• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

4.2 Indeks Kebutuhan Perawatan Periodontal (CPITN)

Distribusi kebutuhan perawatan periodontal (CPITN) pada subjek akan disajikan pada tabel 3 dan 4

Tabel 3. Distribusi dan status periodontal

Variabel Skor Keterangan Jumlah

(n = 40)

0 Sehat, tidak ada poket atau pendarahan gingiva pada saat probing

Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa status kondisi periodontal pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan yang memiliki skor 0 sebanyak 7 orang (17,5%) yaitu kondisi rongga mulut sehat, tidak ada poket periodontal atau pendarahan gingiva pada saat probing, skor 1 adalah 0 (0%) yaitu tidak ada pasien dengan pendarahan gingiva pada saat probing, skor 2 sebanyak 27 orang (67,5%) yaitu terdapat kalkulus supra dan subgingiva, skor 3 sebanyak 6 orang (15%) yaitu terdapat poket sedalam 3,5-5,5mm pada saat probing dan skor 4 adalah 0 (%) yaitu tidak ada pasien dengan poket kedalaman >6m pada saat probing.

Tabel 4. Distribusi data kebutuhan perawatan periodontal

Variabel Skor Keterangan Jumlah (n=40)

Persentase (100%) Kebutuhan 0 Tidak membutuhkan 7 17,5 Perawatan perawatan periodontal

Periodontal 1 Membutuhkan perbaikan 0 0 (CPITN) kebersihan mulut

2 Membutuhkan skeling secara 33 82,5 professional dan perbaikan

kebersihan mulut

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan kebutuhan perawatan periodontal pada pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan adalah skor 0 sebanyak 7 orang (17,5%) yaitu tidak membutuhkan perawatan periodontal, skor 1 sebanyak 0(0%) yaitu tidak adanya pasien yang membutuhkan perbaikan kebersihan

mulut, skor 2 sebanyak 33 orang (82,5%) yaitu membutuhkan skeling dan perbaikan kebersihan mulut, dan skor 3 sebanyak 0 (0%) yaitu tidak adanya pasien yang membutuhkan perawatan kompleks, skeling supra dan subgingiva dan perbaikan kebersihan mulut.

BAB 5 PEMBAHASAN

Hasil dari penelitian ini bertujuan untuk melihat kebutuhan perawatan periodontal pada pasien penderita hipertensi di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa mayoritas perempuan sedangkan minoritas laki-laki. Hal tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa kejadian hipertensi pada perempuan dipengaruhi oleh kadar hormon estrogen. Hormon estrogen tersebut akan menurun kadarnya ketika perempuan memasuki usia tua (menopause) sehingga menjadi lebih rentan terhadap terjadinya hipertensi.3 Perubahan hormon pada perempuan berpengaruh terhadap jaringan periodontal. Peningkatan kadar hormonal, terutama estrogen dan progesteron menyebabkan terjadinya peningkatan risiko penyakit periodontal pada perempuan.40

Hasil penelitian berdasarkan usia menunjukkan bahwa mayoritas pada usia 50- 59 tahun telah mengalami penyakit hipertensi. Hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia yang menyebabkan adanya perubahan fisiologis dalam tubuh seperti penebalan dinding uteri akibat adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah mengalami penyempitan dan menjadi kaku. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara usia dengan terjadinya hipertensi, hal ini disebabkan oleh karena tekanan arterial meningkat sesuai dengan bertambahnya usia, terjadinya reugritasi aorta, serta adanya proses degeneratif, lebih sering pada usia tua.41 Apabila dilihat dari kondisi jaringan periodontal menurut skor tertinggi dan kebutuhan perawatan yang semakin meningkat menunjukkan hal sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa umur menjadi salah satu faktor risiko terjadinya penyakit periodontal. Semakin bertambahnya usia semakin tinggi tingkat keparahan periodontal dan kebutuhan akan perawatan juga semakin meningkat.33

Hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan klasifikasi hipertensi menunjukkan

hipertensi memiliki klasifikasi hipertensi derajat 2. Menegakkan diagnosis hipertensi diperlukan untuk menentukan terapi atau tatalaksana yang akan diambil. Terapi farmakologi pada pasien hipertensi harus sesuai dengan pola penggunaan obat antihipertensi berdasarkan tepat obat, tepat dosis, tepat indikasi dengan menggunakan standart JNC 7. Tepat obat berarti ketepatan untuk menentukan terapi setelah diagnosis ditegakkan dan harus sesuai dengan spektrum penyakit pasien. Tepat dosis berarti berdasarkan jumlah obat harus sesuai dengan standart agar dosis yang diberikan tidak berlebih atau kurang.42

Hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan obat antihipertensi yang digunakan pasien menunjukkan bahwa mayoritas pesien menggunakan obat amlodipine, sedangkan minoritas pasien menggunakan nifedipin sebagai terapi farmakologi penyakit hipertensi. Jenis obat antihipertensi yang dikonsumsi pasien hipertensi dapat berpengaruh terhadap rongga mulut seperti mulut kering dan gingiva bengkak sehingga dapat mempengaruhi kesehatan jaringan periodontal. Hal ini sejalan dengan penelitian Fadia dkk yang menyatakan bahwa penggunaan amlodipine dan nifedipin sebagai obat antihipertensi dapat menimbulkan dampak terhadap rongga mulut berupa pembesaran gingiva.43 Selain itu menurut penelitian Kumar et al, juga menyatakan bahwa obat antihipertensi terhadap rongga mulut menyebabkan adanya perdarahan gingiva dengan karakteristik kemerahan pada gingiva marginal.44

Hasil yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas pasien dengan skor CPITN pada subjek adalah skor 2 yaitu membutuhkan skeling dan perbaikan kebersihan mulut. Hal ini berarti bahwa pada sampel didapatkan adanya kalkulus pada supra dan subgingiva. Dan sedikitnya pasien dengan skor 0 pada CPITN yaitu keadaan periodontal yang sehat sehingga tidak memerlukan perawatan periodontal. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena adanya hubungan hipertensi dengan penyakit periodontal dan juga kurangnya tingkat pengetahuan akan indikasi kesehatan gigi dan mulut sehingga menyebabkan kesehatan gigi dan mulut yang kurang baik. Waktu dan teknik menyikat gigi yang tidak tepat juga dapat menjadi faktor peningkatan akumulasi plak.13,45

Hasil penelitian menunjukkan masih rendahnya jumlah subjek penelitian yang memiliki kondisi periodontal sehat. Secara klinis terbukti bahwa rongga mulut yang menderita penyakit periodontal selalu memperlihatkan adanya penimbunan plak yang jauh lebih banyak daripada kondisi rongga mulut yang sehat. Apabila plak dibiarkan lebih lama, maka akan terjadi peradangan yang meluas kejaringan yang lebih dalam yaitu menimbulkan penyakit periodontal.46 Penyakit periodontal dapat meningkatkan risiko hipertensi oleh karena terjadinya disfungsi endotel. Peradangan atau stress oksidatif dapat merusak matriks ekstraseluler yang menyebabkan terjadinya perubahan struktural dan fungsional yang mempengarui adhesi sel dan poliferasi sel sehingga menyebabkan penurunan elastisitas dari aorta yang berperan terhadap terjadinya hipertensi.9

Adanya keterbatasan dalam penelitian ini adalah sedikitnya jumlah sampel dan tidak diambilnya data penderita hipertensi yang berupa hasil pemeriksaan laboratorium sehingga tidak ada parameter yang dapat menghubungkan antara kondisi periodontal dengan hipertensi. Kondisi periodontal pada penderita hipetensi harus lebih diperhatikan kebersihan rongga mulutnya dan melakukan perawatan periodontal agar terhindar dari penyakit periodontal.

BAB 6

Dokumen terkait