalaman bergaul dengan orang tuanya, saudara-saudaranya, keluarganya yang lain, guru-gurunya dan teman-teman sekelompoknya. Melalui pengalaman bergaulnya itu individu belajar dan mengetahui tingkah laku yang bagaimana yang mendatangkan kepuasan baginya dan tingkah laku yang bagaimana yang tidak mengenakkan. Dengan kata lain, individu belajar membentuk pola tingkah laku yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut di atas.

b. Jenis–Jenis Kebutuhan Remaja dan Pemenuhannya

(38)

1. Kebutuhan Primer yaitu kebutuhan yang merupakan kebutuhan biologis (organik) yang timbul dari dorongan/motif asli seperti kebutuhan makan, minum, bernapas, kehangatan tubuh, dan kebutuhan seksual dan perlindungan diri.

2. Kebutuhan sekunder yaitu kebutuhan yang timbul oleh motif dipelajari

(kebutuhan sosial–psikologis) seperti kebutuhan untuk mencari pengetahuan,

mengikuti pola hidup bermasyarakat, hiburan dan lainnya.

Menurut Lewis dan Lewis (Sunarto dan Hartono, 1994:55) kegiatan remaja didorong oleh berbagai kebutuhan yaitu:

a. kebutuhan jasmaniah b. kebutuhan psikologis c. kebutuhan ekonomi d. kebutuhan sosial e. kebutuhan politik

f. kebutuhan penghargaan; dan g. kebutuhan aktualisasi diri

C. Kebutuhan Remaja dan Implikasinya dalam penyelenggaraan Pendidikan Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, guru hendaknya selalu sensitif terhadap kebutuhan para siswa (remaja) dan berusaha memahaminya sebaik mungkin. Untuk itu guru perlu memperhatikan aspek berikut :

1. Mempelajari kebutuhan remaja melalui berbagai pendapat orang dewasa; 2. Mengadakan angket yang ditujukan kepada para remaja untuk mengetahui

masalah–masalah yang sedang mereka hadapi

3. Bersikap sensitif terhadap kebutuhan yang tiba–tiba muncul dari siswa yang

berada di bawah bimbingannya.

(39)

1. Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis :

 Menyediakan program makan siang yang murah

 Menyediakan ruangan kelas dengan kapasitas yang memadai dan

temperatur yang tepat dalam jumlah yang seimbang.Menyediakan kamar mandi/toilet

2. Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman: Sikap guru:

 menyenangkan, mampu menunjukkan penerimaan siswanya, dan tidak

menunjukkan ancaman atau bersifat menghakimi.

 Mengendalikan perilaku siswa di kelas/sekolah dengan menerapkan sistem

pendisiplinan siswa secara adil

melaluiØLebih banyak memberikan penguatan perilaku pujian/ganjaran

atas segala perilaku positif siswa dari pada pemberian hukuman atas perilaku negatif siswa. (reinforcement)

3. Pemenuhan Kebutuhan Kasih Sayang atau Penerimaan:

a. Hubungan Guru dengan Siswa :

 Empatik, peduli dan Guru dapat menampilkan ciri-ciri kepribadian:

interest terhadap siswa, sabar, adil, terbuka serta dapat menjadi pendengar yang baik.

 banyak memberikan komentar dan umpan balik yang positif dari pada

yang negatif.

 Guru dapat menghargai dan menghormati setiap pemikiran,

 Guru dapat menjadi penolong yang bisa diandalkan dan memberikan

kepercayaan terhadap siswanya.

b. Hubungan Siswa dengan Siswa :

 Sekolah mengembangkan situasi yang memungkinkan terciptanya kerja

sama mutualistik dan saling percaya diantara siswa

 Sekolah dapat menyelenggarakan class meeting, melalui berbagai forum,

seperti olah raga atau kesenian.

 Sekolah mengembangkan diskusi kelas

(40)

4. Pemenuhan Kebutuhan Harga Diri:

a. Mengembangkan Harga Diri Siswa

 Mengembangkan pengetahuan baru berdasarkan latar pengetahuan yang

dimiliki siswanya

 Mengembangkan sistem pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan

siswa

 Mengembangkan strategi pembelajaran yang bervariasi

 Selalu siap memberikan bantuan apabila para siswa mengalami kesulitan

 Melibatkan seluruh siswa di kelas untuk berpartisipasi dan bertanggung

jawab.

 Ketika harus mendisiplinkan siswa, sedapat mungkin dilakukan secara

pribadi, tidak di depan umum

b. Penghargaan dari pihak lain

 Mengembangkan iklim kelas dan pembelajaran kooperatif dimana setiap

siswa dapat saling menghormati dan mempercayai, tidak saling mencemoohkan.

 Mengembangkan program penghargaan atas pekerjaan, usaha dan prestasi

yang diperoleh siswa.

 mengantarkan setiap siswa untuk memiliki sikap empatik dan menjadi

pendengar yang baik.

 Mengembangkan kurikulum yang dapat

 Berusaha melibatkan para siswa dalam setiap

 pengambilan keputusan yang terkait dengan kepentingan para siswa itu

sendiri

c. Pengetahuan dan Pemahaman

 Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengeksplorasi

bidang-bidang yang ingin diketahuinya.

 Menyediakan topik-topik pembelajaran dengan sudut pandang yang

beragam.

 Menyediakan kesempatan kepada para siswa untuk berfikir kritis dan

berdiskusi.

d. Estetik

 Menata ruangan kelas secara rapi dan menarik termasuk menempelkan

(41)

 Ruangan dicat dengan warna-warna yang menyenangkan

 Memelihara sarana dan prasarana yang ada di sekeliling sekolah

 Ruangan yang bersih dan wangi

5. Pemenuhan Kebutuhan Akatualisasi Diri

 Memberikan kebebasan kepada siswa untuk menggali dan memberikan

kesempatan kepada para siswa untuk melakukan yang terbaik bagi dirinya

 menjelajah kemampuan dan potensi yang dimilikinya .

 Menciptakan pembelajaran yang bermakna dikaitkan dengan kehidupan

nyata

(42)

2.7 KONSEP PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK USIA SEKOLAH MENENGAH

A. Pengertian dan Karakteristik Penyesuaian Diri

Penyesuaian diri adalah suatu proses alamiah dan dinamis yang bertujuan mengubah perilaku individu agar lebih sesuai dengan kondisi linkungannya serta memenuhi kebutuhan yang sesuai.

Karakteristik penyesuaian diri di golongkan menjadi dua yaitu penyesuaian diri yang positif dan penyesuaian diri yang salah.

a. Penyesuaian diri yang positif

Ciri-ciri penyesuaian diri yang positif :

1. Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional yang berlebihan,

2. Tidak menunjukkan adanya mekanisme pertahanan yang salah,

3. Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi,

4. Memiliki pertimbangan yang rasional dalam pengarahan diri,

5. Mampu belajar dari pengalaman,

6. Bersikap realistik dan objektif.

Dalam penyesuaian diri secara positif seseorang individu pasti akan melakukan berbagai bentuk berikut ini :

1. Penyesuaian diri dalam menghadapi masalah secara langsung, dalam hal

ini individu secara langsung menghadapi masalah dengan segala akibatnya, ia akan melakukan tindakan yang sesuai dengan masalah yang dihadapi.

(43)

2. Penyesuaian diri dengan melakukan eksplorasi, dalam hal ini individu mencari berbagai macam pengalaman untuk menghadapi dan memecahkan masalah-masalahnya.

Contoh : Seorang siswa yang kurang mampu mengerjakan tugas membuat makalah akan mencari bahan dalam upaya mengerjakan tugas tersebut entah dengan membaca buku, diskusi, atau mencari di internet.

3. Penyesuaian diri dengan trial dan eror, dalam hal ini individu

melakukan tindakan coba-coba dalam arti jika menguntungkan dilanjutkan namun jika gagal tidak dilanjutkan.

Contoh : Seorang pengusaha yang sedang melakukan spekulasi untuk meningkatkan usahanya.

4. Penyesuaian dengan subtitusi, dalam hal ini individu yang merasa

gagal dalam menghadapi masalahnya akan mencari cara lain untuk menghadapinya.

Contoh : Jika seorang siswa gagal memasuki perguruan tinggi melalui jalur yang pertama pasti dia akan berusaha agar dapat diterima di jalur yang kedua, atau seterusnya.

5. Penyesuaian diri dengan belajar, dalam hal ini individu dapat

memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk membantu penyesuaian dirinya.

(44)

6. Penyesuaian diri dengan pengendalian diri, dalam hal ini individu akan berusaha memilih tindakan mana yang harus dilakukan dan tidak perlu dilakukan.

Contoh : Seorang anak ada dilingkungan pengguna narkoba akan tetapi dia menolak saat diberi narkoba

b. Penyesuaian diri yang salah

Ciri-ciri penyesuaian diri yang salah :

1. Sikap dan tingkah laku yang serba salah,

2. Sikap dan tingkah laku yang tidak terarah,

3. Sikap dan tingkah laku yang emosional,

4. Sikap yang tidak realisti dan membabi buta.

Dalam penyesuaian diri secara salah seseorang individu pasti akan melakukan berbagai bentuk berikut ini :

1. Reaksi Bertahan, dalam hal ini individu berusaha untuk mempertahankan

dirinya dengan seolah-olah dia tidak sedang menghadapi kegagalan. Contoh : Seorang murid yang menyalahkan gurunya karena nilainya jelek

2. Reaksi menyerang, dalam hal ini individu yang melakukan kesalahan akan

menunjukkan sikap dan perilaku yang bersifat menyerang untuk menutupi kesalahannya.

Contoh : Seorang anak yang berusaha mempertahankan pendapatnya meski pendapatnya salah

3. Reaksi melarikan diri, dalam hal ini individu akan melarikan diri dari

situasi yang menimbulkan konflik atau kegagalannya.

(45)

B. Proses dan Aspek-aspek Penyesuaian Diri

Proses penyesuaian diri merupakan tahapan individu dalam mencapai keseimbangan diri untuk memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan lingkungannya. Penyesuaian diri bersifat sepanjang hayat, maksudnya dalam proses penyesuaian diri manusia akan terus menerus berupaya menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup.Didalam proses penyesuaian diri dapat terjadi konflik, tekanan, atau frustasi jika suatu individu sudah tidak bisa mengatasi masalah/ tuntutannya.

Aspek-aspek penyesuaian diri di bedakan menjadi dua yaitu :

a. Penyesuaian pribadi, adalah kemampuan seseorang untuk menerima diri

demi terciptanya hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya.

b. Penyesuaian sosial, adalah kemauan untuk mematuhi nilai dan norma

social yang berlaku dalam masyarakat.

C. Implikasi penyesuaian Diri Peserta Didik

Implikasi adalah keterlibatan individu dalam proses penyesuian diri. Dalam proses implikasi peserta didik tidak hanya berada dalam lingkup keluarga saja melainkan adanya keterlibatan di lingkungan masyarakat, teman sebaya, dan sekolah. Namun lingkungan sekolah mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan jiwa. Dalam proses implikasi sebaiknya terjadi interaksi edukatif, sehingga adanya hubungan timbal balik yang mendidik.

Berikut ini upaya yang dapat dilakukan untuk proses penyesuaian peserta didik :

1. Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa nyaman bagi

siswa, baik secara sosial, fisik maupun akademis.

2. Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi siswa.

3. Berusaha memahami siswa secara menyeluruh baik prestasi belajar sosial

(46)

4. Menggunakan metode dan alat mengajar yang mendorong gairah belajar.

5. Menggunakan prosedur evaluasi yang dapat memperbesar motivasi

belajar.

6. Menciptakan ruangan kelas yang memenuhi syarat kesehatan.

7. Membuat tata tertib sekolah yang jelas dan dipahami siswa.

8. Adanya keteladanan dari para guru dalam segala aspek pendidikan.

9. Mendapatkan kerja sama dan saling pengertian dari para guru dalam

melaksanakan kegiatan pendidikan.

10. Melaksanakan program bimbingan belajar dan penyuluhan yang

(47)

2.8 Permasalahan mremaja dan upaya – upaya menangaminya

1. Implikasi proses penyesuaian diri PDUSM terhadap penyelenggaraan pendidikan

Penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan lingkunganya. Penyesuaian diri PDUSM sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekolah. Karena di lingkungan sekolah mereka mendapat

pendidikan dan bimbingan moral.

Adapun upaya – upaya yang dapat dilakukan untuk memperlancar proses

penyesuaian diri PDUSM, yaitu :

a) Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa betah bagi

PDUSM, baik secara sosial, fisik, maupun akademik.

b) Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi

siswa.

c) Berusaha memahami siswa secara menyeluruh baik prestasi, aspek

pribadi dan sosial.

d) Menggunakan prosedur evaluasi yang dapat memperbesar motivasi

belajar.

e) Menciptakan ruang kelas yang memenuhi syarat kesehatan.

f) Membuat tata tertib sekolah yang jelas dan mudah dipahami oleh

siswa.

g) Melaksanakan program bimbingan dan penyuluhan yang sebaik –

baiknya.

2. Masalah penyesuaian diri PDUSM

a) Penolakan orang tua terhadap anaknya

 Penolakan yang bersifat sejak awal (orang tua tidak menghendaki

(48)

 Penolakan karena pura – pura tidak tahu keinginan anak (masalah anak) Akibat : PDUSM tidak menyesuaikan diri dengan masyarakat atau teman pergaulanya.

b) Sikap over proteksi

Akibat : Remaja menjadi tidak mandiri karena selalu mengharap bantuan dan perhatian orang tua.

c) Sikap otoriter

Akibat : Remaja akan berani menentang / melawan orang tuanya. Serta akan bersikap otoriter juga terhadap teman dan yang lainya.

d) Keretakan keluarga

Akibat : Menggangu emosional remaja.

e) Perbedaan perlakuan antara laki – laki dan perempuan

Akibat Menimbulkan rasa iri

f) Remaja yang sering berpindah tempat tinggal.

Hal itu tentunya remaja harus pindah sekolah yang akhirnya remaja mengalami banyak kesukaran dalam penyesuaian dirinya.

3. Karakteristik masalah PDUSM

(49)

dalam kehidupan manusia yang batasan usia maupun peranya sering tidak terlalu jelas.

Dalam perkembanganya, sering mereka menjadi bingung karena

kadang – kadang diperlukan sebagai anak – anak, tetapi dilain waktu

mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa. Untuk memahami

remaja, perlu dilihat berdasarkan perubahan – perubahan pada dimensi –

dimensi, yaitu :

a) Dimensi biologis

Secara biologis, remaja mengalami perubahan yang sangat besar (puber) seperti perubahan suara pada remaja putra atau mulainya

menstruasi pada remaja putri.

b) Dimensi kognitif

Pada periode ini idealnya remaja sudah memiliki pola pikir sendiri

dalam usaha memecahkan masalah – masalah yang kompleks dan abstrak.

c) Dimensi moral

Masa remaja adalah periode saat seseorang mulai bertanya – tanya

mengenai berbagai fenomena yang terjadi dilingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentuk nilai mereka. Secara kritis, remaja akan lebihbanyak

melakukan pengamatan keluar dan membandingkan dengan hal – hal yang

selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya .

4. Beberapa masalah PDUSM

(50)

a. Pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah

-Jasmani -Rohani

-Jiwa -Sosial

b. Permasalahan kesehatan anak usia sekolah

Penanganan masalah remaja dengan cara mekanisme pertahann diri

a) Refresi : Upaya individu untuk menyingkirkan konflik batin dan mimpi

buruk yang menimbulkan perasaan cemas

b) Supresi : proses pengendalian diri yang ditunjukan untuk menjaga impuls

dan dorongan yang tetap terjaga

c) Reaktion formation (pembentukan realsi)

Dikatakan pembentukan realsi ketika dia berusaha menyembunyikan motif dan perasaan yang sesungguhnya dan menyampaikan wajah yyang berlawanan

d) Fiksasi : Individu yangada situasi yang membuatnya frustasi dan

mengalami kecemasan, sehingga membuat individu menjadi terinfeksi pada satu tahap karena tahap berikutnya penuh kecemasan.

e) Regresi : merupakan respon umum bila berada dalam situasi frustasi, hal

ini bisa terjadi jika individu mendapat tekanan

f) Menarik diri : Merupakan respon umum dalam mengambil sikap. Biasanya

disertai dengan depresi atau apatis

g) Mengelak : Bila diliputi oleh stress yang lama atau bisa juga mengurung

diri agar menghilangkan rasa frustasi

h) Denial (menyangka) kenyataan : menolak adanya pengalaman yang tidak

menyenangkan dengan maksud melindungi dirinya sendiri

i) Fantasi : seseorang yang sering merasa mencapai tujuan dan berusaha

menghindari dirinya dari suatu peristiwa yang tidak menyenangkan

j) Rasionalisasi : Upaya individu untuk mencari alasan untuk membenarkan

(51)

k) Intelektualisasi : suatu proses nyang digunakan untuk menghadapi situasi yang seharusnya menimbulkan perasaan yang menekan dirinya.

l) Proyeksi : teknik proyeksi biasanya sangat cepat dalam memperlihatkan

(52)

BAB III

PENUTUP

3.3 Kesimpulan

Setiap Individu mempunyai cara tumbuh dan berkembang yang

berbeda – beda. Setiap Individu mempunyai tahapan – tahapan dalam

pertumbuhan dan perkembangannya. Sehingga pemahaman akan pola

pertumbuhan dan perkembangan peserta didik sangatlah penting agar

pendidikan yang di dapat oleh setiap peserta didik menjadi optimal.

Dan cara mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan

mengembangkan metode – metode pembelajaran yang interaktif dan

inovatif dan sesuai dengan karakter setiap peserta didik. Sehingga

pembelajaran menjadi menarik dan peserta didik tidak merasa bahwa

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Fatimah, Enung, Dra, M.M.,2008. Psikologi Perkembangan (Cetakan 3).

Bandung:CV. Pustaka Setia

Ali, M. & Asrori, M.,2012. Psikologi Remaja (cetakan kedelapan). Jakarta:PT.

Referensi

Dokumen terkait

Penyesuaian diri merupakan proses yang dilakukan oleh individu (siswa), dalam usaha untuk mencapai keharmonisan diri terhadap tuntutan lingkungan, atau dapat pula

Proses eksternalisasi merupakan suatu pencurahan kehadiran manusia dalam bentuk aktivitas fisik maupun mentalnya guna penyesuaian diri individu dengan lingkungannya, dalam hal

Seorang individu (peserta didik) dikatakan mampu dalam proses penyesuaian sosial dengan lingkungannya, apabila individu tersebut memperlihatkan sifat dan tingkah laku yang.. sesuai

Psikologis yang dikemukakan Maslow (1943) mencakup a) kebutuhan untuk memiliki sesuatu b) kebutuhan cinta dan kasih sayang 3) kebutuhan keyakinan diri 4) kebutuhan aktualisasi

d. Dalam proses pembentukan kepribadian seorang remaja, hal yang paling mempengaruhi adalah sekolah. Pentingnya sekolah dalam memainkan peranan di diri siswa

penyesuaian diri yang kurang baik dan kaku, namun setelah melakukan latihan secara sungguh-sungguh, lambat laun menjadi bagus dalam setiap penyesuaian diri

kata lain apabila penyesuaian dirinya baik maka individu tersebut akan dapat menyesuaikan diri dan berperilaku baik di dalam lingkungannya Penyesuain diri suatu proses yang mencakup

Masalah Penyesuaian Diri Peserta Didik pada Perubahan Kurikulum di Tinjau dari Faktor Internal Berdasarkan hasil penelitian terhadap masalah penyesuaian diri peserta didik pada