• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Imunisasi TT pada WUS

Imunisasi tetanus toxoid adalah vaksin berupa suntikan yang memberikan kekebalan terhadap virus tetanus. Tetanus toxoid mengandung virus (kuman/tetanus hidup yang telah dilemahkan dalam bentuk cair), (Depkes RI, 2009).

Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita yang berumur antara 15–39 tahun baik yang sudah menikah atau yang belum menikah (Depkes RI, 2009). Departemen Kesehatan RI telah merekomendasikan bahwa untuk pemberian imunisasi TT kepada semua wanita usia subur, hal ini dikarenakan untuk meningkatkan cakupan imunisasi ibu hamil relatif sulit. Kegiatan imunisasi TT pada WUS secara operasional dilaksanakan dengan terlebih dahulu melaksanakan pendataan sasaran yang dilakukan oleh seluruh petugas imunisasi di setiap desa atau lokasi sasaran.

2.4.1. Tujuan dan Manfaat Imunisasi TT

Manfaat pemberian imunisasi tetanus toxoid adalah pelindung tubuh ibu hamil serta bayi yang akan dilahirkan terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka dan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus (Depkes, 2003).

Imunisasi Tetanus Toxoid pada ibu hamil diberikan sebanyak 2 kali pada ibu dengan dosis yang sesuai dengan dianjurkan untuk menghindari bayi dari infeksi tetanus neonatorum. Demikian juga proses, alat dan tempat yang bersih dalam perawatan tali pusar akan mengurangi resiko bayi terinfeksi. Imunisasi ini dapat diberikan pada saat akan menikah, atau diberikan dua kali dalam satu periode kehamilan yaitu pada triwulan pertama dan kedua.

Menurut Depkes, (2009), imunisasi tetanus toxoid akan memberikan perlindungan optimal bila jarak pemberian antara dosis tidak terlalu dekat. Adapun jadwal imunisasi TT dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Jadwal Pemberian Imunisasi TT pada WUS

Imunisasi (TT) Interval Minimal Masa Kekebalan Dosis

Ke 1 (TT 1) - - 0,5 cc

Ke 2 (TT 2) 1 bulan 3 tahun 0,5 cc

Ke 3 (TT 3) 6 bulan 5 tahun 0,5 cc

Ke 4 (TT 4) 12 bulan 10 tahun 0,5 cc

Ke 5 (TT 5) 12 bulan 25 tahun/seumur hidup 0,5 cc

Sumber : Depkes RI, 2009

Vaksin tetanus toxoid berdiri sendiri sebagai vaksin tetanus toxoid atau tergabung dalam vaksin difteri tetanus atau difteri pertusis tetanus, imunisasi tetanus toxoid memberikan kekebalan untuk seumur hidup.

Menurut Depkes RI (2004), sesuai dengan kebijakan program imunisasi di Indonesia. Setiap sasaran berhak untuk mendapatkan pelayanan imunisasi cuma- cuma. Kartu tetanus toxoid seumur hidup dapat membantu petugas dalam menentukan apakah pemegang kartu memerlukan suntikan tetanus toxoid, dan kapan suntikan tersebut dapat diberikan. Apabila WUS mempunyai status tetanus toxoid seumur hidup, maka imunisasi tetanus toxoid rutin bagi calon pengantin dan ibu hamil dapat dihentikan, yang berarti suatu penghematan.

Menurut Wastidar (1999) menyatakan, pemberian imunisasi tetanus toxoid pada WUS termasuk ibu hamil dapat dilakukan pada saat WUS melakukan

kunjungan pertama tetanus toxoid pertama, dan selanjutnya diberikan pada kunjungan kedua (tetanus toxoid kedua).

2.4.2. Pelaksanaan Pelayanan Imunisasi TT a. Pelayanan sebelum pelaksanaan imunisasi TT

1. Penyuluhan sebelum pelayanan imunisasi

Penyuluhan yang diberikan berisikan tentang kegunaan imunisasi, efek samping dan cara penanggulangannya serta kapan dan dimana pelayanan imunisasi berikutnya akan diadakan. Pedoman dalam memberikan penyuluhan kepada sasaran di tempat pelayanan imunisasi :

a) Mengucapkan terima kasih kepada orangtua dan WUS atas kesediaannya datang ke pelayanan imunisasi dan kesabarannya mau menunggu.

b) Jelaskan dengan bahasa sederhana dan mudah dimengerti tentang penyakit- penyakit yang bisa dicegah dengan vaksin.

c) Jelaskan efek samping imunisasi dan apa yang harus dilakukan apabila terjadi efek samping tersebut.

d) Jika imunisasi merupakan satu dosis vaksin yang harus diberikan secara berurutan, maka jelaskan bahwa WUS harus menerima imunisasi lengkap secara berurutan agar bisa mendapatkan perlindungan penuh.

e) Tulislah tanggal untuk imunisasi berikutnya pada kartu, dan beritahukanlah tanggal ini kepada WUS atau orang tua WUS sejelas mungkin.

f) Jika sasaran telah terlewatkan beberapa dosis, jangan memarahi orang tua, sasaran WUS dan ibu hamil, tetapi jelaskan mengapa mereka perlu diimunisasi secara lengkap dan jelaskan bahwa anda akan memberikan semua dosis yang terlewatkan selama pelayanan. Mintalah kepada mereka untuk datang tepat waktu untuk imunisasi berikutnya.

g) Tanyakan kepada orangtua, sasaran WUS dan ibu hamil, apakah ada pertanyaan terhadap penjelasan yang tidak dipahami.

h) Pastikan bahwa anda mengulang setiap pesan ini lebih dari satu kali jika dianggap perlu, agar orang tua, sasaran WUS dan ibu hamil dapat memahaminya.

2. Pemeriksaan Sasaran (Skrining) dan Pengisian Register

Setiap sasaran imunisasi wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil sebaiknya diperiksa dan diberikan semua vaksin sesuai dengan jadwal pemberian imunisasi.

a) Tentukan usia dan status imunisasi terdahulu sebelum diputuskan vaksin mana dan dengan dosis keberapa yang akan diberikan.

b) Untuk imunisasi tetanus toxoid (TT) pada wanita usia subur (WUS)

1) Jika memiliki kartu TT, berikan dosis sesuai dengan jadwal pemberian TT nasional.

2) Jika tidak memiliki kartu TT, tanyakan apakah ia pernah mendapatkan dosis tetanus toxoid (TT) di masa yang lalu.

3) Jika tidak : berikan dosis pertama TT dan anjurkan kembali sesuai dengan jadwal pemberian TT nasional.

4) Jika ya : berapa banyak dosis yang telah diterima sebelumnya dan berikan dosis berikutnya secara berurutan.

3. Konseling

Konseling adalah proses pemberian bantuan seseorang kepada orang lain dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman terhadap fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan klien. Klien mempunyai hak untuk menerima dan menolak satu metode pelayanan kesehatan bagi diri mereka. Petugas klinik berkewajiban untuk mermbantu mereka dalam membuat keputusan secara arif dan benar. Semua informasi tersebut harus diberikan dengan bahasa dan istilah yang dapat dimengerti oleh klien (Depkes RI, 2009).

a) Lingkup Konseling

1) Konseling membantu klien agar dapat membuat suatu keputusan tentang imunisasi yang akan diterima.

2) Konseling mencakup imunisasi dua arah diantara klien dan konselor.

3) Konseling mengandung muatan informasi yang objektif, pemahaman isi informasi tersebut di implementasikan oleh klien terhadap kebutuhan dan kondisi individualnya.

b) Proses konseling terdiri dari 4 unsur kegiatan

1) Pembinaan hubungan baik, dilakukan sejak awal pertemuan dengan klien. 2) Pengumpulan dan pemberian informasi, pengumpulan informasi merupakan

3) Pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan perencanaan. Sesuai dengan masalah dan kondisi klien, petugas membantu klien memecahkan masalah yang dihadapi atau membuat perencanaan untuk mengatasinya.

4) Menindaklanjuti pertemuan, mengakhiri pertemuan konseling, petugas merangkum jalannya hasil pembicaraan selama pertemuan, merencanakan pertemuan selanjutnya atau merujuk klien.

Jalannya proses konseling sangat tergantung pada alur percakapan petugas – klien. Konselor harus dapat berkomunikasi dengan baik, menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan proses yang menyenangkan bagi klien. Konselor harus menyampaikan informasi yang lengkap dan obyektif tentang : (a) Keuntungan dan keterbatasan imunisasi, (b) jangka waktu efektif pemberian imunisasi, (c) komplikasi dan efek samping, dan (d) kesesuaian mekanisme kerja imunisasi dengan karakteristik dan keinginan klien.

Sebagian besar informasi tersebut disampaikan pada tahapan konseling spesifik, yaitu tahapan dimana klien tertarik dan ingin mendapatkan pelayanan imunisasi. Konseling spesifik dilakukan setelah konseling awal atau pendahuluan dilakukan. Dalam konseling pendahuluan umumnya akan diberikan gambaran umum tentang imunisasi. Konseling untuk masalah imunisasi yaitu :

a) Mempersiapkan ibu terhadap apa yang dapat terjadi pada bayinya jika tidak mendapat imunisasi. Beritahukan kepada ibu mengenai gejala-gejala dan masalah yang mungkin akan hilang dalam beberapa waktu.

b) Tanggapi secara serius keresahan ibu, berikan keyakinan dan usulan praktis untuk menangani masalah umum dalam imunisasi.

c) Membantu ibu untuk merencanakan serta mempersiapkan hal-hal yang diperlukan dalam imunisasi.

b. Pelaksanaan Imunisasi TT

1. Pemberian vaksin yang tepat dan aman.

a) Sebelum pelaksanaan imunisasi; periksa label vaksin dan pelarutnya, periksa tanggal kadaluarsa dan periksa VVM serta jangan digunakan vaksin tanpa lebel, vaksin yang kadaluarsa dan vaksin dengan status VVM telah C atau D. b) Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi

menjadi homogen. Untuk mencegah tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang disuntikan secara intramuskuler atau subkutan dalam dengan dosis pemberian 0,5 cc dengan interval waktu minimal 4 minggu. c) Mencampur vaksin dengan pelarut : (1) Baca label pada ampul atau pelarut

dan pastikan dikirim oleh pabrik yang sama. (2) Goyang botol atau ampul vaksin dan pastikan semua bubuk ada pada dasar ampul/vial. (3) Buka vial atau ampul vaksin dan amati pelarut pastikan tidak retak. (4) Buka ampul kaca, lalu sedot pelarut ke dalam semprit pencampur dan gunakan ADS yang baru untuk mencampur vaksin dengan pelarut.

2. Menggunakan alat suntik ADS (Auto Disable Syringe)

Adalah alat suntik yang setelah satu kali digunakan secara otomatis menjadi rusak dan tidak dapat digunakan lagi. Suntikan diberikan pada lengan atas secara intramuskuler (IM) atau subkutan (SC) dalam dengan dosis 0,5 cc. Adapun cara pemberian imunisasi TT pada WUS adalah; (a) mintalah sasaran (WUS) untuk duduk. (b) Suruh menurunkan bahunya dan meletakkan tangan kiri di belakang punggungnya atau di atas pinggul. Posisi ini akan merenggangkan otot pada lengan dan membuat suntikan menjadi hampir tidak sakit. (c) Letakkan jari dan ibu jari anda pada bagian luar lengan atas. (d) Gunakan tangan kiri anda untuk menekan ke atas otot lengan. (e) Cepat tekan jarum ke bawah melalui kulit diantara jari-jari anda dan masukan ke dalam otot. (f) Tekan alat penyedot (plunger) dengan ibu jari anda untuk menyuntikan vaksin. Tarik jarum dengan cepat dan hati-hati dan mintalah sasaran (WUS) untuk menekan tempat suntikan secara hati-hati dengan kain kapas jika terjadi perdarahan (Depkes RI, 2009).

Tata cara penggunaan alat suntik auto disable adalah : (a) Bersihkan daerah penyuntikan dengan kapas basah. (b) Pegang tabung (barrel) semprit antara ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah. Jangan menyentuh jarum, alat penyedot (plunger) bisa

bergerak maju mundur hanya sekali. (c) Suntikan jarum secara pelan-pelan. (d) Gunakan ibu jari untuk menekan alat penyedot tanpa memutar-mutar semprit. (e) Tarik jarum dengan cepat dan hati-hati (lebih sakit jika menarik dengan pelan). (f) Jangan menggosok daerah dimana suntikan diberikan. (Depkes RI, 2009)

Lokasi tempat penyuntikan adalah lengan atas, sedikit dibawah insertio M deltoid. Membersihkan tempat penyuntikan terlebih dahulu cukup dengan kapas dan air matang. Dosis yang diperlukan untuk vaksin tetanus toxoid adalah 0,5 ml. vaksin disuntikan secara intramuskular setelah terlebih dahulu melakukan aspirasi untuk memastikan jarum tidak masuk kepembuluh darah. Untuk mencegah penyuntikan yang terlalu superficial, terutama bila diameter semprit besar, usahakan penyuntikan benar-benar tegak lurus. Untuk mencegah terjadinya abses dingin, vaksin dalam vial yang belum dibuka agar dihangatkan dengan cara menggenggamnya dan dikocok kuat agar merata (Akselerasi eliminasi tetanus, 2009 : 17). Reaksi yang mungkin terjadi setelah pemberian imunisasi tetanus toxoid adalah reaksi lokal berupa nyeri, kemerahan, dan bengkak selama 1-2 hari pada tempat penyuntikan, ini akan hilang sendiri dan tidak perlu pengobatan.

3. Kontra Indikasi Pemberian Imunisasi

Ada tiga kontra indikasi imunisasi secara umum; (a) Anafilaksis atau reaksi hipersensitivitas yang hebat merupakan kontra indikasi mutlak terhadap dosis vaksin berikutnya. Riwayat kejang demam dan panas > 38 oC merupakan kontra indikasi pemberian DPT/HB1 dan campak. (b) Jangan diberikan vaksin BCG kepada bayi yang menunjukan tanda-tanda dan gejala AIDS, sedangkan vaksin lainnya sebaiknya diberikan. (c) Jika orang tua sangat berkeberatan terhadap pemberian imunisasi kepada bayi yang sakit, jangan diberikan imunisasi. Mintalah ibu untuk kembali lagi jika bayinya sudah sehat.

Adapun kontraindikasi khususnya untuk imunisasi tetanus toxoid adalah gejala- gejala berat karena dosis pertama dari pemberian imunisasi tetanus toxoid.

c. Pelayanan sesudah pemberian imunisasi TT

1. Penyuluhan sesudah pelayanan imunisasi TT

a) Mengucapkan terima kasih kepada orangtua dan WUS atas kedatangannya ke pelayanan imunisasi dan kesabaran mereka mau menunggu.

b) Jelaskan apa yang harus dilakukan apabila terjadi efek samping ketika sampai di rumah.

c) Jika WUS tidak bisa datang pada tanggal tersebut, jelaskan alternatif tanggal dan waktu yang lain.

d) Beritahukan kepada sasaran wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil berapa kali lagi, kapan dan dimana mereka harus kembali untuk mendapatkan perlindungan penuh terhadap penyakit tetanus.

e) Ingatkan sasaran WUS dan ibu hamil untuk selalu membawa kartu imunisasi TT mereka setiap datang ke tempat pelayanan imunisasi.

f) Tanyakan kepada orangtua, sasaran WUS dan ibu hamil, apakah ada pertanyaan terhadap penjelasan yang tidak dipahami.

g) Pastikan bahwa anda mengulang setiap pesan ini lebih dari satu kali jika dianggap perlu, agar orangtua, sasaran WUS dan ibu hamil dapat memahaminya.

2. Pengisian Buku Pencatatan

Alat-alat pencatat data dasar yang harus dimiliki oleh setiap fasilitas pelayanan kesehatan adalah; buku kohort ibu, buku kohort bayi, buku laporan KIA dan laporan hasil imunisasi.

Dokumen terkait