• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN

2.1 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Menurut Sunariyah dalam Astuti et al. (2013) indeks harga saham gabungan (IHSG) adalah suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan saham gabungan sampai tanggal tertentu dan mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukur kinerja suatu saham gabungan di bursa efek. Beberapa faktor makro dan mikro ekonomi yang mempengaruhi indeks harga saham gabungan (IHSG) yaitu inflasi, tingkat suku bunga di Indonesia, nilai tukar (kurs) tengah rupiah bulanan terhadap dolar Amerika, indeks saham Dow Jones, indeks saham Nikkei 225, dan indeks saham Hang Seng.

2.1.1 Inflasi

Menurut Insukindro (1987) inflasi merupakan kecenderungan kenaikan harga secara umum dan terus menerus. Jika hanya terjadi kenaikan harga-harga pada satu atau dua sektor, maka belum bisa dikatakan sebagai kenaikan inflasi. Kenaikan inflasi terjadi jika hampir semua sektor mengalami kenaikan harga. Terdapat beberapa cara untuk menghitung inflasi, yaitu.

a. Menggunakan Harga Umum b. Menggunakan Angka Deflator

c. Menggunakan Indeks Harga Konsumen d. Menggunakan Harga yang diharapkan

e. Menggunakan Indeks Harga dalam Negeri dan Luar Negeri

Dari kelima cara di atas, cara yang paling efektif untuk menghitung inflasi yaitu menggunakan indeks harga konsumen (IHK) karena mudahnya mendapatkan harga konsumen dari waktu ke waktu. Berikut rumus untuk menghitung inflasi dengan menggunakan indeks harga konsumen.

=

dimana :

: laju inflasi di periode waktu ke-t

: nilai indeks harga konsumen di periode waktu ke-t

: nilai indeks harga saham konsumen di periode waktu ke-2.1.2 Tingkat Suku Bunga di Indonesia

Menurut Kasmir (1998) suku bunga dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Sedangkan tingkat suku bunga atau BI rate menurut publikasi yang dilakukan oleh Bank Indonesia yaitu suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik (www.bi.go.id/id/moneter/bi-rate/penjelasan/ contens/default.aspx).

Tingkat bunga, Sunariyah (2006: 80), dinyatakan sebagai presentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur. Unit waktu

biasanya dinyatakan dalam satuan tahun (satu tahun investasi) atau bisa lebih pendek dari satu tahun. Uang pokok berarti jumlah uang yang diterima dari kreditur kepada debitur. Menurut ekonom klasikal, permintaan dan penawaran investasi pada pasar modal menentukan tingkat bunga.

Tingkat bunga akan menentukan keseimbangan antara jumlah tabungan dan permintaan investasi. Tingkat bunga itu sendiri ditentukan oleh dua kekuatan, yaitu penawaran tabungan dan permintaan investasi modal (terutama dari sektor bisnis). Tingkat bunga pada dasarnya berperan sebagai pendorong utama agar masyarakat bersedia menabung. Jumlah tabungan akan ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat bunga. Semakin tinggi suku bunga, akan semakin tinggi pula minat masyarakat untuk menabung, dan sebaliknya. Tinggi rendahnya penawaran dana investasi ditentukan oleh tinggi rendahnya suku bunga tabungan masyarakat.

BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau

stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter.

Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan. Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan

menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan di bawah sasaran yang telah ditetapkan.

2.1.3 Nilai Tukar (Kurs) Rupiah

Menurut Mankiw yang diterjemahkan oleh Liza dan Nurmawan (2006) menyebutkan bahwa kurs antar dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua Negara untuk saling melakukan perdagangan. Kurs dibedakan menjadi kurs nominal dan kurs riil. Kurs nominal yaitu harga relatif dari mata uang dua Negara. Sedangkan kurs riil adalah harga dari barang-barang diantara dua Negara. Kurs riil menyatakan tingkat dimana bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu Negara untuk barang-barang-barang-barang dari Negara lain. Menurut publikasi bank Indonesia, nilai kurs dibedakan menjadi dua, yaitu Kurs Transaksi BI dan Kurs Uang Kertas Asing (UKA) BI. Kurs transaksi BI disajikan dalam bentuk kurs jual dan kurs beli valas terhadap rupiah, digunakan sebagai acuan transaksi BI dengan pihak ketiga seperti pemerintah. Sedangkan kurs UKA BI adalah kurs yang digunakan sebagai indikasi transaksi bank antara Bank Indonesia dengan pihak ketiga (www.bi.go.id/id/moneter/informasi-kurs/contens/default.aspx).

2.1.4 Indeks Dow Jones

Dow Jones Industrial Average (DJIA) adalah salah satu indeks pasar saham yang didirikan oleh editor The Wall Street Journal dan pendiri Dow Jones dan Company Charles Dow. Dow membuat indeks ini sebagai suatu cara untuk mengukur performa komponen industri di pasar saham Amerika.

Cara penghitungan indeks Dow Jones sebagai berikut.

=

Dimana ∑ adalah jumlah seluruh harga saham dan divisor adalah angka yang ditentukan oleh Dow Jones sebagai pembagi. Angka pembagi ini selalu diperbaharui dan disesuaikan dengan perkembangan pasar yang terjadi seperti stock split, pembayaran dividen, pengumuman bonus, dan berita ekonomi lain.

2.1.5 Indeks Nikkei 225

Nikkei 225 adalah sebuah indeks pasar saham di Bursa Efek Tokyo. Indeks ini telah dihitung oleh harian Nihon Keizai Shimbun (Nikkei) sejak 7 September 1950. Metode perhitungannya menggunakan perhitungan harga rata-rata (unit dalam yen), dan komponen saham perusahaan yang tercantum dalam indeks akan ditinjau setahun sekali. Saham perusahaan yang tercatat dalam Indeks Nikkei 225 merupakan saham yang paling aktif diperdagangkan dalam bursa efek Tokyo. Saat ini, Nikkei adalah indeks yang paling banyak digunakan sebagai panduan bagi investor ketika akan berinvestasi.

Indeks ini merupakan gabungan dari 225 perusahaan yang terpilih, dengan persyaratan tertentu. Perusahaan yang terpilih merupakan perusahaan yang memiliki aset yang besar dan memiliki kredibilitas yang baik di market. Metode Perhitungan Indeks Nikkei 225 menggunakan rumus sebagai berikut.

Dimana ∑ jumlah seluruh harga saham yang tercatat di Indeks Nikkei 225 dan divisor adalah angka yang ditentukan oleh otoritas bursa sebagai bilangan pembagi. Nilai divisor berdasar perhitungan otoritas bursa per April 2009 adalah sebesar 24.656. Bagi saham-saham yang harganya kurang dari 50 yen, maka harga sahamnya akan dihitung 50 yen (www.en.wikipedia.org).

2.1.6 Indeks Hang Seng

Hang Seng Index (HSI) adalah indeks komulatif dari 38 saham blue chip

dari Hong Kong stock Market yang merupakan salah satu indeks saham terpercaya, digunakan para investor dan fund manager untuk berinvestasi. Ke-38 constituent stock yang dijadikan indikator berasal dari berbagai sektor seperti Industri,

Finance, Properties, dan sebagainya. Keseluruhan dari nilai saham-saham ini merupakan 70% dari nilai kapitalisasi seluruh nilai saham yang tercatat pada The Stock Exchange of Hong Kong Ltd. (SEHK). Karena itu naik atau turunnya indeks HIS merupakan refleksi performance dari keseluruhan saham-saham yang diperdagangkan. Pemilik lisensi dari Hang Seng Stock index adalah HIS Service Limited, yang merupakan subsidiary dari Hang Seng Bank. HIS pertamakali diperdagangkan pada 24 November 1969.

Hang Seng merupakan indeks saham utama Hongkong yang dihitung memakai metode value weighted. Indeks Hang Seng dihitung berdasarkan nilai dasar 100 pada tanggal 31 Juli 1964. Indeks ini dibagi menjadi empat subindeks, yaitu perdagangan dan industri, keuangan, utilitas, dan properti. Hang Seng merupakan indeks saham kedelapan terbesar di dunia dengan market capitalization

Dokumen terkait