• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Kesehatan Nasional(2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sistem Kesehatan Nasional(2014)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIZAR – MATARAM

SEMESTER VI, TA. 2013/2014.

MODUL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

KULIAH SISTEM KESEHATAN NASIONAL

DOSEN : dr. INDRADJID, MS

WAKTU : MARET 2014.

(2)

I. PENDAHULUAN.

A. PENGERTIAN SISTEM.

1. Sistem sebagai suatu bentuk (entity).

Suatu sistem terhimpun dari bagian-bagian (elemens) yang membentuk suatu struktur yang jelas fungsinya.

a. Bentuk yang konkrit, elemens yang menbentuk sistem dapat ditangkap oleh pancaindra; misal SISTEM PELAYANAN KESEHATAN terdiri dari elemen-elemen : –Ruangan untuk tempat pelayanan

–Alat-alat kedokteran

–Tenaga kesehatan (health providers) –Uang untuk biaya kesehatan

–dll

b. Bentuk yang abstrak; misal sistem kebudayaan yang elemen-elemennya adalah berbagai unsur budaya.

2. Sistem sebagai suatu metoda.

Elemen yang membentuk sistem berupa suatu metoda yang dipakai sebagai alat untuk melaksanakan kegiatan manajemen; misal, sistem pengawasan yang elemen-nya berbentuk berbagai aturan untuk melaksanankan fungsi pengawasan.

Pemahaman sistem sebagai suatu metoda, berperan besar dalam membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi sistem; dikenal sebagai pendekatan sistem (system approach).

(3)

3. Sistem kesehatan (WHO, 1984).

Sistem kesehatan adalah kumpulan dari berbagai faktor yang kompleks dan saling berhubungan yang terdapat dalam suatu negara, yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat pada setiap saat yang dibutuhkan.

4. SISTEM KESEHATAN NASIONAL.

Adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin terciptanya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksudkan dalam Pembukaan UUD-1945.

B. CIRI-CIRI SISTEM.

1. Dalam sistem terdapat bagian atau elemen yang saling berhubungan dan semuanya membentuk satu kesatuan serta semuanya berfungsi untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

2. Fungsi dari masing-masing bagian atau elemen secara keseluruhan (kesatuan) adalah mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan.

3. Dalam melaksanakan fungsi tersebut diatas, semuanya bekerja sama secara bebas namun terkait dan terdapat mekanisme pengendalian yang mengarahkan menuju tercapainya keluaran yang direncanakan.

(4)

4. Sistem bersifat terbuka dan selalu berinteraksi dengan sistem lain yang lebih luas yang dikenal sebagai lingkungan.

Konsep sistem relatif masih baru yang muncul sebagai reaksi terhadap teori klasik yang menekankan pentingnya pembagian tugas (job description) dalam melaksanakan program tetapi kurang memperhitungakan pengaruh lingkungan.

C. UNSUR-UNSUR SISTEM.

1. Masukan (INPUT)

Kumpulan bagian atau elemen dalam sistem yang diperlakukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut.

2. Proses

Kumpulan bagian atau elemen dalam sistem yang berfungsi mengubah masukan menjadi keluaran

3. Keluaran (OUTPUT)

Kumpulan bagian atau elemen yang di hasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem.

4. Umpan balik (feed back).

Kumpulan bagian atau elemen dari keluaran dan sekaligus menjadi masukan bagi sistem tersebut.

5. Dampak (IMPACT)

Adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.

6. Lingkungan (ENVIRONMENT)

Adalah dunia diluar sistem yag tidak dikelola oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.

(5)

D. RINCIAN BAGIAN ATAU ELEMEN DALAM UNSUR SISTEM KESEHATAN 1. Sistem sebagai upaya menghasilkan pelayanan kesehatan.

a. Elemen masukan : tenaga, dana, sarana, metoda.

b. Elemen proses : perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian/ penilaian.

c. Elemen keluaran : pelayanan kesehatan kepada masyarakat. 2. Sistem sebagai upaya menyelesaikan masalah kesehatan.

a. Elemen masukan : masalah-masalah kesehatan yang akan diselesaikan (sedang dihadapi)

b. Elemen proses : tenaga, dana, sarana, metoda. (disebut pula sumber daya dari pemenfaatannya)

c. Elemen keluaran : terselesaikannya masalah-masalah kesehatan yang dihadapi. Jadi tergantung dari tujuan sistem, penempatan elemen-elemen dalam unsur sistem dapat berbeda-beda.

E. JENJANG SISTEM.

Peranan dan kedudukan sistem terhadap lingkungan yang beraneka ragam, sering digambarkan dalam bentuk penjenjangan sistem.

(6)

1. Suprasistem.

– Adalah lingkungan dimana sistem tersebut berada. Lingkungan ini juga berbentuk sistem tersendiri yang kedudukan dan peranannya lebih luas.

– Sistem Ketahanan Nasional adalah suprasistem dari Sistem Kesehatan Nasional yang bersama-sama Sistem Sektoral Nasional lainnya akan mencapai “TUJUAN NASIONAL” seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD-1945.

– Suprasistem ini mempengaruhi sistem, tetapi tidak dikelola oleh sistem. 2. Sistem.

Adalah objek dan subjek yang sedang diamati. 3. Subsistem.

– Bagian dari sistem yang secara mandiri membentuk sistem pula, tetapi kedudukan dan peranannya lebih kecil dari sistem.

– Ada 6 subsistem dari SKN : a. Subsistem Upaya Kesehatan

b. Subsistem Pembiayaan Kesehatan c. Subsistem Sumber Daya Kesehatan d. Subsistem Pemberdayaan Masyarakat e. Subsistem Manajemen Kesehatan

(7)

– Tergantung dari kedudukan dan peranan yang sedang diamati maka “sesuatu” dapat berperan sebagai Suprasistem, sistem atau subsistem jika yang diamati adalah Rumah Sakit. Maka Rumah Sakit adalah sistem, sedangkan SKN adalah suprasistem dan subsistemnya adalah berbagai unit fungsional yang terdapat didalam Rumah Sakit.

– Rumah Sakit sendiri dapat menjadi suprasistem, apabila kita mengamati salah satu unit fungsional dari Rumah Sakit (sistem) dan subunit-nya menjadi subsistem.

II. PENDEKATAN SISTEM.

PENGERTIAN, TUJUAN, MANFAAT.

1. Adalah penerapan suatu prosedur yang logis dalam merancang suatu rangkaian komponen-komponen yang barhubungan sehingga dapat berfungsi sebagai satu kesatuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Adalah suatu strategi yang menggunakan metoda analisa dan manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.

3. Tujuan :

a. Untuk membentuk sesuatu (sistem) sebagai hasil proses manajemen.

b. Untuk menguraikan sesuatu (sistem) dalam rangka menemukan masalah yang dihadapi, kemudian mencari jalan keluarnya.

4. Manfaat :

a. Jenis dan jumlah masukan dapat disesuaikan dengan kebutuhan untuk memperoleh keluaran yang efektif dan efisien.

b. Proses yang dilaksanakan dapat diarahkan untuk mencapai keluaran secara efektif dan efisien.

(8)

c. Keluaran yang dihasilkan dapat lebih optimal dan dapat diukur lebih tepat dan objektif.

d. Umpan balik dapat diperoleh pada setiap tahap pelaksanaan.

5. Kelemahan yang terpenting adalah terjebak kedalam perhitungan yang terlalu rinci, sehingga menyulitkan pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah.

III. ANALISIS SISTEM (SYSTEM ANALYSIS)

A. PENGERTIAN

1. Adalah penguraian operasional suatu sistem yang meliputi upaya mengidentifikasikan tujuan, kegiatan, situasi yang dihadapi serta informasi yang dibutuhkan oleh sistem pada setiap pelaksanaannya.

2. Adalah suatu cara kerja yang dengan mengunakan fasilitas yang ada, dilakukan pengumpulan berbagai masalah yang dihadapi, kemudian dicarikan berbagai jalan keluarnya lengkap dengan urainnya, sehingga membantu pimpinan mengambil keputusan yang tepat untuk pencapaian tujuan.

B. LANGKAH-LANGKAH ANALISIS SISTEM

1. Menguraikan sistem sehingga jelas bagian-bagian yang dimiliki serta hubungan antara bagian.

2. Merumuskan masalah yang dihadapi oleh bagian-bagian atau sistem secara keseluruhan. Masalah-masalah dapat berupa ketidak jelasan fungsi, hak dan tanggung jawab ataupun hubungan antara bagian.

(9)

3. Mengumpulkan data atau informasi tambahan agar lebih jelas masalah yang dihadapi serta merumuskan kemungkinan jalan keluar yang dapat dilakukan.

4. Kembangkan model-model sistem yang baru yang dinilai dapat menyelesaikan masalah yang ditemukan.

5. Lakukan uji coba terhadap model-model sistem yang baru. Catatlah setiap hasil yang diperoleh, kemudian pilihlah model yang paling menguntungkan.

6. Terapkan model sistem yang terpilih dan lakukan pemantauan dan penilaian berkala sesuai dengan yang diperlukan dan untuk penyempurnaan sistem. Untuk itu perlu dimiliki berbagai data informasi yang dibutuhkan melalui pengembangan sistem informasi.

IV. BENTUK POKOK SISTEM KESEHATAN

A. Terbentuknya sistem kesehatan pada umumnya ditentukan oleh 3 (tiga) unsur utama : 1. Pemerintah; yang bertanggung jawab merumuskan kebijakan.

2. Masyarakat; yang akan menfaatkan jasa pelayanan kesehatan.

3. Penyedia pelayanan kesehatan (health provider); tenaga kesehatan yang bertanggung jawab secara langsung menyelenggarakan berbagai upaya kesehatan. Atas dasar ketiga unsur diatas, maka bentuk SISTEM KESEHATAN.

1. MONOPOLI PEMERINTAH : semuanya oleh pemerintah yang banyak ditemui dinegara sosialis.

(10)

2. DOMINASI PEMERINTAH : pemerintah tetap dominan, tetapi pihak swasta diberi kesempatan menyelenggarakan upaya kesehatan; contoh : Indonesia

3. DOMINASI SWASTA : peranan pemerintah terbatas pada upaya kesehatan untuk masyarakat banyak sedangkan lainnya oleh swasta; contoh dinegara liberal.

(11)

V. SISTEM KESEHATAN NASIONAL – TH 2009 V. 1 PENDAHULUAN :

A. LATAR BELAKANG

– Pembangunan kesehatan dalam dasawarsa terakhir masih menghadapi berbagai masalah → perlu perubahan penyelenggaraan pembangunan kesehatan (BANGKES) → pemantapan dan percepatan melalui Sistem Kesehatan Nasional (SKN).

– Dasar, arah, strategi BANGKES mengacu kepada UURI No. 17 Tahun 2007, tentang RPJP-N tahun 2005-2025 dan RPJP-K tahun 2005-2025.

– Secara global mengacu kepada MDGS yang akan dicapai tahun 2015, antara lain percepan penurunan angka kematian ibu dan kematian anak melalui berbagai intervensi terobasan, seperti pengembangan Desa Siaga, Jaminan Kesehatan Masyarakat, Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), dll.

– SKN telah disusun sejak tahun 1982, kemudian direvisi menjadi SKN 2004 dan dimutakhirkan menjadi SKN 2009, dipergunakan sebagai pedoman tentang bentuk dan cara penyelenggaraan BANGKES, baik oleh pemerintah (Pusat dan Daerah), Swasta dan masyarakat serta pihak terkait lainnya.

– SKN disusun dengan memperhatikan pendekatan revitalisasi pelayanan kesehatan dasar (Primary Healt Care) yang meliputi :

1. Cakupan Yankes yang adil dan merata.

2. Yankes yang berpihak kepada rakyat.

3. Kebijakan Bangkes dengan memperhatikan inovasi dan terobosan.

(12)

B. PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS. 1. Perubahan Global dan Regional

– Era globalisasi dapat menjadi peluang sekaligus tantangan bagi Bangkes

– Komitmen Internasional seperti MDGS, adaptasi terhadap “Climate Change”, ASEAN Charter, BLL → perlu menjadi perhatian dalam Bangkes.

2. Tingkat nasional dan lokal

– Proses politik → desentralisasi, demokratisasi – Indonesia rawan bencana

– Perangkat regulasi dan hukum yang terkait kesehatan belum memadai

– Pemberdayaan masyarakat dalam Bangkes diharapkan memberikan penguatan kapasitas dan surveilans berbasis masyarakat seperti Desa Siaga.

V.2 BENTUK POKOK SKN

A. TUJUAN SKN

Terselenggaranya Bangkes oleh semua potensi bangsa secara Senergis, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga terwujud derajad kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

(13)

B. KEDUDUKAN SKN

1. Suprasistem SKN adalah Ketahanan Nasional.

SKN bersama dengan berbagai sistem nasional lainnya diarahkan untuk mencapai Tujuan Bangsa Indonesia seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD -1945. 2. Kedudukan dengan sistem nasional lainnya.

Bersinergis secara dinamis, sehingga terwujudnya keadaan sehat tidak hanya menjadi tanggung jawab sektor kesehatan saja, melainkan juga tanggung jawab berbagai sektor terkait.

3. Kedudukan SKN terhadap Penyelenggaraan Bangkes di daerah.

SKN akan menjadi acuan bentuk dan cara penyelenggaraan bangkes di daerah. C. SUBSISTEM SKN dan TATA HUBUNGANNYA.

1. Subsistem Upaya Kesehatan

– Upaya kesehatan diselenggarakan secara paripurna, terpadu dan berkualitas, meliputi upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan.

– Terdapat tiga tingkat upaya kesehatan yaitu primer, sekunder, tersier tyang diselenggarakan melalui sistem rujukan.

– Upaya kesehatan dapat ditujukan kepada perorangan maupun kepada masyarakat.

(14)

2. Subsistem Pembiayaan Kesehatan → ketersediaan dengan jumlah yang cukup, adil – merata bagi masyarakat.

Tersedianya pembiayaan kesehatan akan menunjang terselenggaranya subsistem SKN lainnya.

3. Subsistem SDM Kesehatan

Tersedianya SDM kesehatan yang berkualitas, jumlah yang cukup, distribusi merata sehingga dapat memenuhi kebutuhan Yangkes seluruh masyarakat.

4. Subsistem sediaan farmasi, alkes dan makanan.

– untuk menjamin ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat, terutama obat esensial.

– Untuk perlindungan masyarakat dari penggunaan yang salah dan penyalahgunaan obat serta penggunaan obat yang rasional.

5. Subsistem manajemen dan informasi kesehatan

Untuk menghasilkan fungsi-fungsi kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, informasi kesehatan dan hukum kesehatan yang akan menunjang upaya kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna.

6. Subsistem Pemberdayaan Masyarakat

– untuk meningkatkan peran aktif masyarakat dalam Bangkes terutama kemampuan berperilaku hidup sehat, dapat mengatasi maslah kesehatan secara mandiri.

– Mendorong terbentuknya Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) seperti Posyandu, Poskestren, Desa Siaga, Pemuda Peduli Bencana, dll.

– Kemitraan dengan berbagai pihak terkait seperti lembaga legislatif, perguruan tinggi, swasta / dunia usaha dan lainnya yang terkait.

(15)

V.3 PENYELENGGARAAN SKN, melalui tahapan.

1. Penetapan SKN dengan peraturan perundang-undangan 2. Sosialisasi dan Advokasi SKN kepada seluruh pelaku Bangkes 3. Fasilitas Pengembangan Kebijakan Kesehatan di Daerah

a. Kerangka penyelenggaraan Bangkes di daerah.

b. Penantaan ulang keenam subsistem SKN di daerah secara bertahap, sestematik dan berkelanjutan.

c. Penyusunan kebijakan standar, pedoman dalam berbagai peraturan perundang-undangan.

d. Disesuaikan dengan asas desentralisasi yang bertanggung jawab, demokratis dan “Good Governace” dalam kerangka NKRI.

4. Pengendalian dan Penilaian

a. Untuk memntau dan menilai keberhasilan berdasarkan tolak ukur SKN dan SKD b. Diselenggarakan secara berjenjang dan berkelanjutan

c. Didukung sistem monitoring dan evaluasi ditingkat nasional dan daerah secara terpadu.

d. Setiap tahun seluruh pelaku Bangkes dengan koordinasi pemerintah, melakukan pengukuran pencapaian (kinerja) SKN dengan beberapa indikator yang akurat → sebagai acuan untuk melakukan perbaikan-perbaikan.

(16)

VI. TANTANGAN UTAMA OTONOMI DAERAH

Pemerintah (Propinsi – Kabupaten – Kota) dituntut menata dan mengembangkan sistem kesehatan yang disesuaikan dengan kondisi daerah (termasuk visi dan misi daerah)

TANTANGAN YANG HARUS DIHADAPI PEMDA

• Pemda harus memperhatikan sasaran dan dasar pembangunan kesehatannya.

• Pemda harus mampu mengelola dan membiayai pembangunan kesehatan secara mandiri.

• Pemda harus merumuskan visi – misi – strategi pembangunan kesehatan di daerahnya

• Pemda harus mengembangan :

1) Sistem pembangunan kesehatan 2) Struktur kelembagaan kesehatan

3) Pengaturan pembagian wewenang, dan 4) Alternatif sistem pembiayaan kesehatan.

(17)

POTENSI MASALAH DESENTRALISASI KESEHATAN

1. Kelembagaan – managerial 2. Sumber daya manusia

3. Pembiayaan dan anggaran 4. Upaya (pelayanan) kesehatan 5. Pemberdayaan masyarakat

LINGKUP PENGEMBANGAN / PERMASALAHAN

1. Kelembagaan – managerial 2. Sumber daya manusia

3. Pembiayaan dan anggaran 4. Upaya (pelayanan) kesehatan

(18)

VII. VARIABEL DAN INDIKATOR KESEHATAN.

Tujuan-tujuan diatas diukur melalui variabel dan indikator kesehatan,

antara lain

1. Derajad kesehatan

a. Kualitas hidup : Umur Harapan Hidup Waktu Lahir

b. Mortalitas : AKB, AKABA, AKI, AKK

c.Morbiditas : DBD, Malaria, TB Paru, PMS, HIV/AIDS, Diare, ISPA,

dll.

(19)

d. Status Gizi : BBLR, Gizi Balita (KKP), Gizi Wus (KEK), anemia gizi 2. Lingkungan Sehat

a. Penggunaan air bersih dan sehat : sumur pompa, perpipaan b. Penggunaan jamban sehat

c. Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga. d. Pembuangan sampah.

3. Perilaku Sehat

a. Olahraga secara teratur. (setiap hari, 3-5kali/minggu, 1-2kali/minggu). b. Kebiasaan merokok (usia mulai merokok,dll)

c. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan (Pengobatan modern, pengobatan tradisional, mengobati sendiri,dll).

d. Pengembangan UKBM : - jumlah Posyandu

- Kunjungan balita ke Posyandu 4. Sarana Pelayanan Kesehatan.

a. Puskesmas, Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling. b. Rumah Sakit dan Tempat Tidur Rumah Sakit

c. Pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan

d. Cakupan jaminan pembiayaan kesehatan. (Askes,

(20)

5.Cakupan Pelayanan Kesehatan.

a.ANC, Pertolongan Persalinan, Neonatal-Care, Pelayanan KB.

b.Gizi, Imunisasi,

c.Pemberantasan Penyakit : TB. Paru, Malaria, DBD, Diare

d.Pelayanan GAKIN/JPSBK : pelayanan kesehatan dasar, kebidanan

dasar dan perbaikan gizi.

e.Pelayanan Kesehatan Saat Bencana : (pelayanan kesehatan

pengungsi dan korban bencana).

6.Manajemen Kesehatan.

a.Pengelolaan tenaga kesehatan. Pengangkatan dan penempatan

b.Pendidikan Tenaga Kesehatan.

–Pendidikan Poltekes dibawah Depkes dan lainnya.

–Lulusan dokter, dokter gigi, dokter spesialis

–Lulusan tenaga kesehatan masyarakat.

c.Pelatihan Tenaga Kesehatan. (diklat prajabatan,diklat struktural,

diklat fungsional)

d.Pengelolaan Obat, Alat Kesehatan, Makanan dan Minuman. (sarana

produksi, sarana distribusi)

(21)

Referensi :

-Azwar, A (1996) : Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi ketiga. Binarupa Aksara, Jakarta. -Depkes RI (2003) : Sistem Kesehatan Nasional.

Referensi

Dokumen terkait

1) Menilai organisasi dan diri manajemen atas pekerjaan dalam domain pribadi. Hal ini harus sering dikelola dengan dasar gender dalam menilai pekerjaan pria atau

terhadap kadar malondialdehid lensa katarak senilis pada Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengukuran setiap kelompok perlakuan, didapatkan hubungan yang kadar

Berdasarkan pengujian dan analisis data tentang integrasi dan implikasi portofolio diversifikasi terdapat hubungan intergrasi dalam keseimbangan jangka panjang (kointegrasi)

Ketentuan yang berkaitan dengan tindakan yang dilarang dilakukan oleh Manajer Investasi sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Nomor IV.B.1 tentang Pedoman Pengelolaan Reksa

• Lebih dari 90% perdagangan dunia menggunakan kapal sebagai alat angkut (kurang lebih 50.000 kapal dagang) • ari !9"0#$00" Lebih dari !00 outbreak terjadi di kapal

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian, maksud dan tujuan serta prosedur dari berbagai macam izin yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku

Diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis kepada para Warga Indonesia yang memiliki minat untuk menjalankan bisnis atau usaha radio dengan memahami terlebih dahulu mengenai