HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Indeks Nilai Penting (INP) Pohon di Kawasan Arboretum USU
Arboretum USU merupakan kawasan vegetasi yang didominasi oleh pepohonan. Hasil inventarisasi pohon di kawasan Arboretum USU dengan menggunakan Intensitas Sampling (IS) 10%, dijumpai 33 jenis pohon dengan komposisi keanekaragaman jenis pada lokasi pengamatan yang cukup bervariasi.
Komposisi merupakan penyusun suatu tegakan yang meliputi jumlah/famili, atau banyaknya dari suatu jenis pohon.
Tabel 3. Inventarisasi pohon di kawasan Arboretum USU
No Jenis Nama Latin Jumlah LBDS KR FR DR INP H'
26
Komposisi vegetasi merupakan variasi spesies flora yang membentuk suatu komunitas yang satu dengan yang lainnya saling mendukung. Menurut Richards (1996) dalam Idris dkk (2013), mengambarkan keberadaann spesies di dalam hutan sebagai penentu komposisi vegetasi. Komposisi dan dominansi spesies tumbuhan atau kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas di lokasi dapat dilihat dari Indes nilai Penting (INP). Suatu jenis tumbuhan dapat berperan jika INP untuk tingkat pohon adalah 15%.
Pohon yang memiliki Indeks Nilai Penting (INP) tiga tertinggi antara lain
pohon mahoni (Swietenia mahagoni) yaitu 33,1%, pohon pulai (Alstonia scholaris) yaitu 26%, dan pohon Jabon (Anthocephalus cadamba) yaitu
18.1%. Pohon yang memiliki INP tiga terendah antara lain pohon duku (Lansium domesticum) yaitu 2,08% , pohon meranti (Shorea macrophylla) yaitu 2,26% dan pohon alpukat (Persea Americana) yaitu 2,401%.
Keberadaan pohon mahoni memiliki peranan yang sangat penting didalam kawasan Arboretum USU. Pohon mahoni mampu mempengaruhi keberadaan suhu udara, kelembaban udara, kadar air tanah dan tekstur tanah di kawasan arboretum. Putri dkk (2012) menyatakan indeks Nilai Penting (INP) menyatakan suatu jenis tumbuhan serta memperhatikan peranannya dalam komunitas.
Penelitian Kasim (2012) menyebutkan kawasan Hutan Lindung Wakontil adalah jenis wakirsa dengan INP 39,39%. Hasil analisis vegetasi jenis wirakarsaa memegang peranan yang sangat penting terhadap komunitas kawasan hutan
27
lindung wakonti, baik secara individual memiliki nilai kerapatan relatif, dan nilai dominansi tinggi. Sehingga secara totalitas menghasilkan Indeks Nilai Penting yang tinggi dari jenis ini.
Jumlah dan jenis pohon di Kawasan Arboretum USU mengalami penurunan bila dibandingkan dengan jumlah dan jenis pohon hasil inventarisasi pada tahun 2011. Berdasarkan hasil penelitian Juanda (2011), jumlah dan jenis pohon di kawasan Arboretum USU dapat disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah dan jenis pohon di kawasan Arboretum USU tahun 2011
No Nama Pohon Nama Latin Jumlah 474 pohon, namun terjadi penambahan 18 jenis pohon. Hal ini disebabkan selama 6 tahun, pohon di kawasan Arboretum banyak mati akibat diserang oleh penyakit, angin kencang dan kurangnya tindakan pemeliharan terhadap tanaman serta pohon di kawasan tersebut. Penambahan 18 jenis pohon tersebut akibat adanya penyulaman tanaman dan reboisasi untuk mengantikan pohon yang sudah mati.
28
Penelitian Juanda (2011) menyebutkan jati putih dan mindi menempati 3 urutan pohon terbanyak didalam kawasan Arboretum USU. Namun bila dibandingkan dengan hasil inventarisasi pada tahun 2017, jati putih dan mindi tidak menempati posisi 3 terbesar pohon terbanyak didalam kawasan. Jumlah melinjo yang mengalami penambahan dari 10 pohon menjadi 64 pohon. Pohon tahun 2011 tidak terdapat pohon jabon, namun pada tahun 2017 terdapat pohon jabon sebanyak 51 pohon, serta menempati urutan ke 3 pada INP tertinggi. Pohon jabon merupakan pohon sulaman (pengganti) dari tanaman yang mati di kawasan arboretum USU. Pada pengamatan di lapangan, kondisi pohon jabon rentan tubang oleh angin.
Jenis pohon sentang, kepayang, kecutran, manglid, jengkol, dan cingkam pada tahun 2011 masih dijumpai, namun pada tahun 2017 tidak dijumpai. Petai cina di tahun 2011 dan 2017 masih dijumpai, namun di Tabel 3 tidak terdapat pohon petai cina. Keberadaan petai cina dilapangan masih dijumpai, namun diameter petai cina tidak mencapai 20 cm. Sehingga petai cina digolongkan kedalam tanaman tingkat tiang. Selama tahun 2011 sampai dengan 2017 terdapat penambahan 18 jenis pohon yaitu rambung merah, pinus, sungkai, matoa, akasia, asam gelugur, kemiri, raja, rambutan, eukaliptus, jabon, kayu manis, meranti, alpukat, petai, glodokan, duku, karet, dan sukun.
Nilai keanekaragaman (H’) di kawasan Arboretum USU yaitu 2,94.
Apabila nilai 1<H’<3, maka dapat dikatakan bahwa keanekaragaman pada kawasan tersebut digolongkan sedang. Pada tingkat keanekagaraman 2,94 ditemukan 33 jenis pohon dengan jumlah 787 di kawasan 64.813 Ha. Urutan tiga besar keanekagaraman tertinggi yaitu pohon mahoni, pulai dan jabon. Besaran
29
Indeks Nilai Penting (INP) dapat mempengaruhi besaran tingkat keanekaragaman di kawasan tersebut. Penelitian Larashati (2004) menyebutkan, indeks keanekaragaman yang tinggi dapat dijadikan sebagai indikator untuk menentukan jumlah jenis yang melimpah. Karena jumlah jenis yang melimpah ditentukan oleh Indeks Nilai Penting (INP) suatu jenis.
Suatu komunitas dikatakan memiliki keanekagaraman spesies yang tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak spesies, dan sebaliknya suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman spesies yang rendah jika komunitasnya itu disusun oleh sedikit spesies dan jika hanya ada sedikit saja spesies yang dominan.
Beragamnya jenis pohon yang tumbuh pada lokasi penelitian menunjukkan kesesuaian pohon dengan faktor fisik lingkungan di lokasi tersebut seperti kelembaban, ketersediaan air, kecepatan angin yang sangat berpengaruh terhadap penyebaran biji.
Peta penelitian tersebut dilakukan inventarisasi dan pengambilan titik pohon dikawasan Arboretum USU. Titik pohon yang diambil kemudian di overlay ke dalam peta kawasan Arboretum USU dalam bentuk ekstensi shapefile (*shp).
Gambar 2 merupakan hasil inventarisasi pohon tahun 2017 di kawasan Arboretum Universitas Sumatera Utara. Gambar 2, terdapat lingkaran bulat yang berwarna. Lingkaran bulat menyatakan pohon di kawasan Arboretum USU, dan warna menyatakan jenis pohon di kawasan Arboretum USU.
Pada pemetaan flora tingkat pohon di kawasan Arboretum USU, peneliti ingin memaparkan terlebih dahulu inventarisasi tingat pohon secara umum di dalam kawasan Arboretum USU. Pemetaan pohon bertujuan untuk menggambarkan hasil analisis inventarisasi berupa informasi mengenai struktur
30
struktur dan komposisi vegetasi di kawasan Arboretum USU dalam bentuk peta.
Pemetaan pohon akan menunjukan keanekeragaman pohon yang ada di kawasan Arboretum USU yang dapat digunakan untuk menjadi potensi pada ekowisata yang berkaitan dengan pengelolaan Arboretum USU dimasaa akan datang.
Pemetaan pohon juga akan menunjukkan keanekaragaman pohon yang dapat digunakan menjadi potensi fungsi produksi yang ada di kawasan ini. Penelitian Sugita (2015) menyatakan, analisis vegetasi dan pemetaan flora juga akan menunjukan keanekaragaman flora di kawasan Gua Ngguwo yang dapat digunakan untuk menjadi potensi pada ekowisata yang berkaitan dengan kawasan lindung yang akan dibuat pada Kawasan Gua Ngguwo.
31
Gambar 2. Peta sebaran pohon di kawasan Arboretum Universitas Sumatera Utara 2017
32