• Tidak ada hasil yang ditemukan

MACAM-MACAM INDEKS

Dalam dokumen BAB VI - akhir a5 (Halaman 151-159)

BAB IX ANGKA INDEKS

E. MACAM-MACAM INDEKS

244

100

67258

164243

100

0 0 0

=

=

Σ

Σ

= x x

K

K

H

K

K

H

IW

t t t

Jadi indeks wals sebesar 244,2 ini menunjukkan bahwa selama tahun 2000–2002 harga telah meningkat 144,2% (244,2 - 100).

E. MACAM-MACAM INDEKS

Pada bagian di atas telah dibahas tentang rumus/formula beberapa indeks. Berikut ini dibahas beberapa macam indeks yang umum dipakai dalam perekonomian.

1. Indeks Harga Konsumen

Indeks harga konsumen (lHK) merupakan indeks yang memperhatikan harga-harga yang harus dibayar konsumen baik di perkotaan maupun pedesaan. IHK merupakan dasar bagi perhitungan laju inflasi di Indonesia. Perhitungan IHK pada tahun 1999 didasarkan pada 249–353 komoditas dari 44 kota. Kelompok barang dalam IHK diperluas menjadi 7 yang sebelumnya hanya 4 kelompok. Kelompok barang tersebut adalah bahan makanan, (makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau), perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, rekreasi dan olah raga, serta transportasi dan komunikasi.

Berikut gambaran Indeks Harga Konsumen di Indonesia tahun 1998-2001. Kelompok 1998 1999 2000 2001 Makanan 209 262 249 270 Perumahan 142 164 175 196 Sandang 192 230 245 268 Aneka Barang 174 216 229 262 IHK 168 203 210 234 Inflasi (%) NA 20,83 3,45 11,43

Tabel di atas menunjukkan IHK yang berguna untuk melihat besarnya laju inflasi. Rumus inflasi adalah sebagai berikut:

100

1 1

x

IHK

IHK

IHK

Inflasi

t t t

=

(9.14) Di mana:

IHKt : Indeks harga konsumen tahun t

IHKt-1 : Indeks harga konsumen tahun t – 1 (tahun lalu) Jadi inflasi secara umum adalah:

lnflasi umum 1998-1999 = [(203 – 168)/168] x 100 = 20,83 Inflasi makanan = [(262 – 209)/209] x 100 = 25,36

Inflasi perumahan = (164 – 142)/142] x 100 = 15,49 Inflasi sandang = [(230 – 192)/192] x 100 = 19,79 Inflasi aneka barang =[216 – 174)/174] x 100 = 24,14

Inflasi menunjukkan laju kenaikan harga barang dan jasa yang dapat mempengaruhi derajat sejauh mana daya beli konsumen dapat tertekan oleh harga. Inflasi tahun 1998–1999 sebesar 20,83% ini menunjukkan bahwa semua barang dan jasa meningkat sebesar 20,83%. Apabila gaji tenaga kerja tidak meningkat sebesar nilai inflasi tersebut, maka daya belinya menurun. Oleh sebab itu, inflasi bermanfaat sebagai indikator ekonomi untuk melakukan perbaikan tingkat upah, gaji, dan tunjangan pensiun. Selain itu, IHK setiap kelompok juga berman-faat untuk mengetahui kelompok apa yang menyebabkan besarnya inflasi. Untuk tahun 1998–1999 terlihat bahwa kelompok makanan mengalami laju inflasi tertinggi 25,36%, sedang yang rendah adalah kelompok perumahan sebesar 15,49%.

Indeks harga konsumen (lHK) tidak hanya bermanfaat untuk melihat inflasi. IHK bermanfaat juga untuk mengetahui: pendapatan riil, penjualan yang dideflasi, daya beli uang, dan penyesuaian biaya hidup.

a. IHK dan Pendapatan Riil

Pendapatan seseorang, perusahaan, atau negara secara nominal akan meningkat sepanjang tahun. Seseorang yang bergaji Rp 500.000 tahun 1992, pada tahun 2002 menjadi Rp 2.500.000, gajinya meningkat 5 kali. Namun demikian tidak selalu pendapatan riilnya juga meningkat 5 kali, karena harga-harga yang harus dibayar juga meningkat seperti misalnya nasi sebungkus tahun 1992 masih Rp 500 pada tahun 2002 sudah Rp 8.500. Oleh sebab itu,-diperlukan pengetahuan tentang pendapatan riil yang mencerminkan daya beli. Pendapatan riil selanjutnya dirumuskan sebagai berikut:

100

min

tan

tan x

IHK

al

No

Pendapa

Riil

Pendapa =

(9.15)

Berikut ini contoh perhitungan pendapatan per-kapita riil penduduk Indonesia. Tahun Pendapatan Nominal IHK (1993=100) Pendapatan Riil 1995 532.568 254 (532568/254) x 100 = 209.672 1998 989.573 322 (989573/322) x 100 = 307.321 2001 1.490.974 363 (1490974/363) x 100 = 410.737

Pendapatan nominal 2001 sebesar Rp 1.490.974 sebetulnya sama dengan pendapatan Rp 410.737 pada tahun 1993. Oleh sebab itu, pendapatan nominal tahun 1995-1998 yang naik 86%, namun secara riil hanya meningkat 47%, hal ini terjadi karena adanya kenaikan harga yang tercermin dari kenaikan lHK.

b. IHK dan Penjualan yang Dideflasi

Penjualan yang dideflasi penting untuk mengetahui kecende-rungan penjualan riil . Hal ini diperlukan karena mungkin nominal penjualan meningkat, namun demikian perlu diingat bahwa harga bahan baku juga sudah meningkat. Contoh: mobil untuk angkutan pada tahun 1996 masih berkisar Rp 30-40 juta, namun sejak tahun 1998 sudah meningkat menjadi berkisar Rp 70-80 juta. Oleh sebab itu, penjualan juga perlu diindeks dengan IHK untuk mengetahui penjualan riil.

100

argaYangSesuaix

H

Indeks

Aktual

Penjualan

Riil

Penjualan =

(9.16)

Indeks harga yang sesuai dimaksudkan tidak hanya IHK tetapi juga indeks harga perdagangan besar (IHPB) yang merupakan pedoman harga produsen dan bukan konsumen.

Berikut contoh perhitungan penjualan riil berdasarkan lndeks Harga Perdagangan Besar pada PT Astra Agro Lestari Tbk.

Tahun Penjualan Nominal IHK (1983=100) Penjualan Riil

2001 1200 820 (1200/820) x 100 = 146

2002 1400 923 (1400/923) x 100 = 152

Pendapatan tahun 2001 sebesar Rp 1.200 miliar setara dengan Rp 146 miliar tahun 1983. Penjualan nominal tahun 2002 kelihatan naik 17% dari tahun 2001, namun secara riil hanya 4,1%.

c. IHK dan Daya Beli Uang

IHK dan daya beli uang mempunyai kaitan dengan daya beli riil. Nilai nominal yang sama mempunyai daya beli yang berbeda berdasarkan waktu, karena ada pengaruh dari kenaikan harga. Daya beli uang dirumuskan sebagai berikut:

100

min

x

IHK

rupiah

al

No

Beli

Daya =

(9.17)

Contoh berikut adalah daya beli Rp 10.000 berdasarkan pada tahun berbeda:

Tahun IHK Daya Beli Perhitungan 1995 254 3937 (10000/254) x 100

1998 322 3106 (10000/322) x 100 2002 363 2755 (10000/363) x 100

Nilai daya beli pada tahun 2002 menunjukkan bahwa nominal Rp 10.000 pada saat itu secara riil nilainya sama dengan Rp 2.755 dengan tahun dasar 1993. Ini menunjukkan bahwa nilai uang menurun, seiring kenaikan lHK.

2. Indeks Harga Perdagangan Besar

Indeks harga perdagangan besar merupakan indikator yang digunakan untuk melihat perekonomian suatu negara, yang pada hakikatnya menyangkut komoditi yang diperjualbelikan di suatu negara pada tingkat perdagangan besar/grosir.

IHPB di Indonesia mencakup lima sektor yaitu pertanian (44 komoditas), pertambangan dan penggalian (6 komoditas), industri (140 komoditas), ekspor (53 komoditas) dan impor (38 komoditas). Berikut adalah contoh Indeks Harga Perdagangan Besar dengan tahun dasar 1993.

Kelompok 1997 1998 1999 2000 2001 Pertanian 170 298 410 459 567 Tambang & Galian 141 173 214 236 275

Industri 132 217 268 278 309

Impor 129 286 289 316 356

Ekspor' 148 417 366 461 521

Indeks Umum 140 288 314 353 403 IPHB menunjukkan harga pada tingkat grosir dan pada tahun 2001 IPHB yang paling besar adalah produk pertanian dan yang terkecil adalah tambang dan galian. IPHB pertanian meningkat relatif besar, karena depresiasi mata uang rupiah dari Rp 2.000-3.000.per US $ menjadi Rp 8.000-10.000, per US$

sehingga produk pertanian yang diekspor mengalami kenaikan harga yang cukup besar.

3. Indeks Nilai Tukar Petani

Jika Anda membaca laporan BPS, maka akan ada data tentang indeks harga yang diterima petani, indeks harga yang dibayar petani dan nilai tukar petani. Mengapa perlu angka in-deks untuk petani? Jawabannya adalah karena mayoritas penduduk Indonesia bermukim di pedesaan dan menggan-tungkan hidupnya pada pertanian.

Untuk melihat fluktuasi harga barang-barang yang dihasil-kan petani dari tahun ke tahun digunadihasil-kan indeks harga yang diterima petani, yang merupakan rata-rata harga produsen darl hasil produksi petani sebelum farm gate atau yang disebut dengan harga di sawah setelah petik' Dengan membandingkan indeks yang diterima petani (lT) ierhaoap indeks harga yang dibayar petani (lB), maka akan diperoleh nilai tukar petani. Indeks harga yang diterima petani.

(lT) merupakan suatu ukuran perubahan harga yang terja-di pada rata-rata harga yang terja-diterima petani untuk produk-si'pertaniannya. sedang indeks yang dibayar petani (lB) merupa-kan ukuran perubahan harga yang dibayar petani untuk barang dan jasa baik untuk keperluan rumah tangga maupun produksi pertanian. Apabila nilai tukar petani (NTP) lebih dari 100, maka kondisi petani lebih baik dari tahun dasar dan begitu sebaliknya.

Berikut contoh lT, lB dan NTP di Indonesia tahun 1999-2002

Indeks 1998 1999 2000 2001

IB 615 368 363 427

NTP 104 93 104 114

4. Indeks Produktivitas

Produktivitas merupakan rasio antara output atau produksi dengan input, produktivitas input bisa mencerminkan jenisnya seperti produktivitas tenaga kerja, produktivitas modal dan produktivitas mesin. Namun demikian pada saat teknologi berkembang, sumbangan input sudah tidak dapat dipisahkan, maka sebutan produktivitas diarahkan pada produktivitas total.

Indeks produktivitas dirumuskan sebagai berikut:

100

0

Pr

Pr

Pr x

periode

s

oduktivita

t

periode

s

oduktivita

s

oduktivita

Indeks =

(9.18)

Apabila indeks lebih dari 100, menunjukkan bahwa produktivitas tebih baik dari tahun dasar.

Berikut adalah contoh Indeks Produktivitas beberapa sektor pada tahun 1997-2000.

Sektor 1997 1998 1999 2000

Pertanian 106,3 90,4 102,9 96,3

Konstruksi 97,2 76,8 99,5 104,8

Keuangan & Perbankan 111,3 78 89,6 74,4

Sektor yang produktivitasnya meningkat adalah sektor jasa, setain di atas 100, juga mempunyai trend meningkat. Sektor yang mempunyai produktivitas menurun adalah sektor keuangan dan perbankan, semenjak krisis produktivitas menurun, kemudian tahun 1999 meningkat, namun tahun 2000 menurun lagi. Lemahnya dukungan perbankan pada sektor riil dan hanya mengandalkan SBl, mendorong turunnya produktivitas sektor keuangan dan perbankan.

Dalam dokumen BAB VI - akhir a5 (Halaman 151-159)

Dokumen terkait