BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kesehatan reproduksi menurut Depkes RI tahun 2008 didefinisikan
sebagai suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak
semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang
berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya.
Salah satu masalah kesehatan reproduksi wanita yang patut mendapat
perhatian adalah mioma uteri karena dia adalah tumor pelvis yang paling
sering (Benson, 2013). Mioma uteri dikenal juga dengan sebutan
fibromioma, fibroid maupun leiomioma, merupakan tumor jinak yang
struktur utamanya adalah otot polos rahim. Mioma sering ditemukan pada
wanita usia reproduktif dengan prevalensi 20% dan meningkat seiring
dengan bertambahnya umur.
Kejadian mioma uteri di Indonesia sebesar 2,39%-11,70% pada
semua penderita ginekologi yang dirawat (Baziad, 2003). Penelitian
Okezie O (2006) melaporkan mioma uteri 190 diantara 1938 kasus
ginekologi dengan prevalensi 9.8%. Penelitian Bhat (2006) melaporkan
150 kasus mioma uteri, dan 77 kasus terjadi pada umur 40-49 tahun
dengan prevalensi 51% dan 45 kasus terjadi pada wanita umur lebih dari
50 tahun dengan prevalensi 30%.
Pada penelitian Brito (2014) disebutkan bahwa hanya 30% dari pasien
mioma uteri yang melaporkan adanya gejala. Menurut Prawirohardjo
(2011), gejala klinik hanya terjadi pada 35%-50% penderita mioma.
Hampir sebagian besar penderita tidak menyadari adanya kelainan pada
rahimnya. Gejala yang mungkin ditimbulkan sangat bervariasi seperti
metroragia, nyeri, menoragia, komplikasi kehamilan hingga infertilitas.
Mioma uteri menyebabkan morbiditas yang signifikan. Dari
penelitian Zimmermann et al (2012) didapatkan hasil bahwa 53% dari
21.746 wanita yang menjadi responden melaporkan bahwa gejala mioma
uteri memberi dampak negatif pada kehidupan mereka dalam 12 bulan
terakhir yaitu mempengaruhi kehidupan seksual (42,9%), hubungan dan
keluarga (27,2%) dan performa kerja (27,7%).
Mioma uteri memiliki banyak faktor risiko. Menurut Kumar dan
Malhotra (2008) faktor risiko penyebab mioma uteri adalah umur, paritas,
faktor genetik dan fungsi ovarium. Faktor risiko yang pertama adalah
umur. Pada penelitian Ezeama (2012) mayoritas umur penderita mioma
uteri adalah 30-44 tahun (73,9%), sementara untuk umur 20-24 tahun dan
umur 50-54 tahun (1,9%). Menurut Evans (2007) wanita umur 20-30 tahun
memiliki prevalensi sebesar 4%, umur 30-40 tahun sebesar 11-18% dan
umur 40-60 tahun sebesar 33%.
Faktor kedua adalah riwayat keluarga. Adanya riwayat keluarga
tingkat pertama (ibu/kakak) yang menderita mioma uteri akan
meningkatkan risiko mioma uteri sebesar 2,5 kali (Parker, 2007). Namun,
menurut Gant dan Cunningham (2011) faktor keturunan tampaknya tidak
berpengaruh terhadap kejadian mioma. Faktor ketiga adalah paritas.
Mioma uteri lebih sering ditemukan pada wanita infertil dan nullipara
(Okogbo, 2011). Hal ini didukung oleh penelitian Ezeama (2012) yang
melaporkan prevalensi pasien mioma uteri yang nullipara adalah 77.7% .
Faktor lain adalah fungsi ovarium. Mioma uteri lebih sering terjadi
pada wanita yang masih haid dan menurun pada masa menopause, hal ini
dikaitkan dengan produksi hormon estrogen yang masih dihasilkan tubuh.
Lumsden (2007) menyatakan bahwa mioma tidak ditemukan pada wanita
prepubertas dan menyusut pada saat menopause. Menurut Benson (2013)
sel mioma mengalami pembesaran sebagai respon terhadap estrogen.
Berdasarkan pada fakta-fakta di atas, maka hal ini mendorong peneliti
untuk mengetahui lebih jauh mengenai hubungan faktor risiko dengan
kejadian mioma uteri di RSUP Haji Adam Malik Medan.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut.
Apakah ada hubungan antara faktor risiko dengan kejadian mioma
uteri di RSUP Haji Adam Malik Medan?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara faktor risiko dengan kejadian mioma
uteri di RSUP Haji Adam Malik Medan
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Gambaran karakteristik mioma uteri di RSUP Haji Adam Malik
Medan
b. Menganalisis hubungan antara umur dengan kejadian mioma uteri di
RSUP Haji Adam Malik Medan.
c. Menganalisis hubungan antara paritas dengan kejadian mioma uteri di
RSUP Haji Adam Malik Medan.
d. Menganalisis hubungan antara status haid dengan kejadian mioma
uteri di RSUP Haji Adam Malik Medan.
1.4 Manfaat Hasil
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi ilmiah
mengenai hubungan faktor risiko dengan kejadian mioma uteri di
RSUP Haji Adam Malik Medan.
1.4.2 Manfaat Akademis
Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis
dalam melakukan penelitian ilmiah dan sebagai referensi bagi peneliti
lain untuk penelitian yang akan datang.
1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat
Sebagai bahan informasi bagi masyarakat tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya mioma uteri.