• Tidak ada hasil yang ditemukan

MASALAH PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "MASALAH PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

.

,I

MASALAH PEI{YESUAIAN DIRI PESEBTA DIDIK PAI}A PERI]BAHAN KURIKULUM DI KELAS X

SMA NEGERI I PANTAI CERMIN KABUPATEN SOLOK

JURNAL

Diajukan

Sebagai Salah Satu

Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata-l)

-2e,t8 -

oQ

^*t" V)

*.. [-"to

q

tJ ru\'06 L

t'["

l'.

Oleh:

AGUS MULYA PUTRA NPM.

120601s8

PROGRAM STUDI BIFIBINGAIY DAN KONSELING SEKOLAII TINGGII(EGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2016

_+t

(2)

MASALAH PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK PADA PERUBAHAN KURIKULUM DI KELAS X

SMA NEGERI I PANTAI CERMIN KABUPATEN SOLOK

Oleh:

Agus Mulya Putra Weni Yulastri M.Pd Ryan Hidayat Rafiola, M.Pd.,Kons

Student Guidence and Counseling STKIP PGRI Sumatra Barat

ABSTRAK

This research was motivated by the learners who have not been able to adjust to changes in the curriculum. The purpose of this study was to describe: 1) The problem of adjustment of students in curriculum changes in the review of internal factors, 2) The problem of adjustment of students in the review of the curriculum changes in external factors. This research is quantitative descriptive. The study population was all students of class X SMA Negeri 1 Pantai Cermin District amounted to 192 people. The sampling technique using proportional random sampling technique which totaled 66 people. The instrument used questionnaire. The data analysis technique used percentages. Results of the study revealed that: 1) Problem adjustment learners in curriculum changes in the review of the internal factors are categorized very many.2) The issue of adjustment of students in the review of the curriculum changes in external factors categorized low.

Keywords: adjustment, curriculum KTSP and curriculum 2013

Pendahuluan

Kurikulum merupakan suatu hal yang mendasar bagi terselenggaranya sebuah pendidikan yang berisi seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kegiatan pembelajaran tertentu. Kurikulum bersifat dinamis yang selalu berubah dan berkembang seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi.

Indonesia telah melakukan beberapa kali perubahan kurikulum yang bertujuan untuk menyelaraskan pendidikan di Indonesia dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satunya terjadi perubahan kurikulum pada tahun ini yaitu perubahan kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013.

Perubahan ini terjadi mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dilakukan untuk menjawab tantangan zaman yang terus berubah agar peserta didik mampu bersaing di masa

depan, dalam konteks Nasional maupun Internasional. Pada perubahan dan pengembangan kurikulum 2013 dapat dikaji perbedanya dengan KTSP 2006.

Kurikulum KTSP 2006 lebih mengacu pada mata pelajaran tertentu yang mendukung kompetensi tertentu tiap mata perlajaran diajarkan dengan pendekatan yang berbeda.

Menurut Mulyasa (Gunawan, 2012:19) KTSP dikembangkan oleh masing-masing kelompok atau satuan pendidikan bersama-sama dengan komite sekolah atau madrasah di bawah koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan atau Kementrian Agama kabupaten atau kota untuk Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah.

Seperti yang telah dijelaskan oleh Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 KTSP disusun dan dikembangkan harus mempertimbangkan dua hal sebagai berikut, yakni:

(1) Pengembangan kurikulum mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP) untuk mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional, (2)Kurikulum pada semua jenjang

(3)

dan jenis pendidikan dikembangkan dengan mempertimbangkan prinsip diversifikasi, sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik.

Lebih lanjut dijelaskan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, berbangsa dan bernegara.

Perubahan kurikulum 2013 mencakup berbagai elemen yaitu standar kompetensi lulusan, standar proses, standar isi dan standar penilaian. Salah satu perubahan yang terpenting dari kurikulum 2013 adalah pada proses pembelajaran. Proses pembelajaran tersebut dikembangkan berdasarkan kompetensi peserta didik. Menurut Fahmi (Sobur, 2003:526) penyesuaian diri adalah suatu proses dinamik terus menerus yang bertujuan untuk mengubah kelakuan guna mendapatkan hubungan yang lebih serasi antara diri dan lingkungan.

Fatimah (2010:194)menyatakan

“Peyesuaian diri adalah tingkah laku manusia dapat dipandang sebagai reaksi terhadap berbagai tuntutan dan tekanan lingkungan tempat individu hidup, seperti cuaca dan unsur lainnya”. Sobur (2003:523) menyatakan

“Penyesuaian diri merupakan faktor yang penting dalam kehidupan manusia”. Begitu pentingnya hal ini sampai-sampai dalam berbagai literatur, kerap menjumpai ugkapan- ungkapan seperti “Hidup manusia sejak lahir sampai mati tidak lain adalah penyessuaian diri”.

Schneiders (Ali dan Asrori, 2009:

176) berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang meliputi; (1) penyesuaian diri sebagai adaptasi, (2) penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas, (3) penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan.

Menurut Calhoun dan Acocella memberikan defenisi yang lebih luas plastis mengenai

penyesuaian diri ini. Dikatakan, “Penyesuaian dapat didefinisikan sebagai interaksi anda yang kontinu dengan diri anda sendiri, dengan orang lain dan dengan duniaanda”.

Kemudian menurut Sunarto (2002:221)penyesuaian berarti adaptasi yang dapat mempertahankan eksistensinya, atau bisa

Survive” dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial. Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip.

Fahmi (Sobur, 2003:526) menjelaskan

“Penyesuaian diri adalah suatu proses dinamik terus menerus yang bertujuan untuk mengubah kelakuan guna mendapatkan hubungan yang lebih serasi antara diri dan lingkungan”.

Fatimah(2010:199) menyatakan penyesuaian diri sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang menentukan kepribadian itu sendiri, baik faktor internal maupun eksternal dalam diri seseorang untuk menyesuaian diri.Faktor internal yaitu, faktor fisioligis, faktor psikologis, faktor balajar, faktor determinasi diri, faktor konflik, faktor perkembangan dan kematangan, sedangkan faktor eksternal yaitu, faktor lingkungan, faktor budaya dan agama.

Kurikulum KTSP 2006 lebih mengacu pada mata pelajaran tertentu yang mendukung kompetensi tertentu tiap mata perlajaran tertentu diajarkan dengan pendekatan yang berbeda. Menurut Mulyasa (2012:08) KTSP merupakan singkatan dari kurikulum tingkat satuan pendidikan, yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah atau daerah, karakteristik daerah atau sekolah, sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristik peserta didik.

Berdasarkan realita yang telah penulis jelaskan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di sekolah SMA Negeri 1 Pantai Cermin dengan judul: “Masalah Penyesuaian Diri Peserta Didik padaPerubahan Kurikulum di Kelas XSMA Negeri 1 Pantai Cermin Kabupaten Solok”.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peserta didik bosanberada di sekolah karena lebih lama di bandingkan dengan kurikulum KTSP

(4)

2. Peserta didikkesulitan dengan perbedaan cara belajar siswa pada perubahan kurikulum 2013

3. Peserta didik merasajampelajaran kurikulum 2013 lebih lama di bandingkan kurikulum KTSP

4. Peserta didik mengeluh atas perubahan kurikulum yang telah ditetapkan oleh Menteri pendidikan di Indonesia

5. Peserta didik merasa kesulitan dengan metode pembelajaran pada perubahan kurikulum 2013

6. Peserta didik ketakutan dengan prestasi yang akan menurun dari sebelumnyapada perubahan kurikulum 2013

7. Peserta didik merasa sulit dalam menyesuaikan diri pada perubahan kurikulum 2013

8. Peserta didik merasa takut jika tidak mengikuti ekstrakurikuler pramuka pada perubahan kurikulum 2013

Untuk lebih terarahnya penelitian ini maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut:

1. Batasan faktor internal

Masalah penyesuaian diri peserta didikpada perubahan kurikulum di tinjau dari faktor internal.

2. Batasan faktor eksternal

Masalah penyesuaian diri peserta didikpada perubahan kurikulum di tinjau dari faktor eksternal.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskritif kuntitatif, yaitu jenis penelitian yang menggambarkan suatu keadaan atau situasi tertentu sebagaimana adanya secara sistematis, aktual, akurat dan ditentukan hubungan antara variabel yang diteliti. Menurut Yusuf (2007:83) “Penelitian deskriptif adalah salah satu penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi tertentu”.

Selanjutnya menurut Lufri (2007:56)

“Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan suatu gejala, fakta, peristiwa atau kejadianyang sedang atau sudah terjadi”.

Penelitian ini sudah dilaksanakan pada Bulan Juni 2016 di SMA Negeri 1 Pantai Cermin Kabupaten Solok, dengan judul

“Masalah Penyesuaian Diri Peserta didk pada Perubahan kurikulum di Kelas X SMA Negeri I Pantai Cermin Kabupaten Solok. Sasaran pada penelitian ini adalah seluruh peserta didik

kelas X di SMA Negeri 1 Pantai cermin kabupaten solok yang berjumlah 192 orang peserta didik. Lebih jelasnya dapat Dengan sampel berjumlah 66 orang.

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket.

Menurut Riduwan (2010:71) “Angket adalah daftar pernyataan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna”.Yusuf (2007:252) menyatakan “Angket adalah suatu rangkaian pernyataan yang berhubungan dengan topik tertentu diberikan kepada kelompok individu dengan maksud untuk memperoleh data.

Analisis data dilakukan setelah data terkumpul melalui angket. Data yang terkumpul melalui angket dideskripsikan melalui pengolahan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Memeriksa kelengkapan isi instrumen (angket) yang telah diterima dari sampel penelitian.

2. Membuat tabel pengolahan data berdasarkan item pernyataan angket penelitian yang telah dijawab responden.

3. Mencari dan menghitung jumlah skor serta memasukkan data ke tabel pengolahan.

4. Perumusan kriterium sturgess

5. Menghitung persentase masing-masing frekuensi yang diperoleh, dengan menggunakan teknik analisis persentase yang dikemukakan oleh Sugiyono (2013:

43) sebagai berikut.

p = x 100%

Keterangan:

P = Tingkat persentase

f = Frekuensi yang sedang dicari persentasinya

N = Number of cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu) 100 = Bilangan tetap

6. Setelah didapatkan persentase jawaban dari responden kemudian Menganalisis masing-masing data yang diperoleh.

Kriteria penilaian penelitian untuk masing- masing analisis data. Kriteria yang digunakan untuk menafsirkan penelitian ini adalah kriteria yang digunakan Riduwan (2010:89) sebagai berikut.

a. 0% - 20% = Sangat Sedikit b. 21% - 40% = Sedikit c. 41% - 60% = Cukup Banyak d. 61% - 80% = Banyak e. 81% - 100% = Sangat Banyak

(5)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat dideskripsikan bahwa masalah penyesuaian diri peserta didik pada perubahan kurikulum di kelas X SMA Negeri 1 Pantai Cermin Kabupaten Solok dengan masing-masing sub varibel adalah sebagai berikut:

1. Masalah Penyesuaian Diri Peserta Didik pada Perubahan Kurikulum di Tinjau dari Faktor Internal

Berdasarkan hasil penelitian terhadap masalah penyesuaian diri peserta didik pada perubahan kurikulum di kelas X SMA Negeri 1 Pantai Cermin Kabupaten Solok di lihat Masalah penyesuaian diri peserta didik pada perubahan kurikulum di tinjau dari faktor internal dikategorikan sangat banyak dengan persentase 63,64 %

Menurut Fatimah (2010:199) faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri ada dua faktor, faktor internal dan eksternal. Faktor internal terbagi sebagai berikut :

Kondisi fisik, seperti struktur fisik dan tempramen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembangannya secara instrinsik berkaitan erat dengan susunan tubuh.

pengalaman yang menyenangkan, seperti memperoleh hadiah dari suatu kegiatan cendrung akan menimbulkan proses penyesuaian diri yang baik. Pengalaman yang traumatik akan menimbulkan penyesuaian diri yang keliru atau salah suai.belajar merupakan suatu poses modifikasi tingkah laku sejak fase- fase awal dan berlangsung terus menerus sampai sepanjang hayat dan diperkuat oleh kematangan. Determinasi diri mempunyai fungsi penting dalam proses penyesuian diri karena berperan dalam pengendalian arah dan pola penyesuaian diri, keberhasilan atau kegagalan penyesuaian diri. Orang yang memiliki banyak konflik tetapi tidak menggangu atau tidak merugikannya.

Sebenarnya, beberapa konflik dapat memotivasi seseorang untuk meningkatkan kegiatan dan penyesuaian dirinya. Kondisi- kondisi perkembangan dan kematangan mempengaruhi setiap aspek kepribadian individu, seperti emosional, sosial, moral, keagamaan dan intelektual, dalam fase tertentu, salah satu aspek mungkin lebih penting dari aspek lainya.

a.

Masalah Penyesuaian Diri Peserta Didik pada Perubahan Kurikulum di Tinjau dari Faktor Fisiologis

Berdasarkan hasil penelitian terhadap masalah penyesuaian diri peserta didik pada perubahan kurikulum di kelas X SMA Negeri 1 Pantai Cermin Kabupaten Solok di lihat Masalah penyesuaian diri peserta didik pada perubahan kurikulum di tinjau dari faktor fisiologis di kategorikan banyak dengan persentase 39,39 %

Menurut Surya (Fatimah 2010:199) orang yang tergolong ektomorf, yaitu yang ototnya lemah atau tubuhnya rapuh, ditandai oleh sifat-sifat segan dalam melakukan aktifitas sosial, pemalu, pemurung dan sebagainya.

Senada dengan pendapat. Senada dengan pendapat Sunarto dan Hartono (2002 :230) kondisi jasmaniah seperti pembawaan dan struktur ataw konstitusi fisik dan tempramen sebagai disposisi yang di wariskan, aspek perkembangannya secara instrinsik berkaitan erat dengan susunan ataw konstitusi tubuh, misalnya orang yang tergolong ektomorf yaitu yang otot-ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat menahan diri, segan dalam aktifitas sosial, pemalu, dan sebagainya,

b.

Masalah Penyesuaian Diri Peserta Didik pada Perubahan Kurikulum di Tinjau dari Faktor Pengalaman

Berdasarkan hasil penelitian terhadap masalah penyesuaian diri peserta didik pada perubahan kurikulum di kelas X SMA Negeri 1 Pantai Cermin Kabupaten Solok di lihat Masalah penyesuaian diri peserta didik pada perubahan kurikulum di tinjau dari faktor pengalaman dikategorikan Sangat banyak dengan persentase 100 %

Ali dan Asrori (2009:184) menyatakan“Pengalaman yang menyenangkan adalah peristiwa-peristiwa yang dialami oleh individu dan dirasakan sebagai suatu yang menyenangkan, mengasyikan dan bahkan ingin dirasakan kembali”. Pegalaman seperti ini akan dijadikan dasar untuk ditransfer oleh individu ketika harus menyesuaiakan diri dengan lingkungan yang baru. Menurut Fatimah (2010 :200) pengalaman yang menyenangkan, seperti memperoleh hadiah dari suatu kegiatan cendrung akan menimbulkan proses penyesuaian diri yang baik. Pengalaman yang traumatik akan menimbulkan penyesuaian diri yang keliru atau salah suai.

(6)

c.

Masalah Penyesuaian Diri Peserta Didik pada Perubahan Kurikulum di Tinjau dari Faktor Belajar

Berdasarkan hasil penelitian terhadap masalah penyesuaian diri peserta didik pada perubahan kurikulum di kelas X SMA Negeri 1 Pantai Cermin Kabupaten Solok di lihat Masalah penyesuaian diri peserta didik pada perubahan kurikulum di tinjau dari faktor belajar dikategorikan banyak dengan persentase 34,85 %

Fatimah (2010: 200) menyatakan Proses belajar merupakan suatu dasar yang fundamental dalam proses penyesuaian diri, belajar merupakan suatu poses modifikasi tingkah laku sejak fase-fase awal dan berlangsung terus menerus sampai sepanjang hayat dan diperkuat oleh kematangan. Menurut Ali dan asrori (2009 :184) belajar merupakan unsur yang paling penting dalam penyesuain diriindividu karena pada umumnya respons- respons dan sifat-sifat kepribadian yang di perlukan bagi penyasuaian diri diperoleh dan menyerap kedalam diri individu melalui proses belajar.

d.

Masalah Penyesuaian Diri Peserta Didik pada Perubahan Kurikulum di Tinjau dari Faktor Determinasi Diri

Berdasarkan hasil penelitian terhadap masalah penyesuaian diri peserta didik pada perubahan kurikulum di kelas X SMA Negeri 1 Pantai Cermin Kabupaten Solok di lihat Masalah penyesuaian diri peserta didik pada perubahan kurikulum di tinjau dari faktor determinasi diri dikategorikan Sangat banyak dengan persentase 95,45 %

Ali dan Asrori (2009 :185) menyatakan Determinasi diri berkaitan erat dengan penyesuaian diri adalah sesungguhnya individu itu sendiri harus mampu menentukan dirinya sendiri untuk melakukan proses pnyesuaian diri. Ini menjadi penting karena determinasi diri merupakan faktor yang sangat kuat yang dapat digunakan untuk kebaikan dan keburukan idividu itu sendiri. Senada dengan Fatimah (2010 :200) Determinasi diri mempunyai fungsi penting dalam proses penyesuian diri karena berperan dalam pengendalian arah dan pola penyesuaian diri, keberhasilan atau kegagalan penyesuaian diri banyak ditentukan oleh kemampuan individu dalam mengarahkan dan mengendalikan diri.

Keberhasilan atau kegagalan penyesuaian diri banyak ditentukan oleh kemampuan individu untuk mengarahkan dan mengendalikan dirinya

meskipun sebetulnya situasi dan kondisi tidak menguntungkan bagi penyesuaian dirinya.

e.

Masalah Penyesuaian Diri Peserta Didik pada Perubahan Kurikulum di Tinjau dari Faktor Konflik

Berdasarkan hasil penelitian terhadap masalah penyesuaian diri peserta didik pada perubahan kurikulum di kelas X SMA Negeri 1 Pantai Cermin Kabupaten Solok di lihat Masalah penyesuaian diri peserta didik pada perubahan kurikulum di tinjau dari faktor konflikdikategorikan Sangat Sedikit dengan persentase 92,42 %

Menurut Sunarto dan Hartono (2002 :233) Efek konflik pada perilaku akan tergantung sebagian pada sifat konflik itu sendiri. Ada beberapa pandangan bahwa semua konfliuk bersifat mengganggu atau merugikan.

Namun dalam kenyataan ada juga seseorang yang mempunyai banyak konflik tanpa hasil- hasil yang merusak atau merugikan.

Sebenarnya, beberapa konflik dapat bermanfaat memotifasi seseorang untuk meningkatkan kegiatan. Cara seseorang mengatasi konfliknya dengan meningkatkan usaha ke arah pencapaian tujuan yang menguntungkan secara sosial, atau mungkin sebaliknya ia memecahkan konflik dengan melarikan diri, khususnya lari kedalam gejala-gejala neurotis.

Sedangkan pendapat Fatimah (2010 :200) Pandangan bahwa semua konflik bersifat mengganggu atau merugikan. Orang yang memiliki banyak konflik tetapi tidak menggangu atau tidak merugikannya.

Sebenarnya, beberapa konflik dapat memotivasi seseorang untuk meningkatkan kegiatan dan penyesuaian dirinya. Orang yang mengatasi konfliknya dengan cara meningkatkan dengan usaha ke arah pencapaian tujuan yang menguntungkan bersama secara sosial.

f.

Masalah Penyesuaian Diri Peserta Didik pada Perubahan Kurikulum di Tinjau dari Faktor Perkembangan dan Kematangan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap masalah penyesuaian diri peserta didik pada perubahan kurikulum di kelas X SMA Negeri 1 Pantai Cermin Kabupaten Solok di lihat Masalah penyesuaian diri peserta didik pada perubahan kurikulum di tinjau dari faktor perkembangan dan kematangan dikategorikan Sedikit dengan persentase 68,18 %

(7)

Sunarto dan Hartono (2002 :231) Proses perkembangan, respon berkembang dari respon yang bersifat instinktif menjadi respon yang bersifat hasil belajar dan pengalaman, perubahan dan perkembangan respons tidak hanya diperoleh melalui proses belajar, tetapi juga perbuatan individu telah matang untuk melakukan respons dan ini menentukan pola penyesuaian dirinya. Sesuai dengan hukum perkembangan, tingkat kematangan yang dicapai individu berbeda-beda, sehingga pola- pola penyesuaian dirinya juga akan bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangan yang dicapai. Kondisi-kondisi perkembangan dan kematangan mempengaruhi setiap aspek kepribadian individu, seperti emosional, sosial, moral, keagamaan dan intelektual,dalam fase tertentu, salah satu aspek mungkin lebih penting dari aspek lainya.

Misalnya, pertumbuhan moral lebih penting dari pada kematangan sosial dan kematangan emosional merupakan yang terpenting dalam penyesuaian diri. Senada dengan pendapat Fatimah (2010 : 201) Proses perkembangan, respon berkembang dari respon yang bersifat instinktif menjadi respon yang bersifat hasil belajar dan pengalaman, perubahan dan perkembangan respons tidak hanya diperoleh melalui proses belajar, tetapi juga perbuatan individu telah matang untuk melakukan respons dan ini menentukan pola penyesuaian dirinya. Sesuai dengan hukum perkembangan, tingkat kematangan yang dicapai individu berbeda-beda, sehingga pola-pola penyesuaian dirinya juga akan bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangan yang dicapai. Kondisi-kondisi perkembangan dan kematangan mempengaruhi setiap aspek kepribadian individu, seperti emosional, sosial, moral, keagamaan dan intelektual, dalam fase tertentu, salah satu aspek mungkin lebih penting dari aspek lainya. Misalnya, pertumbuhan moral lebih penting dari pada kematangan sosial dan kematangan emosional merupakan yang terpenting dalam penyesuaian diri.

2. Masalah Penyesuaian Diri Peserta Didik pada Perubahan Kurikulum di Tinjau dari Faktor Eksternal

Berdasarkan hasil penelitian terhadap masalah penyesuaian diri peserta didik pada perubahan kurikulum di kelas X SMA Negeri 1 Pantai Cermin Kabupaten Solok di lihat dari masalah penyesuaian diri peserta didik di tinjau

dari faktor eksternal pada perubahan kurikulum dikategorikan Sedikit dengan persentase 63,64

%

Menurut Fatimah (2010: 201) faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri ada dua faktor, faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal terbagi sebagai berikut:

Faktor yang mengkondisikan penyesuaian diri, faktor lingkungan keluarga merupakan faktor yang sangat penting karena merupakan media sosialisasi bagi anak-anak.

Pola hubungan dengan orangtua dengan anak mempunyai pengaruh positif terhadap penyesuaian diri. Hubungan saudara yang penuh persahabatan, saling menghormati, penuh kasih sayang, berpengaruh terhadap penyesuaian diri yang lebih baik. Sebaliknya, suasana permusuhan, perselisihan, Iri hati, kebencian, dan sebagainya dapat meniumbulkan kesulitan dan kegagalan anak dalam penyesuaian dirinya. Keadaan lingkungan masyarakat tempat individu berada menentukan proses dan pola-pola penyesuaian diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejala tingkah laku salahsuai atau perilaku menyimpang bersumber dari pengaruh keadaan lingkungan masyarakatnya dan dapat merusak pola-pola penyesuain dirinya. Lingkungan sekolah sangat berperan dalam media sosialisasi yaitu mempengaruhi pada intelektual, sosial, dan moral peserta didik dalam suasana sekolah. Proses penyesuaian diri peseta didik, mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat secara bertahap dipengaruhi oleh faktor-faktor kultural dan agama. Lingkungan kultural tempat individu berada dan berinteraksikan menentukan pola- pola penyesuain dirinya.

Ali dan Asrori (2009: 189) menyatakan

“Agama berkaitan erat dengan faktor budaya.

Agama memberikan sumbangan nilai-nilai, keyakinan, praktik-praktik yang memberikan makna sangat mendalam, tujuan, serta kestabilan dan keseimbangan hidup individu”.

Agama secara konsisten dan terus menerus kontiniu mengingatkan manusia tentang nilai- nilai instrinsik dan kemuliaan manusia yang diciptakan oleh Tuhan yang Maha Esa.

Agama memberikan suasana psikologis tertentu dalam mengurangi konflik, frustasi dan keterangan lainya. Agama juga memberikan suasana damai dan tenang bagi anak. Ajaran agama ini sumber nilai, norma, kepercayaan dan pola-pola tingkah laku yang akan memberikan tuntunan bagi arti, tujuan dan

(8)

kestabilan hidup anak-anak. Sembahyang dan berdoa merupakan media yang menuju kehidupan yang lebih nyaman, tenang dan berarti bagi manusia. Agama memegang peran penting dalam proses penyesuaian diri seseorang.

a.

Masalah Penyesuaian Diri Peserta Didik pada Perubahan Kurikulum di Tinjau dari Faktor Pengaruh Ligkungan Keluarga

Berdasarkan hasil penelitian terhadap masalah penyesuaian diri peserta didik pada perubahan kurikulum di kelas X SMA Negeri 1 Pantai Cermin Kabupaten Solok di lihat Masalah penyesuaian diri peserta didik pada perubahan kurikulum di tinjau dari faktor pengaruh lingkungan keluargadikategorikan Sangat Sedikit dengan persentase 100 %

Fatimah (2010: 201) menyatakan Faktor yang mengkondisikan penyesuaian diri, faktor lingkungan keluarga merupakan faktor yang sangat penting karena merupakan media sosialisasi bagi anak-anak. Senada dengan pendapat Sunarto dan Hartono (2002: 233) dari sekian banyak faktor yang mengondisikan penyesuaian diri, faktor rumah dan keluarga merupakan faktor yang sangat penting, karena keluarga merupakan suatu kelompok sosial kecil. Interaksi sosial yang pertama diperoleh individu adalah dalam keluarga. Kemampuan interaksi sosial ini kemudian akan di kembangkan di masyarakat.

b.

Masalah Penyesuaian Diri Peserta Didik pada Perubahan Kurikulum di Tinjau dari Faktor Pengaruh Hubungan Orangtua

Berdasarkan hasil penelitian terhadap masalah penyesuaian diri peserta didik pada perubahan kurikulum di kelas X SMA Negeri 1 Pantai Cermin Kabupaten Solok di lihat Masalah penyesuaian diri peserta didik pada perubahan kurikulum di tinjau dari faktor pengaruh hubungan orangtua dikategorikan Sedikit dengan persentase 63,64 %

Menurut Sunarto dan Hartono (2002:

234) pola hubungan orangtua dengan anak akan mempunyai pengaruh terhadap penyesuaian diri pserta didik. Beberapa pola hubungan yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri seperti, menerima, menghukum dan disiplin yang berlebihan, memanjakan dan melindungi anak secara berlebihan, penolakan, yaitu pola hubungan dimana orangtua menolak kehadiran anaknya.

Sedangkan Fatimah (2010: 202) Pola hubungan

dengan orangtua dengan anak mempunyai pengaruh positif terhadap penyesuaian diri.

c.

Masalah Penyesuaian Diri Peserta Didik pada Perubahan Kurikulum di Tinjau dari Faktor Hubungan Saudara

Berdasarkan hasil penelitian terhadap masalah penyesuaian diri peserta didik pada perubahan kurikulum di kelas X SMA Negeri 1 Pantai Cermin Kabupaten Solok di lihat Masalah penyesuaian diri peserta didik pada perubahan kurikulum di tinjau dari faktor hubungan saudara dikategorikan Sangat Sedikit dengan persentase 100 %

Sunarto dan Hartono (2002: 234) menyatakan Suasana hubungan saudara yang penuh persahabatan, kooperatif, saling menghormati, penuh kasih sayang, mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk tercapainya penyesuaian diri yang lebih baik.

Sebaliknya suasana permusuhan, perselisihan, iri hati, kebencian, dan sebagainya dapat menimbulkan kesulitan dan kegagalan penyesuaian diri peserta didik. Fatimah (2010:

202) Hubungan saudara yang penuh persahabatan, saling menghormati, penuh kasih sayang, berpengaruh terhadap penyesuaian diri yang lebih baik. Sebaliknya, suasana permusuhan, perselisihan, Iri hati, kebencian, dan sebagainya dapat meniumbulkan kesulitan dan kegagalan anak dalam penyesuaian dirinya.

d.

Masalah Penyesuaian Diri Peserta Didik pada Perubahan Kurikulum di Tinjau dari Faktor Lingkungan Masyarakat

Berdasarkan hasil penelitian terhadap masalah penyesuaian diri peserta didik pada perubahan kurikulum di kelas X SMA Negeri 1 Pantai Cermin Kabupaten Solok di lihat Masalah penyesuaian diri peserta didik pada perubahan kurikulum di tinjau dari faktor lingkungan masyarkat dikategorikan Cukup Banyak dengan persentase 43,94 %

Fatimah (2010: 203) menyatakan Keadaan lingkungan masyarakat tempat individu berada menentukan proses dan pola- pola penyesuaian diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejala tingkah laku salahsuai atau perilaku menyimpang bersumber dari pengaruh keadaan lingkungan masyarakatnya dan dapat merusak pola-pola penyesuain dirinya. Senada dengan Sunarto dan Hartono (2002: 235) Keadaan lingkungan masyarakat tempat individu berada menentukan proses dan pola-pola penyesuaian diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

(9)

gejala tingkah laku salahsuai atau perilaku menyimpang bersumber dari pengaruh keadaan lingkungan masyarakatnya dan dapat merusak pola-pola penyesuain dirinya.

e.

Masalah Penyesuaian Diri PesertaDidik pada Perubahan Kurikulum di Tinjau dari Faktor Lingkungan Sekolah

Berdasarkan hasil penelitian terhadap masalah penyesuaian diri peserta didik pada perubahan kurikulum di kelas X SMA Negeri 1 Pantai Cermin Kabupaten Solok di lihat Masalah penyesuaian diri peserta didik pada perubahan kurikulum di tinjau dari faktor lingkungan sekolah dikategorikan Sangat Banyak dengan persentase 100 %

Menurut Fatimah (2010: 203) Lingkungan sekolah sangat berperan dalam media sosialisasi yaitu mempengaruhi pada intelektual, sosial, dan moral peserta didik dalam suasana sekolah, baik sosial maupun psikologis akan mempengaruhi proses penyesuaian diri peserta didik. Pendidikan yang di terima oleh anak di sekolah merupakan bekal bagi proses penyesuaian diri mereka di lingkungan masyarakatnya. Senada dengan pendapat Sunarto dan Hartono (2002: 235) Lingkungan sekolah sangat berperan dalam media sosialisasi yaitu mempengaruhi pada intelektual, sosial, dan moral peserta didik dalam suasana sekolah, baik sosial maupun psikologis akan mempengaruhi proses penyesuaian diri peserta didik. Pendidikan yang di terima oleh anak di sekolah merupakan bekal bagi proses penyesuaian diri mereka di lingkungan masyarakatnya.

f.

Masalah Penyesuaian Diri Peserta Didik pada Perubahan Kurikulum di Tinjau dari Faktor Budaya dan Agama

Berdasarkan hasil penelitian terhadap masalah penyesuaian diri peserta didik pada perubahan kurikulum di kelas X SMA Negeri 1 Pantai Cermin Kabupaten Solok di lihat Masalah penyesuaian diri peserta didik pada perubahan kurikulum di tinjau dari faktor budaya dan agama dikategorikan Banyak dengan persentase 37,88 %

Sunarto dan Hartono (2002: 203) menyatakan Proses penyesuaian diri peseta didik, mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat secara bertahap dipengaruhi oleh faktor-faktor kultural dan agama.

Lingkungan kultural tempat individu berada dan berinteraksikan menentukan pola-pola penyesuain dirinya.Ali dan Asrori (2009: 189) menyatakan “Agama berkaitan erat dengan

faktor budaya. Agama memberikan sumbangan nilai-nilai, keyakinan, praktik-praktik yang memberikan makna sangat mendalam, tujuan, serta kestabilan dan keseimbangan hidup individu”. Agama secara konsisten dan terus menerus kontiniu mengingatkan manusia tentang nilai-nilai instrinsik dan kemuliaan manusia yang diciptakan oleh Tuhan yang Maha Esa.

Agama memberikan suasana psikologis tertentu dalam mengurangi konflik, frustasi dan keterangan lainya. Agama juga memberikan suasana damai dan tenang bagi anak. Ajaran agama ini sumber nilai, norma, kepercayaan dan pola-pola tingkah laku yang akan memberikan tuntunan bagi arti, tujuan dan kestabilan hidup anak-anak. Sembahyang dan berdoa merupakan media yang menuju kehidupan yang lebih nyaman, tenang dan berarti bagi manusia. Agama memegang peran penting dalam proses penyesuaian diri seseorang.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa masalah penyesuaian diri peserta didik pada perubahan kurikulum di kelas X SMA Negeri 1 Pantai cermin Kabupaten Solok sebagai berikut:

1. Masalah penyesuaian diri peserta didik pada perubahan kurikulum di tinjau dari faktor internal dikategorikan sangat banyak.

2. Masalah penyesuaian diri peserta didik pada perubahan kurikulum di tinjau dari faktor eksternal dikategorikan Sedikit.

A. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan berikut diberikan beberapa saran kepada:

1. Peserta Didik

Agar peserta didik lebih termotivasi dan lebih menyiapkan diri terhadap perubahan kurikulum yang terjadi di sekolah, agarprestasi peserta didik tidak menurun dengan perubahan kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013.

2. Guru BK

Guru BK supaya melakukan aplikasi instrumentasi untuk mengungkap hambatan- hambatan peserta didik dalam mengembangkakan kompetensi yang dimiliki.

Sehingga dapat memberikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan

(10)

dapat membantunya mencapai tujuan belajar dengan baik.

3. Guru Mata Pelajaran

Guru mata pelajaran dapat membantu peserta didik menyesuaikan diri pada perubahan kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013, dengan memberikan metode belajar mengajar yang mudah di pahami oleh peserta didik.

4. Kepala Sekolah

Sebagai pimpinan sekolah, kepala sekolah agar mampu mengarahkan dan menfasilitasi peserta didik untuk dapat menyesuaikan diri pesert didik pada perubahan kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013.

5. Peneliti selanjutnya

Direkomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti kembali pada masalah yang yang berbeda.

KEPUSTAKAAN

Ali, Muhammad & Asrori, Muhammad. 2009.

Psikologi Remaja(Perkembangan Peserta Didik). Jakarta: Bumi Aksara.

Fatimah, Enung. 2010. Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik). Bandung: Pustaka Setia.

Lufri. 2007. Kiat Memahami dan Melakukan Penelitian. Padang:

UNP Press.

Mulyasa. 2012. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Narbuko, Cholid dan Achmadi, Abu. 2009.

Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Riduwan. 2010. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung:

Pustaka Setia.

Sunarto, Hartono. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Yusuf, A Muri. 2007. Metodologi Penelitian.

Padang: UNP Press.

Referensi

Dokumen terkait

First activity, at the second meeting of the learning activity, the researcher just about to continue on the last material it’s about the methods of translation by using Student

Faktor internal Penyebab Kurangnya Minat Peserta Didik dalam Kegiatan Pengembangan Diri di Kelas VIII SMP Negeri 20 Padang dilihat dari segi fisiologis peserta didik berada pada