• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Imunisasi Campak

2.4.1. Pengertian Imunisasi Campak

Imunisasi adalah memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap suatu penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan, seperti vaksin, BCG, DPT, campak dan melalui mulut seperti vaksin polio. (Depkes, 2010). Imunisasi campak dilakukan dengan menggunakan vaksin campak yang mengandung virus campak hidup yang telah dilemahkan, di Indonesia vaksin campak diberikan mulai anak berumur 9 bulan (Depkes, 2013). 2.4.2 Jadwal Pemberian Imunisasi Campak

Imunisasi campak merupakan imunisasi rutin yang diberikan pada usia 9 bulan, 24 bulan dan pada anak kelas 1 sekolah dasar (SD). Selain imunisasi rutin pemberian imunisasi campak dapat dilakukan dalam bentuk imunisasi tambahan sesuai Permenkes No 42 Tahun 2013 diantaranya:

a. Blaclog fighting

Merupakan upaya aktif untuk melengkapi imunisasi dasar pada anak yang berumur di bawah 3 tahun. Kegiatan ini diprioritaskan untuk dilaksanakan di desa yang selama 2 (dua) tahun berturut-turut tidak mencapai UCI.

b. Crash Program

Kegiatan ini ditujukan untuk wilayah yang memerlukan intervensi secara cepat untuk mencegah terjadinya KLB. Kriteria pemilihan daerah yang akan dilakukan crash program adalah:

1) Angka kematian bayi akibat PD3I tinggi. 2) Infrastruktur (tenaga, sarana, dana) kurang.

3) Desa yang selama 3 tahun berturut-turut tidak mencapai UCI.

Crash program bisa dilakukan untuk satu atau lebih jenis imunisasi, misalnya campak, atau campak terpadu dengan polio.

c. Catch up Campaign campak

Tujuan: untuk menutuskan transmisi penularan virus campak pada anak usia sekolah dasar. Kegiatan ini dilakukan dengan pemberian imunisasi campak secara serentak pada anak sekolah dasar dari kelas satu hingga kelas enam SD atau sederajat, serta anak usia 6-12 tahun yang tidak sekolah, tanpa mempertimbangkan status imunisasi sebelumnya. Pemberian imunisasi campak pada waktu catch up campign campak, disamping untuk memutuskan rantai penularan, juga berguna sebagai booster atau imunisasi ulangan (dosis kedua). d. Imunisasi dalam Penanganan KLB (Outbreak response Immunization/ORI)

Kegiatan ini dilakukan berdasarkan pedoman pelaksanaan imunisasi dalam penanganan KLB disesuaikan dengan situasi epidemiologis penyakit masing- masing.

2.4.3 Jenis dan Karakteristik Vaksin Campak

Jenis vaksin campak yang ada di Indonesia terdiri dari dua macam yaitu kemasan kering tunggal dan kemasan kering yang dikombinasikan dengan vaksin gondong. a. Vaksin kemasan kering tunggal, mengandung virus campak hidup yang dilemahkan. Diberikan pada bayi usia 9 – 11 bulan. Vaksin campak ini berupa serbuk injeksi yang dilengkapi dengan pelarut dengan kemasan yang terpisah. Imunisasi campak terdiri atas satu dosis tunggal 0,5 ml, disuntikkan secara subcutan pada lengan bagian atas setelah dilarutkan.

Vaksin campak dapat mengakibatkan sakit ringan dan bengkak pada lokasi suntikan, yang terjadi 24 jam setelah vaksinasi. Kejadian ini disebut dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Pada 5-15 % kasus terjadi demam (selama 1-2 hari), biasanya 8-10 hari setelah vaksinasi. Pada 2% terjadi kasus kemerahan (selama 2 hari), biasanya 7-10 hari setelah vaksinasi. Kasus ensefalitis pernah dilaporkan terjadi (perbandingan 1/1.000.000 dosis), kejang demam (perbandingan 1/3000 dosis ).Terdapat beberapa kontraindikasi pada pemberian vaksin campak. Hal ini sangat penting, khususnya untuk imunisasi pada anak penderita malnutrisi. Vaksin ini sebaiknya tidak diberikan bagi; orang yang alergi terhadap dosis vaksin campak sebelumnya, wanita hamil karena efek vaksin campak terhadap janin belum diketahui; orang yang alergi berat terhadap kanamisin dan eritromisin, anak dengan infeksi akut disertai demam, anak dengan defisiensi sistem kekebalan, anak dengan pengobatan intensif yang bersifat imunosupresif, anak yang mempunyai ke- rentanan tinggi terhadap protein telur (Biofarma, 2008)

b. Vaksin kemasan kering dikombinasikan dengan vaksin gondong/bengkok (mumps) dan campak jerman (rubella) yang lebih dikenal dengan nama vaksin

Measles, Mumps, Rubella (MMR). Diberikan dalam dosis tunggal 0,5 ml dan

disuntikkan secara intramuskular atau subkutan. Dapat diberikan pada usia 12- 18 bulan.

Reaksin yang mungkin muncul setalah vaksinasi berupa malaise, ruam yang sering terjadi 1 minggu setelah vaksinasi terjadi dalam waktu 2-3 hari. 0,1% mengalami demam, pembengkakan kelenjar parotis pada 1% anak berusia sampai 4 tahun (Satgas Imunisas, 2008)

Vaksin jenis ini tidak boleh diberikan kepada:

1. Anak dengan penyakit keganasan yang tidak diobati atau dengan gangguan imunitas, yang mendapat pengobatan dengan imunosupresif atau terapi sinar atau mendapat steroid dosis tinggi (ekuivalen dengan 2 mg/kgBB/hari prednisolon)

2. Anak dengan alergi berat (pembengkakan pada mulut atau tenggorokan, sulit bernapas, hipotensi dan syok) terhadap gelatin atau neomisin. Pemberian MMR harus ditunda pada anak dengan demam akut, sampai penyakit ini sembuh.

3. Anak yang mendapat vaksin hidup yang lain (termasuk BCG dan vaksin virus hidup) dalam waktu 4 minggu. Pada keadaan ini imunisasi MMR ditunda lebih kurang 1 bulan setelah imunisasi yang terakhir. Individu dengan tuberkulin positif akan menjadi negatif setelah pemberian vaksin.

4. Wanita hamil tidak dianjurkan mendapat imunisasi MMR (karena komponen rubela) dan dianjurkan untuk tidak hamil selama 3 bulan setelah mendapat suntikan MMR

5. Vaksin MMR tidak boleh diberikan dalam waktu 3 bulan setelah pemberian imunoglobulin atau transfusi darah yang mengandung imunoglobulin (whole blood, plasma). Dengan alasan yang sama imunoglobulin tidak boleh diberikan dalam waktu 2 minggu setelah vaksinasi,

6. Defisiensi imun bawaan dan didapat (termasuk infeksi HIV). Sebenarnya HIV bukan kontra indikasi, tetapi pada kasus tertentu, dianjurkan untuk meminta petunjuk pada dokter spesialis anak (konsultan) (PerMenkes No 42 Tahun 2013).

Vaksin campak kemasan kering tunggal dan Vaksin campak kombinasi merupakan jenis vaksin yang tahan terhadap pembekuan. Dalam hal penyimpanan, vaksin campak disimpan dalam lemari es dalam suhu +2 s/d +8oC. Pengangkutan dalam keadaan dingin berbentuk kotak dingin cair (cold pack) dan hindari sinar matahari langsung. Vaksin campak dilengkapi dengan pelarut yang bisa disimpan dalam suhu kamar, namun ketika akan digunakan vaksin harus didinginkan minimal 12 jam sebelum digunakan pada suhu +2 s/d +8oC. Pelarut vaksin campak tidak boleh dalam keadaan beku atau disimpan dalam freezer. Pada saat digunakan dalam pelayanan pelarut diletakkan pada bagian tengah

Dokumen terkait