• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implikasi

Dalam dokumen Rencana Aksi Program Badan Litbangkes (Halaman 38-42)

BAB I PENDAHULUAN

1.4. Potensi, Permasalahan dan Implikasi

1.4.3. Implikasi

Tuntutan perkembangan jaman menghendaki pergeseran peranan

masyarakat yang lebih dominan dan pemerintah lebih berperan sebagai fasilitator. Dengan demikian, reformasi birokrasi menuntut perlunya segera melaksanakan rekonstruksi kelembagaan pemerintahan publik berdasarkan prinsip good governance dengan tiga karakteristik utama, yaitu kredibilitas, akuntabilitas, dan transparansi. Kebijakan pembangunan dirancang secara transparan dan melalui debat publik, dilaksanakan secara transparan dan diawasi oleh publik, sedangkan pejabat pelaksana bertanggung jawab penuh atas keberhasilan dari kebijakan tersebut.

Implikasi penting bagi Badan Litbangkes adalah perlunya; (1) meningkatkan akuntabilitas dan kredibilitas lembaga dengan meningkatkan efektifitas dan efisiensi program, output serta peningkatan kualitas SDM; (2) meningkatkan penguasaan Iptek mutakhir dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan kesehatan serta kemutakhiran teknologi yang dihasilkan; (3) memperluas jaringan kerjasama penelitian antar lembaga penelitian nasional secara sinergis dalam rangka pemanfaatan/diseminasi hasil penelitian. Penelitian dan pengembangan kesehatan diarahkan pada riset untuk penyediaan informasi untuk mendukung program dalam bentuk riset kesehatan nasional, riset khusus, maupun riset-riset tematik lainnya, dan riset untuk inovasi pembangunan kesehatan, baik berupa model pelayanan kesehatan, pengembangan diagnosis kit, penemuan obat baru maupun vaksin.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Riskesdas merupakan riset kesehatan berbasis komunitas. Riskesdas 2007 dan 2013 menghasilkan peta keberhasilan dan masalah pembangunan kesehatan di tingkat kabupaten/kota, yang diterjemahkan dalam Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM). IPKM dapat dipakai untuk menentukan peringkat/prioritas kabupaten/kota dalam pembangunan kesehatan. Pelaksanaan Riskesdas 2010 berfokus pada pencapaian MDGs untuk mengevaluasi pencapaian deklarasi MDGs dari 189 negara termasuk Indonesia.

Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes). Rifaskes menghasilkan peta kualitas dan kuantitas fasilitas kesehatan (RS dan Puskesmas pemerintah, serta Laboratorium Klinik), meliputi SDM, peralatan, sarana dan prasarana, maupun aspek proses pelayanan (metoda, pedoman, dan lain-lain). Informasi ini sangat penting dan bermanfaat dalam rangka pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Riset Tanaman Obat dan Jamu (Ristoja). Ristoja menghasilkan peta tanaman obat Indonesia, baik menyangkut jenis tanaman, ramuan, maupun penggunaannya untuk pengobatan dan kesehatan di 246 etnis dari 1.068 etnis di Indonesia (20%). Informasi ini diperlukan untuk pengembangan bahan baku obat asli Indonesia.

Jamu sebagai pengobatan tradisional telah diterima dan digunakan luas di masyarakat, namun perlu dikembangkan penggunannya dan dijamin keamanannya. Sekitar 59,12% penduduk Indonesia pernah mengkonsumsi jamu dan 95,6% di antaranya merasakan khasiatnya. Program Saintifikasi Jamu dimulai pada tahun 2010 di klinik Saintifikasi Jamu Hortus Medicus Tawangmangu. Badan Litbangkes bersama Komnas Saintifikasi Jamu telah mengembangkan Body of Knowledge Kesehatan Tradisional Indonesia, metodologi penelitian jamu, dan juga meluncurkan jamu saintifik, dalam rangka mengangkat obat tradisional Indonesia (jamu) menjadi setara dengan obat modern dan dapat diintegrasikan dalam sistem pelayanan kesehatan nasional. Saintifikasi Jamu telah menghasilkan 2 formula untuk hipertensi dan hiperurisemi. Disamping itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, melalui Komnas Saintifikasi Jamu juga telah berhasil mengangkat pengobatan tradisional (Traditional/Complemnetary Medicine), yang dikenal sebagai Jamu di forum kerjasama ekonomi APEC, Jamu bahkan menjadi bagian dari High Level statementdari pemimpin negara APEC.

Riset pencemaran lingkungan (Riset Cemarling). Dari hasil penelitian terbukti bahwa telah terjadi pencemaran lingkungan terhadap badan air, sampel tanah, sampel bahan makanan dan sampel urin Wanita Usia Subur (WUS). Penelitian ini akan dilanjutkan melalui penelitian Total Diet Study (TDS) pada tahun 2014 guna mengetahui secara nasional zat pencemar yang masuk ke dalam tubuh manusia.

Riset Etnografi Kesehatan. Riset ini mengambil topik budaya kesehatan terkait masalah kesehatan yang meliputi Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Penyakit Tidak Menular (PTM), Penyakit Menular (PM) dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang dilaksanakan di beberapa wilayah tertentu di Indonesia dengan kategori kabupaten bermasalah berat kesehatan berdasarkan hasil Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM). Riset ini telah berhasil mengungkap budaya kesehatan ibu dan anak yang masih berlangsung di 32 etnis dari 1068 etnis yang akan digali lebih lanjut. Informasi ini berguna untuk dasar intervensi/pengembangan kesehatan yang berbasis kearifan lokal.

Sistem Registrasi Vital (Civil Registration & Vital Statistics /CRVS). CRVS adalah suatu sistem yang mencatat data statistik vital, (lahir, pindah, menikah, dan meninggal). Di awali tahun 2009, telah dilakukan survey di 8 provinsi untuk mencatat penyebab kematian berbasis bukti menurut kelompok umur (cause of death survey/ COD). Sample Registration System (SRS) dilaksanakan di 128

kecamatan di Indonesia, bertujuan untuk mengetahui angka dan penyebab kematian secara nasional.

Riset Kohor Tumbuh Kembang. Riset kohor tumbuh kembang dilakukan untuk mengidentifikasi faktor risiko terjadinya kelainan pertumbuhan dan perkembangan balita (growth and development), mulai dari ibu pra hamil, ibu hamil kemudian diikuti sampai dengan anak balitanya lulus lima tahun. Informasi ini akan sangat bermanfaat untuk deteksi faktor risiko kelainan tumbuh kembang (gizi kurang, stunting, wasting dan perkembangan) pada balita Indonesia. Selanjutnya, untuk melihat faktor risiko terjadinya penyakit tidak menular (PTM) telah dilaksanakan riset kohor faktor risiko penyakit tidak menular, yang merupakan penelitian longitudinal untuk melihat faktor risiko terjadinya penyakit jantung, stroke, diabetes mellitus, kanker dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Dari riset ini telah dapat diprediksi percepatan kejadian penyakit PTM sehingga intervensi pencegahan bisa dilakukan sedini mungkin. Informasi ini akan sangat bermanfaat dalam rangka pengembangan model pencegahan penyakit tidak menular (PTM) di Indonesia.

Registrasi Penyakit. Dalam rangka perbaikan manajemen klinis di rumah sakit, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, telah mengembangkan disease registry yang diawali dengan stroke registry. disease registry melibatkan 18 rumah sakit pemerintah dan swasta di Indonesia. Informasi dari disease registry ini akan sangat bermanfaat dalam rangka peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit dan juga menyediakan data untuk riset inovasi lebih lanjut.

Kemandirian Bahan Baku Vaksin dan Obat. Inovasi pengembangan bahan baku vaksin dan obat dilakukan bersama dengan lembaga riset lain melalui mekanisme kolaborasi riset untuk mempercepat mendapatkan hasil. Dalam rangka pengembangan vaksin, telah dibentuk konsorsium pengembangan vaksin Demam Berdarah Dengue (DBD), vaksin rotavirus (anti diare), vaksin tuberkulosis, dan vaksin flu burung. Untuk pengembangan bahan baku obat telah dilakukan kerjasama riset pengembangan artemisin untuk malaria.

Penerapan Regulasi Kesehatan Internasional (International Health Regulations/IHR) dalam penguatan laboratorium untuk kesiapsiagaan pandemi. Laboratorium Badan Litbangkes telah diakui oleh WHO sebagai National Influenza Center (NIC) yang merupakan laboratorium rujukan nasional yang dilengkapi dengan fasilitas laboratorium BSL 3. Manfaat sebagai NIC adalah untuk mengetahui kandidat vaksin strain Indonesia.

Penelitian kebijakan tetap diperlukan baik dalam rangka evaluasi kebijakan maupun penyusunan usulan rekomendasi kebijakan pembangunan kesehatan. Rekomendasi kebijakan mencakup aspek teknologi, ekonomi, sosial (kelembagaan)

dan lingkungan serta fokus pada upaya untuk mendukung terwujudnya kesehatan yang adil dan merata.

Mengingat tantangan yang besar di era global, maka untuk mencapai hasil yang optimal perlu dikembangkan kegiatan riset kesehatan yang lebih terarah dan sistematis. Selain mempertimbangkan kebijakan pembangunan kesehatan dan iptek, kegiatan riset kesehatan juga harus mempertimbangkan situasi kesehatan saat ini.

Dalam dokumen Rencana Aksi Program Badan Litbangkes (Halaman 38-42)

Dokumen terkait