• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.4. Pembahasan Penelitian Tahap Dua

4.4.1.4. Indeks fagositosis

Indeks fagositosis pada penelitian tahap dua, untuk perlakuan pakan berkromium berkisar 6.33-24.67%, sedangkan pada kontrol (K0) berkisar 6.67-13.67%. Pada hari ke-14 hingga 21, semua perlakuan pemberian pakan berkromium mengalami peningkatan nilai prosentase indeks fagositosis. Pengaruh utama konsentrasi kromium pada nilai prosentase indeks fagositosis tanpa melihat pengaruh suhu berdasarkan uji Duncan, menunjukkan bahwa pada hari ke-14 nilai prosentase indeks fagositosis tertinggi diperoleh pada perlakuan pakan berkromium 2 ppm (K2). Pada hari ke-21 dan 28 nilai tertinggi diperoleh pada perlakuan pakan berkromium 1.5 dan 2.0 ppm (K1 dan K2). Pengaruh utama suhu pada nilai prosentase indeks fagositosis tanpa melihat pengaruh konsentrasi kromium berdasarkan uji Duncan menunjukkan bahwa pada hari ke-21 nilai

indeks fagositosis tertinggi diperoleh pada suhu 25±2 oC (Tii). Pada kontrol hingga hari ke 28, peningkatan nilai indeks fagositosis relatif kecil.

Berdasarkan data yang telah diuraikan diatas terlihat bahwa pemberian pakan berkromium dengan konsentrasi yang tepat (pada periode sebelum infeksi virus) dapat meningkatkan nilai indeks fagositosis hingga nilai optimal baik pada suhu 20 maupun 25±2 oC. Seperti halnya (data total leukosit dan limfosit pada penelitian tahap 2) bahwa tingkat pemanfaatan kromium pada suhu 25±2 oC diduga lebih efisien sehingga untuk mencapai respon terbaik hanya membutuhkan level konsentrasi kromium 1.5 ppm, dan aplikasi kromium pada konsentrasi 2.0 dan 2.5 ppm pengaruh kromium bersifat negatif.

Setelah infeksi (hari ke-36), semua perlakuan pemberian pakan berkromium dan kontrol mengalami penurunan nilai prosentase indeks fagositosis namun pada hari ke-43 terjadi peningkatan kembali pada perlakuan pemberian pakan berkromium 1.5 dan 2.0 ppm dengan suhu 20±2 oC (K1.Ti, K2.Ti) dan kromium 1,5 ppm dengan suhu 25±2 oC (K1.Tii) . Respon nilai tertinggi pada hari ke-43 dan 57 dicapai oleh pola interaksi perlakuan pakan berkromium dengan konsentrasi 1.5 ppm dengan suhu 25±2 oC (K1.Tii).

Pada periode setelah infeksi virus pemberian pakan berkromium pada konsentrasi yang tepat baik pada suhu 20 maupun 25±2 oC mampu memberikan respon nilai indeks fagositosis yang lebih tinggi selama kejadian infeksi. Data peningkatan nilai indeks fagositosis yang terjadi pada hari ke-43 diperkuat oleh data peningkatan nilai monosit (butir pembahasan monosit penelitian tahap dua). Peningkatan nilai indeks fagositosis pada perlakuan pakan berkromium menggambarkan bahwa kromium trivalensi dalam pakan berpengaruh nyata untuk mempertahankan respon imunitas selama infeksi pada suhu rentan KHV (20 dan 25±2 oC).

Serangan virus pada suhu rentan KHV merupakan stresor yang kuat pada ikan mas (Schreck 1996; Gillad et al. 2003; Perelberg et al. 2005). Stres menggambarkan kondisi terganggunya homeostasis hingga berada di luar batas normalnya serta proses-proses pemulihan untuk memperbaikinya (Wedemeyer dan McLeay 1981). Dalam kondisi stres terjadi realokasi energi metabolik dari aktivitas investasi (pertumbuhan) menjadi aktivitas untuk memperbaiki

homeostasis, seperti respirasi, pergerakan, regulasi hidro mineral dan perbaikan jaringan (Schreck 1996). Akibatnya pemanfaatan energi pakan untuk pertumbuhan ikan termasuk sintesis berbagai komponen sistem imunitas terkurangi.

Pelepasan hormon kortisol dan katekolamin merupakan respon fisiologi yang khas pada kondisi stres (Schreck 1996). Naiknya kadar hormon kortisol dalam darah akibat stres akan memobilisasi glukosa dan cadangan yang disimpan oleh tubuh ke dalam darah, sehingga glukosa dalam darah mengalami kenaikan (Hastuti 2004). Glukosa darah merupakan sumber bahan bakar utama dan substrat esensial untuk metabolisme sel (Steward (1991) dalam Hastuti 2004). Naiknya kadar glukosa darah pada kondisi stres dibutuhkan untuk proses memperbaiki homeostasis selama stres (Schreck 1996). Kebutuhan energi dari glukosa tersebut akan dapat terpenuhi apabila glukosa dalam darah dapat segera masuk ke dalam sel. Masuknya glukosa ke dalam sel bergantung kepada kinerja insulin (Mowat 2006). Efektivitas kinerja insulin dapat ditingkatkan oleh kromium trivalensi, yang diketahui sebagai trace mineral essential (Mowat 2006).

Suplementasi kromium pada konsentrasi optimum diduga mampu mendukung upaya mobilisasi kromium selama kondisi stres (Hastuti 2004). Kromium trivalensi yang memadai akan meningkatkan aktivitas kerja insulin untuk mempercepat masuknya glukosa ke dalam sel, untuk segera dirubah menjadi sejumlah energi yang diperlukan untuk keperluan homeostasis selama stres (Vincent 2000). Efektivitas kerja insulin menjamin ketersediaan energi selama proses homeostasis, sehingga proses homeostasis berjalan lebih baik; kebutuhan energi maintenance masih menyisakan sejumlah energi untuk pertumbuhan, termasuk sintesis berbagai komponen sistem imunitas yang sangat diperlukan dalam mengatasi infeksi. Secara singkat bahwa tingkat homeostasis yang lebih baik selama stres akan menghasilkan respon imunitas yang lebih baik, ditandai oleh respon nilai indeks fagositosis yang memadai untuk mengimbangi infeksi virus.

Perolehan nilai indeks fagositosis pada penelitian tahap dua ini mendukung hasil penelitian sebelumnya (Gatta et al. 2001). Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa pemberian kromium-ragi pada ikan rainbow trout

(Onnchorhynchus mykiss) pada konsentrasi 2340 ppb mampu meningkatkan respon imunitas berupa peningkatan aktivitas fagositosis dan respiratory burst. 4.4.2. Respon Ikan yang Diberi Pakan Berkromium terhadap Infeksi KHV 4.4.2.1. Prosentase Kematian Ikan

Nilai rataan prosentasi infeksi mematikan pada perlakuan pakan berkromium berkisar antara 22.22-44.44%, sedangkan pada kontrol berkisar antara 51.11-66.66%. Respon nilai prosentase infeksi mematikan yang terendah, dicapai oleh pola interaksi pakan berkromium 1.5 ppm dengan suhu 25±2 oC (K1.Tii) sebesar 22.22%, diikuti oleh pakan berkromium 2.0 ppm dengan suhu 20±2 oC (K2.Ti) sebesar 31.00%. Sedangkan respon kematian tertinggi pada perlakuan pakan berkromium terdapat pada pakan berkromium 2.5 ppm dengan suhu 25±2 oC (K3.Tii) 40% namun nilainya masih lebih baik dibanding kontrol (51.11-66.66%) (Gambar 23).

Uraian data diatas menunjukkan bahwa pemberian pakan berkromium dengan konsentrasi yang tepat meningkatkan kemampuan ikan dalam mengurangi serangan infeksi virus baik pada suhu 20 maupun 25±2 oC. Kemampuan ikan dalam mengatasi/mengimbangi virulensi virus ini tergambar dari kemampuan ikan dalam mempertahankan beberapa parameter imunitas yang telah diuraikan sebelumnya berupa: nilai hematokrit, nilai total leukosit, nilai prosentase (limfosit, monosit) dan nilai indeks fagositosis.

Seperti halnya telah diuraikan sebelumnya bahwa tingkat pemanfaatan kromium pada suhu 25±2 oC diduga lebih efisien sehingga untuk mencapai respon terbaik hanya membutuhkan level konsentrasi kromium 1.5 ppm, dan aplikasi kromium pada konsentrasi 2 dan 2.5 ppm pengaruh kromium bersifat negatif. 4.4.2.2. Gejala Klinis dan Pola Kematian Ikan

Pengamatan harian yang dilakukan setelah infeksi virus menunjukkan bahwa awal terjadinya gejala klinis pada ikan yang terinfeksi adalah berbeda (Gambar 24). Secara umum penginfeksian virus pada suhu Tii (25±2 oC) menyebabkan awal gejala klinis yang lebih cepat dibandingkan dengan infeksi pada suhu Ti (20±2 oC). Gejala klinis pada ikan kontrol (K0: kromium 0 ppm ) dengan suhu 25±2 oC, mulai teramati pada hari ke-33 dan 34 (4-5 hari setelah

infeksi virus) dan mulai mengalami kematian pada hari ke-36 (7 hari setelah infeksi virus). Iniasiasi gejala klinis yang lebih cepat pada suhu 25±2 oC, menggambarkan tingkat replikasi virus yang lebih mantap pada suhu optimum ini, sehingga lebih cepat menghasilkan infeksi yang produktif.

Pada perlakuan pemberian pakan berkromium 2.0 dan 2.5 ppm dengan suhu 25±2 oC (K2.Tii dan K3.Tii) awal gejala klinis baru terjadi antara hari ke-36 dan 37 (7-8 hari setelah infeksi virus), dan ikan mulai mengalami kematian pada hari ke-39 dan 40 (10-11 hari setelah infeksi virus). Sedangkan pada perlakuan pakan berkromium 1.5 ppm dengan suhu 25±2 oC (K1.Tii), awal gejala klinis baru teramati pada hari ke-38 dan 39 (9-10 hari setelah infeksi virus) dan kematian ikan baru terjadi pada hari ke-42, 43 (13, 14. hari setelah infeksi virus). Inisiasi gejala klinis maupun kematian pada pemberian pakan berkromium konsentrasi 1.5 ppm dengan suhu 25±2 oC (K1.Tii) terjadi lebih lambat dibanding (K2.Tii dan K3.Tii), fenomena ini sejalan dengan data respon imunitas (butir 4.4.1) dan nilai rataan kematian yang lebih rendah pula (butir 4.4.2.1). Dengan demikian respon gejala klinis dan kematian yang lebih lambat disebabkan adanya respon imunitas ikan yang lebih ampuh dalam menghadapi/mengurangi virulensi virus sehingga tingkat kematian karena serangan virus lebih rendah.

Pengamatan pada suhu 20±2 oC (Ti), menunjukkan bahwa awal gejala klinis pada ikan kontrol (K0.Ti), mengalami awal infeksi yang lebih cepat dibandingkan dengan kelompok ikan yang diberi pakan berkromium dengan suhu 20±2 oC (K1.Ti, K2.Ti dan K3.Ti). Ikan kontrol mengalami awal infeksi pada hari ke-36, 37 (7-8 hari setelah infeksi virus), dan mulai mengalami kematian pada hari ke-40, 41 (11, 12 hari setelah infeksi virus). Sedangkan ikan yang diberi pakan berkromium mengalami awal infeksi pada hari ke-38, 39 (9, 10 hari setelah infeksi virus) dan mulai mengalami kematian pada hari ke-43 dan 45 (14 , 16 hari setelah infeksi virus).

Inisiasi gejala klinis dan kematian pada pemberian pakan berkromium dengan suhu 20±2 oC secara umum terjadi lebih lambat dibanding kontrol (kromium nol) pada suhu 20±2 oC (K0.Ti). Seperti halnya pada suhu 25±2 oC, fenomena ini sejalan dengan data respon imunitas (butir 4.4.1) dan nilai rataan kematian (butir 4.4.2.1). Dengan demikian respon gejala klinis dan kematian

yang lebih lambat pada ikan yang diberi pakan berkromium dengan suhu 20±2 oC, disebabkan karena peran respon imunitas yang lebih ampuh dalam menghadapi/mengurangi virulensi virus sehingga tingkat kematian karena serangan virus lebih rendah. Tercatat pula bahwa perlakuan pakan berkromium 2 ppm pada suhu 20±2 oC (K2.Ti) menghasilkan respon kematian paling rendah. 4.4.3. Kualitas Air pada Penelitian Tahap Dua

Kisaran kualitas air hasil pengukuran dan atau pengamatan selama penelitian tahap dua (tertera pada Tabel 20.), menunjukkan bahwa media pemeliharaan (kecuali suhu air) selama penelitian berada pada kisaran yang optimal dan mendukung bagi kehidupan ikan mas. Khusus untuk parameter suhu air kisaran suhu yang tercatat telah sesuai dengan perlakuan yang telah dirancang yaitu: Ti (suhu 20±2 oC) dan Tii (suhu 25 ±2 oC).

Menurut Wedemeyer (1996) perairan yang ideal bagi perikanan adalah perairan yang mempunyai nilai pH berkisar 6-9, sedangkan parameter amoniak untuk mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan tidak melebihi kisaran 1-2 mg/l masih Boyd (1982).

Faktor lingkungan lainnya yang mendukung kehidupan ikan adalah kandungan oksigen. Pada budidaya ikan mas kandungan oksigen tidak boleh kurang dari 3 mg/l (Huisman 1974 dalam Zonneveld dkk. 1991).

Affandi R, Tang UM. 2002. Fislologi Hewan Air. Und Press, Riau. 217 hlm. Ahne, W., Bjorklund, H. V., Essabauer, S., Fijan, N., Kurath, G. & Winton, J. R.

2002. Spring viremia of carp (SVC). Dis Aquat Org 52, 261-272.

Alcorn SW, Murray AL, Pascho RJ. 2002. Effects of rearing temperature on immune functions in sockeye salmon (Onchorinchus nerka). J Fish & Shellfish Immunology 12: 303-334.

Almendras JME, Catap ES. 2002. Immunity and Biological Methods of Disease Prevention and Control. Tighbauan Iloilo Philiphine :SEAFDEC/AQD. 30 ps.

Amrullah. 2004. Penggunaan imunostimulan Spirulina platensis untuk meningkatkan ketahanan tubuh ikan koi (Cyprinus carpio) terhadap virus herpes (Thesis). Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor Anderson, DP. 1990. Immunological Indicators: effects ofd environmental

stress on immune protection and disease outbreaks . In Adams, SM. (ed). Biological Indicators of stress in fish. American Fisheries Symposium 8: 38-58 pp.

Anderson DP. Siwicki AK. 1993. Basic Haernatology and Serology for Fish Health Program. Paper Presented. In Second Symposium on Diseases in Asian Aquaculture "Aquatic Animal Health and the Environment" Phuket, Thailand. 25-29'h October 1993. 17 ps.

Anderson, DP. 1996. Environmental Factors in Fish Health: Immunological Aspects, In : Iwama, G., and T. Nakanishi (Ed.). Immune System. Academic Press. San Diego London Boston New York Sidney Tokyo Toronto. 380 Ps.

Balfry SK, Klesius PH, Higgs DA. 2001. Influence of Dietary Lipid Composition on the Immune System and Disease of Finfish. Di dalam: Lim C, Carl DW, editor. Nutrition and Fish Health. Foods Products Press®, an imprint of The Hawwort Press. Inc., 10 Alice Street. Binghamton, NY 13904-1560. Pp:213-233.

Berger LL, 1996. Trace mineral: Keys to immunity. http:/www. Saltinstitute. Org/salt. Css. 11/4/2001.

Blaxhall PC. 1971. The Haernatological Assessment of The Health of Fresh Water Fish. A Review of Selected Literature. J. Fish Biology 4: 593-604.

Bricknell I, Dalmo RA. 2005. The use of immunostimulants in fish larval aquaculture. J Fish & Shellfish Immunology 19: 457-472.

Bowden TJ, Thompson KD, Morgan AL, Gratacap RML, Nikoskelainen S. 2006. Seasonal variation and the immune response: A fish perspective.

J Fish & Shellfish Immunology Article in press: 1-12.

Boyd CE. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Elsevier Scientific Publishing Company. Amsterdam, Oxford, New York. 318 ps. Burton JL, 1995. Supplementation chromium: its benefit to the bovine immune

system. J Animal Feed Science and Tecnology 53(2): 117-133.

Cang X, Mowat DN. 1992. Suplemenntal chromium for stressed and growing feeder calves. J Animal Science 70: 559-565.

Chinabut S, Limsuwan C., Katsuwan. 1991. Histology of the Walking Catfish

Clarias batracus. IDRC, Canada. 96 ps.

Cho MY, Shon SK and Park SI. 2005. The status of viral disease of carp in Korea :Its control and research development. Bulletin of fisheries research agency, Yokohama-Japan. 86: 23-25.

Dishon A, Perelberg A, Bishara-Shieban J, Ilouze M, Davidovich M, Werker S and Kotler M. 2005. Detection of Carp Interstitial Nephritis and Gill Necrosis Virus in Fish Droppings. J Applied and Environmental Microbiology 71 No.11: 7285-7291.

Eggset G, Mortensen A, Johansen LH, Sommer AI. 1997. Susceptibility to furunculosis, cold water vibriosis, and infectious pancreatic necrosis (IPN) in post-smolt Atlantic salmon (Salmo salar L.) as a function of smolt status by seawater transfer. J. Aquaculture 158: 179-191.

Einarsdottir IE, Nilssen KJ, Øren SO, Iversen M. 2000. Temperature influence on Arctic charr (Salvelinus alpinus L.) antibody response to a cellular antigen. J Polar Biology 23: 231-235.

Ellis, A.E. 1981. Stress and the modulation of defence mechanism in fish. In:A.D. Pickering (Ed.). Stress in Fish. Academic Press. London. p. 147-170. Ellis, A.E. 1988. Fish Vaccination. 1. General Principles of Fish Vaccination.

Academic Press. London. pp. 1-20.

Ellis AE. 2001. Innate host defense mechanism of fish against viruses and bacteria. J Developmental and Comparative Immunology 25: 827-839.

Ellsaesser CF, Miller, NW, Cuchens MA, Lobb CJ, Clem LW. 1985. Analysis of Channel Catfish Peripheral Blood Leucocytes by Bright-Field Microscopy and Flow Cytometry. Trans American Fisheries Society. 114 : 279 -285.

Fange R. 1982. A Comparative study of lymphornieloid tissue in fish. J Developmental and comparative Immunology. Supplement 2: 23-33. Fenner FJ, Gibbs EPJ, Murphy FA, Roil R, Studdert MJ and White DO. 1993.

Virologi veteriner. California : Academic Press.

Ferguson HW. 1989. Systemic Pathology of Fish. A Text and Atlas of Comparative Tissue Responses in Diseases of Teleost. Iowa State Univ Press, Iowa. USA. 263 ps.

Fernandez, F., Miquel, A. G., Martinez, R., Serra, E., Guinea, J., Narbaiza, F. J.,Caseras, A. & Baanante, I. V. (1999). Dietary chromium oxide does not affect theutilization of organic compounds but can alter the utilization of mineral salts in gilthead sea bream Sparus aurata. Journal of Nutrition

129: 1053–1059.

Fischer U, Utkee K, Somamoto T, Kollner B, Ototake M. 2006. Cytotoxic activities of fish leucocytes J Fish & Shellfish Immunology 20: 209-226. Gannam AL, Schrock RM. 2001. Immunostimulants in Fish Diets. In: Lim C,

Webster CD, editor. Nutrition and Fish Health. Foods Products Press®, an imprint of The Hawwort Press. Inc., 10 Alice Street. Binghamton, NY 13904-1560. hlm 235-265.

Gatta PG, Thompson KD, Smullen R, Piva A, Testi S and Adams A. 2001. Dietary organic organic chromium supplementation and its effect on the immune response of rainbow trout (Onchorinchus mykiss). J Fish & Shellfish Immunology (2001) 11, 371-382.

Gilad O, Yun S, Andree KB, Adkison MA, Zlotkin A, Bercovier H, Eldar A and Hendrick R. 2002. Initial characteristic of koi herpesvirus and development of polymerase chain reaction assay to detect the virus in koi, Cyprinus carpio. Journal Disease of Aquatic organism. Vol 48 : 101-108

______, Yun S, Adkinson MA, Way K, Willits NH, Bercovier H, Eldar A and Hendrick RP. 2003. Molecular comparison of isolates of an emerging fish pathogen, koi herpesvirus, and effect of water temperature on mortality of experimentally infected koi. Journal of General Virology 84: 2661-2668

______, Yun S, Zagmutt-Vergarra FJ, Leutenegger CM, Bercovier H, Hedrick RP. 2004. Concentration of a Koi herpesvirus (KHV) in tissues of

experimentally infected Cyprinus carpio koi assessed by real-time TaqMan PCR. J Diseases of Aquatic Organism 60: 179-187

Hapsari F. 2004. Pengaruh Kadar Kromium yang Berbeda dalam Pakan terhadap Efisiensi Karbohidrat untuk Meningkatkan Efisiensi Protein Ikan Mas (Cyprinus carpio) (Skripsi). Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Hastuti S. 2004. Respon Fisiologis Ikan Gurami (Osphronemus gouramy, Lac) yang Diberi Pakan Kromium-ragi Terhadap Penurunan Suhu Lingkungan (Disertasi). Bogor : Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Hedrick RP, Gilad 0, Yun S, Spangerberg JV, Marty GD, Nordhausen RW, Kebus

MJ, Bercovier H and Eldar A. 2000. A herpesvirus associated with mass inortality of juvenile and adult koi, a stain of common carp. American Fisheries Society. Journal of Aquatic Animal Health 12 : 44-57

______, 0 Gilad, Yun SC, Mcdowell TS, Waltzed TB, Kelley 60 and Adkison MA. 2005. Initial isolation and characterization of a herpes-like virus (khv) from koi and common carp. Bulletin of Fisheries Research Agency, Yokohama, Japan 86 : 1-7.

Hibiya T and Takashima F. 1995. An Atlas of Fish Histology Normal and Pathological Feature. Second Edition. Takashima F. Kodansha Ltd. Tokyo. 195 hlm.

Ikuta K and Yamaguchi M. 2005. The present of carp fisheries and aquaculture in Japan. Bulletin of Fishsries Research Agency, Yokohama-Japan. 86 : 55-58.

Ilouze M, Dishon A, Kotler M. 2006. Characterization of a Novel Virus Causing a Lethal Disease in Carp and Koi. J Microbiology And Molecula Reviews 70.1: 147-156.

Kollner B, Wasserab B, Kotterba G, Fischer U. 2002. Evaluation of immune functions of rainbow trout (Onchorinchus mykiss)- how can environmental influences be detected?. J Toxicology Letters 131: 83-95. Kollner B and Kotterba G. 2002. Temperature dependent activation of leucocyte

population of rainbow trout, Onchorinchus mykiss, after intraperitoneal immunization with Aeromonas salmonicida. J Fish & Shellfish Immunology 12: 35-48

Kresno SB. 2001. Imunologi diagnosis dan prosedur laboratorium. Edisi Ketiga. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia., Jakarta

Lagler KF, Bardach JE, Miller RR, Pasino DRM. 1977. Ichthyology. John Willey and Sons Inc. New York. 295 ps.

Lall SP. 2002. The minerals. In Halver JE and Hardy RW (Eds.). Fish Nutrition. Academic Press. London. Pp: 259-308.

Linder MC. 1992. Nutrisi dan metabolisme karbohidrat. Dalam: Linder MC. (Ed.). Biokimia nutrisi dan metabolisme (Terjemahan). UI-Press, Jakarta, Indonesia. Hal: 261-344.

Lobb, C.J. 1986. Structural. diversity of Channel catfish imunoglobulins.

J Veterinary Immunology and immunopathology 12: 7-12.

Magnadottir B, Lange S, Gudmundsdottir S, Bogwald J, Dalmo RA. 2005. Ontogeny of humoral immune parameters in fish. J Fish & Shellfish Immunology 19: 429-439.

Magnadottir B. 2006. Innate immunity of fish (Overview). J Fish & Shellfish Immunology 20: 137-151.

Manning MJ, Nakanishi T. 1996. The Specific Immune System: Cellular Defenses. Di dalam: Nakanishi T, Iwama G, editor. The fish immune system : organism, pathogen, and environment. California: Academi Press. Hlm 160-205.

Miles D, Kanchanakhan S, Lilley J, Thompson K, Chinabut S and Adams A. 2001. Effect of macrophages and serum of fish susceptible or resistant to epizootic ulcerative syndrome (EUS) on the EUS pathogen, Aphanomyces invadans. Fish & Shellfish Immunology 11: 569-584.

Morvan CL, Trotaud D, Deschaux P. 1998. Perspective differential effects of temperature on specific and non specific immune defences in fish.

Journalof experimental Biology 201: 165-168.

Mowat DN. 2006. Suplemental Organic Chromium for Beef and Dairy Cattle. University of Guelph, Canada. 21ps.

Moyle PB, Chech JJ. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology. Prentice-Hall Inc. A Division of Simon and Schuster Engelwood Cliffs, New Jersey. 597 ps.

Murphy FA, Gibbs EPJ, Horzinek MC, Studdert MJ. 1999. Veterinary Virology. Third Edition. California : Academic Press. 628 p.

Nakanishi T. Fischer U, Dijkstra JM, Hasegawa S, Somamoto T, Okamoto N and Ototake M. 2002. Cytotoxic T cell function in fish. J Development and Comparative Immunology 26: 131-139.

Ng W. & Wilson, R. P. (1997). Chromic oxide inclusion in the diet does not affect glucose utilization or chromium retention by channel catfish, Ictalurus punctatus.Journal of Nutrition 127: 2357–2362.

[NRC} National Research Council. 1997. The Role of Chromium in Animal Nutrition. National Acad Press, Washington, D.C., USA, 80 pp.

Ornamental aquatic trade association (OATA). 2001. Koi Herpes Virus (KHV). United Kingdom.

Parelberg A, Sminov MS, Hutoran M, Diamant A, BeJerano Y and Kotler M. 2003. Epidernology description of new viral disease afflicting cultured Cyprinus carpio in Israel. The Israeli journal of aquaculture 5 5 : 5-12 Perelberg A Sminov MS, Hutoran M, Diamant A, BeJerano Y and Kotler M.

2003. Epidemiological Description of New Viral Disease Afflicting Cultured Cyprinus carpio in Israel. The Israelli Journal of Aquaculture

55: 5-12

Perelberg A, Ronen A, Hutoran M, Smith Y and. Kotler M. 2005. Protection of cultured Cyprinus carpio disease by an attenuated virus vaccine. J. Vaccine 23: 3396-3403.

Pikarsky E, Ronen A, Abramowitz J, Levavi-Sivan B, Hutoran M, Shapira Y, Steinitz M, Perelbrg A, Soffer D. 2004. Pathogenesis of Acute Viral Desease Induced in Fish bay Carp Interstitial Nephritis Gill Necrosis Virus. Journal of Virology 78. No 17: 9544-9551.

Raa J, Roerstad G, Engstad R, Robertsen B. 1992. The Use of Immunostimulant to Increase Resistance of Aquatic Organisms to Microbial Infections. In. Sharif M, Subasinghe RID, Arthur JR (Eds). Diseases in Asian Aquaculture 1. Fish Health Sect. Asian Fish Soc. Manila. pp 39-50.

Rijkers GT, Frederix-Wolters EMH, and Van Muiswinkel W B. (1980). The immune system of cyprinid fish. Kinetics and temperature dependence of antibody-producing cells in carp (Cyprinus carpio). J Immunol 41: 91– 97.

Robertsen B. 2006. The interferon system of teleost fish. J Fish & Shellfish Immunology 20: 172-191.

Rombout JHWM, Huttenhuis HBT, Picchietti S, Scapigliati G. 2005. Phylogeny and ontogeny of fish leucocytes. J Fish & Shellfish Immunology 19: 441-455.

Ronen A, Perelberg A, Abramowitz J, Hutoran M, Tinman S, Bejerano 1,. Steinitz M and Kotler M. 2003. Efficient vaccine against the virus causing a lethal disease in culture Cyprinus carpio. Elsevier. Vaccine Journal 21 : 4677- 4684.

Rosenshein, I.L., S.F. Schuler and J.J. Marchalonis.1986. Conservation among immunoglobulin of carcharhine shark and phylogenetic conservation of

variable region determinants. J. Veterinary Immunology and Immunopathology 12 : 13-20.

Sahin K, Ozbey O, Onderci M, Cikim G and Aysondu M. 2002. Chromium supplementation can alleviate negative effects of heat stress on eeg production, eeg quality and some serum metabolites laying japenese quail. J Nutrition 132: 1265-1268.

Sakai M. 1999. Current Research Status of Fish Immunostimulants. J. Aquaculture 172: 63-92.

Schreck CB. 1996. Immunomudulation : Edogenous factors. In Nakanishi T and Iwama G. editor. The Fish Immun System. Academic Press, San diego. Pp: 311-337.

Secombes CJ. 1996. The Non Specific Immune System. In. Nakanishi T, Iwama G. (Eds). Cellular Defence in The Fish Immune System. pp 63-103. Shoemaker CA, Klesius PH, Lim C. 2001. Immnutnity and Disease Resistance

in Fish. Di dalam: Lim C, Carl DW, editor. Nutrition and Fish Health. Foods Products Press®, an imprint of The Hawwort Press. Inc., 10 Alice Street. Binghamton, NY 13904-1560. hlm 149-187.

Sitja-Bobadilla A, Redondo MJ, Bermudez R, Palenzuela O, Ferreiro I, Riaza A, Quiroga I, Nieto JM and Alvarezi-Pelleitero P. 2006. Innate and adaptive immune responses of turbot, Scophthalmus maximus (L.), following experimental infection with Enteromyxum scophthalmi (Myxosporea: Myxozoa). J. Fish & Shellfish Immunology 21: 485-500. Srivastava R, Upreti RK, Seth PK, and Cathurvedi UC. 2002. Effect of

chromium on the immune System. J. FEMS Immunology and Medical Microbiology 34: isue 6 : 1-7.

Steinhagen D. Helmus T, Maurer S, Dinakaran RM, Leibold W, Scaharsack JP, Skouras A and Schuberth H. 2004. Effect of hexavalent carcinogenic chromium on carp Cyprinus carpio immune cells. J. Diseases of Aquatic Organisms 62: 155-161.

Sunarto A, Rukyani A and Itami T. 2005. indonesian experience on the outbreak of koi herpesvirus in koi and carp (Cyprinus carpio). Buletin of Fisheries Research Agency, Yokohama, Japan. 86 : 15-21

Swain P, Dash S, Sahoo PK, Routray P, Sahoo SK, Gupta SD, Meher PK,