• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Promosi Kesehatan

Istilah Promosi Kesehatan sebenarnya merupakan perwujudan dari perubahan konsep pendidikan kesehatan yang secara organisasi struktural, pada tahun 1984 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam salah satu visinya, yaitu Health Education Division diubah menjadi Division on Health Promotion and Education, dan konsep ini oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia baru disesuaikan pada tahun 2000 dengan merubah Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat menjadi Pusat Promosi Kesehatan.

Promosi Kesehatan merupakan revitalisasi pendidikan kesehatan di masa lalu, dimana dalam konsep promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat dalam hal pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan saja, melainkan juga upaya bagaimana mampu menjembatani adanya perubahan perilaku seseorang. Hal ini berarti promosi kesehatan merupakan program kesehatan yang dirancang untuk membawa perbaikan yang berupa perubahan perilaku, baik didalam masyarakat sendiri maupun dalam organisasi dan lingkungannya baik lingkungan fisik, non fisik, sosial budaya, ekonomi, politik dan sebagainya.

Untuk dapat mewujudkan perubahan perilaku kearah perilaku hidup yang sehat dalam masyarakat tidak mudah diwujudkan. Fakta membuktikan, dari pengalaman negara maju dan negara berkembang banyak faktor yang menghambat, dan salah satu dari faktor terbesar yang paling dirasakan adalah faktor pendukung atau sarana dan prasarana yang kurang mendukung masyarakat untuk berperilaku hidup sehat.

2.5.1. Visi dan Misi Promosi Kesehatan

Visi diperlukan agar promosi kesehatan yang diharapkan mempunyai arah yang jelas dalam kerangkan menunjang program kesehatan yang lain. Visi promosi kesehatan adalah meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan status kesehatannya baik fisik, mental maupun sosial, dan diharapkan pula mampu produktif secara ekonomi dan sosial. Untuk mencapai visi tersebut perlu dilakukan upaya yang dituangkan dalam misi.

Misi Promosi Kesehatan secara garis besar dirumuskan sebagai berikut:

1. Advokasi, melakukan kegiatan advokasi atau upaya terhadap para pengambil keputusan dan penentu kebijakan diberbagai sektor terkait promosi kesehatan. Dengan maksud agar program promosi kesehatan tersebut mendapatkan dukungan melalui kebijakan dan aturan politik.

2. Menjembatani, menjadi jembatan dan menjalin kemitraan dengan berbagai program dan sektor yang terkait dengan kesehatan.

3. Memampukan, memberikan keterampilan pada masyarakat agar mereka mempercayai dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri secara mandiri. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat mempunyai kemauan dan kemampuan yang mandiri dibidang kesehatan termasuk memelihara dan meningkatkan kesehatan diri masing-masing.

2.5.2. Strategi Promosi Kesehatan

Untuk mewujudkan promosi kesehatan, tentunya diperlukan suatu strategi yang baik. Strategi adalah cara yang digunakan dalam mencapai apa yang diinginkan dalam promosi kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan yang lain. Strategi ini diperlukan dalam mewujudkan visi dan misi dari promosi kesehatan.

Adapun strategi yang digunakan dalam mewujudkan promosi kesehatan berdasarkan konsep yang dikenalkan oleh WHO pada tahun 1984 adalah:

1. Advokasi.

Dalam memberikan bantuan kepada masyarakat, maka kegiatan ditujukan kepada para pembuat keputusan dan penentu kebijakan dibidang kesehatan maupun sektor lain yang terkait dengan kesehatan yang mempunyai pengaruh terhadap masyarakat. Dengan demikian maka para pembuat keputusan akan mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam bentuk peraturan, undang-undang, instruksi yang diharapkan menguntungkan bagi kesehatan masyarakat umum. Strategi ini akan berhasil jika sasarannya tepat serta melibatkan seluruh stakeholder terkait program kesehatan yang akan ditawarkan. Bentuk dari advokasi bisa berupa lobbying, yakni dengan melakukan pendekatan atau pembicaraan formal dan

informal kepada para pengambil keputusan dan pemangku kepentingan untuk menyusun suatu aturan terkait program promosi kesehatan yang diinginkan.

2. Dukungan Sosial.

Promosi kesehatan akan mudah dilakukan jika mendapat dukungan dari berbagai elemen yang ada di masyarakat antara lain; tokoh agama, tokoh masyarakat, organisasi sosial, lembaga swadaya masyarakat termasuk petugas dan pejabat kesehatan terkait. Dengan adanya dukungan dari unsur pemerintahan dan masyarakat diharapkan promosi kesehatan dapat dijembatani dengan baik antara pihak pengelola program kesehatan masyarakat dengan masyarakat sasaran itu sendiri.

3. Pemberdayaan Masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat dibutuhkan dalam kaitannya agar masyarakat memperoleh kemampuan dalam memlihara dan meningkatkan kesehatan diri sendiri. Upaya ini dapat dilakukan melalui penyuluhan kesehatan, pengorganisasian masyarakat atau peningkatan keterampilan terkait promosi kesehatan.

Selanjutnya dalam Konferensi Internasional I Promosi Kesehatan yang diadakan di Ottawa, Kanada oleh WHO pada tanggal 21 November 1986 dihasilkan sebuah dokumen penting yang disebut Ottawa Charter atau Piagam Ottawa yang berisikan mengenai perubahan rumusan strategi promosi kesehatan yaitu:

a. Mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (healthy public policy). b. Menciptakan lingkungan yang mendukung (supportive environment).

c. Memperkuat gerakan masyarakat (community action). d. Mengembangkan kemampuan perorangan (personnal skills).

e. Menata kembali arah pelayanan kesehatan (reorient health services).

Kemudian konferensi ke-2 di Adelaide, Australia Tahun 1988, fokus dibahas mengenai pengembangan kebijakan yang berwawasan kesehatan, dengan menekankan 4 bidang prioritas, yaitu: (1) Mendukung kesehatan wanita. (2) Makanan dan gizi. (3) Rokok dan alkohol. (4) Menciptakan lingkungan yang sehat.

Pada tahun 1989 diadakan pertemuan lanjutan Kelompok Promosi Kesehatan negara-negara berkembang di Geneva, sebagai seruan untuk bertindak (A call for action). Dalam pertemuan ini ditekankan bahwa 3 strategi pokok promosi kesehatan untuk pembangunan kesehatan yaitu: (1) Advokasi Kebijakan (advocacy). (2) Pengembangan aliansi yang kuat dan sistem dukungan sosial (social support). (3) Pemberdayaan masyarakat (empowerment).

Konferensi ke-3 diselenggarakan di Sundval, Swedia pada Tahun 1991 dimana dalam konferensi ini menghasilkan pernyataan perlunya dukungan lingkungan untuk kesehatan. Untuk dukungan ini diperlukan 4 strategi kunci, yakni: a. Memperkuat advokasi diseluruh lapisan masyarakat

b. Memberdayakan masyarakat dan individu agar mampu menjaga kesehatan dan lingkungannya melalui pendidikan dan pemberdayaan

c. Membangun aliansi.

Konferensi ke-4 diselenggarakan di Jakarta, Indonesia Tahun 1997. Konferensi ini bertema: “New players for a new era: Leading Health Promotion into the 21st century” dan menghasilkan Deklarasi Jakarta, yang diberi nama: “The Jakarta Declaration on Health Promotion into the 21st Century”. Selanjutnya Deklarasi Jakarta ini memuat berbagai hal, antara lain sebagai berikut:

1. Bahwa Konferensi Promosi Kesehatan di Jakarta ini diselenggarakan hampir 20 tahun setelah Deklarasi Alma Atta dan sekitar 10 tahun setelah Ottawa Charter, serta yang pertama kali diselenggarakan di negara sedang berkembang dan untuk pertama kalinya pihak swasta ikut memberikan dukungan penuh dalam konferensi.

2. Bahwa Promosi Kesehatan merupakan investasi yang berharga, yang mempengaruhi faktor-faktor penentu dibidang kesehatan guna mencapai kualitas sehat yang setinggi-tingginya.

3. Bahwa Promosi Kesehatan sangat diperlukan untuk menghadapi berbagai tantangan dan perubahan faktor penentu kesehatan. Berbagai tantangan tersebut seperti: adanya perdamaian, perumahan, pendidikan, perlindungan sosial, hubungan kemasyarakatan, pangan, pendapatan, pemberdayaan perempuan, ekosistem yang mantap, pemanfaatan sumber daya yang berkelanjutan, keadilan sosial, penghormatan terhadap hak-hak azasi manusia, dan persamaan, serta kemiskinan yang merupakan ancaman terbesar terhadap kesehatan, selain masih banyak ancaman lainnya.

4. Bahwa untuk menghadapi berbagai tantangan yang muncul terhadap kesehatan diperlukan kerjasama yang lebih erat, menghilangkan sekat-sekat penghambat, serta mengembangkan mitra baru antara berbagai sektor, di semua tingkatan pemerintahan dan lapisan masyarakat.

5. Bahwa prioritas Promosi Kesehatan abad 21 adalah : (a) Meningkatkan tanggungjawab sosial dalam kesehatan. (b) Meningkatkan investasi untuk pembangunan kesehatan. (c) Meningkatkan kemitraan untuk kesehatan. (d) Meningkatkan kemampuan perorangan dan memberdayakan masyarakat. (e) Mengembangkan infra struktur promosi kesehatan.

6. Selanjutnya menyampaikan himbauan untuk bertindak, dengan menyusun rencana aksi serta membentuk atau memperkuat aliansi promosi kesehatan di berbagai tingkatan, mencakup antara lain : (a) Membangkitkan kesadaran akan adanya perubahan faktor penentu kesehatan (b) Mendukung pengembangan kerjasama dan jaringan kerja untuk pembangunan kesehatan (c) Mendorong keterbukaan dan tanggungjawab sosial dalam promosi kesehatan.

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan ke-5 diselenggarakan di Mexico City pada tanggal 5 sampai 7 Juni 2000. Pada akhir dibahas penanganan peningkatan kesenjangan yang mencirikan populasi diseluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang, sebuah pernyataan yang ditandatangani oleh 87 Menteri Kesehatan dan menghasilkan pernyataan untuk promosi kesehatan yakni:

1. Mengakui bahwa pencapaian standar tertinggi kesehatan merupakan aset positif untuk kenikmatan hidup dan perlu bagi pembangunan sosial dan ekonomi dan pemerataan.

2. Mengakui bahwa promosi kesehatan dan pembangunan sosial adalah tugas dan tanggung jawab pusat pemerintah, bahwa semua sektor masyarakat berbagi. 3. Yang menyadari bahwa, dalam beberapa tahun terakhir, melalui upaya

berkesinambungan dari pemerintah dan masyarakat bekerja bersama, telah terjadi peningkatan kesehatan yang signifikan dan kemajuan dalam penyediaan layanan kesehatan dibanyak negara di dunia.

4. Menyadari bahwa, terlepas dari kemajuan ini, banyak masalah kesehatan yang masih bertahan yang menghambat pembangunan ekonomi dan sosial dan oleh karena itu harus segera ditujukan kepada ekuitas lebih lanjut dalam mencapai kesehatan dan kesejahteraan.

5. Apakah menyadari bahwa, pada saat yang sama, baru dan penyakit yang muncul kembali mengancam kemajuan yang dicapai dalam kesehatan.

6. Menyadari bahwa ini sangat mendesak untuk mengatasi sosial, ekonomi dan lingkungan dan faktor-faktor penentu kesehatan yang memperkuat mekanisme ini memerlukan kolaborasi untuk promosi kesehatan di semua sektor dan di semua tingkat masyarakat.

7. Menyimpulkan bahwa promosi kesehatan harus menjadi komponen fundamental kebijakan publik dan program disemua negara dalam mengejar kesetaraan dan kesehatan yang lebih baik bagi semua.

8. Menyadari bahwa ada banyak bukti bahwa strategi promosi kesehatan yang baik untuk mempromosikan kesehatan yang efektif.

Berdasarkan pertimbangan di atas maka perlu diambil tindakan: (a) Untuk posisi promosi kesehatan sebagai prioritas mendasar di lokal, regional, nasional dan kebijakan internasional. (b) Untuk mengambil peran utama dalam menjamin partisipasi aktif dari semua sektor dan masyarakat sipil, dalam pelaksanaan tindakan mempromosikan kesehatan yang memperkuat dan memperluas kemitraan untuk kesehatan. (c) Untuk mendukung persiapan secara luas rencana-rencana aksi untuk meningkatkan kesehatan, jika perlu menggambarkan pada keahlian dibidang ini WHO dan para mitranya. Rencana ini akan bervariasi sesuai dengan konteks nasional, tetapi akan mengikuti kerangka dasar yang disepakati pada konferensi global yang kelima pada promosi kesehatan, dan dapat mencakup antara lain: (1) Identifikasi prioritas kesehatan dan pembentukan kebijakan publik yang sehat dan program- program untuk mengatasi ini. (2) Dukungan penelitian yang dipilih kemajuan pengetahuan mengenai prioritas. (3) Mobilisasi sumber daya keuangan dan operasional untuk membangun manusia dan kapasitas kelembagaan untuk pengembangan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari berbagai negara untuk rencana aksi.

(d) Untuk membangun atau memperkuat jaringan nasional dan internasional yang mempromosikan kesehatan. (e) Menganjurkan bahwa badan-badan PBB bertanggung jawab atas dampak kesehatan dari agenda pembangunan mereka. (f) Untuk menginformasikan kepada Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia, untuk

tujuan-nya 107 laporan kepada sidang Dewan Eksekutif, dari kemajuan yang dicapai dalam kinerja tindakan di atas.

Konferensi Global Promosi Kesehatan ke-6 diadakan di Bangkok, Thailand pada 7 sampai 11 Agustus 2005. Pada pertemuan di Bangkok istilah International Conference diganti dengan Global Conference, karena dengan istilah “Global” tersebut menunjukkan bahwa sekat-sekat antar negara menjadi lebih tipis dan persoalan serta solusinya menjadi lebih mendunia. Konferensi di Bangkok ini menghasilkan “The Bangkok Charter” atau Piagam Bangkok Untuk Promosi Kesehatan dalam dunia global yang mengidentifikasi tindakan, komitmen dan janji yang diperlukan untuk mengatasi faktor-faktor penentu kesehatan dalam dunia global. Piagam ini mengakui: (a) Ketidaksamaan antara negara maju dan berkembang. (b) Kecenderungan perubahan komunikasi dan konsumsi dalam dunia global. (c) Urbanisasi. (d) Perubahan lingkungan global. (e) Komersialisasi.

Lima bidang utama aksi dalam piagam ini adalah: (1) Mitra dan membangun aliansi dengan swasta, non-swasta, non-pemerintah atau organisasi-organisasi internasional untuk menciptakan tindakan yang berkelanjutan. (2) Berkelanjutan berinvestasi dalam kebijakan, tindakan dan infrastruktur untuk mengatasi faktor- faktor penentu kesehatan. (3) Membangun kapasitas untuk pengembangan kebijakan.

(4) Mengatur dan membuat undang-undang untuk menjamin tingkat tinggi perlindungan dari bahaya dan memungkinkan kesempatan yang sama untuk kesehatan dan kesejahteraan. (5) Advokasi Kesehatan didasarkan pada hak asasi manusia dan solidaritas.

Konferensi Global Promosi Kesehatan ke-7 diadakan di Nairobi, Kenya pada tanggal, 25 sampai dengan 30 Oktober 2009. Ini adalah konferensi terbaru dalam serangkaian konferensi yang dimulai di Ottawa pada tahun 1986. Global Conference on Health Promotion, yang pertama di Afrika ini menyimpulkan pernyataan yang disebut dengan "Nairobi Call to Action" yang akan memberikan arahan dan kepemimpinan untuk membimbing promosi kesehatan baik pada tingkat nasional dan internasional untuk tahun-tahun selanjutnya. Kesehatan migran diakui dalam Call to Action sebagai dimensi yang penting saat ini dunia global, sebuah isu yang sering diabaikan oleh pemerintah dan pengusaha nasional.

2.5.3. Perencanaan Program Promosi Kesehatan.

Menurut L. Kay Bartholomew (2006) untuk merencanakan suatu program promosi kesehatan maka perlu dilaksanakan beberapa tahapan kegiatan yaitu : (1) Studi telaah kebutuhan (2) Pembuatan matriks perubahan (3) Pemilihan strategi dan metode intervensi (4) Penyiapan sarana dan prasarana program promosi kesehatan (5) Monitoring dan Evaluasi

Dokumen terkait