• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)

Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu penyakit sehingga bila terpapar dengan penyakit tersebut orang tersebut hanya akan sakit ringan/ tidak sakit. Imunisasi tetanus toxoid adalah proses untuk membangun kekebalan tubuh sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Vaksin TT adalah vaksin yang mengandung toksoid tetanus yang telah dilemahkan kemudian dimurnikan (Depkes RI, 2009).

Imunisasi untuk pencegahan penyakit tetanus dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu sesuai dengan kelompok umur. Imunisasi DPT diberikan pada bayi umur 2 – 11 bulan sebanyak 3 kali dengan interval waktu minimal 4 minggu. Selanjutnya imunisasi DT diberikan pada anak umur 6 – 7 tahun (kelas 1 SD) sebanyak 1 kali sebagai imunisasi ulang. Imunisasi TT pada anak diberikan kepada anak sekolah kelas 2 dan 3 SD masing-masing diberikan sebanyak 1 kali. Terakhir imunisasi TT diberikan pada WUS, ibu hamil dan calon pengantin (Depkes RI, 2009).

2. Manfaat

a. Melindungi calon bayi yang akan lahir dari penyakit tetanus neonatorum

b. Melindungi calon pengantin/ calon ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka. 3. Vaksin Tetanus

a. Deskripsi

Vaksin TT adalah vaksin yang mengandung toxoid tetanus yang telah dimurnikan dan terabsorbsi ke dalam 3mg/ml aluminium sulfat. Thimeroksal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Satu dosis 0,5 ml vaksin mengandung potensi

sedikitnya 40 IU. Vaksin TT digunakan untuk mencegah penyakit tetanus pada bayi yang baru lahir dengan mengimunisasi WUS (ibu hamil dan calon pengantin) dan juga untuk pencegahan tetanus pada ibu.

b. Indikasi

Untuk pemberian kekebalan aktif/ imunisasi aktif terhadap tetanus. c. Cara pemberian dan dosis

1) Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen

2) Vaksin disuntikkan secara intramuscular atau subkutan dalam

3) Imunisasi TT untuk pencegahan terhadap tetanus/ tetanus neonatorum dari 2 dosis primer 0,5 ml yang diberikan secara intramuscular dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah 6 bulan berikutnya.

4) Untuk mempertahankan kekebalan terhadap tetanus pada WUS, maka dianjurkan diberikan 5 dosis. Dosis keempat diberikan 1 tahun setelah dosis ketiga, dan dosis kelima diberikan 1 tahun setelah dosis keempat. Imunisasi TT dapat diberikan elama kehamilan, bahkan pada periode trimester pertama. 5) Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang telah dibuka boleh digunakan selama 4

minggu, dengan ketentuan :

a) Vaksin belum kadaluarsa, VVM masih dalam kondisi A dan B b) Vaksin disimpan dalam suhu +2o - +8oC

c) Tidak pernah terendam air

4. Kekebalan vaksin tetanus terhadap tubuh

Daya proteksi vaksin tetanus sangat baik, yaitu sebesar 90 – 95 % . Antibody yang terbentuk pada calon pengantin yang nantinya akan menjadi ibu, selain memberi perlindungan pada ibu, juga memberikan perlindungan pada calon bayi yang akan lahir. Plasenta meneruskan antibody tetanus (IgG) ke bayi dan melindungi bayi terhadap kemungkinan masuknya toksin tetanus melalui luka pada tali pusat atau luka ditempat lain yang dapat tercemar spora tetanus. Transfer antibodi ibu ke bayi mencapai maksimal pada trimester akhir kehamilan (Depkes RI 1992 dalam Sukmara, 2000).

Tabel 2. 1

Jadwal Pemberian Imunisasi TT pada Wanita Usia Subur Jenis Imunisasi Pemberian Imunisasi Interval pemberian minimal Persentase proteksi

Masa Perlindungan Dosis

Imunisasi Tetanus Toxoid wanita usia subur (WUS) TT1 -- -- Tidak ada 0,5 cc

TT2 4 minggu setelah TT1 80 % 3 tahun 0,5 cc

TT3 6 bulan setelah TT2 95 % 5 tahun 0,5 cc

TT4 1 tahun setelah TT3 99 % 10 tahun 0,5 cc

TT5 1 tahun setelah TT4 99 % Seumur hidup atau selama usia subur/

(25 tahun)

0,5 cc

Sumber : Kep. MenKes no. 1611/ MENKES/ SK/ XI/ 2005 tentang pedoman Penyelenggaraan Imunisasi dalam Petunjuk Teknis Imunisasi TT, 2005.

Tabel 2.2

Jadwal pemberian imunisasi TT pada ibu hamil dan calon pengantin Sasaran Jumlah

vaksinasi

Interval waktu pemberian minimal

Saran

Ibu Hamil 2x 4 minggu Bila ibu hamil belum pernah divaksinasi TT, diberikan 2x selama kehamilan

Bila pada waktu kontak berikutnya ibu sudah bersalin, TT2 tetap diberikan dengan maksud memberikan perlindungan untuk kehamilan selanjutnya

1x - Bila ibu hamil pernah mendapat imunisasi TT 2x pada waktu catin atau pada kehamilan sebelumnya, cukup mendapat imunisasi TT 1x

Calon Pengantin

Wanita

2x 4 minggu Sebelum akad nikah (waktu melapor atau waktu menerima nasehat perkawinan)

Sumber : Depkes RI. Vaksin dan waktu pemberiannya, dalam Sukmara, 2000.

5. Keefektifan vaksin Tetanus Toxoid

Efektifitas imunisasi TT sebesar 60% - 90% proteksi dari penyakit tetanus neonatorum selama 3 tahun terhadap calon pengantin yang melakukan imunisasi TT sebanyak 2x (Purwanto, 2002). Hal tersebut dibuktikan dalam penelitian Lilly indrawati, 1998, yang menyebutkan bahwa ibu dengan status imunisasi TT tidak lengkap atau tidak imunisasi TT mempunyai kecenderungan 36 kali lebih beresiko bayinya menderita

6. Efek samping

Dalam buku pedoman teknis imunisasi , vaksin TT adalah vaksin yang aman dan tidak mempunyai kontraindikasi dalam pemberiannya kecuali bagi klien yang mengalami reaksi anafilaksis setelah pemberian dosis pertama. Meskipun demikian, imunisasi TT tidak boleh diberikan kepada:

a. WUS dengan riwayat alergi terhadap imunisasi TT yang lalu,

b. WUS dengan panas tinggi dan sakit berat, namun demikian WUS tersebut dapat diimunisasi segera setelah sembuh.

7. Pandangan Islam

Pernikahan merupakan pengalaman hidup yang sangat penting sebagai media penyatuan fisik dan psikis antara dua insan dan penggabungan kedua keluarga besar dalam rangka ibadah melaksanakan perintah Allah SWT. Hal itu tentunya memerlukan berbagai persiapan yang cukup matang terkait persiapan fisik sebelum menikah antara lain tes kesehatan dan fertilitas, walaupun tidak ada riwayat dan indikasi penyakit ataupun kelainan keturunan di dalam keluarga, berdasarkan prinsip syariah tetap dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan standar. Hal ini dikarenakan prinsip sentral syariah Islam adalah hikmah dan kemaslahatan umat manusia di dunia dan di akhirat. Kemaslahatan ini terletak pada keadilan, kerahmatan, kemudahan, keamanan, keselamatan, kesejahteraan dan kebijaksanaan yang merata. Apa saja yang bertentangan dengan prinsip tersebut maka akan dilarang syariah, namun sebaliknya segala hal yang dapat mewujudkan prinsip tersebut dapat dipastikan dianjurkan syariah.

Tujuan utama ketentuan syariat (maqashid as-syariah) adalah tercermin dalam pemeliharaan pilar-pilar kesejahteraan umat manusia yang mencakup lima maslahat

dengan memberikan perlindungan terhadap aspek keimanan (hifz din), kehidupan (hifzd nafs), akal (hifz „aql), keturunan (hifz nasl) dan harta benda mereka (hifz mal). Apa saja yang menjamin terlindunginya lima perkara ini adalah maslahat bagi manusia dan dikehendaki syariah dan segala yang membahayakannya dikategorikan sebagai mudharat atau mafsadah yang harus disingkirkan. Dalam proses pemilihan pasangan dan prosedur pernikahan, Islam di samping aspek keimanan dan keshalihan (hifdz din) juga sangat memperhatikan aspek keturunan serta aspek kesehatan fisik dan mental (hifdz nasl dan hifdz „aql). Hal itu dapat kita kaji dari hadits Rasulullah saw maupun ayat-ayat al-Qur’an seputar pernikahan.

“Diharamkan atas kamu (menikahi) ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara ayahmu yang perempuan, saudara-saudara

ibumu yang perempuan, anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki,

anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan, ibu-ibumu yang menyusui kamu,

saudara-saudara sesusuanmu, ibu-ibu istrimu, anak-anak perempuan dari istrimu (anak tiri)

diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu), dan diharamkan mengumpulkan

dalam pernikahan dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa

lampau. Sungguh Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”(An. Nisa : 23)

ّ نإ

ّ

ّه َ

ّ

ّهل

ّ

ّرّيهغي

ّ

اهم

ّ

ّ مْ هقب

ّ

ى تهح

ّ

ا رّيهغي

ّ

اهم

ّ

ّفْنهأب

ّْم س

ّ

"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah

keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (ar-Ra'du:11)

Dengan demikian, berdasarkan manfaat dari pemeriksaan kesehatan tersebut syariat Islam sangat menganjurkan agar calon pengantin melakukan pemeriksaan fertilitas dan tes kesehatan fisik maupun mental serta tindakan imunisasi termasuk imunisasi TT pra menikah agar dapat diketahui lebih awal berbagai kendala dan kesulitan medis yang mungkin terjadi untuk diambil tindakan antisipasi yang semestinya sedini mungkin berdasarkan prinsip Sadd Adz-Dzari’ah (prinsip pengambilan langkah preventif) terhadap segala hal yang dapat membahayakan lima maslahat.

Dokumen terkait