• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENUTUP

IV.2 Implikasi Teori

Penelitian ini menggunakan Tiga Teori dalam mengalisis alasan Tim Penolak Pemekaran Simalungun (TPS) Menolak pemekaran di Kabupaten Simalungun. Tiga

teori tersebut adalah Teori Desentralisasi dan Otonomi Daerah, teori konflik dan teori identitas budaya.

Dalam Teori Desentralisasi dan Otonomi Daerah menjelaskan tentang ketimpangan pengelolaan keuangan pusat dan daerah. Secara teoritik, kemampuan Pemerintah antara lain terbentuk melalui penerapan asas desentralisasi, yaitu adanya pelimpahan wewenang dari tingkat atas organisasi kepada tingkat bawahannya secara hirarkis. Melalui pelimpahan wewenang itulah pemerintah pada tingkat bawah diberi kesempatan untuk mengambil inisiatif dan mengembangkan kreativitas, mencari solusi terbaik. Dari sisi kemanfaatan, desentralisasi dapat lebih tepat meningkatkanefisiensi dan daya tanggap pemerintah melalui pemenuhan layanan publik yang lebihsesuai dengan preferensi rakyat.Selain itu, desentralisasi dapat membangkitkansemangat kompetisi dan inovasi antarpemerintah daerah untuk mencapai kepuasanmasyarakat yang lebih tinggi.

Namun di sisi lain, kualitas pelayanan publik seringmenjadi korban karena transfer kewenangan sering disalahartikan ataudisalahgunakan oleh elite lokal yang relatif kurang memenuhi standar kompetensiyang dibutuhkan Undang-undang Otonomi Daerah lahir ditengah suasana euphoria kebebasan yang memenuhi ruang-ruang publik. Otonomi daerah adalah hak wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Perwujudan ketidakmampuan Pemerintah Pusat dalam mengelola sumber daya-sumber daya yang ada di daerah, dimana tujuan otonomi daerah percepatan pertumbuhan daerah, kemerataan pembangunan dan kesejahteraan yang merata di

seluruh Indonesia Demokrasi sebagai sistem politik dalam kaitannya dengan otonomi daerah bertumpu pada dua hal yaitu pertama berkembangnya orientasi segenap institusi di derah pada upaya memberdayakan masyarakat di derah dan kedua Mekanisme Check and Blance diantara institusi-istitusi di derah tersebut.31

Hadirnya pluralisme menciptakan adanya keberagaman dari lingkungan masyarakat serta melahirkan wacana yang dikotomi bersifat oposisional Wacana ini

Orientasi dalam konteks ini adalah arah kepada siapa Pemerintah berpihak ketika menyusun kebijakan, meracang serta mengimplementasikan program-program pembanguanan. Apabila orientasi yang dibangun tidak berpihak pada kepentingan masyarakat atau tidak memberdayakan masyarakat, maka kebijakan yang disusun dari program-program yang dirancang dan diimplementasikan akan bersifat elitis dan menghambat demokrasi di daerah, maka muncullah tuntutan chek and balance di masyarakat. Mekanisme chek and balance dalam otonomi daerah berkaitan dengan seberapa jauh kebijakan serta program-program transparan,dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat kemudian bagaimana penyesuaian pendapatan yang didapat pusat dari daerah.

Dalam Teori identitas budaya menjelaskan tentang potensi konflik etnis dan pemahaman yang keliru tentang pemekaran daerah khususnya kabupaten Simalungun. Budaya dan etnik selalu membentuk bagian sosial dari suatu daerah yang khusus berdasarkan sejarah yang dibentuk dari elemen-elemen yang saling berbeda dari suatu kelompok etnik ke kelompok etnik yang lain.

31

SyamsuddinHaris,Desentralisasi dan Otonomi Daerah : Desentralisasi, Demokratisasi & Akuntabilitas Pemerintahan Daerah, 2005, Jakarta : LIPI Press, Hal.17.

terkadang digunakan dalam membentuk suatu komunitas baru yang dapat menyatukan atau memisahkan. Selain itu wacana akan perbedaan identitas inilah cenderung dapat menimbulkan konflik antar etnis yang satu dengan yang lainnya. Konflik etnis pun semakin terasa jelas ketika diperhadapkan dengan adanya konstelasi politik terutama menyangkut pemekaran wilayah di Simalungun, penguasaan atas wilayah dan teritorial, penguasaan atas sumber daya alam dan lahan produksi, dan egoisme dari setiap identitas. Pada perkembangannya perbedaan akan identitas pun senantiasa menamakan diri sebagai identitas baru yang berusaha untuk eksis dan mendapatkan rekognisi bagi masyarakat lainnya, menjadi instrument dalam politik kebudayaan yang melihat perjuangan-perjuangan kelompok-kelompok marginal (pinggiran).32

32

Haryanto.Kekuasaan Elit : Suatu Bahasan Pengantar. Yogyakarta: Progam Pascasarjana, 2009, Hal.66.

Dalam Relevansi Teori konflik etnis dan beban masyarakat yang semakin tinggi Konflik pada daerah pemekaran di kabupaten Simalungun disebabkan, tidak puasnya masyarakat dan elit-elit politik tertentu pada pasca pemekaran. Misalnya pemekaran kabupaten tidak menjamin apakah tingkat kesejahteraan akan meningkat atau malah semakin menurun, menurut Koalisi Tolak Penolakan Simalungun (TPS) hal ini berpotensi semakin membebani kehidupan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Agustono, Budi dkk. 2012. Sejarah Etnis Simalungun. Pematang Raya.

Dietrich Jansen, Arlin. 2003. Gondrang Simalungun: Struktur dan Fungsinya Bagi Masyarakat Simalungun.Medan: Bina Media.

G.Pruitt, Dean dan Jeffrey Z Rubin, 2004,Teori Konflik Sosial, Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Haris,Syamsuddin, 2005, Desentralisasi dan Otonomi Daerah : Desentralisasi, Demokratisasi & Akuntabilitas Pemerintahan Daerah, 2005, Jakarta : LIPI Press.

Haryanto, 2009, Kekuasaan Elit : Suatu Bahasan Pengantar. Yogyakarta: Progam Pascasarjana.

Hasim Purba, SH, Mhum, Ir. Nurlisa Ginting, MSc dan Afrizon Alwi, SH. 2004.Hubungan

Pemerintah Provinsi dengan Kabupaten/Kota : Perspektif Otonomi Daerah. Medan :

Mentari Persada.

Johnson, Doyle P diterj. Robert M.Z.Lawang,1990,Teori Sosiolodi Klasik Modern,1990,

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Kaloh.2008, Mencari Bentuk Otonomi Daerah : Suatu Solusi dalam Menjawab Kebutuhan

Lokal dan Tantangan Global.Jakarta : Rineka Cipta.

Koirudin. 2005. Sketsa Kebijakan Desentralisasi di Indonesia : Format Masa Depan Otonomi menuju Kemandirian Daerah.Malang : Averroes Press.

Mariana,Dede Caroline Paskarina. 2008. Demokrasi dan Politik Desentralisasi. Yogyakarta :

Graha ilmu.

Magnis Suseno, Franz, 1990,Filsafat Kebudayaan Politik, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Suandi, Dey Hamid dan Sobirin Malian, 2004memperkokoh otonomi Daerah, kebijakan,

evaluasi daan saran, Yogyakarta : UII Press Yogyakarta.

SN. Kartikasari (Penyunting), 2004,Mengelola Konflik : Keterampilan dan Strategi untuk

Bertindak, Jakarta : The British Council.

Susan,Novri, 2009,Pengantar Sosiologi Konflik dan isu-isu Konflik Kontemporer, Jakarta :

Kencana Prenada Media Grup.

Nawawi, Hadari, 1987,Metodologi Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta : Gajahmada University Press.

Purba,Madja, Darwan. 2007.Musik Tradisional Simalungun.Majalah SauhurAgustus 2007.

Pruit, Dean G dan Jeffrey Z. Rubin. 2013, Teori Konflik Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rozali,Abdullah, 2005, Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilih an Kepala Daerah

Secara Langsung Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Suryo,Joko, 2002, Pembentukan Identitas Nasional, Makalah pada Seminar Terbatas Pengembangan Wawasan tentang Civic Education, LP3 UMY, Yogyakarta.

Widarta. 2005.Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah.Yogyakarta : Pondok Edukasi.

Jurnal :

Jurnal Roman, Husni“Desentralisasi dan semangagat Homogenisasi”. Jurnal referensi analisa politik Dewibulanan,Edisi V 2011

Jurnal Rita Helbra Tenrin, 2014, Pemekaran Daerah : Kebutuhan Atau Euforia Demokrasi ? Menyibak Kegagalan Pemekaran, Jurnal Politik.

Internet :

http://www2.titc.ttu.edu/schneider/dev.sem/5325-16-conflict.htm diunduh pada tanggal 4 November 2014

http://faisalahmadfani.blogspot.com/2012/10/pemahaman-desentralisasi-dan-otonomi.html (diakses pada 3 November 2013, pukul : 20.30 WIB)

http://www.academia.edu/2759012/Desentralisasi_dan_Otonomi_Daerah_di_Indonesi a_Konsep_Pencapaian_dan_Agenda_Kedepan (Diakses pada 3 November 2013) http://erierot.blogspot.com/2012/01/evaluasi-pemekaran-daerah.html diunduh pada tanggal 11 Februari 2015

http://regional.kompas.com/read/2013/07/24/1645399/Capaian.Rendah.PAD.Simalun gun.Salah.Urus diunduh pada tanggal 25 Januari 2015

https://basomadiong.wordpress.com/2012/12/25/pengaruh-pemekaran-wilayah-terhadap-konflik-sosial-masyarakat-lokal/ diunduh pada tanggal 5 Februari 2015 Harmantyo, Dj. Desentralisasi, Otonomi, Pemekaran Daerah dan Pola Perkembangan Wilayah di Indonesia. http://geografi.ui.ac.id. 2011. Diakses Tanggal 9 Februari 2015 Data kabupaten :

Dokumen terkait