• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Aksi Program Badan Litbangkes

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Rencana Aksi Program Badan Litbangkes"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Katalog Dalam Terbitan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI Ref AS IND 2015

Ind Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI r Rencana aksi program penelitian dan pengembangan kesehatan

tahun 2015-2019 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan/ Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI Jakarta : Lembaga Penerbit Badan Litbangkes, 2015

ISBN 978-602-373-041-4

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang Maha Kuasa atas berkah dan Rahmat-Nya sehingga dokumen Rencana Aksi Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Tahun 2015-2019 ini dapat terselesaikan.

Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 mengamanatkan Renstra Kementerian Kesehatan untuk digunakan sebagai acuan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kesehatan dalam kurun waktu lima tahun. Selanjutnya Renstra Kementerian Kesehatan agar dijabarkan dalam bentuk Rencana Aksi Program (RAP) di tingkat Eselon I dan Rencana Aksi Kegiatan (RAK) di tingkat Eselon II.

Rencana Aksi Program (RAP) Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Tahun 2015-2019 merupakan dokumen yang memuat kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan beserta seluruh satuan kerja di lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dalam mendukung pencapaian program pembangunan kesehatan.

Rencana Aksi Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan ini diharapkan menjadi panduan dan sekaligus upaya akselerasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan sebagai lokomotif pembangunan kesehatan.

Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan pemikiran dan kerja kerasnya dalam penyusunan Rencana Aksi Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Tahun 2015-2019 ini.

Jakarta, 21 September 2015 Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

(4)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... 1

DAFTAR TABEL ... 3

DAFTAR BAGAN ... 5

DAFTAR SINGKATAN DAN AKRONIM ... 6

BAB I PENDAHULUAN ... 10

1.1. Latar Belakang... 10

1.2. Tujuan Penyusunan Rencana Aksi... 11

1.3. Kondisi Umum ... 11

1.3.1. Organisasi ... 11

1.3.2. Sumberdaya (Manusia, Sarana-Prasarana, dan Anggaran) ... 13

1.3.3. Kinerja Badan Litbangkes 2010-2014 ... 22

1.4. Potensi, Permasalahan dan Implikasi... 28

1.4.1. Potensi ... 29

1.4.2. Permasalahan ... 32

1.4.3. Implikasi ... 35

BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN ... 39

2.1. Visi dan Misi Presiden Republik Indonesia ... 39

2.2. Tujuan Kementerian Kesehatan ... 40

2.3. Tujuan Badan Litbangkes ... 40

2.4. Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan... 41

2.5. Sasaran Strategis Badan Litbangkes... 41

BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBANGAAN ... 42

3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional ... 42

3.2. Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Kesehatan... 44

3.3. Arah Kebijakan dan Strategi Badan Litbangkes ... 48

3.3.1. Arah Kebijakan... 48

3.3.2. Strategi... 49

3.4. Kerangka Regulasi ... 49

3.5. Kerangka Kelembagaan ... 52

BAB IV PROGRAM, KEGIATAN, TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN ... 54

4.1. Program ... 54

4.2. Agenda Riset Tahun 2015-2019 ... 55

4.3. Kegiatan ... 58

4.3.1. Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan ... 58

4.3.2. Penelitian dan Pengembangan Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat... 62

(5)

4.3.4. Penelitian dan Pengembangan Humaniora Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat ... 77 4.3.5. Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional 82 4.3.6. Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit ... 84 4.3.7. Dukungan Manajemen dan Dukungan Pelaksanaan Tugas Teknis

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel I.1 Jumlah SDM Badan Litbangkes Tahun 2010-2014... 14 Tabel I.2 Jumlah SDM Badan Litbangkes Tahun 2010-2014 Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 15 Tabel I.3 Jumlah SDM Badan Litbangkes Tahun 2010-2014 Berdasarkan

Jabatan Fungsional... 15 Tabel I.4 Jenjang Jabatan Peneliti Badan Litbangkes 2010-2014 ... 16 Tabel I.5 Kepakaran Peneliti Badan Litbangkes Tahun 2015 ... 16 Tabel I.6 Tugas Belajar Badan Litbangkes Dalam dan Luar Negeri Tahun

2010-2014 ... 17 Tabel I.7 Laboratorium Badan Litbangkes yang Terakreditasi ... 18 Tabel I.8 Jenis Laboratorium Badan Litbangkes ... 18 Tabel I.9 Alokasi Anggaran (dalam Milyar) Badan Litbangkes Tahun 2010-2014

... 21 Tabel I.10 Daftar Penelitian yang Diproses HAKI Tahun 2010-2014 ... 24 Tabel I.11 Capaian Kinerja Indikator Badan Litbangkes pada Renstra Tahun

2010-2014 ... 26 Tabel III.1 Sasaran Pembangunan Kesehatan RPJMN 2015-2019 ... 42 Tabel III.2 Kerangka Regulasi Program Litbangkes Tahun 2015-2019... 50 Tabel III.3 Jenis dan Keterangan Kerangka Regulasi Program Litbangkes Tahun

2015-2019 ... 51 Tabel IV.1 Target Kinerja Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan ... 54 Tabel IV.2 Target Kinerja Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan

Teknologi Dasar Kesehatan ... 59 Tabel IV.3 Area Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar

Kesehatan Tahun 2015-2019... 60 Tabel IV.4 Target Kinerja Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Teknologi

Intervensi Kesehatan Masyarakat ... 63 Tabel IV.5 Area Penelitian dan Pengembangan Teknologi Intervensi Kesehatan

Masyarakat Tahun 2015-2019 ... 64 Tabel IV.6 Target Kinerja Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Teknologi

Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik... 74 Tabel IV.7 Area Penelitian dan Pengembangan Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun 2015-2019... 75 Tabel IV.8 Target Kinerja Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Humaniora

Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat... 78 Tabel IV.9 Area Penelitian dan Pengembangan Humaniora Kebijakan Kesehatan

dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2015-2019 ... 79 Tabel IV.10 Target Kinerja Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat

dan Obat Tradisional... 83 Tabel IV.11 Area Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat

(7)

Tabel IV.12 Target Kinerja Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Vektor dan

Reservoir Penyakit ... 85

Tabel IV.13 Area Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Tahun 2015-2019... 87

Tabel IV.14 Target Kinerja kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan tahun 2015-2019 ... 91

Tabel IV.15 Pengembangan SDM Peneliti Tahun 2015-2019 ... 93

Tabel IV.16 Status Akreditasi Jurnal Badan Litbangkes... 94

(8)

DAFTAR BAGAN

(9)

DAFTAR SINGKATAN DAN AKRONIM

ABK : Analisis Beban Kerja

ACT :Artemisinin based Combination Therapy

AFTA :Association of Southeast Asian Nations Free Trade Area

AIDS :Acquired Immunodeficiency Syndrome

AKB : Angka Kematian Bayi

AKI : Angka Kematian Ibu

APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

APEC :Asian Pasific Economic Coorporation ASEAN :Association of Southeast Asian Nations

ASN : Aparatur Sipil Negara

Badan Litbangkes : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah

BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

BSL 3 :Bio Safety Level3

BTDK : Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan

B2P2TOOT : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu

B2P2VRP : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Salatiga

COD :Cause of Death

CRVS :Civil Registration and Vital Statistics

DBD : Demam BerdarahDengue

DBK : Daerah bermasalah kesehatan

DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

Ditjen : Direktorat Jenderal

DM :Diabetes Mellitus

DNA :Deoxyribo Nucleic Acid

DOI :Digital Object Identifier

DTPK : Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan

FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

GAKI : Gangguan Akibat Kekurangan Iodium

HAKI : Hak Kekayaan Intelektual

HAM : Hak Asasi Manusia

HDI :Human Development Index

HIV :Human Immunodeficiency Virus

HKI : Hak Kekayaan Intelektual

HKKPM : Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan

Masyarakat

HSJI :Health Science Journal of Indonesia

HTA :High Technology Assessment

(10)

IHR :International Health Regulations

IKU : Indikator Kinerja Utama

ILI :Influenza Like Illness

Infojab : Informasi jabatan

Infokes : Info kesehatan

IPKM : Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat

Iptek : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Iptekdok : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kedokteran ISO :International Organization for Standardization Jamkesmas : Jaminan Kesehatan Masyarakat

JKN : Jaminan Kesehatan Nasional

KAN : Komite Akreditasi Nasional

KAP :Knowledge Attitude Practice

KB : Keluarga Berencana

KEPK : Komisi Etik Penelitian Kesehatan

Kepmenkes : Keputusan Menteri Kesehatan

KIA : Kesehatan Ibu dan Anak

KIE : Komunikasi Informasi Edukasi

K/L : Kementerian/Lembaga

KLB : Kejadian Luar Biasa

KNEPK : Komisi Nasional Etik Penelitian Kesehatan

KONAS : Kebijakan Obat Nasional

KOTRANAS : Kebijakan Obat Tradisional Nasional

Litbang : Penelitian dan pengembangan

Litbangda : Penelitian dan Pengembangan Daerah

LIPI : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat

Mandat : Manajemen Data

MDGs :Millennium Development Goals

MTA :Material Transfer Agreement

MRI :Magnetic Resonance Imaging

Nakes : Tenaga kesehatan

NAPZA : Narkoba Psikotropika dan Zat Adiktif

NIC :National Influenza Center

OJS :Open Journal Systems

P2B2 : Penanggulangan Penyakit Bersumber Binatang

P2TB : Program PengendalianTuberkulosis

PCR :Polymerase Chain Reaction

PD3I : Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

PHBS : Perilaku Hidup Bersih Sehat

PM : Penyakit Menular

PMK : Peraturan Menteri Kesehatan

PNBP : Penerimaan Negara Bukan Pajak

(11)

Polindes : Pondok Bersalin Desa

Posbindu : Pos Pembinaan Terpadu

Poskesdes : Pos Kesehatan Desa

Poskestren : Pos Kesehatan Pesantren

Posyandu usila : Pos Pelayanan Terpadu Usia Lanjut

PPOK : Penyakit Paru Obtruktif Kronik

Prolegnas : Program Legislasi Nasional

Proleg PP : Program Legislasi Peraturan Pemerintah

PTM : Penyakit Tidak Menular

PUGS : Pedoman Umum Gizi Standar

Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat

PPPK : Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja

PWS : Pemantauan Wilayah Setempat

RAP : Rencana Aksi Program

Renstra : Rencana Strategis

Rifaskes : Riset Fasilitas Kesehatan

Rikus Cemarling : Riset Khusus Pencemaran Lingkungan Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

Riskesnas : Riset Kesehatan Nasional

Ristoja : Riset Tanaman Obat dan Jamu

RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

RPJP-K : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan

RPJP-N : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

RPM : Rancangan Peraturan Menteri

RPP : Rancangan Peraturan Pemerintah

RS : Rumah Sakit

RSU : Rumah Sakit Umum

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

RUU : Rancangan Undang-Undang

SARI :Severe Acute Respiratory Infections

Satker : Satuan Kerja

SDKI : Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

SDM : Sumber Daya Manusia

SDT : Studi Diet Total

Setban : Sekretariat Badan

SIG : Sistem Informasi Geografis

SIP : Sistem Informasi Puskesmas

SJSN : Sistem Jaminan Sosial Nasional

SK : Surat Keputusan

SKN : Sistem Kesehatan Nasional

SOP : Standar Operasional Prosedur

SP : Sensus Penduduk

SPPN : Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

(12)

Tabulin : Tabungan Ibu Bersalin

TB :Tuberkulosis

TDS :Total Diet Study

TIKM : Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat

TPG : Tenaga Pelaksana Gizi

TTKEK : Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik

TUP : Tambahan Uang Persediaan

UP : Uang Persediaan

UPT : Unit Pelaksana Teknis

USG :Ultrasonografi

UU : Undang-undang

WHO :World Health Organization

WTO : World Trade Organization

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam upaya menjamin keberhasilan dan kesinambungan pembangunan kesehatan telah disusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJP-K) tahun 2005-2025 sebagai penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang nasional (RPJP-N) tahun 2005-2025 dan tentu saja merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan Sistem Kesehatan Nasional (SKN).

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan bahwa setiap kementerian perlu menyusun Rencana Strategis (Renstra) sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan berpedoman kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1995 tentang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan menyebutkan bahwa Menteri Kesehatan melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penelitian dan pengembangan kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Badan Litbangkes) bertugas untuk mengelola penelitian dan pengembangan kesehatan termasuk pembinaan. Sehubungan dengan hal tersebut, peningkatan kualitas penelitian dan pemanfatannya merupakan sasaran program Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan selama 10 tahun terakhir, meskipun dengan penguraian indikator yang berbeda.

Agar arah kebijakan pelaku pembangunan bidang kesehatan searah dengan tujuan Pembangunan Nasional telah disusun Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019 yang merupakan dokumen perencanaan yang memuat berbagai program pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan langsung oleh Kementerian Kesehatan.

(14)

Oleh karenanya untuk menggerakkan semua unsur pembangunan kesehatan dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan khususnya dalam konteks penelitian dan pengembangan kesehatan, berlandaskan Undang-Undang 25/2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 1995 perlu disusun Rencana Aksi Program (RAP) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Badan Litbangkes) periode 2015-2019 sebagai panduan dan arahan Badan Litbangkes dalam mendukung keberhasilan capaian Indikator Kinerja Program yang tercantum di dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019.

1.2. Tujuan Penyusunan Rencana Aksi

Tujuan disusunnya Rencana Aksi ini adalah untuk:

1. Memberikan panduan dan acuan dalam manajemen Program Litbangkes, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pembiayaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.

2. Memberikan informasi mengenai kontribusi litbang prasyarat dan litbang evaluasi untuk program Kemenkes selama tahun 2015 – 2019.

3. Memberikan dasar dalam penilaian akuntabilitas kinerja Program Litbangkes. 4. Mengembangkan prioritas, arah dan panduan substansi litbangkes yang harus

dilakukan melalui suatu agenda litbangkes nasional.

1.3. Kondisi Umum 1.3.1. Organisasi

Tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1144 Tahun 2010 Badan Litbangkes mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan

kesehatan. Badan Litbangkes dalam melaksanakan tugas tersebut

menyelenggarakan beberapa fungsi:

1. Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program penelitian dan pengembangan kesehatan;

2. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan kesehatan;

3. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penelitian dan pengembangan kesehatan; dan

4. Pelaksanaan administrasi Badan Litbangkes.

(15)

Dalam menjalankan fungsi diatas Badan Litbangkes didukung oleh 16 Unit Kerja yaitu 1 Sekretariat, 4 Pusat, 2 Balai Besar, 5 Balai dan 4 Loka sebagai berikut: 1. Sekretariat Badan (Setban);

2. Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan (Pusat BTDK);

3. Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik (Pusat TTKEK); 4. Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat (Pusat TIKM);

5. Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat (Pusat HKKPM);

6. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Salatiga (B2P2VRP);

7. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu (B2P2TOOT);

8. Balai Penelitian dan Pengembangan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium Magelang (Balai Litbang GAKI);

9. Balai Penelitian dan Pengembangan Biomedis Papua (Balai Litbang Biomedis Papua);

10. Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Donggala (Balai Litbang P2B2 Donggala);

11. Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Banjarnegara (Balai Litbang P2B2 Banjarnegara);

12. Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Tanah Bumbu (Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu);

13. Loka Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Baturaja (Loka Litbang P2B2 Baturaja);

14. Loka Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Ciamis (Loka Litbang P2B2 Ciamis);

15. Loka Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Waikabubak (Loka Litbang P2B2 Waikabubak); serta

16. Loka Penelitian dan Pengembangan Biomedis Aceh (Loka Litbang Biomedis Aceh).

Selain itu Badan Litbangkes juga memiliki Unit Fungsional Non Struktural terdiri dari:

1. Komisi Ilmiah

2. Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK)

3. Komisi Nasional Etik Penelitian Kesehatan (KNEPK) 4. Komnas Saintifikasi Jamu

(16)

Bagan I.1

1.3.2. Sumberdaya (Manu Dalam pengembang mengembangkan kapasitas dan bekualitas. Untuk me dukungan Sumber Daya Ma SDM litbangkes berbeda de dalam dua fungsi yaitu fun atau metodologi penelitian. dikatakan optimal, karena d teknologi sangat dibutuhk menjawab tantangan ini d profesional. Dalam pengem prioritas tinggi terhadap

Struktur Organisasi Badan Litbangkes

nusia, Sarana-Prasarana, dan Anggaran) ngan sumberdaya Badan Litbangkes b sitas institusi menuju pengelolaan litbang y ewujudkan hal tersebut, Badan litbangke Manusia (SDM) yang handal, berkarakter d

dengan SDM program kesehatan. SDM li fungsi manajemen atau administrasi dan

. Saat ini kondisi SDM Badan Litbangkes a dalam perkembangannya kebutuhan dat uhkan bagi pembangunan kesehatan i dibutuhkan SDM litbang yang lebih ba embangan SDM, Badan Litbangkes berup p peningkatan kuantitas maupun kualita

es

n)

(17)

menjamin tersedianya tenaga yang handal dalam melaksanakan program penelitian dan pengembangan kesehatan.

Bila dikaitkan dengan implementasi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) di tahun 2015, maka pemetaan SDM PNS di lingkungan Badan Litbang Kesehatan sangat penting untuk melihat kesenjangan antara kegiatan dengan jumlah SDM sehingga dapat diperhitungkan kebutuhan jumlah PNS dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) agar pelaksanaan program litbangkes dapat berjalan optimal dan efisien. Sampai dengan 31 Oktober 2014 jumlah PNS Badan Litbang Kesehatan sebanyak 1.307 orang, terdapat pengurangan sebanyak 11 orang bila dibandingkan dengan periode 30 April 2014 (1.318 orang PNS). Hal ini disebabkan karena adanya proses mutasi PNS (perpindahan, pensiun, dan meninggal dunia). Kondisi jumlah SDM Badan Litbangkes dalam lima tahun terakhir disajikan pada tabel I.1 berikut ini.

Tabel I.1 Jumlah SDM Badan Litbangkes Tahun 2010-2014

NO SATKER Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

1 Sekretariat Badan 198 172 157 154 156

2 Pusat BTDK 193 213 202 192 189

3 Pusat TTKEK 172 178 178 174 174

4 Pustek TIKM 99 155 152 147 146

5 Pusat HKKPM 135 140 135 130 123

6 B2P2VRP Salatiga 74 89 87 85 84

7 B2P2TOOT Tawangmangu 77 87 86 83 89

8 Balai Litbang GAKI Magelang 47 55 55 55 58

9 Balai Litbang Biomedis Papua 23 24 24 24 27

10 Balai Litbang P2B2 Donggala 33 39 37 37 40

11 Balai Litbang P2B2 Banjarnegara

31 37 38 38 41

12 Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu

26 37 33 33 34

13 Loka Litbang P2B2 Baturaja 44 55 54 53 53

14 Loka Litbang P2B2 Ciamis 32 37 36 35 35

15 Loka Litbang P2B2 Waikabubak 24 32 32 31 33

16 Loka Litbang Biomedis Aceh 18 25 26 24 25

JUMLAH 1226 1375 1332 1295 1307

(18)

pengetahuan dan uraian jabatan. Standarisasi pendidikan tersebut dapat dicapai melalui kriteria rekrutmen dan peningkatan jenjang pendidikan bagi SDM. Dengan demikian pengusulan tugas belajar bagi SDM tidak hanya semata untuk peningkatan kapasitas pribadi tetapi sebagai strategi suatu organisasi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Kondisi jumlah pegawai berdasarkan tingkat pendidikan dalam lima tahun terakhir disajikan pada tabel I.2 berikut ini.

Tabel I.2 Jumlah SDM Badan Litbangkes Tahun 2010-2014 Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Pendidikan Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

1. S3 38 43 41 41 38

2. S2 218 253 292 314 332

3. S1 447 533 523 509 526

4. D3 172 226 195 178 168

5. < D3 351 320 281 253 243

Jumlah 1226 1375 1332 1295 1307

Berdasarkan bidang tugasnya, SDM Badan Litbangkes terdiri dari tenaga fungsional dan struktural. Dalam struktur organisasi Badan Litbang Kesehatan, terdapat 5 (lima) eselon jabatan struktural yang terdiri atas eselon I, eselon II A, eselon II B, eselon III A, eselon III B, eselon IV A, eselon IV B dan eselon V. Selain jabatan struktural, Badan Litbang Kesehatan juga memiliki pejabat dengan jabatan fungsional tertentu. Jabatan fungsional adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu. Kondisi jumlah pegawai Badan Litbangkes berdasarkan fungsionalnya dalam lima tahun terakhir disajikan pada tabel I.3 berikut ini.

Tabel I.3 Jumlah SDM Badan Litbangkes Tahun 2010-2014 Berdasarkan Jabatan Fungsional

NO SATKER Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

1 Peneliti 341 320 333 383 415

2 Litkayasa 87 85 83 94 95

3 Pustakawan 12 12 11 10 6

4 Arsiparis 8 5 5 4 4

5 Analis Kepegawaian 11 7 8 7 6

6 Pranata Humas 2 2 2 2 3

7 Pranata Komputer - - - 1 1

(19)

Tenaga fungsional di Badan Litbangkes terdiri atas peneliti, litkayasa, pustakawan, arsiparis, analis kepegawaian, pranata humas dan pranata komputer. Sedangkan khusus untuk tenaga fungsional peneliti, distribusi menurut jenjang jabatan disajikan pada tabel I.4 berikut ini.

Tabel I.4 Jenjang Jabatan Peneliti Badan Litbangkes 2010-2014

NO SATKER Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

1 Peneliti Pertama 133 125 119 162 171

2 Peneliti Muda 76 70 89 108 135

3 Peneliti Madya 104 99 99 91 92

4 Peneliti Utama 28 26 26 22 17

JUMLAH 341 320 333 383 415

Pengembangan institusi litbang juga tidak lepas dari jumlah kepakaran yang ada pada institusi tersebut. Pada tabel I.5 berikut akan diperlihatkan bagaimana jumlah dan jenis kepakaran SDM Peneliti sampai dengan tahun 2015 yang ada di Badan Litbangkes.

Tabel I.5 Kepakaran Peneliti Badan Litbangkes Tahun 2015 Kode

Kepakaran Nama Kepakaran LIPI Jumlah

03.03.02 Kimia Medis dan Biologis 1

03.07.02 Kimia Lingkungan 1

07.15 Teknik Biomedis 1

05.05.02 Entomologi 1

05.07 Bioteknologi 1

10.01.01 Kedokteran Klinik 9

10.01.02 Biomedik 63

10.02 Kesehatan Masyarakat 3

10.02.01 Pelayanan Kesehatan 34

10.02.02 Kebijakan dan Manajemen Kesehatan 24

10.02.03 Epidemiologi dan Biostatistik 120

10.02.04 Perilaku Kesehatan 24

10.02.05 Kesehatan Reproduksi 7

10.03 Farmasi 1

10.03.01 Ilmu Kefarmasian 10

10.03.02 Asuhan Kefarmasian 7

10.03.03 Kebijakan dan Manajemen Farmasi 4

10.03.04 Tanaman Obat dan Obat Tradisional 31

10.04.02 Peng. Tradisional dan Obat Bahan Alam 1

10.05.01 Sanitasi 18

(20)

Kode

Kepakaran Nama Kepakaran LIPI Jumlah

10.05.03 Biologi Molekuler dan Pejamu 1

10.06.01 Gizi Masyarakat 47

10.06.02 Gizi Perorangan 11

10.06.03 Ilmu Pangan dan Gizi 9

14.05.04 Pelayanan Publik/Masyarakat 1

15.03 Antropologi 1

15.01.05 Sosiologi dan Ilmu Sosial 1

15.03.04 Antropologi Lainnya 1

22.02.04 Etika Terapan 1

Total 474

Pengembangan jumlah peneliti memang dikatakan belum optimal jika dibandingkan dengan permintaan kebutuhan penelitian dan data yang semakin meningkat dari unit program dan stake holder. Untuk itu upaya-upaya percepatan peningkatan kuantitas dan kulitas SDM harus sangat giat dilakukan kedepannya. Untuk meningkatkan kompetensi SDM lingkup Badan Litbangkes, selama periode 2010-2014 telah dilakukan pengiriman tugas belajar S1, S2, S3 baik ke universitas dalam negeri dan luar negeri sebanyak 165 orang dengan rincian pada tabel I.6 berikut.

Tabel I.6 Tugas Belajar Badan Litbangkes Dalam dan Luar Negeri Tahun 2010-2014

Tugas Belajar Tahun Jumlah

2010 2011 2012 2013 2014

Dalam Negeri 155

S1 6 7 5 8 14 40

S2 11 22 16 22 21 92

S3 5 2 5 5 6 23

Luar Negeri 10

S1 - - - 0

S2 1 2 - 1 1 5

S3 - - 3 1 1 5

Jumlah 23 33 29 37 43 165

(21)

kesehatan beberapa laboratorium telah terakreditasi yaitu dijelaskan pada tabel I.7 berikut.

Tabel I.7 Laboratorium Badan Litbangkes yang Terakreditasi No. Nama Laboratorium SATKER Sertifikat 1. Laboratorium Uji Kaji

Insektisida

B2P2VRP SNI ISO IEC/ 17025: 2008

(ISO/IEC 17025/2005) ditetapkan oleh KAN 16 Mei 2013

2. Laboratorium Biokimia BP2GAKI Akeditasi Nasional (KAN) nomor

LP-766-IDN

SNI ISO/IEC 17025:2008 3. Laboratorium Pengujian

Vitamin dan Zinc

Pusat TTKEK Akreditasi nasional (KAN) dengan nomor SNI ISO/IEC 17025:2008

4. Laboratorium Farmasi Pusat BTDK Akreditasi nasional (KAN) dengan nomor LP-868-IDN 5. Laboratorium Klinik Rumah

Riset Jamu Hortus Medicus

B2P2TOOT ISO 90001:2008 certificate ID13/02501

Tabel I.8 Jenis Laboratorium Badan Litbangkes

No. Nama Satker Laboratorium

1. Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar

Kesehatan (Pusat BTDK)

1 Laboratorium BSL 3 2 Laboratorium Campak 3 Laboratorium Polio 4 Laboratorium Bakteri 5 Laboratorium Hewan Coba 2. Pusat Teknologi Terapan

Kesehatan dan

Epidemiologi Klinik (Pusat TTKEK)

1 Laboratorium Terpadu

3. Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat (Pusat TIKM)

1 Laboratorium Insektarium

4. Pusat Humaniora,

Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan

Masyarakat (Pusat HKKPM)

1 Laboratorium Litbang Pelayanan Akupuntur 2 Laboratorium Litbang Pelayanan Obat

Tradisional

3 Laboratorium Litbang Pelayanan Tenaga Dalam

4 Laboratorium Autis 5 Laboratorium Sosial 5. Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Vektor

1 Laboratorium Parasitologi

(22)

No. Nama Satker Laboratorium

dan Reservoir Penyakit Salatiga (B2P2VRP)

3 Laboratorium Reservoir Penyakit 4 Laboratorium Pengendalian Hayati dan

lingkungan

5 Laboratorium Mikrobiologi

6 Laboratorium Pengujian Insektisida 7 Laboratorium Biomolekuler

8 Laboratorium Koleksi referensi Vektor dan Reservoir

9 Laboratorium Mandat, Epidemiologi & SIG 10 Laboratorium Pestisida Botani

11 Laboratorium Hewan Coba 12 LaboratoriumRepository 13 Laboratorium Lalat dan Lipas 14 Laboratorium Resistensi

15 Laboratorium Insektarium Bawah (Culicinae) 16 Laboratorium Insektarium Bawah (Anopheles) 17 Laboratorium Insektarium Penyangga

6. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu

(B2P2TOOT)

1 Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan 2 Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman 3 Laboratorium Sistematika Tumbuhan 4 Laboratorium Benih dan Pembibitan 5 Laboratorium Galenika

6 Laboratorium Fitokimia 7 Laboratorium Mikrobiologi 8 Laboratorium Formulasi 9 Laboratorium Instrumen

10 Laboratorium Biologi Molekuler 11 Laboratorium Pasca panen

12 Laboratorium Klinik Saintifikasi Jamu 13 Laboratorium Hewan Coba akan

dikembangkan menjadi Lab. Toksikologi dan farmakologi

14 Laboratorium Sediaan Bahan Jamu 15 Laboratorium Produksi

7. Balai Penelitian dan Pengembangan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium Magelang (BP2GAKI)

1 Laboratorium Tumbuh Kembang Anak 2 Laboratorium Lingkungan

(23)

No. Nama Satker Laboratorium

Pengembangan Biomedis Papua

2 Laboratorium Parasit 3 Laboratorium Viro/Biomol 4 Laboratorium Imuno 5 Laboratorium Entomologi 6 Laboratorium Hewan Coba 7 LaboratoriumBiobank

9. Balai Penelitian dan Pengembangan P2B2 Banjarnegara

1 Laboratorium Parasitologi 2 Laboratorium Entomologi 3 Laboratorium Rodentologi 4 Laboratorium Bakteriologi

5 Laboratorium Epidemiologi dan Bio Statistik 10. Balai Penelitian dan

Pengembangan P2B2 Donggala

1 Instalasi Laboratorium Parasitologi 2 Instalasi Hewan Coba

3 Instalasi Sumber Daya Hayati 4 Laboratorium Biomolekuler 5 Laboratorium Entomologi

6 Instalasi Epidemiologi dan Infokes 11. Balai Penelitian dan

Pengembangan P2B2 Tanah Bumbu

1 Laboratorium Entomologi 2 Laboratorium Utama 12. Loka Litbang Biomedis

NAD

1 Gedung Laboratorium Permanen (2)

13. Loka Penelitian dan Pengembangan P2B2 Baturaja

1 Laboratorium PCR

2 Laboratorium Parasitologi 3 Laboratorium Entomologi 14. Loka Penelitian dan

Pengembangan P2B2 Ciamis

1 Laboratorium Penelitian Kesehatan

15. Loka Penelitian dan Pengembangan P2B2 Waikabubak

1 Laboratorium Insektrium 2 Laboratorium Entomologi 3 Laboratorium Parasitologi

(24)

Iodium Magelang (BP2GAKI) ada Klinik GAKI. Di Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik terdapat Klinik Penanggulangan Gizi Kurang. Disamping itu, Badan Litbangkes juga memiliki Museum Kesehatan DR. Adhyatma, MPH yang ada di Surabaya tepatnya di Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. Ada juga instalasi kebun tanaman obat, instalasi rumah riset jamu dan museum jamu di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan berkewajiban untuk melakukan pengawasan setiap penelitian. Pada bidang penelitian klinik, melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 tahun 2013, mengamanatkan tentang Registri Penelitian Klinik. Registri dimaksudkan untuk menjamin suatu penelitian klinik yang akuntabel dan transparan serta dalam rangka perlindungan terhadap kesehatan masyakarat. Registri dapat dilakukan melalui web; www.ina-registry.org.

Anggaran Badan Litbangkes bisa dikatakan fluktuatif (naik-turun) selama lima tahun terakhir tahun 2010-2014. Hal ini sesuaikan dengan roadmap litbang dan kebutuhan data, dimana ada tahun yang membutuhkan anggaran lebih banyak dikarenakan penelitian skala besar atau riset skala nasional. Seperti pada tahun 2011 ada Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes) dan tahun 2013 ada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang membutuhkan anggaran lebih banyak. Anggaran Badan Litbangkes dari tahun 2010-2014 bisa dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel I.9 Alokasi Anggaran (dalam Milyar) Badan Litbangkes Tahun 2010-2014

No Komposisi Anggaran Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

1 Gaji dan Operasional 67.12 89.31 93.84 146.82 128.68

2 Penelitian 244.10 306.22 201.29 342.42 286.49

3 Dukungan manajemen & Modal 108.01 165.72 133.44 74.45 133.27

5 PNBP 0.41 0.57 0.60 0.61 1.18

Total Anggaran 419.64 561.82 429.17 564.31 549.62

(25)

Bagan I.2 Persen

1.3.3. Kinerja Badan Litba Periode tahun 2010 membawa pada tuntutan l cukup bila dibandingkan d strategis terutama di lingku

dalam mengungkap masa

merupakan hal yang sang demikian perlu ada pen penyusunan IPKM, anali laboratorium manajemen terbatas hanya Riskesdas cemarling dan SDT. Selain telah memulai riset kohor, siap disajikan untuk para pe

Badan Litbangkes m kesehatan dalam ranah me dan formula di bidang kese program dan kebijakan pem

1

Laptah Badan Litbangkes Tahun 201

entase Anggaran Penelitian Dan Non Pen Tahun 2010-2014

tbangkes 2010-2014

10-2014 Hasil-hasil litbangkes yang sema n lain. Disadari bahwa data hasil peneliti dengan peran Badan Litbang Kesehat gkungan Kementerian Kesehatan. Hasil asalah kesehatan dan strategi peme ngat diharapkan dari Badan Litbang Kes enguatan hasil-hasil litbangkes yang alisis-analisis lanjutan Riskesnas serta n data. Selain itu, riset skala nasional sdas saja, selanjutnya telah dilaksanaka

lain itu juga dalam periode ini, Badan Lit r, Saintifikasi Jamu dan kajian-kajian hasi pemangku kepentingan.1

melaksanakan penelitian dan pengemba menghasilkan produk, model intervensi, p sehatan yang berguna dan bermutu dalam pembangunan kesehatan. Oleh karena itu

2014

enelitian

makin dikenal juga litian saja tidaklah atan yang sangat sil analisis-analisis ecahan masalah esehatan. Dengan dimulai dengan erta pembentukan al tidak dilakukan akan ristoja, riset Litbang Kesehatan asil penelitian yang

(26)

Kepmenkes No. 1099/Menkes/SK/VI/2011 tentang Indikator Kinerja Utama Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014 dan SK Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan No. HK.02.03/I.1/1398/2014 tentang Indikator Kinerja Utama Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Tahun 2010-2014, maka Indikator Kinerja Utama (IKU) Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Tahun 2010-2014 adalah Jumlah

Produk/Model/Intervensi/Prototipe/Formula Hasil Penelitian dan Pengembangan di bidang Kesehatan dengan target sampai dengan tahun 2014 sebanyak 250 hasil litbang.

Selama pelaksanaan program dan kegiatan tahun 2010-2014, Badan Litbang Kesehatan memiliki komitmen untuk memenuhi target IKU yang telah ditentukan. Bahkan sepanjang tahun 2010-2014, capaian IKU Badan Litbang Kesehatan selalu melebihi target IKU. Pemenuhan target IKU ini tidak lepas dari peran aktif satuan kerja di lingkungan Badan Litbang Kesehatan dalam menghasilkan output yang mendukung tercapainya IKU Badan Litbang Kesehatan.

Bagan I.3 Target dan capaian IKU Badan Litbang Kesehatan Tahun 2010-20142

Badan Litbangkes sebagai unit utama/eselon I Kemenkes melaksanakan program litbangkes. Program Litbangkes pada tahun 2010-2014 memiliki outcome/Sasaran program yaitu Meningkatnya kualitas penelitian, pengembangan dan pemanfaatan di bidang kesehatan dengan indikator kinerja sasaran berupa jumlah penelitian yang diproses dalam HAKI, target per tahunnya 2 (dua) sehingga sampai dengan 2014 akan dicapai 10 hasil litbangkes yang didaftarkan dan diproses untuk mendapatkan hak paten/cipta/copyrightdi Ditjen HKI Kementerian Hukum dan HAM.

2

LAK Badan Litbangkes Tahun 2014 50

46 48

52 54

70

65

75

53

65

0 10 20 30 40 50 60 70 80

2010 2011 2012 2013 2014

Target

(27)

Selama tahun 2010-2014 terdapat total 18 penelitian yang diproses HKI. Sebagai sasaran utama dalam peningkatan kualitas penelitian tahun 2014 ini Sentra HKI Badan Litbang Kesehatan memperoleh hak cipta/copyright dari Kementerian Hukum dan HAM. Secara umum capaian jumlah penelitian yang diproses dalam HAKI pada tahun 2010-2014 terlihat pada tabel I.10 berikut.

Tabel I.10 Daftar Penelitian yang Diproses HAKI Tahun 2010-20143

No Tahun Judul Invensi Nomor

pendaftaran Jenis 1 2010 Alat Penangkap Residu Pestisida yang

Terhirup oleh Manusia Dalam Ruangan

P00201000435 Paten

2 2010 Metode Pembuatan Probiotik Bubuk yang Kaya Isoflavon Aktif

P00201000436 Paten

3 2010 Komposisi Herbal untuk Afrodisiaka P00201000438 Paten 4 2011 Primer Spesifik gyr B untuk Proses

Amplifikasi DNA Mycobacterium tuberculosis Secara Metode Lamp

P00201200155 Paten

5 2011 Primer Spesifik gyr B untuk Amplifikasi DNA Mycobacterium tuberculosis pada Proses Sekuensing

P00201100849 Paten

6 2011 Tes-Kit untuk Mendeteksi Kandungan Iodium Dalam Garam dan Proses Pembuatannya

P00201100852 Paten

7 2011 Proses Ekstraksi Endotoksin Bacillus thuringiensis H-14 Strain Salatiga

P00201100851 Paten

8 2011 Formula Makanan Tambahan untuk Balita Kurang Energi Protein dan Mikronutrien (Iodium)

P00201100850 Paten

9 2011 Proses Fortifikasi Bioyodium pada Garam P00201100848 Paten 10 2011 Buku IPKM (Indeks Pembangunan

Kesehatan Masyarakat

Hak Cipta

11 2012 Makanan Terapi Siap Santap (Kc.hijau-Nut dan Tempe-Nut) untuk Penderita Gizi Buruk dan Proses Pembuatannya

P00201201134 Paten

12 2012 Proses Terintegrasi Untuk Menghasilkan Galaktomanan dari Ampas Kelapa

P00201201133 Paten

13 2012 Atlas Vektor C00201205831 Hak Cipta

14 2014 Komposisi Herbal untuk Hiperurisemia P00201400410 Paten 15 2014 Komposisi Herbal Penurun Tekanan Darah P00201400409 Paten

3

(28)

No Tahun J untuk Hipertensi 16 2014 Slogan PUGS (P

Standar)

17 2014 Slide Standar M

18 2014 Game Edukasi G

Terlepas dari capaia melebihi target yang direnca telah memiliki empat peneli yaitu:

1. Proses Isolasi Galaktom 2. Alat Penangkap Residu

(Paten)

3. Metode Pembuatan Pro 4. Komposisi Herbal untuk 5. Buku tentang cara mene

Masyarakat/IPKM di sua

Badan Litbang Kese yang diproses HKI dengan dari berbagai faktor penduk a. Adanya dorongan posit nilai-nilai kebaruan dan invensi dan fungsi yang b. Melakukan pelatihan pra

Bagan I.4 Jumlah Pene

4

LAK Badan Litbangkes Tahun 2014 2

Judul Invensi Nomor

pendaftara nsi Ringan

(Pedoman Umum Gizi C002014035

Malaria C002014035

si Gizi C002014035

ian output jumlah penelitian yang diproses encanakan, hingga tahun 2014 Badan Lit

elitian yang mendapatkan paten dan satu p

tomanan dari Ampas Kelapa (Paten)

sidu Pestisida yang Terhirup Oleh Manusia d

robiotik Bubuk yang Kaya Isoflavon Aktif (P tuk Afrodisiaka (Paten)

enentukan Indeks Pembangunan Kesehata suatu daerah (Hak Cipta)

sehatan telah berhasil memenuhi target j an pencapaian di atas 100%. Keberhasila ukung pada pelaksanaan kegiatan tahun 20

sitif agar peneliti berinisiatif mengembangka an invensi melalui penelusuran tentang tekn

ng dihasilkan invensi.

praktek penelusuran paten dan penyusuna

nelitian yang Diproses dalam HAKI Tahu

14

2011 2012 2013 2014

Tar Cap

mor

ftaran Jenis

3505 Hak Cipta

3506 Hak Cipta 3507 Hak Cipta

ses HKI yang telah Litbang Kesehatan u produk hak cipta,

a dalam Ruangan

f (Paten)

tan

t jumlah penelitian silan ini tidak lepas

2014, yaitu:

gkan pengetahuan eknologi, cara kerja

nandraftingpaten.

hun 2010-20144

(29)

Terlihat pada sandingan tahun 2010-2014 Badan Litbang Kesehatan telah berhasil mencapai target yang ditetapkan untuk indikator jumlah penelitian yang diproses HAKI.

Keberhasilan capaian pelaksanaan program dan kegiatan penelitian dan pengembangan kesehatan dalam rangka mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan berdasarkan dokumen Renstra 2010-2014 ditampilkan tabel I.11 sebagai berikut.

Tabel I.11 Capaian Kinerja Indikator Badan Litbangkes pada Renstra Tahun 2010-20145

No Sasaran Indikator 2010 2011 2012 2013 2014

T C T C T C T C T C

I Meningkatnya kualitas penelitian, pengembangan dan pemanfaatan di bidang kesehatan

Jumlah penelitian yang diproses dalam HAKI

2 6 4k) 12k) 6k) 13k) 8k) 15k) 10k) 18k)

1 Meningkatnya jumlah riset operasional kesehatan dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Kedokteran (Iptekdok)

Jumlah riset operasional yang dihasilkan:

Riset Skala Nasional 1 2 1 1 1 1 - - -

-Riset Kontijensi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Riset Pembinaan: 61 61 80 87 70 75 70 67 70 77

2 Meningkatnya kajian daerah bermasalah kesehatan (DBK)

Kajian Daerah

Bermasalah Kesehatan

- - 4 4 4 4 4 4 4 4

3 Meningkatnya penelitian dan pengembangan di bidang biomedis dan teknologi dasar kesehatan

Jumlah

produk/model/prototipe/ standar/formula di bidang biomedis dan teknologi dasar kesehatan

6 11 6 13 4 14 6 6 4 12

Jumlah publikasi ilmiah di bidang biomedis dan teknologi dasar kesehatan yang dimuat pada media cetak dan elektronik:

a. Nasional 10 14 15 14 20 23 20 30 20 20

b. Internasional 2 4 2 3 2 10 2 11 2 12

Jumlah laporan status biomedis hasil Riset Kesehatan Nasional

- - - 34 34 -

-4 Meningkatnya penelitian dan pengembangan di bidang Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi

Jumlah

produk/model/prototipe/ standar/formula di bidang teknologi terapan

kesehatan dan epidemiologi klinik

9 18 8 6 8 15 8 11 8 11

5

(30)

No Sasaran Indikator 2010 2011 2012 2013 2014

T C T C T C T C T C

Klinik Jumlah publikasi ilmiah di bidang teknologi terapan kesehatan dan

epidemiologi klinik yang dimuat pada media cetak dan elektronik:

a. Nasional 6 24 10 10 13 14 13 19 17 18

b. Internasional 2 2 2 2 2 4 2 13 2 3

Jumlah laporan status kesehatan masyarakat hasil riset kesehatan nasional wilayah I

- - - 7 7 7 7

5 Meningkatnya penelitian dan pengembangan di bidang teknologi intervensi kesehatan masyarakat

Jumlah

produk/model/prototipe/ standar/formula di bidang teknologi intervensi kesehatan masyarakat

14 24 10 10 13 13 11 11 11 11

Jumlah publikasi ilmiah di bidang teknologi

intervensi kesehatan masyarakat yang dimuat pada media cetak dan elektronik:

a. Nasional 8 58 10 35 15 53 15 29 15 82

b. Internasional 2 4 2 9 2 1 2 3 2 4

Jumlah laporan status kesehatan masyarakat hasil riset kesehatan nasional wilayah II

- - - 7 7 7 7

6 Meningkatnya penelitian dan pengembangan di bidang humaniora, kebijakan kesehatan dan pemberdayaan masyarakat

Jumlah

produk/model/prototipe/ standar/formula di bidang humaniora, kebijakan kesehatan dan

pemberdayaan kesehatan

16 17 18 22 16 22 17 17 18 19

Jumlah publikasi ilmiah di bidang humaniora, kebijakan kesehatan dan pemberdayaan

masyarakat yang dimuat pada media cetak dan elektronik:

a. Nasional 10 24 15 26 20 24 20 30 20 24

b. Internasional 2 2 2 9 2 2 2 6 2 5

Jumlah laporan status kesehatan masyarakat hasil riset kesehatan nasional wilayah III

- - - 7 7 7 7

7 Meningkatnya penelitian dan pengembangan di bidang tanaman obat dan obat tradisional

Jumlah

produk/model/prototipe/ standar/formula hasil penelitian dan

pengembangan di bidang kesehatan

(31)

No Sasaran Indikator 2010 2011 2012 2013 2014

T C T C T C T C T C

Jumlah publikasi ilmiah di bidang tanaman obat dan obat tradisional yang dimuat pada media cetak dan elektronik nasional

- - 15 20 15 15 20 22 20 28

Jumlah laporan status kesehatan masyarakat hasil riset kesehatan nasional wilayah IV

- - - 6 6 6 6

8 Meningkatnya penelitian dan pengembangan di bidang vektor dan reservoir penyakit

Jumlah produk/ model/prototipe/

standar/formula di bidang vektor dan reservoir penyakit

- - 2 3 2 4 5 5 3 3

Jumlah publiklasi ilmiah di bidang vektor dan

reservoir penyakit pada media cetak dan elektronik nasional.

- - 5 5 5 9 5 6 5 18

Jumlah laporan status kesehatan masyarakat hasil riset kesehatan nasional wilayah V

- - - 6 6 6 6

9 Meningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas generik dan tugas teknis lainnya pada program penelitian dan pengembangan kesehatan

Hasil Kegiatan:

Regulasi Litbangkes 10 24 12 15 14 15 16 16 18 18 Manajemen Bidang Ilmiah

dan Etik

- - 2 2 2 2 2 2 2 2

Manajemen Fungsi Generik Litbang

(perencanaan, umum dan keuangan, hukum, organisasi dan kepagawaian,

informasi,publikasi dan dokumentasi)

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

Manajemen Riset Kesehatan Nasional

- - - 1 1 1 1

Keterangan T: target, C: capaian.

1.4. Potensi, Permasalahan dan Implikasi

(32)

kesehatan (litbangkes) harus dimanfaatkan sebagai dasar bertindak dan pengambilan keputusan6.

Badan Litbangkes sebagai salah satu lembaga riset diharapkan mampu memberikan kontribusi positif bagi pengembangan IPTEK Kesehatan. Seiring berkembangnya hasil penelitian yang lebih bermutu, maka kebutuhan hasil-hasil penelitian juga semakin meningkat. Namun masih dirasakan kurangnya akses informasi terhadap hasil-hasil penelitian.

Terkait dengan dinamika perubahan lingkungan strategis domestik maupun internasional, perlu dicermati berbagai aspek terkait dengan potensi (kekuatan dan peluang) maupun permasalahan/kelemahan dan implikasinya yang dihadapi sektor kesehatan khususnya yang terkait dengan litbang kesehatan agar mampu merumuskan perencanaan strategis lima tahun ke depan secara lebih kontekstual.

1.4.1. Potensi

A. Hasil Litbangkes Sebagai Dasar Perencanaan

Untuk menghadapi era globalisasi yang ditandai dengan perdagangan dan pasar bebas serta arus investasi modal, sehingga negara-negara dunia akan semakin tergantung satu sama lain, dimana diperlukan daya saing yang tinggi maka seluruh perencanaan program kesehatan haruslah berdasarkan data dan informasi yang akurat, tepat waktu dan benar sehingga sasaran yang ditetapkan dapat dicapai sesuai dengan target yang telah ditentukan.

Penelitian dan pengembangan kesehatan diarahkan pada riset yang menyediakan informasi untuk mendukung program kesehatan baik dalam bentuk kajian, riset kesehatan nasional, pemantauan berkala, riset terobosan berorientasi produk, maupun riset pembinaan dan jejaring. Salah satu upaya ini terlihat dari beberapa terobosan riset seperti Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes), Riset Tanaman Obat dan Jamu (Ristoja), Riset Khusus Pencemaran Lingkungan (Rikus Cemarling), Riset Budaya Kesehatan, Riset Kohort Tumbuh Kembang dan Penyakit Tidak Menular (PTM), Riset Registrasi Penyakit dan StudiDiet Total.

Dalam lima tahun terakhir (tahun 2010 – 2014) tercatat pada laporan Labolatorium Manajemen Data Badan Litbangkes, ada 906 permintaan data yang masuk meliputi sebagian besar permintaan data Riskesdas, kemudian data Rifaskes, Rikhus, Studi Kohort, PDBK (Penanggulangan Daerah Bermasalahan

6

(33)

Kesehatan) dan terakhir data penelitian tematik. Hal ini mengindikasikan bahwa data penelitian dan pengembangan semakin dibutuhkan oleh masyarakat luas maupun pengambil kebijakan. Pemerintah pusat tentu sangat membutuhkan data dasar kesehatan dan data evaluasi program kesehatan yang mencakup nasional sebagai dasar pengambil kebijakan dan bahan evaluasi program, juga pemerintah daerah memerlukan data sebagai bahan perencanaan program kesehatan di daerah.

B. Kerja Sama dan Jaringan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Saat ini semakin banyaknya permintaan kerjasama penelitian yang datang dari instansi dalam dan luar negeri. Hal ini tentu menjadi potensi bagi perkembangan penelitian dan pengembangan kesehatan dan peningkatan kualitas SDM Litbangkes. Kerjasama penelitian yang sedang dilaksanakan seperti kerja sama surveilans WHO untuk polio, campak, serta national center laboratory untuk influenza (NIC). Kerjasama penelitian tentu didukung dengan jaringan penelitian dan pengembangan kesehatan yang sudah dibangun dan terkoordinasi sejak lama.

Jaringan penelitian dan pengembangan kesehatan adalah suatu forum kelembagaan fungsional antar lembaga penelitian dan pengembangan yang terkait dengan kesehatan untuk mendukung komunikasi, koordinasi dan sinkronisasi pengembangan IPTEK kesehatan dalam proses pengambilan keputusan dalam bidang kesehatan serta pelaksanaannya. Saat ini ada 6 jaringan litbangkes yang sedang terus dikembangkan yaitu Jaringan Etik Litbangkes, Jaringan SDM Litbangkes, Jaringan Layanan Perpustakaan, Literatur dan Informasi, Jaringan Laboratorium Litbangkes, Jaringan Manajemen Litbangkes dan Jaringan Pelaksanaan Litbangkes.

C. Perubahan Lingkungan dan Epidemiologi Penyakit

Epidemiologi penyakit menular di Indonesia beragam dan seluruh penduduk berisiko terinfeksi. Masalah penyakit menular bertambah kompleks dengan adanya penyakit zoonosis, reservoir dan vektor penular. Perubahan dan tidak menentunya iklim mempengaruhi pola penyakit. Endemisitas penyakit mempengaruhi kekebalan tubuh sehingga manifestasi klinis penyakit beragam dari asimptomatik (sebagai carrier) sampai berat. Oleh sebab itu epidemiologi penyakit atau keterkaitan dan perkembangan antara penjamu, mikro organisme dan lingkungan serta faktor risiko lainnya perlu diteliti untuk dapat menentukan intervensi pengendalian penyakit secara terpadu yang tepat.

D. Kemajuan Global di Bidang Iptek Kesehatan dan Obat

(34)

(KONAS 2014) maupun Kebijakan Obat Tradisional Nasional (KOTRANAS 2007) menegaskan arti penting pendekatan iptek dalam membangun kemandirian di bidang obat, pemanfaatan obat tradisional yang lebih rasional serta pembangunan industri bahan baku obat dan obat herbal. Kemajuan global dibidang iptek kesehatan dan obat, khususnya teknologi diagnostik, bioteknologi kesehatan dan teknologi intervensi kuratif serta preventif berlangsung dengan pesat.

Diagnosis penyakit dipastikan selain dengan pemeriksaan klinis juga didukung pemeriksaan laboratorium. Perkembangan ilmu memungkinkan diagnosis dapat dilakukan dengan mendeteksi petanda atau tingkat molekuler. Diagnosis tidak saja dibutuhkan untuk penentuan penyebab/etiologi penyakit tetapi juga untuk penentuan komplikasi atau kerusakan/kelainan organ penjamu, antara lain: imaging (USG, scanning, MRI) dan radiologis. Pengembangan teknologi dan metode diagnosis penyakit dibutuhkan untuk mendapatkan data kesakitan yang lebih akurat. Maka kegiatan litbangkes harus mampu menghasilkan model-model upaya pelayanan kesehatan serta upaya preventif dan promotif.

E. Dukungan Pendanaan

Sebagai lembaga negara di bawah naungan Kementerian Kesehatan, pembiayaan penelitian dan pengembangan Badan Litbang Kesehatan bersumber dari APBN yang dituangkan dalam DIPA. Kepastian adanya pembiayaan ini merupakan landasan yang kuat bagi Badan Litbang Kesehatan untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Walaupun masih relatif kecil, jumlah dana yang dialokasikan ke Badan Litbang Kesehatan cenderung naik namun masih dalam tingkat yang rendah. Sebagai contoh, anggaran Badan Litbang Kesehatan pada tahun 2010 sebesar Rp. 419,64 milyar naik pada tahun 2014 menjadi sebesar Rp. 549.62 milyar. Tingkat kenaikan yang rendah ini terkait dengan situasi dan kondisi negara yang masih dalam tahap membangun, yang fokus pada sektor-sektor yang langsung berkontribusi pada stabilitas, pertumbuhan dan pemerataan pembangunan, dalam bidang kesehatan adalah pemberantasan penyakit menular, gizi dan makanan. Walaupun begitu kecenderungan anggaran Badan Litbang Kesehatan akan meningkat pada tahun berikutnya karena semakin dibutuhkan litbang dalam proses perencanaan, evaluasi dan pengambilan keputusan bagi program kesehatan.

(35)

sumber pendanaan di luar APBN yang apabila dapat dikelola dengan baik secara mandiri dapat memberikan dorongan bagi perkembangan litbang kesehatan.

F. Desentralisasi Kesehatan

Melalui diterapkannya UU No.32 tahun 2004 maka dilaksanakannya era otonomi daerah, penerapan ini membuat beberapa perubahan penting yang berkaitan dengan peran pemerintah pusat dan daerah. Pada sektor kesehatan, peran pemerintah yang sebelumnya sangat dominan, saat ini berubah menjadi fungsi pengaturan, pengawasan dan pembinaan pembangunan kesehatan berdasarkan standar yang telah ditetapkan. Pembangunan kesehatan pada era otonomi daerah akan lebih mengandalkan peran aktif masyarakat di setiap daerah. Selain itu, proses perumusan kebijakan juga akan berubah dari pola top-down dan sentralistik menjadi pola bottom-up dan desentralistik. Perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan akan lebih banyak dilakukan oleh pemerintah daerah. Pemerintah pusat hanya akan menangani aspek-aspek pembangunan kesehatan yang bernilai strategis atau menangani aspek-aspek pembangunan kesehatan untuk kepentingan beberapa daerah dan nasional.

Penerapan manajemen otonomi daerah diharapkan dapat mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan khususnya upaya preventif dan promotif kesehatan. Saat ini Badan Litbangkes mempunyai UPT Litbang di 8 (delapan) propinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Selatan, Sulawesi Tengah, Kalimantan Selatan, Aceh, Nusa Tenggara Timur dan Papua yang merupakan UPT pusat di daerah dengan mandat litbang tanaman obat dan obat tradisional, vektor dan reservoir penyakit, penanggulangan GAKI serta pengendalian penyakit bersumber binatang. Peran UPT tentunya adalah selain untuk menyalurkan inovasi teknologi hasil litbang kesehatan, juga untuk mensinergikan program dan kebijakan pusat dengan daerah. Dalam kaitannya dengan pendanaan untuk kegiatan litbang, undang-undang juga mengamanatkan kewajiban Pemerintah Daerah dalam pembiayaan kegiatan yang berkaitan dengan aspek penelitian dan pengembangan. Atas dasar itulah, potensi pembiayaan daerah dalam sharing pendanaan litbang menjadi aspek penting dalam mempercepat laju pembangunan kesehatan di daerah.

1.4.2. Permasalahan

A. Pemanfaatan Hasil Litbangkes

(36)

pemecahan masalah. Sampai saat ini telah banyak dihasilkan penelitian dan pengembangan kesehatan, namun pemanfaatannya belum optimal dalam mendukung pengambilan keputusan. Disadari bahwa hal tersebut antara lain disebabkan oleh belum adanya iklim yang kondusif dan sistem informasi yang mantap dalam mendukung komunikasi dialogis antara peneliti dan pelaksana program kesehatan.

Potensi penelitian dan pengembangan kesehatan yang tersebar di berbagai unit kerja di sektor kesehatan dan di luar sektor kesehatan baik di tingkat pusat maupun daerah belum tergalang sebagai satu kemampuan nasional. Tampak bahwa identifikasi dan perumusan masalah, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan penilaian hasil penelitian dan pengembangan kesehatan belum sepenuhnya dilakukan melalui kerjasama yang aktif terencana, terprogram dan berkesinambungan antara peneliti dengan pengambil keputusan di berbagai tingkat administrasi penyelenggara upaya kesehatan.

Hasil penelitian berupa paten, lisensi dan lainnya serta penyaluran hasil penelitian masih berskala nasional dan tingkat komersialisasinya masih rendah. Permasalahan ini terkait dengan masih rendahnya kesadaran peneliti akan paten dan masih belum kondusifnya sistem hukum yang mengatur komersialisasi hasil penelitian. Potensi kerugian yang timbul tentunya sulit diprediksi secara kuantitatif mengingat berbagai faktor yang mempengaruhi perolehan royalti, antara lain dipengaruhi oleh 1) Kesepakatan besarnya persentase royalti antara Unit Kerja pemilik HKI dengan industri sebagai penerima lisensi; 2) Nilai ekonomis dari teknologi hasil litbang yang dilisensikan; 3) Kondisi lingkungan strategis seperti potensi pasar (kebutuhan dan daya beli), iklim/cuaca, geografis untuk distribusi, dukungan kelembagaan dan lembaga keuangan; dan 4) Persaingan industri baik domestik maupun internasional.

B. Sumber Daya Litbangkes

(37)

Sarana penelitian berupa laboratorium berjumlah 78 buah yang ada di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan pada umumnya digunakan secara optimal untuk penelitian. Dari 78 laboratorium tersebut, baru 5 laboratorium yang telah terakreditasi. Tantangan ke depan adalah peningkatan kompetensi laboratorium yang belum terakreditasi hingga diperoleh pengakuan internasional melalui akreditasi. Daya saing ilmiah dan komersial selanjutnya harus dijadikan sasaran dalam pengembangan laboratorium dan sarana penelitian lain.

C. Kebijakan Pelaksanaan Anggaran dan Tingkat Inflasi

Walaupun anggaran Badan Penelitian dan Pengembangan Tahun 2010 – 2014 meningkat namun masih dalam tingkat yang rendah. Jika dilihat persentase anggaran penelitian dan pengembangan kesehatan hanya berkisar 1,5% dari anggaran Kementerian Kesehatan. Idealnya anggaran penelitian dan pengembangan kesehatan adalah 4% dari anggaran Kementerian. Selain itu kebijakan pelaksanaan anggaran dirasa kurang bersahabat dengan riset atau penelitian. Seperti adanya kebijakan pencairan anggaran dengan sistem UP/TUP, atau pun kebijakan efisiensi anggaran yang menghambat pelaksanaan penelitian. Juga pengaruh inflasi keuangan yang mempengaruhi harga reagen atau alat-alat penelitian yang harus dibeli dari luar negeri dengan harga mata uang asing akan berpengaruh pada kebutuhan anggaran penelitian. Tingkat naik turunnya harga bisa secara tiba-tiba menghentikan penelitian dikarenakan adanya harga barang yang tidak sesuai dengan rencana anggaran dan adanya gagal lelang.

D. Dukungan Peraturan Litbang belum Optimal

Dalam kenyataannya, kegiatan dan hasil penelitian dan pengembangan kesehatan belum terkoordinasi dengan baik serta belum dimanfaatkan secara optimal dan sepenuhnya mampu mendukung program pembangunan kesehatan, baik tingkat nasional maupun daerah. Hal ini disebabkan penelitian dan pengembangan kesehatan belum didukung dengan peraturan atau kebijakan yang baru yang sudah mengakomodir perkembangan iptek maupun tantangan perkembangan jaman. Terutama aturan-aturan atau kebijakan terkait peran penelitian dan pengembangan dalam kebijakan atau aturan-aturan atau kebijakan terkait HKI dan atau aturan-aturan atau kebijakan terkait pengiriman spesimen dan bahan-bahan berisiko serta perlindungan risiko bagi peneliti. Saat ini aturan terkait penelitian dan pengembangan kesehatan yang masih merupakan aturan-aturan yang cukup lama seperti Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1995 tentang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1179A/Menkes/SK/X/1999 tentang Kebijakan Nasional Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

(38)

Pengembangan Kesehatan, yang semua aturan dan kebijakan ini perlu direvisi dan diperbaharui ke depannya.

1.4.3. Implikasi

Tuntutan perkembangan jaman menghendaki pergeseran peranan

masyarakat yang lebih dominan dan pemerintah lebih berperan sebagai fasilitator. Dengan demikian, reformasi birokrasi menuntut perlunya segera melaksanakan rekonstruksi kelembagaan pemerintahan publik berdasarkan prinsip good governance dengan tiga karakteristik utama, yaitu kredibilitas, akuntabilitas, dan transparansi. Kebijakan pembangunan dirancang secara transparan dan melalui debat publik, dilaksanakan secara transparan dan diawasi oleh publik, sedangkan pejabat pelaksana bertanggung jawab penuh atas keberhasilan dari kebijakan tersebut.

Implikasi penting bagi Badan Litbangkes adalah perlunya; (1) meningkatkan akuntabilitas dan kredibilitas lembaga dengan meningkatkan efektifitas dan efisiensi program, output serta peningkatan kualitas SDM; (2) meningkatkan penguasaan Iptek mutakhir dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan kesehatan serta kemutakhiran teknologi yang dihasilkan; (3) memperluas jaringan kerjasama penelitian antar lembaga penelitian nasional secara sinergis dalam rangka pemanfaatan/diseminasi hasil penelitian. Penelitian dan pengembangan kesehatan diarahkan pada riset untuk penyediaan informasi untuk mendukung program dalam bentuk riset kesehatan nasional, riset khusus, maupun riset-riset tematik lainnya, dan riset untuk inovasi pembangunan kesehatan, baik berupa model pelayanan kesehatan, pengembangan diagnosis kit, penemuan obat baru maupun vaksin.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Riskesdas merupakan riset kesehatan berbasis komunitas. Riskesdas 2007 dan 2013 menghasilkan peta keberhasilan dan masalah pembangunan kesehatan di tingkat kabupaten/kota, yang diterjemahkan dalam Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM). IPKM dapat dipakai untuk menentukan peringkat/prioritas kabupaten/kota dalam pembangunan kesehatan. Pelaksanaan Riskesdas 2010 berfokus pada pencapaian MDGs untuk mengevaluasi pencapaian deklarasi MDGs dari 189 negara termasuk Indonesia.

(39)

Riset Tanaman Obat dan Jamu (Ristoja). Ristoja menghasilkan peta tanaman obat Indonesia, baik menyangkut jenis tanaman, ramuan, maupun penggunaannya untuk pengobatan dan kesehatan di 246 etnis dari 1.068 etnis di Indonesia (20%). Informasi ini diperlukan untuk pengembangan bahan baku obat asli Indonesia.

Jamu sebagai pengobatan tradisional telah diterima dan digunakan luas di masyarakat, namun perlu dikembangkan penggunannya dan dijamin keamanannya. Sekitar 59,12% penduduk Indonesia pernah mengkonsumsi jamu dan 95,6% di antaranya merasakan khasiatnya. Program Saintifikasi Jamu dimulai pada tahun 2010 di klinik Saintifikasi Jamu Hortus Medicus Tawangmangu. Badan Litbangkes bersama Komnas Saintifikasi Jamu telah mengembangkan Body of Knowledge Kesehatan Tradisional Indonesia, metodologi penelitian jamu, dan juga meluncurkan jamu saintifik, dalam rangka mengangkat obat tradisional Indonesia (jamu) menjadi setara dengan obat modern dan dapat diintegrasikan dalam sistem pelayanan kesehatan nasional. Saintifikasi Jamu telah menghasilkan 2 formula untuk hipertensi dan hiperurisemi. Disamping itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, melalui Komnas Saintifikasi Jamu juga telah berhasil mengangkat pengobatan tradisional (Traditional/Complemnetary Medicine), yang dikenal sebagai Jamu di forum kerjasama ekonomi APEC, Jamu bahkan menjadi bagian dari High Level statementdari pemimpin negara APEC.

Riset pencemaran lingkungan (Riset Cemarling). Dari hasil penelitian terbukti bahwa telah terjadi pencemaran lingkungan terhadap badan air, sampel tanah, sampel bahan makanan dan sampel urin Wanita Usia Subur (WUS). Penelitian ini akan dilanjutkan melalui penelitian Total Diet Study (TDS) pada tahun 2014 guna mengetahui secara nasional zat pencemar yang masuk ke dalam tubuh manusia.

Riset Etnografi Kesehatan. Riset ini mengambil topik budaya kesehatan terkait masalah kesehatan yang meliputi Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Penyakit Tidak Menular (PTM), Penyakit Menular (PM) dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang dilaksanakan di beberapa wilayah tertentu di Indonesia dengan kategori kabupaten bermasalah berat kesehatan berdasarkan hasil Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM). Riset ini telah berhasil mengungkap budaya kesehatan ibu dan anak yang masih berlangsung di 32 etnis dari 1068 etnis yang akan digali lebih lanjut. Informasi ini berguna untuk dasar intervensi/pengembangan kesehatan yang berbasis kearifan lokal.

(40)

kecamatan di Indonesia, bertujuan untuk mengetahui angka dan penyebab kematian secara nasional.

Riset Kohor Tumbuh Kembang. Riset kohor tumbuh kembang dilakukan untuk mengidentifikasi faktor risiko terjadinya kelainan pertumbuhan dan perkembangan balita (growth and development), mulai dari ibu pra hamil, ibu hamil kemudian diikuti sampai dengan anak balitanya lulus lima tahun. Informasi ini akan sangat bermanfaat untuk deteksi faktor risiko kelainan tumbuh kembang (gizi kurang, stunting, wasting dan perkembangan) pada balita Indonesia. Selanjutnya, untuk melihat faktor risiko terjadinya penyakit tidak menular (PTM) telah dilaksanakan riset kohor faktor risiko penyakit tidak menular, yang merupakan penelitian longitudinal untuk melihat faktor risiko terjadinya penyakit jantung, stroke, diabetes mellitus, kanker dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Dari riset ini telah dapat diprediksi percepatan kejadian penyakit PTM sehingga intervensi pencegahan bisa dilakukan sedini mungkin. Informasi ini akan sangat bermanfaat dalam rangka pengembangan model pencegahan penyakit tidak menular (PTM) di Indonesia.

Registrasi Penyakit. Dalam rangka perbaikan manajemen klinis di rumah sakit, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, telah mengembangkan disease registry yang diawali dengan stroke registry. disease registry melibatkan 18 rumah sakit pemerintah dan swasta di Indonesia. Informasi dari disease registry ini akan sangat bermanfaat dalam rangka peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit dan juga menyediakan data untuk riset inovasi lebih lanjut.

Kemandirian Bahan Baku Vaksin dan Obat. Inovasi pengembangan bahan baku vaksin dan obat dilakukan bersama dengan lembaga riset lain melalui mekanisme kolaborasi riset untuk mempercepat mendapatkan hasil. Dalam rangka pengembangan vaksin, telah dibentuk konsorsium pengembangan vaksin Demam Berdarah Dengue (DBD), vaksin rotavirus (anti diare), vaksin tuberkulosis, dan vaksin flu burung. Untuk pengembangan bahan baku obat telah dilakukan kerjasama riset pengembangan artemisin untuk malaria.

Penerapan Regulasi Kesehatan Internasional (International Health Regulations/IHR) dalam penguatan laboratorium untuk kesiapsiagaan pandemi. Laboratorium Badan Litbangkes telah diakui oleh WHO sebagai National Influenza Center (NIC) yang merupakan laboratorium rujukan nasional yang dilengkapi dengan fasilitas laboratorium BSL 3. Manfaat sebagai NIC adalah untuk mengetahui kandidat vaksin strain Indonesia.

(41)

dan lingkungan serta fokus pada upaya untuk mendukung terwujudnya kesehatan yang adil dan merata.

(42)

BAB II

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

2.1. Visi dan Misi Presiden Republik Indonesia7

Dalam Rencana Aksi Program Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Tahun 2015-2019 tidak tertuang visi dan misi, namun mengikuti visi dan misi Presiden Republik Indonesia yang tertuang pula pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015- 2019 yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong royong”. Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 misi pembangunan yaitu:

1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis

berlandaskan negara hukum.

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri sebagai negara maritim.

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan sejahtera. 5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional, serta

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Selanjutnya terdapat 9 agenda prioritas yang dikenal dengan NAWA CITA yang ingin diwujudkan pada Kabinet Kerja, yakni:

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara.

2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

6. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional.

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa.

9. Memperteguh ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

7

(43)

2.2. Tujuan Kementerian Kesehatan8

Terdapat dua tujuan Kementerian Kesehatan pada tahun 2015-2019, yaitu: 1) meningkatnya status kesehatan masyarakat dan; 2) meningkatnya daya tanggap (responsiveness) dan perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan.

Peningkatan status kesehatan masyarakat dilakukan pada semua kontinum siklus kehidupan (life cycle), yaitu bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, kelompok usia kerja, maternal, dan kelompok lansia.

Tujuan indikator Kementerian Kesehatan bersifat dampak (impact atau outcome) dalam peningkatan status kesehatan masyarakat. Indikator yang akan dicapai adalah:

1. Menurunnya angka kematian ibu dari 359 per 100.00 kelahiran hidup (SP 2010), 346 menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2012).

2. Menurunnya angka kematian bayi dari 32 menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup. 3. Menurunnya persentase BBLR dari 10,2% menjadi 8%.

4. Meningkatnya upaya peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, serta pembiayaan kegiatan promotif dan preventif.

5. Meningkatnya upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat.

Sedangkan dalam rangka meningkatkan daya tanggap (responsiveness) dan perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan, maka ukuran yang akan dicapai adalah:

1. Menurunnya beban rumah tangga untuk membiayai pelayanan kesehatan setelah memiliki jaminan kesehatan, dari 37% menjadi 10%

2. Meningkatnya indeks responsiveness terhadap pelayanan kesehatan dari 6,80 menjadi 8,00.

2.3. Tujuan Badan Litbangkes

Dalam mendukung dua tujuan Kementerian Kesehatan pada tahun 2015-2019, Badan Litbangkes memiliki tujuan memberikan hasil penelitian dan pengembangan kesehatan yang berkualitas dan berinovasi untuk dimanfaatkan oleh para pengambil keputusan dan pengelola program pembangunan kesehatan.

8

(44)

2.4. Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan9 Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan adalah: 1) Meningkatnya kesehatan masyarakat

2) Meningkatnya pengendalian penyakit

3) Meningkatnya akses dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan

4) Meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan

5) Meningkatnya jumlah, jenis, kualitas dan pemerataan tenaga kesehatan 6) Meningkatnya sinergitas antar Kementerian/Lembaga

7) Meningkatnya daya guna kemitraan dalam dan luar negeri

8) Meningkatnya integrasi perencanaan, bimbingan teknis dan pemantauan-evaluasi

9) Meningkatnya efektivitas penelitian dan pengembangan kesehatan 10) Meningkatnya tata kelola kepemerintahan yang baik dan bersih

11) Meningkatnya kompetensi dan kinerja aparatur Kementerian Kesehatan 12) Meningkatkan sistem informasi kesehatan integrasi.

2.5. Sasaran Strategis Badan Litbangkes

Sasaran strategis yang menjadi amanah Badan Litbangkes adalah meningkatnya efektivitas penelitian dan pengembangan kesehatan. Sasaran strategis ini dicapai dengan 3 indikator utama yaitu:

1) Jumlah hasil penelitian yang didaftarkan HKI selama 5 tahun akan dicapai sebanyak 35 penelitian yang terdaftar HKI.

2) Jumlah rekomendasi kebijakan berbasis penelitian dan pengembangan kesehatan yang diadvokasikan ke pengelola program kesehatan dan atau pemangku kepentingan selama 5 tahun akan dicapai sebanyak 120 rekomendasi.

3) Jumlah laporan Riset Kesehatan Nasional (Riskesnas) bidang kesehatan dan gizi masyarakat selama 5 tahun akan dicapai sebanyak 5 laporan Riskesnas.

9

Gambar

Tabel I.1 Jumlah SDM Badan Litbangkes Tahun 2010-2014
Tabel I.3 Jumlah SDM Badan Litbangkes Tahun 2010-2014 BerdasarkanJabatan Fungsional
Tabel I.5 Kepakaran Peneliti Badan Litbangkes Tahun 2015
Tabel I.6 Tugas Belajar Badan Litbangkes Dalam dan Luar Negeri
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa Para Penggugat menolak secara tegas poin 5 halaman 9 dalil Jawaban Tergugat karena dasar hukum yang digunakan dalam menerbitkan Objek Gugatan bertentangan dengan

Sistem kesehatan adalah kumpulan dari berbagai faktor yang kompleks dan saling berhubungan yang terdapat dalam suatu negara, yang diperlukan untuk memenuhi

Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Gorontalo Sulawesi Barat Wilayah VII Kalimantan Barat 21 Juni Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kalimantan Utara

 Potensi Hujan Lebat di wilayah : Aceh, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan

Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi

Maluku Sumatera Utara Sulawesi Utara Bengkulu Sumatera Barat Sulawesi Tengah Jawa Timur Lampung Kalimantan Tengah. Jawa Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Selatan

JAWA TIMUR JAWA TENGAH JAWA BARAT LAMPUNG BALI NUSA TENGGARA BARAT DKI JAKARTA SULAWESI UTARA BANTEN SUMATERA SELATAN NUSA TENGGARA TIMUR KALIMANTAN BARAT SUMATERA UTARA

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas akhir pada Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor.. Banyak kendala yang penulis hadapi