• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahap I : Awal pertumbuhan (Tidak Masak)

4.3.3 Indeks kematangan gonad

Indeks kematangan gonad (IKG) merupakan nilai yang memberikan informasi mengenai perubahan yang terjadi dalam gonad. Nilai IKG ikan bilis betina TKG III di TPI Palabuhanratu pada bulan Mei berkisar antara 1,111% - 2,0%, sedangkan kisaran

pada bulan Juni adalah 1,2767% - 2,6667% dan pada bulan Juli berkisar antara 1,5% - 1,7%. Nilai IKG ikan bilis betina TKG IV di TPI Palabuhanratu pada bulan Mei berkisar antara 1,75% - 2,3077%, sedangkan kisaran pada bulan Juni adalah 1,9231% - 2,1053% dan pada bulan Juli 2,9286% . Gambar 14 menunjukkan bahwa secara keseluruhan rata-rata nilai IKG betina TKG IV lebih besar dari TKG III. Hal ini diduga karena perubahan IKG berkaitan erat dengan tahap perkembangan telur. Effendie (2002) mengatakan bahwa berat gonad akan mencapai maksimum saat ikan akan memijah dan nilai tersebut akan menurun dengan cepat selama pemijahan berlangsung sampai pemijahan selesai. Selain itu, meningkatnya tingkat kematangan gonad akan menyebabkan ukuran diameter telur berat gonad meningkat sehingga nilai IKG juga meningkat.

Gambar 14. Indeks kematangan gonad

4.3.4 Fekunditas

Fekunditas ikan bilis yang diamati didapat dari pengamatan ikan dengan TKG 3 dan TKG 4. Pada Tabel 5 terlihat bahwa fekunditas ikan bilis pada bulan Mei berkisar antara 288 – 1152 telur. Fekunditas minimum terjadi pada ikan dengan panjang 10,5 cm

dan berat 8 gram, sedangkan fekunditas maksimum terjadi pada ikan dengan panjang 12,5 dan berat 13. Hubungan fekunditas pada bulan Mei dengan panjang dan beratnya disajikan pada Gambar 13.

Tabel 5. Fekunditas T. hamiltonii pada bulan Mei

Panjang  10,5  10,3 10,8 12 12,5  11,9

Berat  8  9 8 12 13  13

fekunditas  288  486 507 567 1152  846

Berdasarkan hasil regresi pada bulan Mei fekunditas dengan panjang total tubuhnya (Gambar 15) diperoleh koefisien determinasi sebesar 0,694 di TPI Palabuhanratu, menunjukkan bahwa model tersebut dapat menjelaskan data sebesar 69,4%. Dari nilai koefisien determinasi tersebut didapat nilai koefisien korelasi sebesar

0,83 sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara fekunditas dengan panjang tubuh di TPI Palabuhanratu sangat erat.

Dengan meregresikan fekunditas dengan berat tubuh ikan didapatkan koefisien determinasi sebesar 0,716, hal ini menunjukkan bahwa model tersebut dapat menjelaskan data sebesar 71,6%. Dari nilai koefisien determinasi tersebut didapat nilai koefisien korelasi sebesar 0,84 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara fekunditas dengan berat tubuhnya.

Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa fekunditas ikan bilis pada bulan Juni berkisar antara 899-2280 telur. Fekunditas minimum terjadi pada ikan dengan panjang 12,6 cm dan berat 11 gram, sedangkan fekunditas maksimum terjadi pada ikan dengan panjang 15,7 dan berat 26. Hubungan fekunditas pada bulan Juni dengan panjang dan beratnya akan disajikan pada Gambar 16.

Tabel 6. Fekunditas T. hamiltonii pada bulan Juni

Panjang  12,6 12,5 15,7 14,3  13,5

Berat  11 12 26 19  19

fekunditas  898,8 1140 2280 1176,6  1536

Gambar 16. Grafik hubungan fekunditas dengan panjang dan berat (Juni 2009) Berdasarkan hasil regresi fekunditas dengan panjang total tubuh ikan (Gambar 16) diperoleh koefisien determinasi sebesar 0,735 yang menunjukkan bahwa model tersebut dapat menjelaskan data sebesar 73,5%. Dari nilai koefisien determinasi tersebut

didapat nilai koefisien korelasi sebesar 0,85  sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara fekunditas dengan panjang tubuh di TPI Palabuhanratu sangat erat. Dengan meregresikan fekunditas dengan berat tubuh ikan didapatkan nilai koefisien determinasi yang sebesar 0,771 yang menunjukkan bahwa model tersebut dapat menjelaskan data hingga sebesar 77,1%. Dari nilai koefisien determinasi tersebut didapat nilai koefisien korelasi sebesar 0,88 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara fekunditas dengan berat tubuhnya. Apabila dibandingkan hasil – hasil regresi tersebut kita dapat menarik kesimpulan bahwa pada bulan Juni fekunditas ikan bilis yang tertangkap di teluk Palabuhanratu lebih dipengaruhi oleh berat tubuh daripada panjang total tubuhnya.

Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa fekunditas ikan bilis pada bulan Juli berkisar antara 1040-7339 telur. Fekunditas minimum terjadi pada ikan dengan panjang 11,6 cm dan berat 10 gram, sedangkan fekunditas maksimum terjadi pada ikan dengan panjang 12,1 dan berat 14. Hubungan fekunditas pada bulan Juli dengan panjang dan beratnya akan disajikan pada Gambar 17.

Tabel 7. Fekunditas T. hamiltonii pada bulan Juli

Panjang  11,6 12,1 12 

Berat  10 14 10 

fekunditas 1040,4 7339,2 1071 

Berdasarkan hasil regresi fekunditas dengan panjang total tubuh ikan (Gambar 17) diperoleh koefisien determinasi sebesar 0,444 yang menunjukkan bahwa model tersebut dapat menjelaskan data sebesar 44,4%. Dari nilai koefisien determinasi tersebut didapat nilai koefisien korelasi sebesar 0,67  sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara fekunditas dengan panjang tubuh di TPI Palabuhanratu cukup erat. Dengan meregresikan fekunditas dengan berat tubuh ikan didapatkan nilai koefisien determinasi yang sebesar 0,999 yang menunjukkan bahwa model tersebut dapat menjelaskan data hingga sebesar 99,9%. Dari nilai koefisien determinasi tersebut

didapat nilai koefisien korelasi sebesar 0,99 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara fekunditas dengan berat tubuhnya.

Gambar 17. Grafik hubungan fekunditas dengan panjang dan berat (Juli 2009)

Apabila kita melihat hasil – hasil regresi tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara fekunditas ikan bilis yang tertangkap di teluk Palabuhanratu dengan panjang total tubuhnya dan hubungan yang sangat erat dengan berat tubuhnya. Sehingga kita dapat mengatakan bahwa fekunditas ikan Bilis (T. Hamiltonii) yang tertangkap di teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh berat dan panjang tubuhnya. Hal ini didukung oleh Walker et al. (1998) in Stevens et al. (2000) yang menyatakan fekunditas cenderung meningkat dengan ukuran tubuh yang besar, sehingga potensi reproduksi ikan berukuran besar lebih besar dibandingkan dengan ikan yang berukuran kecil. Selanjutnya Bagenal (1978) in Syandri (1996) yang menyatakan bahwa pertambahan berat tubuh dan panjang ikan meningkatkan fekunditas secara linear.

4.3.5 Diameter telur

Diameter telur pada ikan Bilis hasil tangkapan Mei-Juli di Teluk Palabuhanratu memiliki nilai terkecil sebesar 0,2 mm dan nilai terbesarnya 0,67 mm. Berdasarkan Gambar 18, terlihat beberapa puncak pada grafik sebaran diameter sehingga dapat diduga bahwa ikan bilis mengeluarkan telur secara sebagian sewaktu memijah (partial spawner) dengan waktu pemijahan yang panjang dan terus menerus. Hal ini didasarkan oleh ukuran telur yang berbeda-beda di dalam ovarium (Prabu, 1956 in Liana, 2003).

Gambar 18. Grafik sebaran diameter telur ikan Bilis (T. hamiltonii) pada TKG IV

Berdasarkan Gambar 19 terlihat bahwa diameter rata-rata telur ikan bilis rata-rata pada bulan Mei didapat sebesar 0.4153, sedangkan pada bulan Juni diameter rata-rata telur sebesar 0.3509 dan pada bulan Juli diameter rata-rata telur didapat sebesar 0.4743. Perkembangan diameter telur umumnya dikarenakan terjadinya akumulasi kuning telur selama proses vitelogenesis yang menyebabkan telur dari ukuran kecil menjadi besar (Utiah, 2006). Selain itu, adanya ukuran diameter telur yang beragam setiap spesies ikan dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan, ketersediaan makanan dan umur (Chambers dan Leggett, 1996; Scott 1979 in Syandri, 1996).

Gambar 19. Nilai rata-rata diameter telur ikan bilis (T. hamiltonii) pada setiap bulan pengamatan

Dokumen terkait