• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penderita Mioma Uteri di RSUP Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Penderita Mioma Uteri di RSUP Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2009"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA MIOMA UTERI

DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2009

Oleh :

Muhammad Shukri Bin Johar

070100441

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA MIOMA UTERI

DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2009

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

Muhammad Shukri Bin Johar

070100441

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Karakteristik Penderita Mioma Uteri di RSUP Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2009

Nama: Muhammad Shukri bin Johar NIM: 070100441

Pembimbing Penguji I

(dr. Johny Marpaung, Sp OG) (dr. Isti Ilmiati Fujiati,MSc. CM- FM, MPd.Ked)

NIP:19710224 20081 1 002 NIP:19670527 199903 2 001

Penguji II

(dr. Hemma Yulfi,DAP&E,M.Med.Ed.) NIP:19741019 20011 2 001

Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Sireger, Sp.PD-KGEH) NIP: 19540220 198110 1 001

(4)

ABSTRAK

Latar belakang: Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39%-11,70% pada semua penderita ginekologi yang dirawat Gejala mioma uteri secara medis dan sosial cukup meningkatkan morbiditas, disini termasuk menoragia, ketidak nyamanan daerah pelvis, dan disfungsi reproduksi. Kejadiannya lebih tinggi pada usia diatas 35 tahun, yaitu mendekati angka 40%. Etiologi bagi mioma uteri adalah belum diketahui pasti tetapi diduga mempunyai kaitan dengan hormon estrogen dan siklus menstruasi. Terapi standar dan efektif bagi mioma uteri adalah histerektomi tetapi miomektomi bisa menjadi pilihan apabila pasien masih mahu mengekalkan kesuburannya.

Objektif: untuk mengetahui karakteristik penderita mioma uteri di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2009 berdasarkan usia, menarke, kehamilan, paritas, aborsi, indeks massa tubuh, kadar hemoglobin, keluhan utama, jenis mioma uteri yang dideritai dan pilihan terapi pasien.

Metode: Penelititan ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Data rekam medis diambil dari ruangan simpanan rekam medis RSUP Haji Adam Malik dari bulan Juni hingga Agustus 2010. Data kemudiannya dianalisa secara manual dan kemudian dipresentasikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Hasil: Daripada 98 sampel hanya 73 sampel sahaja yang memenuhi kriteria inklusi. Dari hasil penelitian didapatkan insidensi mioma uteri terjadi pada usia 40-49 tahun yaitu sebanyak 33 kasus (45.2%). Penderita mioma uteri dengan menarke pada usia 13-15 tahun ditemukan sebesar 29 kasus (39,7%). Penderita mioma uteri dengan paritas 2-5 adalah sebanyak 41 kasus (56,2%) dan abortus 1 kali pula sebanyak 12 kasus (16,4%). Kadar hemoglobin >11gr% adalah yang terbanyak ditemukan yaitu sebesar 28 kasus (38,4%) tetapi penderita mioma uteri yang mengalami anemia adalah sebesar 45 kasus (61,6%). Keluhan uatam penderita mioma uteri yang tersering adalah perdarahan pervaginam yaitu sebesar 30 kasus (41,1%).Mioma uteri jenis submukosa ditemukan sebesar 4 kasus (5,5%). Penatalaksanaan yang menjadi pilihan penderita mioma uteri adalah histerektomi total yaitu sebesar 58 kasus (79,5%).

Kata Kunci: mioma uteri, usia, menarke, paritas, aborsi, kadar hemoglobin, keluhan utama, mioma submukosa dan histerektomi.

(5)

ABSTRACT

Background: In Indonesia fibroids was found 2,39%-11,70% in all of the gynecologies cases. The simptoms of fibroids causes high morbidity to the patients including menoragia, pelvic discomfort and reproductive dysfunction. The incidence was higher for those whose age above 35 years old which is nearly 40%. The definite etiology of fibroid is not yet known for sure, but it has a relation with estrogen hormone and menstrual cycle.The general standard and most effective therapy for fibroid is hysterectomy but for those who want to preserve their fertility, miomectomy could be an option.

Objective: To know the characteristics of fibroid patients at RSUP Haji Adam Malik Medan in 2009 based on age, menarche, pregnency, parity, abortion, body mass index (BMI), hemoglobin rate, chief complain, type of fibroid and therapies.

Design Method: The research is descriptive cross-sectional. The material of this research was taken from the patient’s medical records with fibroid at RSUP Haji Adam Malik Medan. The data was analyzed manually and presented in a distribution frequency tables.

Result and conclusion: From 98 samples only 73 could be used as

samples for this research due to some sample doesnt fufill the criteria. The most frequent incident for fibroid was 40-49 years old patient which was 33 cases (45,2%). Patients with menarche at age 13-15 years old was found with 29 cases (39,7%). Patients with 2-5 parity in 41 cases (56,2%). Patients with abortion 1 time was 12 cases (16,4%). Most frequent hemoglobin rate were >11 gr% and was found in 28 cases (38,4%) but patients with anemia were found in 45 cases (61,6%). The most frequent chief complaint were bleeding with 30 cases (41.1%). Submucosal fibroid was the most frequent fibroid found in patients with 4 cases (5.5%). Total hysterectomy was the most frequent therapy that was done which were 58 cases (79,5%).

Keywords: fibroid, age, menarche, parity, abortion, hemoglobin rate, chief complain, submucosal and hysterectomy.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan kurnia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Karakteristik Penderita Mioma Uteri di RSUP Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2009”.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari banyak mengalami kesulitan, akan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, untuk itu perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1.Prof. Dr. Chairuddin Lubis, DTM& H, SpA(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara pada waktu Karya Tulis Ilmiah ini dilaksanakana.

2.Prof. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH selaku Dekan Fakultas Universitas Sumatera Utara.

3.dr.Riza Rivany SpOG dan dr. Johny Marpaung, SpOG selaku Dosen Pembimbing dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah yang telah memberikan bimbingan,arahan dan tunjuk ajar yang bermakna dalam membantu penulis menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

4.Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan dan doa yang tiada henti selama menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

5.Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi Program Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

6.Teman-teman yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

7.Semua pihak yang mendukung, membantu dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

(7)

Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan baik isi maupun susunannya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah.

Akhir kata penulis mengucapkan jutaan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu penulis selama menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi para pembaca

Penulis, 24 November 2010

(Muhammad Shukri bin Johar, 07010041)

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR SINGKATAN ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Definisi Mioma Uteri ... 5

2.2 Klasifikasi Mioma Uteri ... 5

2.3 Epidemiologi Mioma Uteri ... 7

2.4 Etiologi dan Patogenesis ... 8

2.5 Faktor Resiko ... 9

2.6 Patologi Anatomi ... 12

2.7 Gambaran Klinis dan Keluhan ... 13

2.8 Infertilitas dan Abortus ... 15

2.9 Mioma Uteri dan Kehamilan ... 15

(9)

2.10 Diagnosa Mioma Uteri ... 15

2.11 Diagnosa Banding... 16

2.12 Komplikasi Mioma Uteri ... 16

2.13 Penatalaksanaan Mioma Uteri ... 18

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 22

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 22

3.2 Variebel dan Definisi Operasional ... 23

3.2.1 Variebel Penelitian ... 23

3.2.2 Definisi Operasional ... 23

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 27

4.1 Jenis Penelitian ... 27

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 27

4.2.1 Waktu Penelitian ... 27

4.2.2 Tempat Penelitian ... 27

4.3 Populasi dan Sampel ... 28

4.4 Teknik Pengumpulan Data ... 28

4.5 Teknik Pengolahan Data ... 28

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

5.1 Hasil Penelitian... 29

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 29

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Individu ... 29

5.1.3 Hasil Analisa Data ... 30

5.2 Pembahasan ... 35

5.2.1 Jumlah Kasus Mioma Uteri Menurut Usia Penderita ... 35

5.2.2 Jumlah Kasus Mioma Uteri Menurut Mebarke ... 35

5.2.3 Jumlah Kasus Mioma Uteri Menurut Kehamilan ... 36

5.2.4 Jumlah Kasus Mioma Uteri Menurut Paritas ... 36

(10)

5.2.5 Jumlah Kasus Mioma Uteri Menurut Kejadian Abortus ... 36

5.2.6 Jumlah Kasus Mioma Uteri Menurut IMT ... 37

5.2.7 Jumlah Kasus Mioma Uteri Berdasarkan Kadar Hemoglobin ... 37

5.2.8 Jumlah Kasus Mioma Uteri Berdasarkan Keluhan Utama ... 37

5.2.9 Jumlah Kasus Mioma Uteri Berdasarkan Jenis Mioma Uteri ... 38

5.2.10 Jumlah Kasus Mioma Uteri Menurut Pilihan Terapi ... 38

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 40

6.1 Kesimpulan ... 40

6.2 Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

LAMPIRAN ... 45

(11)

DAFTAR SINGKATAN

ACOG : American College of obstetricians and Gyneclogist

ASRM : American Society of Reproductive Medicine

TAH : Total Abdominal Hysterectomy

STAH : Subtotal Abdominal Hysterectomy

LAVH : Laparoscopically Assisted Vaginal Histerectomy

CISH : Classic Intrafascial Serrated Edged Macromorcellated Hysterectomy

Hb : Hemoglobin

IMT : Indeks Massa Tubuh

SPSS : Statistical Product and Service Solutions

WHO : World Health Organization

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 5.1:Distribusi Frekuensi Mioma Uteri Menurut Usia ... 30

Tabel 5.2:Distribusi Frekuensi Mioma Uteri Menurut Menarke... 31

Tabel 5.3:Distribusi Frekuensi Mioma Uteri Menurut Kehamilan ... 32

Tabel 5.4:Distribusi Frekuensi Mioma Uteri Menurut Paritas ... 32

Tabel 5.5:Distribusi Frekuensi Mioma Uteri Menurut Abortus ... 33

Tabel 5.6:Distribusi Frekuensi Mioma Uteri Menurut IMT ... 34

Tabel 5.7:Distribusi Frekuensi Mioma Uteri Berdasarkan Kadar Hb ... 35

Tabel 5.8:Distribusi Frekuensi Mioma Uteri Berdasarkan Keluhan Utama ... 36

Tabel 5.9:Distribusi Frekuensi Mioma Uteri Berdasarkan Jenis Mioma Uteri ... 37

Tabel 5.10:Distribusi Frekuensi Penatalaksanaan/Terapi Mioma Uteri ... 38

Tabel 5.11:Analisa Usia Dengan Pilihan Terapi ... 43

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1: Jenis Mioma Uteri dan Lokasinya……….5

Gambar 2.2: Lokasi Mioma Uteri yang menimbulkan komplikasi………16

Gambar 2.3: Ringkasan Komplikasi Mioma Uteri………16

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

-Lampiran I: Daftar Riwayat Hidup

-Lampiran II: Surat Izin Studi Pendahuluan -Lampiran III: Surat Ijin Penelitian

-Lampiran IV: Data Induk

-Lampiran V: Output Data Frekuensi

(15)

ABSTRAK

Latar belakang: Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39%-11,70% pada semua penderita ginekologi yang dirawat Gejala mioma uteri secara medis dan sosial cukup meningkatkan morbiditas, disini termasuk menoragia, ketidak nyamanan daerah pelvis, dan disfungsi reproduksi. Kejadiannya lebih tinggi pada usia diatas 35 tahun, yaitu mendekati angka 40%. Etiologi bagi mioma uteri adalah belum diketahui pasti tetapi diduga mempunyai kaitan dengan hormon estrogen dan siklus menstruasi. Terapi standar dan efektif bagi mioma uteri adalah histerektomi tetapi miomektomi bisa menjadi pilihan apabila pasien masih mahu mengekalkan kesuburannya.

Objektif: untuk mengetahui karakteristik penderita mioma uteri di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2009 berdasarkan usia, menarke, kehamilan, paritas, aborsi, indeks massa tubuh, kadar hemoglobin, keluhan utama, jenis mioma uteri yang dideritai dan pilihan terapi pasien.

Metode: Penelititan ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Data rekam medis diambil dari ruangan simpanan rekam medis RSUP Haji Adam Malik dari bulan Juni hingga Agustus 2010. Data kemudiannya dianalisa secara manual dan kemudian dipresentasikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Hasil: Daripada 98 sampel hanya 73 sampel sahaja yang memenuhi kriteria inklusi. Dari hasil penelitian didapatkan insidensi mioma uteri terjadi pada usia 40-49 tahun yaitu sebanyak 33 kasus (45.2%). Penderita mioma uteri dengan menarke pada usia 13-15 tahun ditemukan sebesar 29 kasus (39,7%). Penderita mioma uteri dengan paritas 2-5 adalah sebanyak 41 kasus (56,2%) dan abortus 1 kali pula sebanyak 12 kasus (16,4%). Kadar hemoglobin >11gr% adalah yang terbanyak ditemukan yaitu sebesar 28 kasus (38,4%) tetapi penderita mioma uteri yang mengalami anemia adalah sebesar 45 kasus (61,6%). Keluhan uatam penderita mioma uteri yang tersering adalah perdarahan pervaginam yaitu sebesar 30 kasus (41,1%).Mioma uteri jenis submukosa ditemukan sebesar 4 kasus (5,5%). Penatalaksanaan yang menjadi pilihan penderita mioma uteri adalah histerektomi total yaitu sebesar 58 kasus (79,5%).

Kata Kunci: mioma uteri, usia, menarke, paritas, aborsi, kadar hemoglobin, keluhan utama, mioma submukosa dan histerektomi.

(16)

ABSTRACT

Background: In Indonesia fibroids was found 2,39%-11,70% in all of the gynecologies cases. The simptoms of fibroids causes high morbidity to the patients including menoragia, pelvic discomfort and reproductive dysfunction. The incidence was higher for those whose age above 35 years old which is nearly 40%. The definite etiology of fibroid is not yet known for sure, but it has a relation with estrogen hormone and menstrual cycle.The general standard and most effective therapy for fibroid is hysterectomy but for those who want to preserve their fertility, miomectomy could be an option.

Objective: To know the characteristics of fibroid patients at RSUP Haji Adam Malik Medan in 2009 based on age, menarche, pregnency, parity, abortion, body mass index (BMI), hemoglobin rate, chief complain, type of fibroid and therapies.

Design Method: The research is descriptive cross-sectional. The material of this research was taken from the patient’s medical records with fibroid at RSUP Haji Adam Malik Medan. The data was analyzed manually and presented in a distribution frequency tables.

Result and conclusion: From 98 samples only 73 could be used as

samples for this research due to some sample doesnt fufill the criteria. The most frequent incident for fibroid was 40-49 years old patient which was 33 cases (45,2%). Patients with menarche at age 13-15 years old was found with 29 cases (39,7%). Patients with 2-5 parity in 41 cases (56,2%). Patients with abortion 1 time was 12 cases (16,4%). Most frequent hemoglobin rate were >11 gr% and was found in 28 cases (38,4%) but patients with anemia were found in 45 cases (61,6%). The most frequent chief complaint were bleeding with 30 cases (41.1%). Submucosal fibroid was the most frequent fibroid found in patients with 4 cases (5.5%). Total hysterectomy was the most frequent therapy that was done which were 58 cases (79,5%).

Keywords: fibroid, age, menarche, parity, abortion, hemoglobin rate, chief complain, submucosal and hysterectomy.

(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Tumor jinak yang berasal dari sel otot polos dari myometrium dikenal leiomioma. Tetapi kerana tumor ini berbatas tegas maka ianya sering juga dikenal sebagai fibroid (Kumar, Abbas, Fausto dan Mitchell, 2007). Neoplasma jinak ini mempunyai banyak nama sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma, fibroid atau pun mioma uteri (Prawirohardjo, 2007).

Neoplasma jinak ini berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma (Prawirohardjo, 2007). Menurut Djuwantono (2004) dalam Muzakir (2008), terdapat juga laporan lain dari suatu studi melalui pemeriksaan post mortem pada jenazah wanita menunjukkan angka kejadian mioma yang lebih tinggi yaitu mencapai 50% atau lebih.

Gejala mioma uteri secara medis dan sosial cukup meningkatkan morbiditas, disini termasuk menoragia, ketidak nyamanan daerah pelvis, dan disfungsi reproduksi. Kejadiannya lebih tinggi pada usia diatas 35 tahun, yaitu mendekati angka 40%. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke dan menopause tetapi kira-kira 10% mioma masih bertumbuh setelah menopause (Prawirohardjo, 2007). Mioma uteri adalah perkara biasa yang sering berlaku kepada wanita. Seleksi uteri dilakukan dari 100 wanita yang menjalankan histerektomi ditemukan 77% mempunyai mioma uteri termasuk yang bersaiz sekecil 2mm (Parker, 2007).

(18)

mempunyai mioma yang banyak dan lebih besar serta menunjukkan gejala klinis (Parker, 2007).

Menurut Victory et-al (2006) dalam Muzakir (2008), suatu penelitian di Amerika yang dilakukan Schwartz, angka kejadian mioma uteri adalah 2-12,8 orang per 1000 wanita tiap tahunnya. Schwartz menunjukan angka kejadian mioma uteri 2-3 kali lebih tinggi pada wanita kulit hitam dibanding kulit putih. Penelitian Ran Ok et-al di Pusan Saint Benedict Hospital Korea pula menemukan 17% kasus mioma uteri dari 4784 kasus-kasus bedah ginekologi yang diteliti (Ran Ok et-al, 2007 yang dikutip Muzakir, 2008).

Mioma uteri adalah tumor benign untuk traktus genitalia wanita dan tumor otot polos yang sering terjadi. Dianggarkan kurang lebih 300 000 histerektomi dan 20 000 miomektomi dilakukan setiap tahun dilakukan di Amerika. Tumor ini bisa berubah menjadi besar dengan gejala yang minimal. Tetapi apabila tumor ini menimbulkan gejala, ia bisa menyebabkan perdarahan uterin yang massif, distensi abdominal dan nyeri pelvis (James R et al, 2003)

Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39%-11,70% pada semua penderita ginekologi yang dirawat (Prawirohardjo, 2007). Menurut penelitian yang di lakukan Karel Tangkudung (1977) di Surabaya angka kejadian mioma uteri adalah sebesar 10,30%, sebelumnya di tahun 1974 di Surabaya penelitian yang dilakukan oleh Susilo Raharjo angka kejadian mioma uteri sebesar 11,87% dari semua penderita ginekologi yang dirawat (Yuad H, 2005 yang dikutip Muzakir,2008). Pengobatan mioma uteri dengan gejala klinik pada umumnya adalah tindakan operasi yaitu histerektomi (pengangkatan rahim) atau pada wanita yang ingin mempertahankan kesuburannya, miomektomi (pengangkatan mioma) dapat menjadi pilihan (Prawirohardjo, 2007).

1.2 Rumusan Masalah

(19)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui karakteristik (profil penderita) penderita mioma uteri di RSUP Haji AdamMalik, Medan pada tahun 2009.

1.3.2 Tujuan Khusus,

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui jumlah kasus mioma uteri ini seperti menurut: 1. Usia penderita

2. Mulai haid pertama kali (menarke) 3. Kehamilan (hamil atau tidak) 4. Melahirkan (paritas)

5. Kejadian abortus (keguguran) 6. Indeks Massa Tubuh (IMT) 7. Keluhan utama

8. Kadar Hemoglobin (Hb)

9. Penatalaksanaan/terapi (histerektomi atau miomektomi) 10. Jenis mioma uteri.

Pengetahuan dari penilitian ini akan membolehkan para wanita atau kumpulan sasaran ini dapat di identifikasi atau dikenal pasti supaya golongan ini akan lebih teredukasi untuk mengambil langkah-langkah bersesuaian untuk meningkatkan kualitas hidup.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: a. (Penulis)

(20)

b.RSUP Haji Adam Malik Medan

1.Memberikan informasi mengenai karakteristik (profil penderita) bagi penderita penyakit mioma uteri di RSUP HAM Medan pada tahun 2009.

2. Memberikan informasi dari penelitian ini kepada tenaga medis supaya dapat mengenal pasti golongan wanita dalam karakteristik penderita fibroid untuk diambil langkah-langkah yang sewajarnya.

c.Masyarakat

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Mioma Uteri

Secara umum, uterus mempunyai 3 lapisan jaringan iaitu lapisan terluar perimetrium, lapisan tengah miometrium dan yang paling dalam adalah endometrium (Tortora dan Derrickson, 2006). Miometrium adalah yang paling tebal dan merupakan otot polos berlapis tiga; yang sebelah luar longitudinal, yang sebelah dalam sirkuler, yang antara kedua lapisan ini beranyaman.Miometrium dalam keseluruhannya dapat berkontraksi dan berelaksasi (Prawirohardjo, 2007). Tumor jinak yang berasal dari sel otot polos dari myometrium dipanggil leiomioma. Tetapi kerana tumor ini berbatas tegas maka ianya sering dipanggil sebagai fibroid ( Kumar,Abbas,Fausto dan Mitchell, 2007). Mioma uteri juga adalah berasingan, bulat, berbatas tegas, warna putih hingga merah jambu pucat, bersifat jinak dan terdiri dari otot polos dengan kuantiti jaringan penghubung fibrosa yang berbeda-beda. Sebanyak 95% mioma uteri berasal dari corpus uteri dan lagi 5% berasal dari serviks. Mioma uteri juga adalah tumor pelvis yang sering terjadi dan diperkirakan sebanyak 10% kasus ginekologi umumnya (Martin L, 2001). Neoplasma jinak ini mempunyai banyak nama sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma, fibroid atau pun mioma uteri (Prawirohardjo, 2007).

2.2 Klasifikasi

Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uterus dan hanya 1-3%, sisanya adalah dari korpus uterus. Maka pembagian menurut letaknya dapat kita dapati sebagai:

(22)

menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui saluran serviks dan dipanggil myomgeburt

2. Mioma intramural: mioma terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium

3. Mioma subserosum: apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa. Mioma subserosum dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus, sehingga disebut wandering/parasitic fibroid (Prawirohardjo, 2007).

(23)

2.3 Epidemiologi

Mioma uteri adalah perkara biasa yang sering berlaku kepada wanita. Seleksi uteri dilakukan dari 100 wanita yang menjalankan histerektomi ditemukan 77% mempunyai mioma uteri termasuk yang bersaiz sekecil 2mm (Parker, 2007). Mioma uteri juga sering ditemukan pada wanita yang menjalankan histerektomi untuk indikasi yang lain walaupun ditemukan kecil dan tidak banyak. Ini karena kebanyakan tehnik pemeriksaan imaging tidak mempunyai resolusi di bawah 1 cm maka insidensi kejadian sebenar mioma uteri tidak dapat dipastikan meskipun mioma uteri yang kecil tidak memberikan gejala klinis (Parker, 2007).

Spesimen histerektomi daripada wanita premenopaus dengan mioma uteri adalah rata-rata 7,6. Wanita postmenopaus pula adalah 4,2 (Parker, 2007). Random sampling daripada wanita berusia 35 - 49 tahun yang menjalani pemeriksaan rutin, hasil rekam medis dan pemeriksaan sonografi didapatkan pada usia 35 tahun insidensi terjadinya mioma uteri adalah sebanyak 60% untuk wanita Afrika-Amerika; insidensi ini meningkat sehingga 80% pada usia 50 tahun. Wanita caucasia pula mempunyai insidensi setinggi 40% pada usia 35 tahun dan meningkat sehingga 70% pada usia 50 tahun (Parker, 2007).

(24)

2.4 Etiologi dan Patogenesis

Penyebab utama mioma uteri belum diketahui secara pasti sampai saat ini, tetapi penyelidikan telah dijalankan untuk memahami keterlibatan faktor hormonal, faktor genetik, growth factor, dan biologi molekular untuk tumor jinak ini (Parker, 2007). Faktor yang diduga berperan untuk inisiasi pada perubahan genetik pada mioma uteri adalah abnormalitas intrinsik pada miometrium, peningkatan reseptor estrogen secara kongenital pada miometrium, perubahan hormonal, atau respon kepada kecederaan iskemik ketika haid. Setelah terjadinya mioma uteri, perubahan-perubahan genetik ini akan dipengaruhi oleh promoter (hormon) dan efektor (growth factors) (Parker, 2007)

Bagi Meyer dan De Snoo, mereka mengajukan teori Cell nest atau teori genitoblast. Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen pada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testosteron.Puukka dan kawan-kawan pula menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapati daripada miometrium normal. Menurut Meyer asal mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang matur (Prawirohardjo, 2007).

Mioma uteri yang berasal dari sel otot polos miometrium, menurut teori onkogenik maka patogenesa mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor yaitu inisiator dan promotor. Faktor-faktor yang menginisiasi pertumbuhan mioma masih belum diketahui pasti. Dari penelitian menggunakan glucose-6-phosphatase dihydrogenase diketahui bahwa mioma berasal dari jaringan uniseluler. Transformasi neoplastik dari miometrium menjadi mioma melibatkan mutasi somatik dari miometrium normal dan interaksi kompleks dari hormon steroid seks dan growth factor lokal. Mutasi somatik ini merupakan peristiwa awal dalam proses pertumbuhan tumor (Hadibroto, 2005).

(25)

dibanding endometrium. Hormon progesteron meningkatkan aktifitas mitotik dari mioma pada wanita muda namun mekanisme dan faktor pertumbuhan yang terlibat tidak diketahui secara pasti. Progesteron memungkinkan pembesaran tumor dengan cara down-regulation apoptosis dari tumor. Estrogen berperan dalam pembesaran tumor dengan meningkatkan produksi matriks ekstraseluler (Hadibroto, 2005)

2.5 Faktor Risiko 1. Usia penderita

Wanita kebanyakannya didiagnosa dengan mioma uteri dalam usia 40-an; tetapi, ianya masih tidak diketahui pasti apakah mioma uteri yang terjadi adalah disebabkan peningkatan formasi atau peningkatan pembesaran secara sekunder terhadap perubahan hormon pada waktu usia begini. Faktor lain yang bisa mengganggu insidensi sebenar kasus mioma uteri adalah kerana dokter merekomendasi dan pasien menerima rekomendasi tersebut untuk menjalani histerektomi hanya setelah mereka sudah melepasi usia melahirkan anak (Parker, 2007).

Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma.Mioma belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke dan setelah menopause hanya 10% mioma yang masih bertumbuh (Prawirohardjo, 2007)

2. Hormon endogen (Endogenous Hormonal)

(26)

3.Riwayat Keluarga

Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri mempunyai peningkatan 2,5 kali kemungkinan risiko untuk menderita mioma uteri dibanding dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri. Penderita mioma yang mempunyai riwayat keluarga penderita mioma uteri mempunyai 2 kali lipat kekuatan ekspresi dari VEGF-α (a myoma-related growth factor) dibandingkan dengan penderita mioma yang tidak mempunyai riwayat keluarga penderita mioma uteri (Parker, 2007).

4.Etnik

Dari studi yang dijalankan melibatkan laporan sendiri oleh pasien mengenai mioma uteri, rekam medis, dan pemeriksaan sonografi menunjukkan golongan etnik Afrika-Amerika mempunyai kemungkinan risiko menderita mioma uteri setinggi 2,9 kali berbanding wanita etnik caucasia, dan risiko ini tidak mempunyai kaitan dengan faktor risiko yang lain. Didapati juga wanita golongan Afrika-Amerika menderita mioma uteri dalam usia yang lebih muda dan mempunyai mioma yang banyak dan lebih besar serta menunjukkan gejala klinis. Namun ianya masih belum diketahui jelas apakah perbedaan ini adalah kerana masalah genetik atau perbedaan pada kadar sirkulasi estrogen, metabolisme estrogen, diet, atau peran faktor lingkungan. Walaubagaimanapun, pada penelitian terbaru menunjukkan yang Val/Val genotype untuk enzim essensial kepada metabolisme estrogen,catechol-O-methyltransferase (COMT) ditemui sebanyak 47% pada wanita Afrika-Amerika berbanding hanya 19% pada wanita kulit putih. Wanita dengan genotype ini lebih rentan untuk menderita mioma uteri. Ini menjelaskan mengapa prevalensi yang tinggi untuk menderita mioma uteri dikalangan wanita Afrika-Amerika lebih tinggi (Parker, 2007).

5.Berat Badan

(27)

untuk wanita dengan 30% kelebihan lemak tubuh. Ini terjadi kerana obesitas menyebabkan pemingkatan konversi androgen adrenal kepada estrone dan menurunkan hormon sex-binding globulin. Hasilnya menyebabkan peningkatan estrogen secara biologikal yang bisa menerangkan mengapa terjadi peningkatan prevalensi mioma uteri dan pertumbuhannya (Parker, 2007).

Beberapa penelitian menemukan hubungan antara obesitas dan peningkatan insiden mioma uteri. Suatu studi di Harvard yang dilakukan oleh Dr. Lynn Marshall menemukan bahwa wanita yang mempunyai Indeks Massa Tubuh (IMT) di atas normal, berkemungkinan 30,23% lebih sering menderita mioma uteri. Ros dkk, (1986) mendapatkan resiko mioma uteri meningkat hingga 21% untuk setiap 10 Kg kenaikan berat badan dan hal ini sejalan dengan kenaikan IMT (Djuwantono, 2004 yang dikutip Muzakir, 2008).

6.Diet

Ada studi yang mengaitkan dengan peningkatan terjadinya mioma uteri dengan pemakanan seperti daging sapi atau daging merah atau ham bisa meningkatkan insidensi mioma uteri dan sayuran hijau bisa menurunkannya. Studi ini sangat sukar untuk diintepretasikan kerana studi ini tidak menghitung nilai kalori dan pengambilan lemak tetapi sekadar informasi sahaja dan juga tidak diketahui dengan pasti apakah vitamin, serat atau phytoestrogen berhubung dengan mioma uteri (Parker, 2007).

7. Kehamilan dan paritas

(28)

menyebabkan mioma uteri kekurangan suplai darah dan kurangnya nutrisi untuk terus membesar. Didapati juga kehamilan ketika usia midreproductive (25-29 tahun) memberikan perlindungan terhadap pembesaran mioma (Parker, 2007).

8.Kebiasaan merokok

Merokok dapat mengurangi insidensi mioma uteri. Banyak faktor yang bisa menurunkan bioavalibiltas hormon estrogen pada jaringan seperti: penurunan konversi androgen kepada estrone dengan penghambatan enzim aromatase oleh nikotin (Parker, 2007).

2.6 Patologi Anatomi

Gambaran histopatologi mioma uteri adalah seperti berikut:

Pada gambaran makroskopik menunjukkan suatu tumor berbatas jelas, bersimpai, pada penampang menunjukkan massa putih dengan susunan lingkaran-lingkaran konsentrik di dalamnya. Tumor ini bisa terjadi secara tunggal tetapi kebiasaanya terjadi secara multipel dan bertaburan pada uterus dengan saiz yang berbeda-beda. Perubahan-perubahan sekunder yang terjadi pada mioma uteri adalah:

1. Atrofi:

Sesudah kehamilan atau sesudah menopause mioma uteri menjadi kecil. 2. Degenerasi Hialin:

Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau sebagian kecil daripadanya seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.

3. Degenerasi Kistik:

(29)

4. Degenerasi membatu (Calcireous Degeneration):

Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh kerana adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen.

5. Degenerasi merah (Carneous Degeneration):

Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis terjadinya diperkirakan kerana suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah bewarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan

6.Degenerasi lemak

Jarang terjadi dan merupakan lanjutan degenerasi hialin (Prawirohardjo, 2007).

2.7 Gambaran Klinis dan Keluhan

Kebanyakan kasus ditemui secara kebetulan kerana tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada, ukuran tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi.Gejala yang terjadi dapat digolongkan seperti berikut:

1. Perdarahan abnormal

Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia dan dapat juga terjadi metroragia. Antara penyebab perdarahan ini adalah:

-pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma endometrium

-permukaan endometrium yang lebih luas dari biasa -atrofi endometrium di atas mioma submukosum.

(30)

banyak dinding endometrium yang terhakis ketika menstruasi dan ini menyebabkan perdarahan abnormal. Walaupun menstruasi berat sering terjadi tetapi siklusnya masih tetap (Hart, 2001).

Perdarahan abnormal ini terjadi pada 30% pasien mioma uteri dan perdarahan abnormal ini dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.Pada suatu penelitian yang mengevaluasi wanita dengan mioma uteri dengan atau tanpa perdarahan abnormal, didapat data bahwa wanita dengan perdarahan abnormal secara bermakna menderita mioma intramural (58% banding 13%) dan mioma submukosum (21% banding 1%) dibanding dengan wanita penderita mioma uteri yang asimtomatik (Hadibroto, 2005).

2. Nyeri

Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul kerana gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan (Prawirohardjo, 2007).

Nyeri panggul yang disebabkan mioma uteri bisa juga disebabkan degenerasi akibat oklusi vaskuler,infeksi,torsi dari mioma yang bertangkai maupun akibat kontraksi miometrium yang disebabkan mioma subserosum.Tumor yang besar dapat mengisi rongga pelvik dan menekan bagian tulang pelvik yang dapat menekan saraf sehingga menyebabkan rasa nyeri yang menyebar ke bagian punggung dan ekstremitas posterior (Hadibroto, 2005).

3. Gejala tanda penekanan

(31)

2.8 Infertilitas dan Abortus

Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars interstisialis tuba, sedangakn mioma submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh kerana distorsi rongga uterus (Prawirohardjo, 2007).

2.9 Mioma Uteri dan Kehamilan

Selain dari potensi mioma untuk menyebabkan infertilitas dan abortus, kehamilan itu sendiri dapat menimbulkan perubahan pada mioma uteri seperti:

1. Tumor membesar terutama pada bulan-bulan pertama kerana pengaruh estrogen yang kadarnya meningkat.

2. Dapat terjadi degenerasi merah pada waktu hamil maupun masa nifas.

3. Meskipun jarang mioma uteri bertangkai tetapi dapat juga mengalami torsi dengan gejala dan tanda sindrom abdomen akut (Prawirohardjo, 2007).

2.10 Diagnosa Mioma Uteri Dapat ditegakkan dengan: 1. Anamnesis:

Dari proses tanya jawab dokter dan pasien dapat ditemukan penderita seringkali mengeluh rasa berat dan adanya benjolan pada perut bagian bawah, kadang mempunyai gangguan haid dan ada nyeri.

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan bimanual akan mengungkap tumor pada uterus, yang umumnya terletak di garis tengah atau pun agak ke samping,seringkali teraba terbenjol-benjol. Mioma subserosum dapat mempunyai tangkai yang berhubung dengan uterus (Prawirohardjo, 2007).

3. Pemeriksaan Penunjang

(32)

b) Magnetic Resonance Imagine (MRI): lebih baik daripada USG tetapi mahal. MRI mampu menentukan saiz, lokasi dan bilangan mioma uteri serta bisa mengevaluasi jarak penembusan mioma submukosa di dalam dinding miometrium (Parker, 2007).

2.11 Diagnosa Banding

Diagnosa banding yang perlu dipikirkan adalah tumor abdomen di bagian bawah atau panggul ialah mioma subserosum dan kehamilan; mioma submukosum yang dilahirkan harus dibedakan dengan inversio uteri; mioma intramural harus dibedakan dengan suatu adenomiosis, khoriokarsinoma, karsinoma korporis uteri atau suatu sarkoma uteri (Prawirohardjo, 2007).

2.12 Komplikasi Mioma Uteri Degenerasi ganas

Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh mioma, serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause (Prawirohardjo, 2007).

Torsi (Putaran Tangkai)

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi. Hal ini hendaklah dibedakan dengan suatu keadaan di mana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum (Prawirohardjo, 2007).

(33)

Gambar 2.2: Lokasi mioma uteri yang menimbulkan komplikasi (Sumber: Hart D.M, Norman J, 2000)

(34)

2.13 Penatalaksanaan Mioma Uteri

Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apa pun, terutama apabila mioma itu masih kecil dan tidak menimbulakan gangguan. Walaupun demikian mioma uteri memerlukan pengamatan setiap 3-6 bulan.

Penanganan mioma uteri menurut usia,paritas,lokasi dan ukuran tumor terbagi kepada:

1. Terapi medisinal (hormonal)

Saat ini pemakaian Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) agonis memberikan hasil yang baik memperbaiki gejala klinis mioma uteri. Tujuan pemberian GnRH agonis adalah mengurangi ukuran mioma dengan jalan mengurangi produksi estrogen dari ovarium. Pemberian GnRH agonis sebelum dilakukan tindakan pembedahan akan mengurangi vaskularisasi pada tumor sehingga akan memudahkan tindakan pembedahan. Terapi hormonal yang lainnya seperti kontrasepsi oral dan preparat progesteron akan mengurangi gejala pendarahan tetapi tidak mengurangi ukuran mioma uteri (Hadibroto, 2005).

2. Terapi pembedahan

Indikasi terapi bedah untuk mioma uteri menurut American College of obstetricians and Gyneclogist (ACOG) dan American Society of Reproductive Medicine (ASRM) adalah

a. Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif b. Sangkaan adanya keganasan

c. Pertumbuhan mioma pada masa menopause

d. Infertilitas kerana ganggaun pada cavum uteri maupun kerana oklusi tuba e. Nyeri dan penekanan yang sangat menganggu

(35)

Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah miomektomi atau histerektomi. 1. Miomektomi

Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma sahaja tanpa pengangkatan uterus.Miomektomi ini dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan funsi reproduksinya dan tidak ingin dilakukan histerektomi. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukosum dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Apabila miomektomi ini dikerjakan kerana keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 30-50% (Prawirohardjo, 2007). Tindakan miomektomi dapat dilakukan dengan laparotomi, histeroskopi maupun dengan laparoskopi. Pada laparotomi, dilakukan insisi pada dinding abdomen untuk mengangkat mioma dari uterus. Keunggulan melakukan miomektomi adalah lapangan pandang operasi yang lebih luas sehingga penanganan terhadap perdarahan yang mungkin timbul pada pembedahan miomektomi dapat ditangani dengan segera. Namun pada miomektomi secara laparotomi resiko terjadi perlengketan lebih besar, sehingga akan mempengaruhi faktor fertilitas pada pasien, disamping masa penyembuhan paska operasi lebih lama, sekitar 4-6 minggu.

Pada miomektomi secara histeroskopi dilakukan terhadap mioma submukosum yang terletak pada kavum uteri.Keunggulan tehnik ini adalah masa penyembuhan paska operasi sekitar 2 hari. Komplikasi yang serius jarang terjadi namun dapat timbul perlukaan pada dinding uterus, ketidakseimbangan elektrolit dan perdarahan.

(36)

Sampai saat ini miomektomi dengan laparoskopi merupakan prosedur standar bagi wanita dengan mioma uteri yang masih ingin mempertahankan fungsi reproduksinya (Hadibroto, 2005).

2. Histerektomi

Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya adalah tindakan terpilih (Prawirohardjo, 2007).Tindakan histerektomi pada mioma uteri sebesar 30% dari seluruh kasus. Histerektomi dijalankan apabila didapati keluhan menorrhagia, metrorrhagia, keluhan obstruksi pada traktus urinarius dan ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12-14 minggu (Hadibroto, 2005).

Tindakan histerektomi dapat dilakukan secara abdominal (laparotomi), vaginal dan pada beberapa kasus dilakukan laparoskopi.

Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu total abdominal hysterectomy (TAH) dan subtotal abdominal histerectomy (STAH). Masing-masing prosedur ini memiliki kelebihan dan kekurangan. STAH dilakukan untuk menghindari resiko operasi yang lebih besar seperti perdarahan yang banyak, trauma operasi pada ureter, kandung kemih dan rektum. Namun dengan melakukan STAH kita meninggalkan serviks, di mana kemungkinan timbulnya karsinoma serviks dapat terjadi. Pada TAH, jaringan granulasi yang timbul pada tungkul vagina dapat menjadi sumber timbulnya sekret vagina dan perdaraahn paska operasi di mana keadaan ini tidak terjadi pada pasien yang menjalani STAH.

(37)

Histerektomi laparoskopi ada bermacam-macam tehnik. Tetapi yang dijelaskan hanya 2 iaitu; histerektomi vaginal dengan bantuan laparoskopi (Laparoscopically assisted vaginal histerectomy / LAVH) dan classic intrafascial serrated edged macromorcellated hysterectomy (CISH) tanpa colpotomy.

Pada LAVH dilakukan dengan cara memisahkan adneksa dari dinding pelvik dengan memotong mesosalfing kearah ligamentum kardinale dibagian bawah, pemisahan pembuluh darah uterina dilakukan dari vagina.

(38)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep ialah rangkaian variabel-variabel yang tersusun dalam suatu bagan yang menjelaskan hubungan masing-masing sesuai tujuan penelitian. Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Karakteristik Penderita 1) Usia

2) Menarke 3) Kehamilan 4) Paritas

5) Riwayat abortus 6) Indeks Massa Tubuh 7) Keluhan utama 8) Kadar hemoglobin

9) Jenis mioma yang diderita 10) Penatalaksanaan yang diterima

(39)

3.2 Variebel dan Definisi Operasional 3.2.1 Variebel penelitian

Untuk penelitian ini, variebel–variebel yang terlibat adalah usia penderita, menarke (saat mulai haid),kehamilan, paritas, kejadian abortus, IMT (Indeks Massa Tubuh), keluhan utama penderita, kadar hemoglobin (Hb), jenis mioma dan penatalaksanaannya.

3.2.2 Definisi Operasional

Adalah karakteristik atau profil penderita mioma uteri yang meliputi variebel-variebel penelitian ini sama seperti di atas yaitu usia penderita, menarke (saat mulai haid), kondisi kehamilan ibu,paritas, kejadian abortus, IMT (Indeks Massa Tubuh), keluhan utama penderita, kadar hemoglobin (Hb), jenis mioma dan penatalaksanaannya. Karakteristik ini dirangkum setelah pasti bahwa pasien menderita mioma uteri.

1. Mioma uteri

Wanita yang didagnosa menderita mioma uteri di RSUP HAM Medan pada tahun 2009. Cara ukur adalah dengan cara observasi. Alat ukur adalah dengan menggunakan rekam medis.

2. Usia

Adalah usia penderita ketika didiagnosa menderita mioma uteri. Cara ukur adalah dengan observasi. Alat ukur adalah dengan menggunakan rekam medis. Hasil ukur adalah dikelompokkan sebagai

1. <20 tahun 2. 20-29 tahun 3. 30-39 tahun 4. 40-49 tahun 5. ≥50 tahun

(40)

3. Menarke

Adalah usia saat haid pertama kali yang dialami oleh penderita mioma uteri yang datang memeriksa di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2009. Cara ukur adalah dengan observasi. Alat ukur adalah dengan menggunakan rekam medis. Hasil ukur adalah dikelompokkan sebagai

1. <12 2. 13-15 3. >16

Skala ukur adalah ordinal. 4.Kehamilan

Kondisi wanita yang didiagnosa menderita mioma uteri di RSUP HAM pada tahun 2009 sama ada dia hamil atau tidak. Cara ukur adalah dengan observasi. Alat ukur adalah dengan menggunakan rekam medis. Hasil ukur adalah dikelompokkan sebagai ya hamil atau Tidak hamil. Skala ukur adalah nominal. 5.Paritas

Adalah frekuensi proses persalinan bagi penderita mioma uteri yang dikaji. Cara ukur adalah dengan observasi. Alat ukur adalah dengan menggunakan rekam medis. Hasil ukur adalah Menurut Wiknjosastro (2006) dalam Muzakir (2008) paritas dikelompokkan sebagai:

1. Po (Nullipara) 2. P1 (Primipara) 3. P2-5 (Multipara)

4. P>5 (Grande multipara) Skala ukur adalah ordinal. 6.Kejadian Abortus

Adalah kejadian keguguran kandungan yang pernah dialami oleh penderita mioma uteri yang diteliti. Cara ukur adalah dengan observasi. Alat ukur adalah dengan menggunakan rekam medis. Hasil ukur adalah dikelompokkan sebagai

(41)

Skala ukur adalah ordianal. 7.Indeks Massa Tubuh (IMT)

Daripada indeks massa tubuh penderita maka dapat digambarkan keadaan gizi penderita mioma uteri. Cara ukur adalah dengan observasi. Alat ukur adalah dengan menggunakan rekam medis. Hasil ukur adalah dikelompokkan menurut Almatsier (2004) dalam Muzakir (2008), IMT diukur dengan cara

IMT = Berat Badan (kg) / Tinggi Badan2 (m)

Dengan kategori batas ambang IMT sebagai berikut : 1. <17>: kekurangan berat badan tingkat berat 2. 17-18,5 : kekurangan berat badan tingkat ringan 3. 18,5-25 : normal

1. 4 . 25-27 : kelebihan berat tingkat ringan 4. > 27 : kelebihan berat tingkat berat (obesitas) 5. Tidak diketahui

Skala ukur yang digunakan adalah ordinal. 8.Keluhan utama penderita:

Keluhan utama adalah keluhan yang menyebabkan pasien datang berjumpa dengan dokter di RSUP Haji Adam Malik, Medan. Cara ukur adalah dengan observasi. Alat ukur adalah dengan menggunakan rekam medis.

9.Kadar Hemoglobin

Kadar hemoglobin (gr %) pasien penderita mioma uteri yang diperiksa sewaktu memeriksakan diri ke RSUP Haji Adam Malik, Medan. Pemeriksaan darah ini penting untuk menilai apakah mioma uteri mempengaruhi anemia yang terjadi pada penderita. Cara ukur adalah dengan observasi. Alat ukur adalah dengan menggunakan rekam medis. Hasil ukur adalah dikelompokkan menurut WHO dalam Muzakir (2007) kadar hemoglobin dapat dikelompokan sebagai berikut:

(42)

10. Jenis Mioma Uteri

Suatu kelainaan yang berupa massa yang tumbuh di uterus yang didiagnosa oleh dokter di RSUP HAM Medan pada tahun 2009. Cara ukur adalah dengan observasi. Alat ukur adalah dengan menggunakan rekam medis. Hasil ukur adalah dikelompokkan menurut jenis mioma uteri:

1. Mioma Submukosum 2. Mioma Intramural 3. Mioma Subserosum

4. Mioma Multipel ( apabila ditemukan lebih dari satu mioma uteri pada satu penderita).

11. Terapi Mioma Uteri

Melibatkan terapi hormonal dan operatif (Histerektomi dan miomektomi)

1. Terapi hormonal adalah tatalaksana yang digunakan pada penderita mioma uteri yang menggunakan obat-obatan hormonal.

2. Miomektomi adalah indikasi operatif yang melibatkan pengambilan sarang mioma sahaja tanpa pengangkatan uterus

3. Histerektomi juga adalah indikasi operatif yang melibatkan pengangkatan uterus sama ada total atau sub total.

Cara ukur adalah dengan observasi. Alat ukur adalah dengan menggunakan rekam medis. Hasil ukur adalah dikelompokkan menurut

1. Obat (Hormonal) 2. Miomektomi

(43)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara deskriptif cross-sectional. Disebut studi deskriptif karena ingin melihat karakteristik penderita mioma uteri sahaja iaitu hanya melihat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Disebut pula studi cross-sectional karena pengukuran data variebel hanya dilakukan sekali.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan dalam tempoh 3 bulan yaitu dari bulan Jun hingga Agustus 2010

4.2.2 Tempat Penelitian

(44)

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini ialah seluruh data penderita didiagnosis menderita mioma uteri dalam tempoh masa yang ditetapkan. Penelitian ini pula menggunakan total sampling sebagai teknik pengambilan sampel yakni mengambil sampel dari seluruh jumlah populasi dengan kata lain pengambilan keseluruhan dari populasi penelitian yang memenuhi kriteria inklusi.

Kriteria inklusi penelitian ini adalah semua penderita mioma uteri dalam tahun 2009 di RSUP HAM Medan. Kriteria eksklusinya pula adalah yang bukan menderita mioma uteri.

4.4Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dirumuskan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Melakukan survei awal dahulu berkaitan sampel populasi penderita mioma uteri di RSUP Haji Adam Malik Medan dari periode 1 Januari hingga 31 Disember 2009

2. Meminta rekam medis yang berisi data penderita mioma uteri yang dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan dari periode 1 Januari 2009 hingga 31 Disember 2009

3. Mencatat data yang diperlukan seperti terlampir dalam formula data dan diambil hanya data-data yang diteliti.

4. Hasilnya terutama ciri karakteristik yang dikaji akan dihitung persentasenya dan disajikan dalam bentuk diagram dan tabel.

4.5Pengolahan dan Analisa Data

(45)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

RSUP Haji Adam Malik, Medan terletak di kacamatan Medan Sunggal di Jalan Bunga Lau Nomor 17, Medan. Rumah sakit ini adalah rumah sakit rujukan pusat untuk kota medan. Berdasarkan hasil observasi awal sebelum dilakukan penelitian, RSUP Haji Adam Malik, Medan sememangnya rumah sakit yang lengkap atau dengan kata lainnya rumah sakit Tipe A kerana mempunyai fasilitas yang lengkap serta memiliki ahli-ahli kebidanan dan data rekam medis yang lengkap. Pasien juga relatif banyak pada tahun yang diteliti dan ini memudahkan analisa data kerana lebih signifikan. Data rekam medis di rumah sakit ini juga masih dalam keadaan baik dan teratur.

5.1.2 Karakteristik Individu

(46)

5.1.3 Hasil Analisis Data

a. Jumlah Kasus Mioma Uteri Menurut Usia Penderita di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada Tahun 2009

Berdasarkan pengolahan data sekunder terhadap 73 sampel penelitian, diperoleh jumlah kasus mioma uteri menurut usia penderita yang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Kasus Mioma Uteri Menurut Usia Penderita di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada Tahun 2009

Usia Penderita (Tahun) Frekuensi Persentase (%)

<20 0 0

b. Jumlah Kasus Mioma Uteri Berdasarkan Mulai Haid (Menarke) di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada Tahun 2009

Diperoleh jumlah kasus mioma uteri berdasarkan mulai haid (menarke) yang dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Kasus Mioma Uteri Menurut Mulai Haid (Menarke) di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada Tahun 2009

Mulai Haid (Menarke) Frekuensi Persentase(%)

<12 16 21,9

13-15 29 39,7

>16 7 9,6

Tidak diketahui 21 28,8

(47)

c. Jumlah Kasus Mioma Uteri Berdasarkan Kehamilan di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada Tahun 2009

Berdasarkan pengolahan data sekunder terhadap 73 sampel penelitian, diperoleh jumlah kasus mioma uteri berdasarkan kehamilan yang dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Kasus Mioma Uteri Menurut Kehamilan di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada Tahun 2009

Kehamilan Frekuensi Persentase (%)

Ya 0 0

Tidak 0 0

Tidak tercatat 73 100

Total 73 100

d. Jumlah Kasus Mioma Uteri Menurut Jumlah Melahirkan (Paritas) di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada Tahun 2009

Berdasarkan pengolahan data sekunder terhadap 73 sampel penelitian, diperoleh jumlah kasus mioma uteri menurut jumlah melahirkan (Paritas) yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Kasus Mioma Uteri Menurut Jumlah Melahirkan (Paritas) di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada Tahun 2009

Paritas Frekuensi Persentase (%)

Po (Nullipara) 15 20,5 P1 (Primipara) 6 8,2 P2-5 (Multipara) 41 56,2 P>5 (Grande multipara) 11 15,1

(48)

e. Jumlah Kasus Mioma Uteri Berdasarkan Kejadian Abortus di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada Tahun 2009

Berdasarkan pengolahan data sekunder terhadap 73 sampel penelitian, diperoleh jumlah kasus mioma uteri berdasarkan kejadian abortus yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Kasus Mioma Uteri Berdasarkan Kejadian Abortus di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada Tahun 2009

Kejadian Abortus Frekuensi Persentase(%)

0 51 69,9

1 12 16,4

2 6 8,2

3 4 5,5

Total 73 100

f. Jumlah Kasus Mioma Uteri Menurut Indeks Massa Tubuh (IMT) di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada Tahun 2009

Diperoleh jumlah kasus mioma uteri menurut indeks massa tubuh (IMT) yang dapat dilihat pada tabel berikut yaitu 100% tidak tercatat.

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Kasus Mioma Uteri Menurut Indeks Massa Tubuh (IMT) di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada Tahun 2009

IMT Frekuensi Persentase (%)

(49)

g. Jumlah Kasus Mioma Uteri Berdasarkan Kadar Hemoglobin (Hb) Penderita di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada Tahun 2009

Berdasarkan pengolahan data sekunder terhadap 73 sampel penelitian, diperoleh jumlah kasus mioma uteri berdasarkan kadar hemoglobin (Hb) penderita yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.7

Distribusi Frekuensi Kasus Mioma Uteri Berdasarkan Kadar Hemoglobin (Hb) Penderita di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada Tahun 2009 Kadar Hb (gr%) Frekuensi Presentase (%)

>11.00 28 38,4

>10-11 15 20,5

7-10 20 27,4

<7 10 13,7

Total 73 100

h. Jumlah Kasus Mioma Uteri Berdasarkan Keluhan Utama di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada Tahun 2009

Berdasarkan pengolahan data sekunder terhadap 73 sampel penelitian, diperoleh jumlah kasus mioma uteri berdasarkan keluhan utama yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.8

Distribusi Frekuensi Kasus Mioma Uteri Berdasarkan Keluhan Utama di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada Tahun 2009

Keluhan Utama Frekuensi Persentase (%) Perdarahan Pervaginam 30 41,1

Nyeri Perut Bawah 10 13,7 Benjolan Perut 23 31,5

Perut Besar 10 13,7

(50)

i. Jumlah Kasus Mioma Uteri Berdasarkan Jenis Mioma Uteri di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada Tahun 2009

Berdasarkan pengolahan data sekunder terhadap 73 sampel penelitian, diperoleh jumlah kasus mioma uteri berdasarkan jenis mioma uteri yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.9

Distribusi Frekuensi Kasus Mioma Uteri Berdasarkan Jenis Mioma Uteri di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada Tahun 2009

Jenis Mioma Uteri Frekuensi Persetase (%)

Submukosa 4 5,5

Intramural 1 1,4

Subserosa 1 1,4

Tidak tercatat 67 91,8

Total 73 100

j. Jenis Penatalaksanaan atau Terapi Yang Dilakukan Terhadap Penderita Mioma Uteri di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada Tahun 2009

Berdasarkan pengolahan data sekunder terhadap 73 sampel penelitian, diperoleh jumlah kasus mioma uteri berdasarkan jenis penatalaksanaan/terapi penderita yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.10

Distribusi Frekuensi Penatalaksanaan/Terapi Mioma Uteri di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada Tahun 2009

Penatalaksanaan/Terapi Frekuensi Persentase

Obat (Hormonal) 3 4,1

Miomektomi 7 9,6

Histerektomi Subtotal 5 6,8 Histerektomi Total 58 79,5

(51)

5.2 Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada status rekam medis pasien di RSUP Haji Adam Malik, Medan untuk periode Januari hingga Disember 2009 didapatkan sebanyak 73 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dari 98 sampel.

5.2.1 Jumlah kasus mioma uteri menurut usia penderita

Dilihat dari kelompok usia penderita, pada penelitian ini didapatkan bahwa jumlah kasus mioma uteri terbanyak terdapat pada kelompok usia 40-49 tahun yaitu sebesar 33 kasus (45,2%),. Ini juga bertepatan dengan penelitian yang pernah dijalankan di Pusan St. Benedict Hospital (Korea), Jung et-al di Mokpo St Columban’s Hospital bahwa kasus mioma uteri terbanyak terjadi pada kelompok usia 40-49 tahun dengan usia rata-rata 42,97 tahun (Ran Ok et-al, 2007). Kasus terbanyak adalah pada usia 40-49 karena kasus mioma uteri pada usia ini adalah bersesuaian untuk dilakuakn tindakan kuratif, ditambah pula dengan ukuran mioma uteri yang semakin besar.

(52)

5.2.3 Jumlah kasus mioma uteri menurut kehamilan.

Jumlah kasus mioma uteri menurut kehamilan adalah tidak diketahui, hal ini disebabkan tidak ditemukan adanya data pada status rekam medis penderita karena kurang kelengkapan isi rekam medis penderita.

5.2.4 Jumlah kasus mioma uteri menurut jumlah melahirkan (paritas).

Pada kasus ini jumlah kasus mioma uteri pada wanita dengan kelompok paritas nullipara ditemukan sebesar 20,5% dan jumlah kasus mioma uteri yang terbanyak terdapat pada wanita dengan kelompok para yaitu sekitar 79,5%. Hasil ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan Bhat dan Kumar di Katsurba Hospital (India) yaitu mioma uteri lebih banyak ditemukan pada kelompok para yaitu sebesar 95% dibanding wanita nullipara yaitu 5% (Bath et-al, 2004 yang dikutip Muzakir, 2008). Walaupun bertentangan dengan teori faktor resiko yang mengatakan peningkatan paritas menyebabkan penurunan insidensi mioma uteri disebabkan pembuluh darah di uterus kembali kepada keadaan atau saiz asal pada postpartum dan ini menyebabkan mioma uteri kekurangan suplai darah dan kurangnya nutrisi untuk terus membesar (Parker, 2007). Kelompok para banyak menderita mioma uteri berdasarkan penelitian ini karena pada usia setelah fase reproduksi adalah usia terbaik dilakukan diterapi dan pasien bertemu dengan dokter karena gejala sudah nyata.

5.2.5 Jumlah kasus mioma uteri menurut kejadian abortus.

(53)

5.2.6 Jumlah kasus mioma uteri menurut indeks massa tubuh (IMT).

Pada penelitian ini jumlah kasus mioma uteri menurut indeks massa tubuh (IMT) adalah tidak diketahui, hal ini karena tidak ditemukan adanya data mengenai IMT pada status rekam medis penderita.

5.2.7 Jumlah kasus mioma uteri berdasarkan kadar Hemoglobin (Hb).

Pada penelitian ini jumlah kasus mioma uteri berdasarkan kadar Hemoglobin (Hb) diketahui bahwa 38,4% penderita dengan kadar Hb >11gr% yaitu tidak anemia dan 61,6% adalah anemia dengan kategori kadar hemoglobin >7-10gr% sebanyak 27,4%, kadar hemoglobin >10-11gr% sebanyak 20,5% dan kadar hemoglobin dibawah 7gr% sebanyak 13,7%.. Hasil ini bersamaan dengan penelitian yang dilakukan di Nepal, dimana ditemukan hasil persentase pasien yang memiliki kadar Hb rendah pada penderita mioma uteri. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena pada penderita dengan perdarahan yang banyak yang disebabkan permukaan endometrium yang menjadi lebih luas akibat pertumbuhan mioma, maka lebih banyak dinding endometrium yang terhakis ketika menstruasi sehingga dapat mengakibatkan terjadinya anemia (Hart, 2001).

5.2.8 Jumlah kasus mioma uteri berdasarkan keluhan utama.

Pada penelitian ini jumlah kasus mioma uteri berdasarkan keluhan utama penderita didapatkan bahwa keluhan terbanyak adalah perdarahan pervaginam yaitu sebanyak 41,1%, diikuti benjolan perut sebanyak 23 kasus 31,5% yang kemudian perut besar dan nyeri perut yaitu sebanyak 13,7% masing-masing.Hal ini bertepatan dengan penelitian yang dijalankan yang menemukan keluhan utama bagi penderita mioma uteri adalah perdarahan pervaginam abnormal dan

(54)

44,1% keluhan utama penderita mioma uteri adalah perdarahan pervaginam (Ran Ok et-al,2007).

Dari hasil penelitian antara anemia (Kadar Hb bawah 11gr%) dan keluhan utama, ditemukan mempunyai kaitan karena dari 30 penderita mioma uteri dengan keluhan perdarahan pervaginam ditemukan 26 mengalami anemia. Hal ini menunjukkan keluhan utama mempunyai kaitan dengan kadar Hb penderita mioma uteri.

5.2.9 Jumlah kasus mioma uteri berdasarkan jenis mioma uteri.

Pada penelitian ini, data berkaitan jenis mioma uteri tidak mencukupi karena kebanyakan tidak tercatat pada rekam medis. Hanya segelintir sahaja yang tercatat yaitu jenis mioma submukosum 5,5% diikuti jenis mioma subserosa dan intramural sebanyak 1,4% masing-masing dan selebihnya yaitu 91,8% tidak tercatat.

5.2.10 Jumlah kasus mioma uteri menurut penatalaksanaan atau terapi yang dilakukan pada penderita.

Penatalaksanaan atau terapi yang dilakukan pada penderita mioma uteri berdasarkan hasil penelitian ini dari 73 kasus mioma uteri, didapatkan terapi yang terbanyak dilakukan adalah histerektomi yaitu sebanyak 86,3% dengan perincian histerektomi total sebanyak 79,5% dan histerektomi subtotal sebesar 6,8%. Sedangkan penatalaksanaan atau terapi dengan miomektomi didapatkan sebanyak 9,6% dan terapi hormonal pula hanyak sebesar 4,1%. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Bath dan Kumar di Kasturba Hospital (India) yang mana tindakan atau terapi mioma uteri dengan histerektomi lebih sering dilakukan yaitu sekitar 76,2% diikuti 23,9% diterapi dengan miomektomi (Bath et-al,2004). Histerektomi total dijadikan pilihan pada wanita tua yang tidak menginginkan anak lagi dan pasien yang mengalami perdarahan pervaginam yang berlebihan dan gejala penekanan oleh massa tumor. Histerektomi Subtotal pula lebih kepada pasien yang masih lagi mahu melakukan hubungan seksual dan memiliki rahim (Hadibroto,2005).

(55)

Tabel 5.11

Distribusi frekuensi usia dengan pilihan terapi Usia

(Tahun)

TAH STAH Miomektomi Obat Total

20-29 3 0 1 1 5

30-39 9 0 1 0 10

40-49 25 4 3 1 33

>50 21 1 2 1 25

Total 58 5 7 3 73

(56)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dijalankan terhadap penderita mioma uteri di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2009 dapat diambil simpulan sebagai berikut:

1. Jumlah kasus mioma uteri di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2009 adalah sebanyak 73 kasus.

2. Mioma uteri terbanyak ditemukan pada kelompok usia 40-49 tahun yaitu sekitar 45,2% dan kelompok usia 20-25 tahun merupakan kelompok usia yang paling sedikit ditemukan yaitu sebesar 6,8% serta tidak ditemukan kasus mioma uteri pada usia di bawah 20 tahun.

3. kelompok usia menarke (awal mulainya haid) yang banyak terjadi pada penderita mioma uteri adalah pada kelompok usia 13-15 yaitu sebanyak 39,7% dan paling sedikit pada kelompok usia menarke >16 tahun.

4. Kasus mioma uteri ditemukan sebesar 71,3% pada multipara.

5. Kasus mioma uteri dengan kejadian abortus adalah sebesar 30,1%

6. Penderita mioma uteri di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2009 dengan kadar Hb >11gr% (tidak anemia) adalah sebesar 38,4% dan kadar Hb <11gr% (anemia) adalah sebesar 61,6%

7.Perdarahan pervaginam adalah keluhan utama yang paling banyak ditemukan pada penderita mioma uteri yaitu sebesar 41,1%

8.Mioma uteri jenis submukosa adalah banyak ditemukan yaitu sebesar 5,5%.

(57)

histerektomi total sebanyak 79,5% dan histerektomi subtotal sebanyak 6,6%.Sedangkan tidakan operatif miomektomi sekadar 9,6%.

6.2 Saran

1. Wanita yang mempunyai faktor-faktor risiko untuk terjadinya mioma uteri terutama wanita berusia 40-49 tahun dan wanita yang sering melahirkan

(multiparitas) agar waspada dan selalu memeriksakan diri kepada dokter secara teratur.

2.Wanita dengan keluhan perdarahan pervaginam abnormal dan adanya

pembesaran atau benjolan pada perut perlu menjadi idea atau wacana utama pada dokter sebagai mungkin penderita mioma uteri.

3.Kepada wanita yang telah mulai haid (menarke) untuk memeriksakan alat reproduksinya apabila ada keluhan-keluhan haid atau menstruasi untuk dapat menegakkan diagnosa dini adanya mioma uteri.

4. Penderita mioma uteri disarankan mengambil tindakan operatif histerektomi kerana penatalaksanaan ini tebukti efektif dan berkesan serta angka morbiditas yang rendah.

(58)

DAFTAR PUSTAKA

Bath .RA , Kumar. P. Experience with Uterine Leiomyoma at a Teaching Referral Hospital in India. Journal of Gynecologic Surgery. Vol 22/No.4. 2006

Baird D. Donna. Invited Commentary: Uterine Leiomyomata—We Know So Little but Could Learn So Much. American. Journal of Epidemiology. (2004) 159 (2): 124-126. doi: 10.1093/aje/kwh017. Available from:

November 2010.

Djuwantono T. Terapi GnRH Agonis Sebelum Histerektomi atau Miomektomi. Farmacia. Vol III NO. 12. Juli 2004. Jakarta : 2004. 38-41. Dalam: Muzakir, 2008.Profil Penderita Mioma Uteri di RSUD Arifin Achmad Propinsi Riau Periode 1 Januari-31 Desember 2006. Available from:

Gerard J. Tortora,Bryan Derrickson, 2006. Principles of Anatomy and Physiology:11th Edition. printed byBiological Sciences Textbooks, Inc. and Bryan Derrickson. USA: 1077-1080

Hadibroto Budi R, 2005. Mioma uteri. Dalam: Majalah Kedokteran Nusantara Volume 38,No.3,September 2005: 255-260

Hart D.M, Norman J, 2000. Gynecology Illustrated.5th Edition. UK: Churchill Livingstone: 213-215

James R., Md. Scott, Ronald S., Md. Gibbs, Beth Y., Md. Karlan, Arthur F., Md. Haney, David N, 2003.Danforth By Lippincott Williams & Wilkins

(59)

Joedosapoetro MS. Ilmu Kandungan. Wiknjosastro H, Saifudin AB, Rachimhadi T. Editor. Edisi Ke-2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka, 2005. 338-345.

Jung JK, Ko MS, Jung BW, et-al. A Clinical Analysis of Uterine Myoma. Koren J

Obstet Gynecol.

tanggal : 27 Oktober 2010].

Kumar Vinay,Abbas Abul K, Fausto Nelson, Mitchell Richard N, Robbins Basic Pathology, 8th Edition, Philadelphia, USA, Saunders Elsevier 2007, Chapter 19 The Female Genital System and Breast: 724-725.

Martin L. Pernoll, 2001.Benson & Pernoll’s handbook of Obstetrics & Gynecology. USA: McGraw-Hill:619-625

Muzakir, 2008.Profil Penderita Mioma Uteri di RSUD Arifin Achmad Propinsi Riau Periode 1 Januari-31 Desember 2006. Available from:

Notoadmojo S, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Parker WH. Etiology, Symptomatology and Diagnosis of Uterine Myomas. Volume 87. Department of Obstetrics and gynecology UCLA School of Medicine. California : American Society for Reproductive Medicine, 2007. 725-733.

(60)

Prawirohardjo S, Wiknjosastro H, Sumapraja S, 2007. Ilmu

kandungan. Edisi II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2005. 338-345.

Prawirohardjo S. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal . Jakarta : Bina pustaka, 2001.558-562

Ran Ok L, Gyung Il P, Jong Chul K, et-al. Clinico Statistical Observation of

Uterine. Korean Medical Database.

Update : Jul, 2007. [Diakses tanggal : 20 November 2007]. Dalam: Muzakir, 2008.Profil Penderita Mioma Uteri di RSUD Arifin Achmad Propinsi Riau Periode 1 Januari-31 Desember 2006. Available from:

Victory R, Romano W, Bennett J, Diamond M. Clinical Gynecology. Churchill Livingstone, an imprint of Elsevier Inc. 2006. 179-205. Dalam: Muzakir, 2008.Profil Penderita Mioma Uteri di RSUD Arifin Achmad Propinsi Riau Periode 1 Januari-31 Desember 2006. Available from:

Yuad H. Miomektomi pada kehamilan. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNAND/RSUP M. Djamil Padang 2005.

Dalam: Muzakir, 2008. Profil Penderita Mioma Uteri di RSUD Arifin Achmad Propinsi Riau Periode 1 Januari-31 Desember 2006. Available

from:

Gambar

Gambar 2.1: Jenis Mioma Uteri dan lokasinya
Gambar 2.3: Ringkasan komplikasi Mioma Uteri
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Kasus Mioma Uteri Menurut Usia Penderita di RSUP
Tabel 5.3
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan karir menjadi tidak terbatas sebab pengembangan karir beralih pada inisiatif individu dalam melaksanakan pekerjaan dan aktivitas- aktivitas pengembangan

Jl. Registrasi/daftar ulang di bagia! Akademik a}&lt;an dilaksanakan pada t -nggal 07 s/d 16 JuDi 2OI7 pada jam keia, dengan terlebih dahulu melaPor ke bagian

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLII-3/W1, 2017 2017 International Symposium on Planetary Remote Sensing

Teknik Listrik (lenianc D3) - Kelas xeriasama PLN. POLITEKNIK NE6tRI

was not used due to the assumption of Hapke model (particles are larger than wavelengths of light). The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing

POLITEKNIK NEGERI KUPANG.

Sekarang ini banyak sekali lembaga pendidikan baik swasta maupun negeri yang menggunakan teknologi komputer utnuk mempercepat dan memepermudah suatu kasus dalam ilmu

Teknik pembangunan WarNet pada penulisan ilmiah ini, menggunakan teknologi LAN (jaringan area lokal) yang berbasis jaringan secara Workgroups di Microsoft Networks, dengan PC