• Tidak ada hasil yang ditemukan

Imunisasi Pasif IgY Spesifik S.aureus per Oral

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi dan Identifikasi S. aureus

4.3 Imunisasi Pasif IgY Spesifik S.aureus per Oral

Pemberian pakan yang mengandung IgY S. aureus diharapkan mampu meningkatkan daya tahan tubuh kelinci ketika terinfeksi bakteri ini. Cara pemberian imunisasi pasif melalui pakan formula akan mengurangi stres pada kelinci jika dibandingkan dengan pemberian melalui injeksi.

Imunoglobulin Y yang masuk dalam bentuk pellet ke dalam saluran pencernaan kelinci baik utuh maupun yang telah terdenaturasi tetap memberikan kontribusi terhadap pertambahan bobot badan kelinci, karena aplikasinya berupa kuning telur utuh yang dicampurkan kedalam pelet ternak. Terdapat perbedaan pertambahan berat badan diantara kelompok perlakuan, khususnya pada kelompok dosis 20% (P3). (Tabel 2)

Tabel 2 Pertambahan bobot badan kelinci

Kelompok Perlakuan Pertambahan bobot badan

Minggu ke 1(gram) Minggu ke 2 (gram) Pakan IgY 5% (P1) 233,4 20,86 a 243,2 15,8 a Pakan IgY 10% (P2) 239,4 13 a 245 16,04 a Pakan IgY 20% (P3) 243 26,5 a 276,6 23,2 b

Tanpa IgY 238,6 42,7 a 247,8 11,1 a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)

170 100 70 15 25 35 55 40 10 kDa 1 2 3

(a)

(b)

xxix Selama percobaan berlangsung terjadi kematian pada kelompok kontrol maupun perlakuan, namun tidak memberi perbedaan nyata pada gejala perubahan suhu badan, nafsu makan, frekuensi pernafasan dan luka superfisial. Kelompok perlakuan P2 dan P3 memiliki angka morbiditas lebih rendah dibandingkan P1, pada kelompok P2 dan P3 tidak terjadi kematian selama percobaan, sedangkan tingkat mortalitas P1 sebanding dengan kelompok kontrol yang tidak mendapat IgY pada pakan. (Tabel 3)

Tabel 3 Persentase morbiditas dan mortalitas Kelompok Perlakuan Pakan IgY 5% (P1) Pakan IgY 10% (P2) Pakan IgY 20% (P3) Kontrol (Tanpa IgY) Morbiditas 80% 40% 20% 80% Mortalitas 20% 0% 0% 20%

Percobaan yang dilakukan oleh Hang & Kim (2013) menunjukkan bahwa Ig Y yang terdapat pada kuning telur gagal meningkatkan performa babi. Penjelasan yang mungkin adalah Ig Y gagal menembus saluran gastrointestinal, karena strukturnya yang memiliki berat molekul yang besar, sehingga kurang stabil dan tidak fleksibel. Aktivitas Ig Y menurun pada pH 3,5 atau kurang dan kehilangan kemampuannya sama sekali pada pH 3. Immunoglobulin Y juga sangat sensitif terhadap enzim pepsin, oleh karena itu beberapa percobaan dilakukan dengan mengkapsulasi Ig Y agar dapat terlindung dari inaktivasi oleh lambung.

Fenomena berbeda ditunjukkan oleh Farooq et al. (2012) yang menyatakan bahwa pemberian IgY spesifik Infectious Bursal Disease Virus (IBD) secara subkutan pada ayam yang diuji tantang dengan virus IBD menurunkan tingkat morbiditas dan mortalitas. Begitu pula yang dilakukan oleh You et al. (2014) yang memberikan imunisasi pasif menggunakan IgY secara parenteral dan intraperitoneal pada mencit dapat memberikan efek sistemik pada uji tantang.

Hasil pemeriksaan histopatologis dari kelinci yang dinekropsi menunjukkan gejala pneumonia pada paru, infeksi bronkiolus dan oedema paru, serta penyebaran sel-sel mononuklear (neutrofil) disekitar alveolus Hal ini mengindikasikan bahwa pemberian IgY secara peroral tidak efektif memberi perlindungan terhadap infeksi bakteri S.aureus pada uji tantang terhadap kelinci. Perubahan pada organ paru masing-masing perlakuan terlihat pada Gambar 9,10,11,12,13.

xxx

Gambar 9. Paru Kelinci grup kontrol yang diuji tantang dengan S. aureus tanpa pakan IgY mengalami pneumonia, oede-ma pulmonum dan peribroncheolitis. 1. Alveolar, 2. Broncheolus, 3. Pneumonia, 4. Oedema HE. x100.

Gambar 10. Paru kelinci grup kontrol yang diuji tantang dengan S. aureus mengalami Pneumonia. 1. Alveolar dan 2. Broncheo-lus berisi sel darah merah. HE. x200

Gambar 11. Paru – paru kelinci grup P1 (IgY 5%) yang diuji tantang dengan S.

aureus mengalami pneumonia, 1.

Alveolar, 2. Pneumonia dan 3. Infiltrasi sel mononuclear HE. x100.

Gambar 12. Paru-paru kelinci grup P2 (IgY 10%) yang diuji tantang dengan S.

aureus mengalami pneumonia ringan, 1.

Alveolar, 2. Bron-cheolus dan 3. Pneumonia. HE.x100. 1 1 2 2 3 1 2 1 2 3 4 1 2 3 4

xxxi

Gambar 13. Paru-paru kelinci grup P3 (IgY 20%) yang diuji tantang dengan S. aureus mengalami peribronchiolitis ringan. 1. Broncheolus dan 2. Infiltrasi sel mononuclear. HE. x200.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing kelompok perlakuan P1 (IgY 5%), P2 (IgY 10%) dan P3 (IgY 20%) organ paru mengalami pneumonia, dengan derajat keparahan berbeda dan masing-masing terdapat sebaran sel-sel mononuklear neutrofil, sebagai tanda terjadinya infeksi bakteri. Neutrofil adalah sel darah putih yang merespon pada infeksi bakteri, terutama infeksi pyogenik. Neutrofil biasa muncul pada saat inisiasi sistem imun non spesifik atau innate immunity dan merupakan bagian penting mekanisme pertahanan pertama terhadap infeksi. Pernyataan ini didukung oleh Ferreira et al. (2014) yang menyatakan bahwa karakteristik dari pneumonia yang disebabkan oleh S. aureus adalah tingginya respon imun dari host yang ditandai dengan proses penarikan neutrophil ke tempat infeksi khususnya paru-paru.

Pemberian dosis IgY 10% (grup P2) dan 20% (grup P3) pada pakan selama 14 hari memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dosis IgY 5% (grup P1), ditunjukkan dengan penurunan keparahan pneumonia pada pemeriksaan histopatologis paru. Pneumonia yang terjadi pada kelompok perlakuan P2 dan P3 (Gambar 8 & 9) lebih ringan dibandingkan dengan kelompok perlakuan P1 (Gambar 7).

Efikasi pemberian IgY peroral lebih banyak diteliti pada jenis bakteri-bakteri yang menyerang saluran pencernaan, karena mekanisme IgY sebagai antibodi yang dapat menempel pada berbagai patogen enterik yang terdapat pada permukaan mukosa pencernaan sehingga dapat mencegah perlekatan dan pertumbuhan bakteri lebih lanjut. Hasil yang didapatkan oleh Herman et al.

(2014) dengan melakukan imunisasi pasif pada ayam broiler menggunakan IgY secara peroral mampu mengurangi kolonisasi bakteri Campylobacter jejuni pada mukosa usus. Suartini et al. (2014) menyatakan pemberian IgY spesifik parvovirus secara parenteral sebagai imunisasi pasif pada anjing dapat menurunkan sekresi virus parvo dan meningkatkan survival rate pada uji tantang.

IgY yang diproduksi dalam penelitian ini merupakan IgY spesifik S. aureus, dimana bakteri tersebut merupakan patogen yang umum ditemukan dalam kasus gangguan pernafasan. Pemberian IgY peroral pada percobaan ini

1

xxxii menunjukkan hasil bahwa IgY tidak efektif melindungi hewan coba pada uji tantang, dengan dugaan bahwa IgY yang masuk tidak mampu tersirkulasi kedalam peredaran darah menuju target organ dalam hal ini paru. Perlekatan IgY spesifik dengan S. aureus yang diharapkan dapat mengurangi kolonisasi S. aureus pada paru ternyata tidak terjadi, sehingga hewan coba tetap mengalami gejala pneumonia yang tampak dari hasil pemeriksaan patologis.

xxxiii

V KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait