• Tidak ada hasil yang ditemukan

STATUS DAN KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STATUS DAN KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK MEDAN"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

UMUM PUSAT H. ADAM MALIK MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Enny Lunarny Butar Butar NIM: 160600043

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2020

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Periodonsia 2020

Enny Lunarny Butar Butar

Kebutuhan Perawatan Periodontal Pada Pasien Hipertensi di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

x + 38 Halaman

Hipertensi merupakan manifestasi gangguan keseimbangan hemodinamik sistem kardiovaskular, yang mana patofisiologinya adalah multifaktor, sehingga tidak bisa diterangkan hanya dengan satu mekanisme tunggal. Penyakit periodontal merupakan inflamasi periodonsium dan struktur pendukung gigi yang terdiri dari gingiva, sementum atau lapisan akar gigi, tulang alveolar, dan ligament periodontal.

Akumulasi plak bakteri pada permukaan gigi merupakan penyebab utama penyakit periodontal. Selain plak dan bakteri, penyakit periodontal disebabkan oleh beberapa faktor yaitu primer dan sekunder. Faktor primer berupa mikroorganisme patogen dalam bentuk biofilm. Faktor sekunder terbagi menjadi dua yaitu lokal dan sistemik. Faktor lokal disebabkan oleh debris makanan, dan faktor sistemik disebabkan oleh perubahan hormonal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat gambaran kebutuhan perawatan periodontal penderita hipertensi yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan dengan sampel pasien penderita hipertensi yang berjumlah 40 orang yang dipilih menggunakan sistem purposive sampling dengan pertimbangan tertentu berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi.

Pemeriksaan status kebutuhan perawatan periodontal dilakukan menggunakan indeks dari WHO yaitu Community Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN)

(3)

Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 7 orang (17,5%) tidak membutuhkan perawatan periodontal. Sebanyak 33 orang (82,5%) membutuhkan skeling secara professional dan perbaikan kebersihan mulut.

Daftar Rujukan : 45 (2010-2019)

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan Dihadapan tim penguji skripsi

Pembimbing : Medan, 23 Juli 2020

Tanda Tangan

Zulkarnain, drg., M. Kes

(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 23 Juli 2020

TIM PENGUJI

KETUA : Zulkarnain, drg., M.Kes

NIP: 19551020 198503 1 001 ……….

ANGGOTA :

1. Irma Ervina, drg., Sp. Perio(K)

NIP: 197107021996012001 ……….

2. Rini Octavia Nasution, drg., SH., M.Kes., Sp.Perio(K)

NIP: 197810022003122005 ……….

Mengetahui, Plt Ketua Departemen

Aini Hariyani Nasution, drg., Sp. Perio NIP: 19780130 200212 2 002

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ Kebutuha Perawatan Periodontal Pada Pasien Hipertensi di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, pengarahan dan saran-saran dari berbagai pihak. Penulis ingin menyampaikan ribuan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Muhammad Shaleh Usnain Butar Butar dan Ibunda Suriani yang sering memberi doa, dukungan, motivasi kasih sayang yang tiada putus-putusnya.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, motivasi, saran, dukungan dan nasehat dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., RKG(K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatra Utara.

2. Prof. Sondang Pintauli, drg., PhD., selaku pembantu Dekan I FKG USU yang telah memberikan izin untuk penelitian ini.

3. Drg. Aini Hariyani Nasution, drg., Sp.Perio, selaku Ketua Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatra Utara.

4. Zulkarnain, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing penulis yang dengan sabar telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing, memberikan arahan, motivasi penulis secara terus menerus hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Irma Ervina, drg., Sp.Perio(K) dan Rini Octavia Nasution, drg., SH., M.Kes., Sp.Perio (K) sebagai dosen penguji.

(7)

6. Drg. Eddy Dahar, M.Kes, selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa membimbing dan memotivasi penulis selama menjalani pendidikan akademik.

7. Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatra Utara terutama staf dan pegawai di Departemen Periodonsia dan RSUP H.

Adam Malik Medan, khususnya poli hipertensi yang telah banyak membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian ini.

8. Wilda Hafni Lubis, drg., M.Si, selaku Ahli Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan Sumatra Utara yang telah memberikan masukan dan arahan kepada peneliti dan telah memberikan persetujuan dari Komisi Etik untuk melaksanakan penelitian.

9. Sahabat-sahabat yang penulis sayangi Dina Maulidina, Mutia Firenza, Nicki Sefanny, Dwi Ovie, Deya Ramadhany, Nina Nurhaida, Dhea Hutabarat, Hogla Sembiring, Ruth Cristine, Tesya Indah, Gemonia, Putri Annisa, Putri Nill Hakim.

Teman-teman seperjuangan di Departemen Periodonsia Mar’atun Salamah, Santa Elisa dan seluruh teman-teman FKG USU angkat 2016 yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu, mendukung, dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Medan, 23 Juli 2020 Penulis,

Enny Lunarny Butar Butar NIM. 160600043

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR… ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1. Manfaat Teoritis ... 3

1.4.2. Manfaat Praktis ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Hipertensi ... 4

1.1.1. Definisi ... 4

1.1.2. Klasifikasi ... 4

1.1.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Hipertensi ... 5

1.1.4. Penatalaksanaan Hipertensi ... 8

1.2. Jaringan Periodontal ... 9

1.3. Penyakit Periodontal ... 9

2.3.1 Gingivitis ... 10

2.3.2 Periodontitis ... 10

1.4. Faktor Risiko Penyakit Periodontal ... 10

1.5. Hubungan Kondisi Klinis Periodontal dan Hipertensi ... 12

1.5.1. Inflamasi ... 13

1.5.2. Infeksi Oral ... 13

1.5.3. Stres Oksidatif ... 14

1.5.4. Disfungsi Endotel ... 14

1.6. Community Periodontal Index of Treatment Need (CPITN) ... 15

(9)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

2.1. Jenis Penelitian ... 19

2.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

2.2.1. Lokasi Penelitian ... 19

2.2.2. Waktu Penelitian ... 19

2.3. Populasi dan Sampel... 19

2.3.1. Populasi ... 19

2.3.2. Sampel ... 19

2.3.3. Besar Sampel ... 20

2.4. Kriteria Inkluasi dan Eksklusi ... 20

2.4.1. Kriteria Inklusi ... 20

2.4.2. Kriteria Eksklusi ... 20

2.5. Variable dan Definisi Operasional ... 20

2.5.1. Variabel ... 20

2.5.2. Definisi Operasional ... 21

2.6. Alat dan Bahan Penelitian... 21

2.6.1. Alat ... 22

2.6.2. Bahan ... 22

2.7. Prosedur Penelitian ... 23

2.7.1. Cara Kerja Penelitian ... 23

2.8. Alur Penelitian ... 24

2.9. Pengolahan Data ... 25

2.10. Analisis Data ... 25

2.11. Etika Penelitian ... 25

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Data Gemografis Subjek Penelitian……… 26

4.2 Indeks Kebutuhan Perawatan Periodontal (CPITN)……… 27

BAB 5 PEMBAHASAN………. 30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan………. 33

6.2. Saran……… 34

DAFTAR PUSTAKA ... 31 LAMPIRAN

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Gambar Sekstan CPITN ... 16

2. Alat Penelitian… ... 22

3. Bahan Penelitian… ... 22

4. Pengisian Kuesioner dan Informed Consent ... 23

5. Pemeriksaan CPITN Pada Pasien… ... 24

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Klasifikasi tekanan darah pada usia dewasa 18 tahun ke atas

menurut JNC 7…... 5 2. Skor untuk berbagai tingkatan kondisi jaringan

Periodontal ... 16 3. Variabel dan Defenisi Oprasional ... 21 4. Data Demografis Pasien Penderita Hipertensi

di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan… ... 26 5. Dastribusi dan Status Periodontal... 27 6. Distribusi dan Kebutuhan Perawatan Periodontal ... 28

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Lembar penjelassan kepada subjek penelitian 2. Informed Consent

3. Kuesioner Penelitian 4. Biodata Peneliti 5. Justifikasi Anggaran 6. Jadwal Kegiatan Skripsi 7. Ethical Clearance

8. Surat Izin Penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan 9. Hasil analisis data SPSS

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi atau yang dikenal dengan nama penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah di atas ambang batas normal yaitu 120/80 mmHg.1 Umumnya, seseorang dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan darah sudah lebih dari 140/90 mmHg.2 Tekanan darah merupakan gaya yang diberikan darah terhadap dinding pembuluh darah dan ditimbulkan oleh desakan darah terhadap dinding arteri ketika darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Pada keadaan hipertensi, tekanan darah meningkat yang ditimbulkan karena darah dipompakan melalui pembuluh darah dengan kekuatan berlebih.3

Penyakit hipertensi tahun ketahun mengalami peningkatan. Sebanyak 1 milyar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa menderita penyakit ini. Bahkan, diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 milyar menjelang tahun 2025.

Kurang lebih 10-30% penduduk dewasa di hampir semua negara mengalami penyakit hipertensi, dan sekitar 50-60% penduduk dewasa dapat dikategorikan sebagai mayoritas utama yang status kesehatannya akan menjadi lebih baik bila dapat dikontrol tekanan darahnya.1 Peningkatan tekanan darah dapat mengakibatkan penurunan usia harapan hidup seseorang. Terkontrolnya tekanan darah sistolik dapat menurunkan risiko kematian, penyakit kardiovaskular, strok, dan gagal jantung.2

Data World Health Organization (WHO) 2014 menunjukkan bahwa prevalensi keseluruhan peningkatan tekanan darah pada orang dewasa berusia lebih dari 18 tahun ialah sekitar 22%.2 Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 ialah sebesar 25,8% dan pada tahun 2018 prevalensi hipertensi di Indonesia mengalami peningkatan menjadi 34,1%. Pada provinsi Sumatra Utara prevalensi hipertensi ialah 29,1%. Data yang didapatkan berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) melalui pengukuran tekanan darah pada orang dewasa lebih dari 18 tahun.4

(14)

Ditinjau dari sisi kedokteran gigi, penyakit hipertensi memiliki manifestasi terhadap rongga mulut salah satunya terhadap kondisi periodontal. Penyakit hipertensi merupakan salah satu penyakit sistemik yang menjadi faktor risiko terjadinya penyakit periodontal. 5 Penyakit periodontal merupakan penyakit peradangan yang terdiri dari berbagai kondisi yang mempengaruhi struktur pendukung gigi seperti gingiva, sementum, tulang alveolar, dan ligamen periodontal yang dapat menyebabkan kehilangan gigi dan berkontribusi terhadap peradangan sistemik.6

Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit rongga mulut yang paling sering terjadi di dunia yang disebabkan oleh adanya plak pada permukaan gigi.7 Hasil survei Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2018 menunjukkan bahwa 74,1% penduduk Indonesia mengalami penyakit periodontal.4 Peran infeksi periodontal pada patogenesis penyakit sistemik terkait dengan kemudahan penyebaran komponen toksik ke sirkulasi darah sistemik dan organ-organ tubuh yang lain. Infeksi periodontal bukan hanya merupakan infeksi lokal, melainkan dapat berefek pada terjadinya infeksi sekunder yang bersifat sistemik, yang berpotensi membahayakan kehidupan.8

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara status periodontal dan hipertensi. Hubungan antara hipertensi dan penyakit periodontal meliputi adanya inflamasi, infeksi oral, stress oksidasi, disfungsi endotel, dan adanya faktor risiko yang sama antara penyakit periodontal dengan hipertensi.9 Selain plak dental sebagai penyebab utama penyakit periodontal, ada beberapa faktor yang menjadi faktor risiko penyakit periodontal. Secara umum faktor risiko penyakit periodontal adalah kebersihan rongga mulut, merokok, umur, obesitas, jenis kelamin, dan penyakit -sistemik.10

Penggunaan obat antihipertensi sangat beragam bagi penyandang hipertensi mulai dari diuretik, penyakit reseptor beta adrenergic (β-blockers), penghambat angiotensin converting enzyme (ACE inhibitors) dan antagonis kalsium. Obat antihipertensi menimbulkan efek samping dalam rongga mulut, salah satunya ialah xerostomia atau mulut kering.11 Xerostomia adalah suatu keadaan dimana sekresi

(15)

fungsi saliva sebagai pertahanan mukosa terganggu, dan hal ini memudahkan tejadinya infeksi dalam rongga mulut yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit periodontal.12

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang kebutuhan perawatan periodontal pada pasien penderita hipertensi di RS Adam Malik.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dibuat rumusan masalah yaitu bagaimana status dan kebutuhan perawatan periodontal pada pasien hipertensi yang dirawat di RS Umum Pusat H Adam Malik.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu untuk melihat gambaran kebutuhan perawatan periodontal pasien hipertensi yang dirawat di RS Adam Malik.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian dapat memberi informasi dan ilmu pengetahuan khususnya kepada Klinik Priodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) FKG USU mengenai kebutuhan perawatan periodontal pada pasien hipertensi.

2. Bagi peneliti diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengembangan kemampuan dalam melakukan penelitian serta sebagai bahan masukan untuk penelitian- penelitian di masa yang akan datang.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Dapat menambah wawasan bagi peneliti khususnya bagi dokter gigi dan instansi lain terkait kebutuhan perawatan periodontal pada pasien hipertensi.

2. Memberikan informasi bagi masyarakat umum yang menderita hipertensi untuk lebih memperhatikan kondisi rongga mulut terutama kondisi periodontal.

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi

Hipertensi merupakan manifestasi gangguan keseimbangan hemodinamik sistem kardiovaskular, yang mana patofisiologinya adalah multi faktor, sehingga tidak bisa diterangkan hanya dengan satu mekanisme tunggal.13 Menurut Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure 7 report 2003, tekanan darah yang dianggap normal adalah kurang dari 120 mmHg untuk tekanan darah sistolik dan 80 mmHg untuk tekanan darah diastolic, diagnosis hipertensi ditegakkan apabila didapatkan tekanan darah sistolik (TSD) ≥140 mmHg dana tau tekanan darah diastolik (TDD) ≥90 mmHg 14

2.1.2 Klasifikasi

Ada beberapa klasifikasi hipertensi antara lain berdasarkan penyebab, berdasarkan bentuk dan berdasarkan nilai tekanan darah. Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebab terdiri dari hipertensi primer atau hipertensi esensial dan hipertensi sekunder atau hipertensi nonesensial.14 Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (idiopatik), meskipun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Hipertensi jenis ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol. Sedangkan hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya dan terjadi sekitar 2-10%

kasus.15

Adapun klasifikasi tekanan darah oleh Joint National Committee 7 (JNC 7) (Tabel 2.1).

(17)

Tabel 2.1. Klasifikasi tekanan darah pada usia dewasa 18 tahun ke atas menurut JNC 7.15

Klasfikasi Tekanan Darah

Tekanan Darah Sistolik (mmHg)

Tekanan Darah Diastolik (mmHg)

Normal <120 <80

Prehipertensi 120-139 80-90

Hipertensi Derajat 1 140-159 90-99

Hipertensi Derajat 2 ≥160 ≥100

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Hipertensi

Pada umumya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tahanan perifer.

Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi antara lain : 1. Umur

Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Angka insiden hipertensi sangat tinggi terutama pada populasi lanjut usia, usia di atas 60 tahun, dengan prevalensi mencapai 60% sampai 80% dari populasi lansia.13 Hal ini sesuai dengan Depkes RI yaitu tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur, disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku, sebagai akibat adalah meningkatnya tekanan darah sistolik.16 Pada umur >40 tahun elastisitas arteri mulai berkurang, sehingga menjadi lebih mudah arterosklerosis dan rentan terkena hipertensi.

Sedangkan pada umur 18-40 tahum, semangat kegiatan dan aktifitas fisik tinggi, sehingga kondisi kesehatan masih baik.17

2. Genetik

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga tersebut mempunyai risiko menderita hipertensi.13 Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potassium terhadap

(18)

sodium individu dengan orangtua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.3

3. Obesitas

Salah satu faktor risiko hipertensi yang sering ditemukan adalah obesitas.3 Pada obesitas, tahanan perifer berkurang sedangkan saraf simpatis meninggi dengan aktifitas renin plasma yang rendah. Daya pompa jantung dan sikrulasi volume darah penderita hipertensi lebih tinggi pada penderita obesitas dibandingkan dengan penderita hipertensi dengan badan normal.18 Menurut Hall tahun 1994 perubahan fisiologis dapat menjelaskan hubungan antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal.15

4. Jenis kelamin

Jenis kelamin juga salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah.

Berdasarkan penelitian sebelumnya perempuan cenderung menderita hipertensi dibandingkan laki-laki. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause salah satunya adalah penyakit jantung koroner. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis.3 Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45- 55 tahun. Pada umur 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria yang diakibatkan faktor hormonal.19

5. Stress

(19)

Stress dapat meningkatkan tekanan darah sewaktu. Hormon adrenalin akan meningkat sewaktu kita stress, dan itu bisa mengakibatkan jantung memompa darah lebih cepat sehingga tekanan darah pun meningkat.3 Stres diduga melalui aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja saat beraktivitas). Peningkatan aktivitas saraf simpati mengakibatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). Gangguan kepribadian yang bersifat sementara dapat terjadi pada orang yang menghadapi keadaan yang menimbulkan stres. Apabila stres berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap.17

6. Kurang olahraga

Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu.20 Kurangnya aktivitas fisik menaikkan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuatan yang mendesak arteri.3

7. Pola asupan garam dalam diet

Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO) merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari. Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena menarik cairan di luar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah.17 Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat.

Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik keluar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi.3

(20)

8. Kebiasaan merokok

Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis.3 Rokok mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh darah di ginjal sehingga peningkatan tekanan darah. Jika terdapat gangguan vasodilator maka akan terjadi vasokontriksi sehingga tahanan perifer meningkat. Hal inilah yang menyebabkan hipertensi.21

2.1.4 Penatalaksanaan Hipertensi

Penanganan Hipertensi menurut JNC VII bertujuan untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskuler dan ginjal.14 Fokus utama dalam penatalaksanaan hipertensi adalah pencapaian tekanan sistolik targer <140/90 mmHg.3 Pencapaian tekanan darah target secara umum dapat dilakukan dengan dua cara sebagai berikut:

a. Terapi Farmakologis

Menurut Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure 7 (JNC-7) pengobatan farmakologi terdiri dari lini pertama dan lini kedua. Lima golongan obat lini pertama yang direkomendasikan yaitu diuretik tiazid, calcium channel blocker, Angiotensin-Convering Enzyme (ACE) inhibitors, dan angiotensin receptor blockers. Sedangkan golongan obat lini kedua adalah beta blockers, aldosterone antagonist, alpha-blockers, dan renin inhibitors.3

Masing-masing obat antihipertensi memiliki efektivitas dan keamanan dalam pengobatan hipertensi. Untuk pemilihan obat antihipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : faktor sosio ekonomi, profil faktor kardiovaskular, ada tidaknya kerusakan organ target, ada tidaknya penyakit penyerta, variasi individu dari respon pasien terhadap obat antihipertensi, kemungkinan adanya interaksi obat dengan obat yang digunakan pasien untuk penyakit lain, bukti ilmiah kemampuan obat antihipertensi yang akan digunakan dalam menurunkan resiko kardiovaskular.22

(21)

Pemberian obat antihipertensi merupakan pengobatan jangka panjang sehingga cenderung menimbulkan efek samping. Efek samping pengobatan antihipertensi bisa dihindari dengan menggunakan dosis rendah, baik tunggal maupun kombinasi.14 Tetapi jika tekanan darah tidak mencapai target yang diharapkan selama 1 bulan maka dosis obat dapat ditingkatkan atau dapat digunakan kombinasi obat. Hampir sebagian penderita memerlukan kombinasi anti hipertensi untuk mencapai target tekanan darah, tetapi pengobatan kombinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan dan menurunkan kepatuhan pasien karena jumlah obat yang harus diminum bertambah.22

b. Terapi Non Farmakologis

Terapi nonfarmakologis atau biasa disebut terapi alternatif pada dasarnya merupakan tindakan yang bersifat pribadi dan tidak menimbulkan pengaruh yang buruk. Terapi non farmakologis terdiri dari menghentikan kebiasaan merokok, menurunkan berat badan berlebih, konsumsi alkohol berlebih, asupan garam dan lemak berlebih, dan meningkatkan latihan fisik serta meningkatkan konsumsi buah dan sayur.3 Penatalaksanaan nonfarmakologis dapat digunakan sebagai pelengkap untuk mendapatkan pengobatan farmakologis yang lebih baik serta terbukti dapat mengontrol dan mempertahankan tekanan darah agar tidak semakin meningkat. Contoh terapi non formakologis seperti terapi herbal, terapi nutrisi, relaksasi progresif, meditasi, terapi tawa, akupuntur, akupresur, hidroterapi, dan aromaterapi.22

2.2 Jaringan Periodontal

Jaringan periodontal merupakan jaringan pendukung yang terdapat disekeliling gigi. suatu jaringan yang terdiri dari jaringan pendukung gigi yaitu gingiva, ligament periodontal, sementum dan tulang alveolar. Fungsi secara umum jaringan periodontal adalah sebagai kesatuan yang menjaga gigi tetap pada posisinya, dalam berbagai macam respon selama proses pengunyahan. 23

2.3 Penyakit Periodontal

Penyakit periodontal merupakan penyakit gigi dimana kehilangan struktur kolagen pada daerah yang menyangga gigi, sebagai respon dari akumulasi bakteri di

(22)

jaringan periodontal.24 Penyebabnya terletak pada proses kumulatif, yang akibatnya dapat diperhitungkan dari ukuran akumulasi plak dan lamanya plak terakumulasi.

Penyakit periodontal diklasifikasikan atas gingivitis dan periodontitis. Gingivitis merupakan inflamasi gingiva yang hanya meliputi jaringan sekitar gigi, sedangkan periodontitis adalah inflamasi kronis yang dapat menyerang gingiva dan jaringan pendukung lain.25

2.3.1 Gingivitis

Gingivitis merupakan salah satu kelainan periodontal yang sering ditemui.

Gingivitis juga merupakan sebuah reaksi inflamasi dari gingival yang disebabkan oleh akumulasi biofilm pada plak di sepanjang margin dan respon host inflamasi terhadap produk bakteri.26 Gambaran klinis gingivitis yang disebebkan oleh plak yaitu tepi gingiva yang berwarna kemerahan sampai merah kebiruan, pembesaran kontur gingiva karena adema dan mudah berdarah saat ada stimulasi seperti saat makan dan menyikat gigi.27

2.3.2 Periodontitis

Periodontitis adalah suatu infeksi campuran dari mikroorganisme yang menyebabkan infeksi dan peradangan jaringan pendukung gigi, biasanya menyebabkan kehilangan tulang dan ligamen periodontal. Kondisi periodontitis yang parah ditandai dengan hilangnya perlekatan gingiva dengan gigi sehingga terjadi resesi gingiva serta kehilangan tulang alveolar dan gigi yang diakibatkan akumulasi sel-sel inflamasi.28 Gambaran klinis periodontitis adalah terjadinya perubahan warna menjadi merah terang, disertai dengan pembengkakan margin. Pendarahan saat probing dan terjadi kedalaman probing ≥ 4mm disebabkan oleh migrasi epitel penyatu ke apikal.29

2.4 Faktor Risiko Penyakit Periodontal

Selain plak dan kalkulus yang menjadi penyebab utama penyakit periodontal, ada beberapa faktor yang dapat menjadikan terjadinya penyakit periodontal.

a. Plak Bakteri

(23)

Ada beberapa macam plak bakteri, tetapi yang berhubungan dengan penyakit periodontal menjadi dua tipe utama. Tipe plak pertama yang pertama terdiri dari mikroorganisme yang padat, menumpuk, dan berkolonisasi tumbuh dan melekat kepermukaan gigi.30 Mikroorganisme yang berperan yaitu Tanerella forsythia, Pophyromona gingivalis, Treponema denticola. Bakteri yang berkolonisasi adalah bakteri gram negatif. Tipe plak ini berupa plak supragingiva dan subgingiva. Plak yang mengandung mikroorganisme patogenik ini berperan penting dalam menyebabkan dan memperparah infeksi periodontal.29

b. Kebersihan Rongga Mulut

Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa penyakit periodontal berhubungan dengan kondisi kebersihan mulut. Peradangan pada periodontal juga akan semakin parah jika kondisi oral hygiene buruk.21

c. Merokok

Kebiasaan merokok dapat menyebabkan perubahan vaskularisasi dan sekresi saliva akibat panas yang dihasilkan asap rokok. Perubahan vaskularisasi akibat merokok dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah kapiler dan infiltrasi agen-agen inflamasi sehingga dapat terjadi pembesaran pada gingiva. Kondisi ini diikuti dengan bertambahnya limfosit dan magrofag. Tar yang terkandung dalam asap rokok dapat mengendap dan menyebabkan permukaan gigi menjadi kasar, sehingga dilekati dengan plak dan bakteri. Invasi kronis bakteri plak dibawah margin gingiva mengakibatkan terjadinya gingivitis yang dapat berlanjut menjadi periodontitis.21 Selain bahannya, frekuensi merokok juga terbukti mempunyai hubungan kuat dengan status jaringan gingiva, kerusakan jaringan periodonsium serta tingkat keparahan periodontitis.

Semakin merokok dan banyak rokok dikonsumsi, maka risiko penyakit periodontal akan semakin tinggi dan kerusakan jaringan semakin hebat.31

d. Penyakit Sistemik

Secara umum penyakit sistemik tidak dapat menimbulkan penyakit periodontal tetapi dapat mempercepat perkembangan terhadap kerusakan periodontal yang ditimbulkan. Terdapat tiga mekanisme atau jalur yang diduga menghubungkan infeksi periodontal dengan perannya sebagai efek sistemik, yaitu metastatic infection,

(24)

metastatic injury, dan metastayic inflammation.8 Pada pasien penderita diabetes militus memiliki kecenderungan peningkatan kadar glukosa darah yang berpengaruh terhadap keparahan penyakit periodontal. Keadaan DM juga menyebabkan penurunan fungsi polimorfonuklear (PMNs) yang dapat meningkatkan derajat keparahan dekstruksi jaringan periodontal. Menurut penelitian yang dilakukan Bridge dkk menunjukkan bahwa keparahan periodontitis pada penderita DM lebih besar dibandingkan penderita non DM terutama dengan kontrol glikemik yang buruk.32

e. Umur

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa keparahan penyakit periodontal akan meningkat seiring dengan pertmbahan usia sehingga berpotensi akan mengalami kehilangan perlekatan jaringan dan hal ini akan mengakibatkan semakin meningkatnya kejadian kehilangan gigi. Berbagai perubahan yang terjadi pada usia lanjut mengakibatkan lemahnya daya tahan jaringan periodontal terhadap iritasi, terutama bakteri plak.33

f. Stres

Stress juga berpengaruh terhadap terjadinya penyakit periodontal. Saat stress muncul, kadar hormone kortisol akan meningkat, dan sistem kekebalan akan terganggu sehingga bakteri dan virus akan leluasa menyerang gingiva atau mulut penderita.29 Setelah terjadi peningkatan kortisol akan kehilangan kemampuan untuk menghambat respon inflamasi yang diinisiasi oleh reaksi imun, sehingga destruksi inflamasi terjadi terus menerus pada jaringan periodontal sehingga mengakibatkan resorpso tulang, kerusakan jaringan, kehilangan perlekatan, serta dapat menghambat peyembuhan luka.34

2.5 Hubungan Kondisi Klinis Periodontal dan Hipertensi

Penelitian sebelumnya mendapatkan hasil bahwa tekanan darah sistolik meningkat progresif sejalan dengan keparahan penyakit periodontal, sedangkan tekanan darah diastolik tidak menunjukkan perubahan yang signifikan.13 Adanya kemungkiman hubungan rasional antara hipeertensi dan penyakit periodontal

(25)

didasarkan pada penemuan yang menunjukkan bahwa keduanya merupakan proses peradangan. Hipertensi dan penyakit periodontal merupakan suatu penyakit peradangan yang ditandai dengan meningkatnya CRP, IL-6, IL-1β, dan Tumour Necrosis Factor Alpha (TNF-α) dan Angiotensin II (Ang II).10 Menurut Angeli tahun 2003 menyatakan bahwa tekanan darah sistolik meningkat secara progresif seiring dengan keparahan penyakit periodontal. Pada penderita hipertensi, jantung yang hipertrofi dan jaringan periodontal mempunyai disfungsi mikrosirkulasi yang sama.

Tekanan darah yang berlebihan akan menginduksi perkembangan hipertrofi ventrikel kiri dan secara umum dapat menyempitkan diameter lumen pembuluh darah mikro.

Akibat dari penyempitan pembuluh darah mikro ini adalah iskemia pada jaringan jantung dan periodontal.13

Peyakit periodontal dan hipertensi dihubungkan oleh adanya inflamsi, infeksi oral, stress oksidatif, dan disfungsi endothelial.9

2.5.1 Inflamasi

Hipertensi dan penyakit periodontal adalah dua penyakit yang terlihat tidak mempunnyai hubungan. Namun, Penyakit periodontal terutama periodontitis adalah infeksi kronis yang mengarah ke peradangan, sehingga penyakit periodontal akhir- akhir ini telah berkembang sebagai faktor risiko hipertensi. Respon inflamasi pada penderita periodontitis merupakan faktor yang dapat diberikan efek terhadap regulasi tekanan darah.9 Tingkat serum High sensitivity CRP (hs-CRP) merupakan sebuah reaktan fase akut yang dapat memprediksi adanya penyakit kardiovaskular akan meningkat pada pasien yang menderita penyakit periodontal dan menurun setelah dilakukan perawatan periodontal.35

Beberapa mediator inflamasi pada hipertensi dan penyakit periodontal ditandai dengan meningkatnya CRP, IL-6, IL-1β, dan Tumour Necrosis Factor Alpha (TNF-α) dan Angiotensin II (Ang II).13

2.5.2 Infeksi Oral

Infeksi bakteri periodontal juga terlibat dalam perkembangan hipertensi.

Sekelompok mikroorganisme yang banyak dijumpai pada periodontitis adalah P.

(26)

gingivalis,F. nucleatum, A. actinomycetemcomitans, P. micros, Treponema, dan spesies Eubacterium.13 Bakteri yang dominan pada periodontitis adalah bakteri gram negative yanag melepaskan lipopolisakarid (LPS) yang merusak jaringan gingiva kemudian masuk kedalam sirkulasi sistemik. Selanjutnya bakteri tersebut menyerang arteri sehingga menyebabkan peradangan pada pembuluh darah. P. gingivalis dapat menyebabkan aktivitas sel endotel dan trombosit aktivitas sel endotel ini juga terlibat dalam patogenesis hipertensi.9

2.5.3 Stres Oksidatif

Stress oksidatif adalah ketidakseimbangan antara radikal bebas atau prooksidan dan antioksidan yang dipicu oleh adanya dua kondisi umum yaitu kurangnya antioksidan serta kelebihan produksi radikal bebas. Stres oksidatif dapat menyebabkan kerusakan oksidatif mulai dari tingkat sel, jaringan hingga ke organ tubuh, dan mengakibatkan terjadinya percepatan proses penuaan dan munculnya berbagai patogenesis penyakit. Reaktif oksiden seperti anion superksida dan hydrogen peroksida merupakan molekul reaktif kimia yang dapat merusak komponen selular seperti membran lipid, asam nukleat, dan protein.9

Periodontitis menginduksi produksi reaktif oksigen yang berlebihan di jaringa periodontal. Oleh sebab itu, reaktif oksigen terlibat dalam pathogenesis kerusakan jaringan periodontal. Hal ini menyebabkan reaktif oksigen akan masuk ke sirkulasi sistemik yang dapat mengakibatkan rusaknya berbagai organ. Oleh karena itu peningkatan stres oksidatif yang ditimbulkan oleh periodontitis dapat merugikan kesehatan sistemik.36

2.5.4 Disfungsi Endotel

Penyakit periodontal dapat meningkatkan risiko hipertensi oleh karena terjadinya disfungsi endotel. Mekanisme yang dapat menjelaskan hubungan antara hipertensi dan penyakit periodontal adalah disfungsi endotel yang berperan penting dalam terjadinya hipertensi. Adanya peradangan atau stress oksidatif dapat merusak

(27)

merugikan pada sistem aliran darah. Kerusakan matriks ekstraseluler menyebabkan terjadinya perubahan structural dan fungsional yang mempengaruhi adhesi sel dan poliferasi sel sehingga menyebabkan penurunan elastisitas dari aorta yang berperan terhadap terjadinya hipertensi.9

2.6 Indeks Kebutuhan Perawatan Periodontal Komunital (Community Periodontal Index of Treatment Needs- CPITN)

Community Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN) adalah indeks resmi yang digunakan oleh WHO untuk mengukur kondisi jaringan periodontal serta perkiraan akan kebutuhan perawatannya dengan menggunakan prob WHO.

Pengukuran tersebut adalah: (a) untuk mendapatkan data tentang status periodontal masyarakat; (b) untuk merencakan program kegiatan penyuluhan; (c) untuk

menentukan kebutuhan perawatan, meliputi jenis tindakan, besar beban kerja, dan kebutuhan tenaga, dan (d) memantau kemajuana kondisi periodontal individu.37 Prinsip-prinsip kerja CPITN ada beberapa hal yaitu

1. Menggunakan sonde khusus yang disebut WHO Periodontal Examining Probe.38,39

Untuk mengetahui kondisi jaringan periodontal, digunakan sonde khusus yang ujungnya berupa bola kecil yang berdiameter 0,5 mm. Sonde ini dimasukkan ke dalam sulkus gingiva untuk melihat adanya perdarahan, kalkulus dan kedalaman poket. Pada poket dengan kedalaman antara 3,5–5,5 mm, sebagian warna hitam masih terlihat, sedangkan pada kedalaman poket 6 mm atau lebih, maka seluruh bagian sonde yang berwarna hitam sudah tidak terlihat.37,38

2. Terdapat sektan yang meliputi 6 buah sektan

Untuk memperoleh penilaian CPITN digunakan sektan yang meliputi 6 regio, yaitu : sektan 1: gigi 16/17 kanan maksila, sektan 2: gigi 11 kanan maksila, sektan 3:

gigi 26/27 kiri maksila, sektan 4: gigi 46/47 kanan mandibula, sektan 5: gigi 31 kiri mandibula, sektan 6: gigi 36/37 kiri mandibula. Penilaian untuk satu sektan adalah keadaan yang terparah/skor yang paling tinggi.38

(28)

47/46 31 36/37 Gambar 2.1 Sektan CPITN.38

3. Terdapat gigi indeks

Untuk mendapatkan penilaian keadaan jaringan periodontal tidak semua gigi perlu diperiksa, melainkan hanya beberapa gigi saja yang disebut gigi indeks. Gigi indeks yang harus diperiksa adalah molar pertama kanan dan kiri maksila, insisivus pertama kanan maksila, molar pertama kanan dan kiri mandibula, dan insisivus pertama kiri mandibula. Pemeriksaan dilakukan pada enam permukaan yaitu: mesiobukal, midbukal, distobukal, mesiolingual, midlingual dan distolingual.38,39

4. Penilaian kebutuhan perawatan periodontal dengan indeks CPITN : Tabel 2.2 Penilaian kebutuhan perawatan periodontal dengan indeks CPITN.33,38

Skor Status Periodontal Skor Kebutuhan Perawatan 0 Sehat, tidak ada pendarahan

pada saat probing

0 Tidak membutuhkan perawatan periodontal

1 Pendarahan gingiva pada saat probing

1 memerlukan perbaikan kebersihan mulut

2 Kalkulus supra dan subgingiva 2 Memerlukan skeling secara professional dan perbaikan 3 Poket sedalam 3,5-5,5 mm kebersihan mulut

4 Poket periodontal dengan kedalaman lebih dari 6 mm

3 Memerlukan perawatan kompleks, skeling secara professional dan perbaikan kebersihan mulut

(29)

Penurunan elastisitas aorta Mediator

inflamasi:

CRP, IL-6, IL-1β, dan Tumour Necrosis Factor Alpha (TNF-α) dan (Ang II).

Bakterimia

Vasokontriksi pembuluh

darah 2.7 Kerangka Teori

Reaktif oksigen

Disfungsi Endotel Infeksi

Stres Oksidatif Inflamasi

Proses Inflamasi Meningkat Plak

Patogen Periodontal

Penyakit Periodontal

(30)

2.8 Kerangka Konsep

Kebebutuhan Perawatan Periodontal Penderita Hipertensi

(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif untuk mengetahui gambaran frekuensi dan persentase dari kebutuhan perawatan periodontal pada pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.

Pemilihan RSUP H. Adam Medan sebagai lokasi penelitian dikarenakan rumah sakit ini mempunyai pasien penderita hipertensi yang banyak sehingga terjangkau bagi peneliti untuk mendapatkan subjek penelitian.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan selama 1 bulan.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah pasien penderita hipertensi di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian ini adalah penderita hipertensi di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan yang ditetapkan dalam dua kriteria, yaitu kriteria inklusi dan kriteria ekslusi. Teknik yang dilakukan pada penelitian ini adalah teknik purposive sampling dimana pemilihan subjek berdasarkan atas petimbangan subjektif.

(32)

3.3.3 Besar Sampel

n = 2 . P . Q d2

1,962. 0,5 . 0,5 n = (0,2)2

0,96 n = 0,0289 n = 40

Keterangan:

n = jumlah sampel minimal

p = proporsi dari penelitian sebelumnya d = perbedaan proporsi yang diharapkan = 0,2

q = 1-P = 50%

z = nilai z interval kepercayaan 1-α/2 atau batas kemaknaan α (α= 0,05 adalah 1,96)

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.4.1 Kriteria Inklusi

1. Menderita hipertensi dilihat dari rekam medik 2. Bersedia menjadi subjek penelitian

3. Telah menyetujui dan menandatangani Informed Concent yang diberikan 4. Terdapat gigi indeks di setiap sektan

3.4.2 Kriteria Eksklusi

1. Tidak besedia berpartisipasi dalam penelitian

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel

(33)

3.5.2 Definisi Operasional NO. Variabel Definisi

Oprasional

Alat Ukur Hasil Pengukuran Skala ukur 1 Kebutuhan

Perawatan Periodontal

Suatu keadaan pada jaringan periodontal yang

memperlihatlan kondisi sehat, pendarahan pada gingiva, terdapat karang gigi, poket dangkal, poket dalam, dan diukur berdasarkan skala indeks CPITN

Probe Periodontal

Kebutuhan Perawatan penyakit periodontal menggunakan indeks CPITN

Skor 0 = tidak

membutuhkan perawatan Skor 1 = Memerlukan perbaikan kebersihan mulut

Skor 2 = Memerlukan skeling secara professional dan perbaikan kebersihan mulut

Skor 3 = Memerlukan perawatan kompleks, skeling supra dan

subgingiva dan perbaikan kebersihan mulut

Ordinal

2 Hipertensi Pasien yang mempunyai tekanan darah

≥120/80mmHg

Hasil pengukuran Tekanan darah terakhir pada rekam medik

mmHg Nominal

3.6 Alat dan Bahan Penelitian

(34)

3.6.1 Alat 1. Kaca mulut 2. Sonde 3. Pinset

4. Probe periodontal 5. Nierbeken

6. Sarung tangan 7. Masker

8. Alat untuk mencatat

Gambar 3.1 Alat Penelitian

3.6.2 Bahan 1. Alkohol 2. Kapas 3. Tisu

4. Hand Sanitizer

Gambar 3.2 Bahan Penelitian

(35)

3.7 Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan pada pasien yang menderita penyakit hipertensi di RSUP H. Adam Malik Medan. Prosedur penelitian ini terdiri atas memilih subjek penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria ekslusi, meminta kesediaan subjek untuk dilakukan pemeriksaan. Subjek yang setuju mengikuti penelitian diberikan pertanyaan melalui kuesioner dan memberikan lembaran informed consent yang ditanda tangani oleh subjek tersebut. Selanjutnya melakukan pemeriksaan intra oral kepada penderita dan melakukan pemeriksaan periodontal dengan menggunakan prob, kemudian mencatat hasil pemeriksaan dan analisis data.

Gambar 3.3. Pengisian Kuesioner dan Informed Consent

3.7.1. Cara Kerja Penelitian

Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan suatu prob dengan ujung bulat berdiameter 0,5mm dengan area berwarna hitam sebagai skala berada pada daerah 3,5- 5,5mm yang dikenal dengan prob WHO. Sampel diperiksa berjumlah 6 gigi indeks yang meliputi gigi 16/17, 11, 26/27, 31, 36/37, dan 46/47. Penilaian untuk satu indeks adalah keadaan terparah atau yang paling tinggi. Untuk keadaan periodontal sehat, diberi skor CPITN yaitu skor 0, bila terjadi pendarahan setelah di probing diberi skor 1, bila terlihat kalkulus supragingiva/subgingiva diberi skor 2, untuk kedalam poket 3,5-5,5mm diberi skor 3 dan untuk kedalaman poket lebih dari 6mm diberi skor 4.

Keseluruhan skor yang didapatkan dari setiap segmen, ditentukan skor tertinggi untuk menentukan nilai kemaknaan CPITN.

(36)

Gambar 3.4. Pemeriksaan CPITN pada pasien.

3.8 Alur Penelitian

Skema alur penelitian yang akan dilakukan :

Ethical Clearance

Mencari sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi

Memberikan informed consent meminta kesediaan sampel untuk mengikuti penelitian dengan

memberikan lembar persetujuan

Memberikan pertanyaan-pertanyaan melalui kuesioner

Melakukan pemeriksaan terhadap gigi indeks berjumlah 6 gigi indeks yaitu meliputi gigi 16,11,26,31,36, dan 46 untuk melihat kebutuhan

perawatan periodontal

Pencatatan hasil pemeriksaan

Pengolahan dan analisis data

(37)

3.9 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dengan proses :

a. Penyuntingan data (Editing) – Kegiatan ini dimaksudkan untuk memeriksa kembali formulir data, mengecek kembali apakah data yang terkumpul sudah lengkap, terbaca dengan jelas dan tidak meragukan serta apakah ada kesalahan dan sebagainya.

b. Membuat lembaran kode (Coding Sheet) – koding dilakukan untuk mengubah data yang telah tekumpul kedalam bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode.

c. Memasukkan data (Data Enrty) – mengisi kolom-kolom lembar kode sesuai informasi yang telah didapati.

d. Tabulasi – membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan penelitian.

3.10 Analisa Data

Analisa data yang telah diperoleh diolah menggunakan sistem komputerisasi.

Analisis data dengan menggunakan statistik deskriptif untuk menyajikan data frekuensi dan presentase dari variabel penelitian yaitu kebbutuhan perawatan periodontal pada penderita hipertensi di Rumah Sakit Pusar H. Adam Malik Medan.

3.11 Etika Penelitian

Etika penelitian ini mencakup :

1. Kelayakan Etik (Ethical clearance)

Peneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian kepada komisi etik penelitian bidang kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara berdasarkan ketentuan etika yang bersifat internasional maupun nasional

2. Lembar Persetujuan (informed consent)

Peneliti melakukan pendektan dan memberikan lembar penjelasan kepada responded kemudian menjelaskan terlebih dahulu tujuan penelitian, tindakan yang akan dilakukan serta menjelaskan manfaat yang akan diperoleh dan hal-hal lain yang berkaitan dengan penelitian. Bagi responden yang setuju, maka menandatangani lembar persetujuan agar dapat berpartisipasi dalam kegiatan penelitian.

(38)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada bulan Februari s/d Maret 2020. Pemilihan subjek berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria ekslusi sebanyak 40 orang penderita hipertensi.

Hasil penelitian mengenai kebutuhan perawatan pada pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum Pusat H Adam Malik Medan akan disajikan dalam tabel berikut.

4.1 Data Demografis Subjek Penelitian

Data demografis subjek penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, usia, klasifikasi hipertensi dan obat antihipertensi dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Data demografis Pasien Penderita Hipertensi di Rumah Sakit Umum Pusat H.

Adam Malik Medan

Variabel Kelompok Pengamatan Jumlah (n=40)

Persentase (100%)

Jenis Kelamin a. Perempuan b. Laki-laki

21 19

52.5 47.5

Usia a. 20-29 tahun

b. 30-39 tahun c. 40-49 tahun d. 50-59 tahun

5 2 10 23

12.5 5.0 25.0 57.5 Klasifikasi Hipertensi a. Normal

b. Prehipertensi c. Hipertensi Derajat 1 d. Hipertensi Derajat 2

0 13 16 11

0 32.5 40.0 27.5 Obat Antihipertensi a. Amlodipine

b. Captropil c. Nifedipin d. Amlodipine dan

Captropil

15 10 6 9

37.5 25.0 15.0 22.5

(39)

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa subjek penelitian berjumlah 40 orang.

Mayoritas subjek penelitian adalah perempuan yaitu 21 orang (52,5%) sedangkan minoritas laki-laki 19 orang (47,5%).

Berdasarkan usia 20 tahun sampai 59 tahun, subjek terbanyak pada pasien hipertensi adalah usia 50-59 tahun yaitu 23 orang (57,5%), pada usia 40-49 tahun yaitu sebanyak 10 orang (25%), pada usia 20-29 tahun sebanyak 5 orang (12,5%), sedangkan yang paling sedikit adalah usia 30-39 tahun yaitu sebanyak 2 orang (5%).

Berdasarkan klasifikasi hipertensi menurut JNC-7, subjek terbanyak pada klasifikasi hipertensi adalah klasifikasi derajat 1 sebanyak 16 orang (40.0%), prehipertensi sebanyak 13 orang (32,5%) dan paling sedikit adalah klasifikasi hipertensi derajat 2 sebanyak 11 orang (27,5%).

Berdasarkan obat antihipertensi yang digunakan, subjek terbanyak mengkonsumsi obat antihipertensi amlodipine sebanyak 15 orang (37.5%), captropil sebanyak 10 orang (25,0%), kombinasi obat antihipertensi amlodipine dan captropil sebanyak 9 orang (22,5%), dan paling sedikit mengkonsumsi obat antihipertensi nifedipin sebanyak 6 orang (15,0%)

4.2 Indeks Kebutuhan Perawatan Periodontal (CPITN)

Distribusi kebutuhan perawatan periodontal (CPITN) pada subjek akan disajikan pada tabel 3 dan 4

Tabel 3. Distribusi dan status periodontal

Variabel Skor Keterangan Jumlah

(n = 40)

Persentase (100%) Status

Kondisi Periontal

0 Sehat, tidak ada poket atau pendarahan gingiva pada saat probing

7 17,5

1 Pendarahan gingiva pada saat probing 0 0

2 Kalkulus supra dan subgingiva 27 67,5

3 Poket sedalam 3,5-5,5mm 6 15

4 Poket sedalam >6mm 0 0

Total 40 100

(40)

Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa status kondisi periodontal pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan yang memiliki skor 0 sebanyak 7 orang (17,5%) yaitu kondisi rongga mulut sehat, tidak ada poket periodontal atau pendarahan gingiva pada saat probing, skor 1 adalah 0 (0%) yaitu tidak ada pasien dengan pendarahan gingiva pada saat probing, skor 2 sebanyak 27 orang (67,5%) yaitu terdapat kalkulus supra dan subgingiva, skor 3 sebanyak 6 orang (15%) yaitu terdapat poket sedalam 3,5-5,5mm pada saat probing dan skor 4 adalah 0 (%) yaitu tidak ada pasien dengan poket kedalaman >6m pada saat probing.

Tabel 4. Distribusi data kebutuhan perawatan periodontal

Variabel Skor Keterangan Jumlah (n=40)

Persentase (100%) Kebutuhan 0 Tidak membutuhkan 7 17,5 Perawatan perawatan periodontal

Periodontal 1 Membutuhkan perbaikan 0 0 (CPITN) kebersihan mulut

2 Membutuhkan skeling secara 33 82,5 professional dan perbaikan

kebersihan mulut

3 Membutuhkan perawatan 0 0

kompleks, skeling supra dan subgingiva dan perbaikan kebersihan mulut

Total 40 100

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan kebutuhan perawatan periodontal pada pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan adalah skor 0 sebanyak 7 orang (17,5%) yaitu tidak membutuhkan perawatan periodontal, skor 1 sebanyak 0(0%) yaitu tidak adanya pasien yang membutuhkan perbaikan kebersihan

(41)

mulut, skor 2 sebanyak 33 orang (82,5%) yaitu membutuhkan skeling dan perbaikan kebersihan mulut, dan skor 3 sebanyak 0 (0%) yaitu tidak adanya pasien yang membutuhkan perawatan kompleks, skeling supra dan subgingiva dan perbaikan kebersihan mulut.

(42)

BAB 5 PEMBAHASAN

Hasil dari penelitian ini bertujuan untuk melihat kebutuhan perawatan periodontal pada pasien penderita hipertensi di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa mayoritas perempuan sedangkan minoritas laki-laki. Hal tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa kejadian hipertensi pada perempuan dipengaruhi oleh kadar hormon estrogen. Hormon estrogen tersebut akan menurun kadarnya ketika perempuan memasuki usia tua (menopause) sehingga menjadi lebih rentan terhadap terjadinya hipertensi.3 Perubahan hormon pada perempuan berpengaruh terhadap jaringan periodontal. Peningkatan kadar hormonal, terutama estrogen dan progesteron menyebabkan terjadinya peningkatan risiko penyakit periodontal pada perempuan.40

Hasil penelitian berdasarkan usia menunjukkan bahwa mayoritas pada usia 50- 59 tahun telah mengalami penyakit hipertensi. Hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia yang menyebabkan adanya perubahan fisiologis dalam tubuh seperti penebalan dinding uteri akibat adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah mengalami penyempitan dan menjadi kaku. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara usia dengan terjadinya hipertensi, hal ini disebabkan oleh karena tekanan arterial meningkat sesuai dengan bertambahnya usia, terjadinya reugritasi aorta, serta adanya proses degeneratif, lebih sering pada usia tua.41 Apabila dilihat dari kondisi jaringan periodontal menurut skor tertinggi dan kebutuhan perawatan yang semakin meningkat menunjukkan hal sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa umur menjadi salah satu faktor risiko terjadinya penyakit periodontal. Semakin bertambahnya usia semakin tinggi tingkat keparahan periodontal dan kebutuhan akan perawatan juga semakin meningkat.33

Hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan klasifikasi hipertensi menunjukkan

(43)

hipertensi memiliki klasifikasi hipertensi derajat 2. Menegakkan diagnosis hipertensi diperlukan untuk menentukan terapi atau tatalaksana yang akan diambil. Terapi farmakologi pada pasien hipertensi harus sesuai dengan pola penggunaan obat antihipertensi berdasarkan tepat obat, tepat dosis, tepat indikasi dengan menggunakan standart JNC 7. Tepat obat berarti ketepatan untuk menentukan terapi setelah diagnosis ditegakkan dan harus sesuai dengan spektrum penyakit pasien. Tepat dosis berarti berdasarkan jumlah obat harus sesuai dengan standart agar dosis yang diberikan tidak berlebih atau kurang.42

Hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan obat antihipertensi yang digunakan pasien menunjukkan bahwa mayoritas pesien menggunakan obat amlodipine, sedangkan minoritas pasien menggunakan nifedipin sebagai terapi farmakologi penyakit hipertensi. Jenis obat antihipertensi yang dikonsumsi pasien hipertensi dapat berpengaruh terhadap rongga mulut seperti mulut kering dan gingiva bengkak sehingga dapat mempengaruhi kesehatan jaringan periodontal. Hal ini sejalan dengan penelitian Fadia dkk yang menyatakan bahwa penggunaan amlodipine dan nifedipin sebagai obat antihipertensi dapat menimbulkan dampak terhadap rongga mulut berupa pembesaran gingiva.43 Selain itu menurut penelitian Kumar et al, juga menyatakan bahwa obat antihipertensi terhadap rongga mulut menyebabkan adanya perdarahan gingiva dengan karakteristik kemerahan pada gingiva marginal.44

Hasil yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas pasien dengan skor CPITN pada subjek adalah skor 2 yaitu membutuhkan skeling dan perbaikan kebersihan mulut. Hal ini berarti bahwa pada sampel didapatkan adanya kalkulus pada supra dan subgingiva. Dan sedikitnya pasien dengan skor 0 pada CPITN yaitu keadaan periodontal yang sehat sehingga tidak memerlukan perawatan periodontal. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena adanya hubungan hipertensi dengan penyakit periodontal dan juga kurangnya tingkat pengetahuan akan indikasi kesehatan gigi dan mulut sehingga menyebabkan kesehatan gigi dan mulut yang kurang baik. Waktu dan teknik menyikat gigi yang tidak tepat juga dapat menjadi faktor peningkatan akumulasi plak.13,45

(44)

Hasil penelitian menunjukkan masih rendahnya jumlah subjek penelitian yang memiliki kondisi periodontal sehat. Secara klinis terbukti bahwa rongga mulut yang menderita penyakit periodontal selalu memperlihatkan adanya penimbunan plak yang jauh lebih banyak daripada kondisi rongga mulut yang sehat. Apabila plak dibiarkan lebih lama, maka akan terjadi peradangan yang meluas kejaringan yang lebih dalam yaitu menimbulkan penyakit periodontal.46 Penyakit periodontal dapat meningkatkan risiko hipertensi oleh karena terjadinya disfungsi endotel. Peradangan atau stress oksidatif dapat merusak matriks ekstraseluler yang menyebabkan terjadinya perubahan struktural dan fungsional yang mempengarui adhesi sel dan poliferasi sel sehingga menyebabkan penurunan elastisitas dari aorta yang berperan terhadap terjadinya hipertensi.9

Adanya keterbatasan dalam penelitian ini adalah sedikitnya jumlah sampel dan tidak diambilnya data penderita hipertensi yang berupa hasil pemeriksaan laboratorium sehingga tidak ada parameter yang dapat menghubungkan antara kondisi periodontal dengan hipertensi. Kondisi periodontal pada penderita hipetensi harus lebih diperhatikan kebersihan rongga mulutnya dan melakukan perawatan periodontal agar terhindar dari penyakit periodontal.

(45)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Hasil pemeriksaan status kesehatan periodontal menunjukkan mayoritas pasien penderita hipertensi memerlukan perawatan periodontal sebanyak 33 orang (82,5%) yaitu perawatan skeling dan perbaikan kebersihan rongga mulut.

6.2 Saran

1. Penderita hipertensi diharapkan mampu menjaga kebersihan rongga mulut serta rutin berkunjung ke dokter gigi untuk meningkatkan dan menjaga kebersian rongga mulut. Hal ini untuk mencegah muncul dan berkembangnya penyakit periodontal pada penderita hipertensi.

2. Dokter umum dan dokter spesialis penyakit dalam diharapkan turut serta memotivasi penderita hipertensi untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut.

3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah jumlah sampel dan disarankan untuk mengambil data pasien hipertensi yang berupa hasil pemeriksaan laboratorium.

(46)

DAFTAR PUSTAKA

1. Tarigan AR, Lubis Z, Syarifah. Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Dukungan Keluarga terhadap Diet Hipertensi di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu Tahun 2016. Jurnal Kesehatan 2018; 11(1): 9-17.

2. Sudarsono EKR, Sasmita JFA, Handyasto AB, Arissaputra SS, Kuswantiningsih N. Peningkatan Pengetahuan tentang Hipertensi Guna Perbaikan Tekanan Darah pada Anak Muda di Dusun Japanan, Margodadi, Sayegan, Sleman, Yogyakarta.

JPKM 2017; 3(1): 26-38.

3. Nuraini B. Risk Factors of Hypetension. Majority 2015; 4(5): 10-19.

4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Nasional Riskesdas. 2018:207

5. Podzimek S, Mysak J, Janatova T, et al. C-Reactive protein in peripheral blood of patients with chronic and aggressive periodontitis, gingivitis, and gingival recessions. School of Dental Medicine. 564858. Katerinska. India. 2013; 1-7 6. Kinane DF, Stathopoulou PG, Papapanou PN. Periodontal Diseases 2017. Vol 3:

1-15.

7. Paddamanabhan P. Hypertension and periodontitis-a review. World Journal of Medical Science 2014; 3(2): 105-10

8. Susilawati IDA. Periodontal infection is a “silent killer”. J.K.G. Unej 2011; 8(1):

21-6.

9. Fang Leong X, Yi Ng C, Badiah B, Das S. Association between Hypertension and Periodontitis: Possible Mechanisms. The Scientific World Journal 2014. 1-11 10. Zeigler CC, Wandimu B, Marcus C, Modeer T. Pathological periodontal pockets

are associated with raised diastolic blood pressure in obese adolescents. BMC Oral Health 2015; 15(41): 1-7.

11. Waluto FG, Wowor PM, Supit ASR. Perbedaan Laju Aliran Saliva pada Pengguna Obat Antihipertensi Amlodipin dan Kaptropil di Kelurahan Tumobui Kota Kotamobagu. Journal E-Gigi(eG) 2018; 6(1): 39-43

(47)

12. Ayuningtyas G, Harijanti K, Soemarijah S. Penurunan Sekresi Saliva dan Terjadinya Kandidosis Mulut Pada Lansia. Oral Medicine Dental Journal 2015;

1(1): 6-10

13. Sumali R, Masulili SLC, Lessang R, Sukardi I. Peran Hipertensi terhadap Mediator Peradangan dalam Perkembangan Penyakit Periodontal dan Jantung Koroner.

Majalah Kedokteran Gigi 2010; 17(1): 75-80.

14. Bin Mohd Arifin MH, Weta IW, Ratnawati NLKA. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Kelompok Lanjut Usia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Petang I Kabupaten Bandung Tahun 2016. E-Jurnal Medika 2016; 5(7): 1-23.

15. Yulanda G, Lisiswanti R. Penatalaksanaan Hipertensi Primer. Majority 2017; 6(1):

25-33.

16. Popescu S, Scrieciu M, Mercut V, et al. Hypertensive patients and their management in dentistry. Departement of Oral Rehabilitation and Dental Prosthodontics. 410740. Petru Rares. Romania. 2013; 1-7

17. Sartik, Tjekyan RMS, Zulkarnain M. Faktor-Faktor Resiko dan Angka Kejadian Hipertensi pada Penduduk Palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat 2017;

8(3): 180-91.

18. Artiyaningrum B, Azam M. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi Tidak Terkendali pada Penderita yang Melakukan Pemeriksaan Rutin.

Public Health Perspective Journal 2016; 1(1): 12-20

19. Rohkuswara TD, Syarif S. Hubungan Obesitas dengan Kejadian Hipertensi Derajat 1 di Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) Kantor Kesehatan Pelabuhan Bandung Tahun 2016. Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia 2017; 1(2): 13-8.

20. Kusumawaty J, Hidayat N, Ginanjar E. Hubungan jenis kelamin dengan intensitas hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Lakbok Kabupaten Ciamis.

Mutiara Medika. 2016; 46-51

(48)

21. Putriastuti L. Analisis Hubungan Antara Kebiasaan Olahraga dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien Usia 45 Tahun Keatas. Jurnal Berkala Epidemiologi 2016;

4(2): 225-36.

22. Ramadhani ZF, Putri DKT, Cholil. Prevalensi Penyakit Periodontal pada Perokok di Lingkungan Batalyon Infanteri 621/Manuntung Barabai Hulu Sungai Tengah, Dentino 2014; 2(2): 115-19.

23. Yugiantoro M. Pendekatan klinis hipertensi. Dalam: Buku ajar ilmu penyakit dalam. Eds: Setiati S. Alwi I. Simadibrata M, Setyohadi B, Syam AF. Edisi VI.

Jakarta:Interna Publishing: 2014;2262-95

24. Saputri D. Gambaran Radiograf pada Penyakit Periodontal. JDS 2018; 3(1): 16- 21.

25. Vikasari A, Suwandono A, Susanto HS. Gambaran Faktor Risiko Penyakit Periodontal pada Anak Jalanan dengan Eks Anak Jalanan di Kota Semarang. JKM 2016; 4(4): 298-304.

26. Tyas WE, Susanto HS, Adi MS, Udiyono A. Gambaran Kejadian Penyakit Periodontal pada Usia Dewasa Muda (15-30 Tahun) di Puskesmas Srondol Kota Semarang. JKM 2016; 4(4): 510-13.

27. Hidayati, Kuswardani, Rahayu G. Pengaruh Kebersihan Gigi dan Mulut dengan Status Gingivitis pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun 2012. Majalah Kedokteran Andalas 2012;

36(2): 215-24.

28. Andriyani PD, Apriasari ML, Putri KT. Studi Deskripsi Kelainan Jaringan Periodontal pada Wanita Hamil Trimester 3 di RSUD Ulin Banjarmasin. Dentino 2014; 11(1): 95-101.

29. Tumayan SR, Campos M, Zevallos JC, Joshipura KJ. Periodontal disease, hypertension aand blood pressure among older adults in Puerto Rico. J Periodontal 2013; 82(2): 203-11

30. Quamilla N. Stres dan Kejadian Periodontitis (Kajian Literatur). JDS 2016; 1(2):

161-68.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara koping nyeri dengan intensitas nyeri pada pasien nyeri kronis di RSUP H.. Adam Malik Medan dengan desain

Adam Malik bukan seorang dokter, tetapi nama beliau digunakan sebagai nama rumah sakit milik pemerintah Propinsi Sumatera Utara (Pempropsu). Ini dilakukan sebagai wujud

kejadian mioma uteri di RSUP Haji Adam Malik Medan. Universitas

Lampiran 4.SuratIzinPenelitian Dari RSUP Haji Adam Malik

Stres Keluarga Merawat Anggota Keluarga yang Menderita Stroke Di Poli Stroke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.. Kuesioner

Praktik kerja profesi dilaksanakan di Rumah Sakit Pusat Haji Adam Malik. Medan pada tanggal 29 Oktober - 29 November 2012 dengan jumlah

Pola Tidur dan Gangguan Tidur pada Pasien Gagal Jantung Kongestif di Rumah Sakit Umum Pusat H1. Adam

Praktek Kerja Profesi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada kedua orang