• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indeks Status Mutu

Dalam dokumen SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 (Halaman 39-48)

2.7.6. Perbandingan Kualitas Udara dengan Tahun-Tahun Sebelumnya

2.7.6.4. Indeks Status Mutu

Status mutu udara merupakan agregasi besaran hasil pemantauan lima parameter pencemar udara (CO, NO2, SO2, PM10 dan O3) selama 1 (satu) tahun yang telah dibandingkan dengan BMUA daerah atau nasional, yang ditujukan untuk menyatakan atau menyimpulkan kondisi ketercemaran mutu udara kota tersebut. Penentuan Status Mutu Udara Daerah diatur dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara di Daerah. Status mutu udara daerah dikategorikan dalam udara tercemar dan udara tidak tercemar. Berdasarkan ketentuan Pasal 7 PP. No. 41 Tahun 1999 dinyatakan bahwa apabila status mutu udara tercemar, gubernur wajib melakukan penanggulangan dan pemulihan mutu udara ambien. Apabila status mutu udara tidak tercemar, gubernur wajib mempertahankan dan meningkatkan kualitas udara ambien.

Ketentuan penilaian awal untuk Indeks Status Mutu adalah:

1. Jika pada HR terbesar (maksimum) dalam 1 (satu) tahun, Sc > 1, status kota sudah dapat dikatakan tercemar untuk parameter tersebut.

2. Jika pada HR terbesar (maksimum) dalam 1 (satu) tahun, Sc < 1, status kota sudah dapat dikatakan tidak tercemar untuk parameter tersebut.

55 70 67 45 88 274 244 235 238 233 000 1400 3100 2830 900 0 50 100 150 200 250 300 DKI 1 (Bundaran Hotel Indonesia) DKI 2 (Kelapa

Gading) (Jagakarsa)DKI 3 (LubangDKI 4 Buaya) DKI 5 (Kebun Jeruk) Ju m la h H ar i

Total Hari Per Kategori

Baik Sedang Tidak Sehat Sangat Tidak Sehat Berbahaya

Tahap selanjutnya adalah sebagai berikut:

1. Mutu udara suatu kota untuk parameter tertentu dikatakan tercemar berat jika terdapat kondisi Scr > 1.

2. Sedangkan keadaan berpotensi lebih tercemar dapat terjadi: Jika populasi R > 1 mencapai 48 hari ATAU Jika kejadian R > 1 selama 4 hari berturut-turut.

Dari hasil perhitungan status mutu DKI, didapatkan hasil pada tabel-tabel berikut ini. TABEL : II.62.

HASIL PERHITUNGAN STATUS MUTU DKI 1 (BUNDARAN HI)

Sumber : BPLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 Keterangan : Hasil Perhitungan, 2015

TABEL : II.63.

HASIL PERHITUNGAN STATUS MUTU DKI 2 (KELAPA GADING)

Sumber : BPLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 Keterangan : Hasil Perhitungan, 2015

TABEL : II.64.

HASIL PERHITUNGAN STATUS MUTU DKI 3 (JAGAKARSA)

Sumber : BPLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 Keterangan : Hasil Perhitungan, 2015

TABEL : II.65.

HASIL PERHITUNGAN STATUS MUTU DKI 4 (LUBANG BUAYA)

Sumber : BPLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 Keterangan : Hasil Perhitungan, 2015

TABEL : II.66.

HASIL PERHITUNGAN STATUS MUTU DKI 5 (KEBUN JERUK)

Sumber : BPLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 Keterangan : Hasil Perhitungan, 2015

Dari hasil pemantauan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa konsentrasi NO2, SO2, CO, pada seluruh lokasi memiliki nilai yang memenuhi baku mutu. Parameter THC dan TSP merupakan parameter yang nilainya banyak melebihi baku mutu. Konsentrasi TSP tertinggi terpantau berlokasi pada KBN tanggal 4-5 Agustus yaitu sebesar 411 μg/Nm³. Konsentrasi Total Hidrokarbon tertinggi terpantau berlokasi di JIEP pada tanggal 1-2 Juli yaitu sebesar 5,5 ppm, hal ini terjadi karena tempat tersebut adalah lokasi terpadu semua jenis industri yang ada di wiayah Pulo Gadung Jakarta Timur. Dari tabel hasil perhitungan status mutu DKI Jakarta didapatkan kesimpulan bahwa status mutu udara di masing-masing Kota Administrasi DKI Jakarta menunjukkan hasil “tercemar”. Trend kualitas udara pada

pengamatan Bulan Juli dan Bulan Agustus menunjukkan fluktuasi yang hampir sama, yaitu konsentrasi menurun pada awal Juli ke akhir Juli, kemudian mulai naik pada awal Bulan Agustus. Hal tersebut disebabkan oleh adanya hari raya lebaran pada tanggal 18-19 Juli sehingga menyebabkan perubahan drastis pada aktivitas pada Provinsi DKI Jakarta. Trend kualitas pencemaran udara di titik pemantauan menunjukkan bahwa konsentrasi NO2 cenderung menurun pada Tahun 2009 ke Tahun 2012 dan cenderung meningkat pada Tahun 2015. Kualitas SO2 menunjukkan kecenderungan menurun dari Tahun 2012 ke Tahun 2015, sedangkan kualitas TSP menunjukkan kecenderungan penurunan konsentrasi pada Tahun 2009 ke Tahun 2012 dan meningkat pada Tahun 2015.

Lokasi pemantauan dan waktu sampling merupakan dua faktor yang krusial dalam penentuan kualitas udara ambien kota DKI Jakarta. Dari hasil pemantauan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa perlu adanya dilaksanakan pemantauan kualitas udara di daerah trafik rendah serta daerah dengan penghijauan karena agar diketahuinya perbedaan kualitas udara di lokasi yang ramai dan yang sepi. Dalam kaitan tersebut diatas maka dalam mengurangi dampak pencemaran udara di DKI Jakarta, langkah yang ini telah dilakukan pemerintah DKI Jakarta diantaranya:

1. Pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB)

Mulai Tahun 2010 pelaksanaan HBKB di Provinsi DKI Jakarta, khusus untuk ruas Jl, Sudirman (Patung Pemuda) – Jl. Thamrin (Patung Arjuna) dilaksanakan 4 kali dalam sebulan, sedang untuk masing-masing wilayah dilaksanakan sebanyak 2 kali yaitu Jl. Letjen Suprapto Jakarta Pusat, Jl. Pemuda Jakarta Timur, Jl. Rasuna Said Jakarta Selatan, Kawasan Kota Tua Jakarta Barat dan Jl. Artha Gading Jakarta Utara. Perlu diiformasikan karena program HBKB dirasa berhasil dalam mengurangi pencemaran udara di wilayah DKI Jakarta, maka program tersebut telah menjadi contoh untuk kegiatan serupa di semua wilayah Indonesia, selain hal tersebut program HBKB di Jakarta juga telah diakui dunia, dimana pada bulan Desember 2011 perwakilan dari salah satu penggagas program HBKB di Provinsi DKI Jakarta diundang sebagai tamu kehormatan dalam pelaksanaan perdana di Kota Katmandu India. Adapun kegiatan rutin HBKB diantaranya Senam pagi, Liga Futsal, Panggung Hiburan, Sepeda Santai dan Siaran Langsung Program TV.

2. Uji Emisi dan Perawatan Kendaraan Bermotor

Dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara dan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 92 Tahun 2007 tentang Uji Emisi dan Perawatan Kedaraan Bermotor. Selain melakukan uji emisi dilapangan, pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga menyiapkan bengkel layanan uji emisi di seluruh Wilayah DKI Jakarta Melalui kegiatan tersebut diharapkan kesadaran dan kepedulian masyarakat semakin meningkat untuk merawat kendaraan bermotornya dan mentaati Ambang Batas Uji Emisi sebagaimana diamanatkan Perda 2/2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, Pergub 92/2007 tentang Uji Emisi Kendaraan Bermotor (Kewajiban Uji Emisi Kendaraan Bermotor setiap 6 bulan sekali), serta Pergub 31/2008 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor, sedangkan untuk lokasi Uji Emiisi Kendaraan Bermotor di Provinsi DKI Jakarta dapat dilihat pada Tabel SP-2G (T) Data SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015.

3. Kawasan Dilarang Merokok (KDM)

Pelaksanaan penegakan hukum Kawasan Dilarang Merokok mulai digelar sejak Tahun 2009 ini sebagai implementasi Perda 2/2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara dan Pergub 75/2005 tentang Kawasan Dilarang Merokok (KDM). Sejak Diundangkan Pergub Nomor 88 Tahun 2010 tentang

Perubahan Atas Peraturan Gubernur Nomor 75 Tahun 2005 tentang Kawasan Dilarang Merokok. 4. Penerapan Kawasan Parkir Berstiker Lulus Uji Emisi

Dalam upaya meng-implementasikan Perda 2/2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, yang salah satunya mengatur kewajiban bagi pengguna kendaraan bermotor untuk melakukan uji emisi setiap 6 bulan sekali, baik bagi kendaraan umum, dan kendaraan pribadi, termasuk kendaraan bermotor roda 2, maka langkah yang dilakukan dalam rangka mengedukasi dan mensosialisasikan kepada masyarakat adalah pelaksanaan uji petik di 5 (lima) Kantor Walikota, Uji Emisi Teguran Simpatik di Jalan Raya di 5 (lima) wilayah kota, dan uji emisi di kawasan-kawasan komersial, seperti mal, kawasan industri, dan penerapan kawasan parkir wajib berstiker di 25 Kawasan, termasuk di kawasan Monas. Kegiatan uji emisi ini perlu didukung seluruh elemen masyarakat guna mempertahankan kualitas udara Jakarta yang semakin baik, dengan terus berupaya untuk menjadi lebih baik lagi. Mulai Tahun 2009 pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah memberlakukan Zona Parkir Lulus Uji Emisi di 25 lokasi wilayah Ibukota Jakarta diantaranya adalah: Wilayah Jakarta Pusat (Hotel Sahid, Mal Senayan City, Balaikota DKI Jakarta, Walikota Jakarta Pusat, IRTI Monas), Wilayah Jakarta Selatan (BPLHD Provinsi DKI Jakarta Jalan Casablanca, BPLHD Gedung Nyi Ageng Serang, Walikota Jakarta Selatan, Pondok Indah Mal 1 dan Mal 2),

Wilayah Jakarta Timur (PT. Dankos, PT. Martina Berto, Walikota Jakarta Timur, Universitas Kristen Indonesia, Tri Dharma Wasesa, PT.JIEP), Wilayah Jakarta Barat (RS. Dharmais, Mal Ciprutra, Walikota Jakarta Barat, Universitas Trisakti), Wilayah Jakarta Utara (Mal Kelapa Gading, Walikota Jakarta Utara, PT. Citra Marga Nusa Pala, PT. Inti Garda Perdana). Melalui kegiatan-kegiatan tersebut, diharapkan kesadaran dan kepedulian masyarakat semakin meningkat untuk merawat kendaraan bermotornya dan mentaati Ambang Batas Uji Emisi sebagaimana diamanatkan Perda 2/2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, Pergub 92/2007 tentang Uji Emisi Kendaraan Bermotor (Kewajiban Uji Emisi Kendaraan Bermotor setiap 6 bulan sekali), serta Pergub 31/2008 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor.

5. Pemberlakuan Pajak Progresif

Pemerintah DKI Jakarta akan segera memberlakukan pajak progresif kendaraan bermotor, pajak yang besarannya bervariasi dari 1,5 persen hingga 4 persen berlaku pagi kendaraan milik perorangan atau badan hukum dan kebijaksanaan ini berlaku efektif pada 1 Januari 2011. Dimana tujuan dari adalah salah satu instrumen guna mengendalikan jumlah kendaraan bermotor dan mengatasi kemacetan di wilayah DKI Jakarta.

6. Dengan terpilihnya Gubernur Baru di Provinsi DKI Jakarta, yang mempunyai slogan Jakarta Baru, pada Tahun 2012 telah ditertibkannya para pedagang yang saat ini berjualan di sepanjang jalan pada tempat keramaian (pasar, terminal dll) mulai dibenahi dan ditata, dan dicarikan solusi untuk ditempatkan pada tempat-tempat yang telah disediakan, selain hal tersebut diatas pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga melakukan menertiban kendaraan bermotor yang parkir secara sembarangan di bahu jalan dengan cara digembok oleh Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta, dan gembok mulai dibuka jika pemilik kendaraan melapor ke kepolisian dan Suku Dinas Perhubungan dengan dikenai denda Rp. 250.000,-, serta mewacanakan biaya parkir yang saat ini mulai diusulkan sebesar empat kali dari biaya parkir yang telah ada. Hal lain dilakukan setelah disahkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Perparkiran, maka pemerintah DKI Jakarta pada Tahun 2012 juga menerapkan zonasi perparkiran yang diharapkan dapat efektif merubah perilaku orang dari kebiasaan menggunakan mobil pribadi beralih ke transportasi masal, dimana untuk zonasi A (pusat perbelanjaan dan hotel) untuk kendaraan Sedan, Jiep, Minibus, Pickap dari tarif lama 1.000-2.000 (jam pertama) menjadi 3.000-5.000 (jam pertama) dan 2.000-4.000 (jam berikutnya), Bus dan Truk dari tarif lama 2.000-3.000 (jam pertama) menjadi 6.000-7.000 (jam pertama) dan 2.000 (jam berikutnya) menjadi 3.000 (jam berikutnya), sepeda motor dari tarif lama 500 (per jam) menjadi 1.000-2.000 (per jam), untuk zonasi B (perkantoran dan apartemen) untuk kendaraan Sedan, Jiep, Minibus, Pickap dari tarif lama 1.000-2.000 (jam pertama) menjadi 3.000-5.000 (jam pertama) dan 4.000 (jam berikutnya), Bus dan Truk dari tarif lama

2.000-(jam berikutnya), sepeda motor dari tarif lama 500 (per jam) menjadi 1.000-2.000 (per jam), untuk zonasi C (pasar, tempat rekreasi, rumah sakit) untuk kendaraan Sedan, Jiep, Minibus, Pickap dari tarif lama 1.000-2.000 (jam pertama) menjadi 2.000-3.000 (jam pertama) dan 2.000 (jam berikutnya), Bus dan Truk dari tarif lama 2.000 (per jam) menjadi 3.000 (per jam), sepeda motor dari tarif lama 500 (per jam) menjadi 1.000 (per jam).

7. Pada Tahun 2013 pemerintah DKI Jakarta telah membangun jalan layang (Flyover) dan terowongan (Underpass) di 12 titik, dimana 12 titik tersebut adalah merupakan jalan yang sebidang dengan rel Kereta Api Listrik, dimana tujuannya untuk mendukung rencana program PT. Kereta Api Indonesia (KAI), guna meningkatkan kualitas pelayanan kereta api agar jarak tempuh kereta menjadi 5 menit selain hal tersebut diatas Dinas Perhubungan DKI Jakarta juga terus mengevaluasi operasional bus pengumpan (feeder) bus Trans-Jakarta, diantaranya melakukan penghapusan feeder koridor 3 yakni SCBD-Senayan dan menurunkan tarif feeder dari Rp. 6.500,- menjadi Rp. 3.500,- per orang. Dengan tarif itu diharapkan penumpang sudah bisa menikmati feeder yang langsung terhubung dengan bus Trans-Jakarta, selain hal tersebut pada Tahun 2012 Pemerintah DKI Jakarta telah menyiapkan Angkutan Perbatasan Terintegrasi Busway (APTB) Bekasi - Pulo Gadung dan Tangerang – Kalideres, selain dengan adanya APTB Dinas Perhubungan DKI Jakarta juga menyiapkan Bus Pengumpan Dalam Kota sebanyak 3 Rute yaitu, Rute Pertama dari Kantor Walikotamadya Jakarta Barat menuju Koridor III (Kalideres-Pasar Baru), Rute Kedua Tanah Abang menuju Koridor I (Kota-Blok M), dan Rute Tiga Kompleks Bisnis SCBD menuju Koridor I (Blok M-Kota), dengan cara tersebut diharapkan para pegguna kendaraan bermotor maupun pribadi sebagian bisa beralih ke layanan kereta api, Angkutan Perbatasan Terintegrasi Busway (APTB), maupun Bus Pengumpan guna mengurangi kemacetan di Provinsi DKI Jakarta.

8. Dengan adanya persetujuan pengesahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2013-1017 maka Pemerintah Provinsi DKI Jakarta salah satunya telah memasukkan rencana Pemerintah DKI Jakarta, untuk menindaklanjuti program RPJMD tersebut pada Tahun 2013 pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah mulai melakukan pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) untuk Koridor Utara –Selatan tahap I (Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia) yang diperkirakan akan selesai pada Tahun 2016, selain itu pada tahun yang sama juga menyelesaikan pembangunan Monorail yang saat ini tertunda dengan melakukan kerjasama dengan BUMN diantaranya adalah PT. INKS, PT. LEN, Jasa Marga, Telkom Indonesia, Adhi Karya, Pelindo, Angkasa Pura dan Bank Mandiri dimana proyek yang disepakati adalah Monorel Jakarta Link Transportations, Automated People Mover Systems dan Automated Container Transportation, dengan adanya pembangunan ini diharapkan dalam jangka panjang dapat mengurangi pemakaian kendaraan angkutan baik pribadi maupun barang, selain hal tersebut diupayakan akan ada perubahan yang cukup signifikan dalam penataan terminal, dimana terminal Lebak Bulus hanya

dijadikan terminal dalam kota dan terminal antar kota antar Provinsi akan dipindahkan ke Terminal kampung Rambutan, Kalideres dan Bantar Gebang selain untuk mengurangi kemacetan yang diakibatkan dengan adanya bus Antar kota antar Provinsi.

9. Pada Tahun 2013 dimulai pembangunan Koridor XIII (Blok M-Cileduk) yang membentang sepanjang 14, 6 Km jalur tersebut akan dibangun mulai dari perempatan Cileduk (Terminal Cileduk), untuk mempercepat perjalanan akan dibangun jalan layang mulai depan Universitas Budi Luhur dan berakhir didepan Supermarket Carrefour Expres Kebayoran Lama, koridor tersebut akan terhubung dengan Koridor I (Blok M-Kota) dan Koridor VII (Lebak Bulus-Harmoni). Selain hal tersbut diatas Pemerintah DKI Jakarta mulai tanggal 15 Januari Tahun 2013 Dinas Perhubungan DKI Jakarta akan mengizinkan 40 bus Koperasi Angkutan Jakarta (Kopaja) yang telah lulus Uji Integrasi busway masuk jalur Trans-Jakarta, dimana yang telah lulus uji integrasi adalah S-13 jurusan Ragunan-Grogol sebanyak 20 unit dan P-20 jurusan Lebak Bulus-Senhen sebanyak 20 unit, dimana persyaratan bus yang bisa masuk ke jalur Trans-Jakarta adalah busnya baru, pakai AC, tingginya sesuai dan ada pintu tengah untuk naik ke halte, dan apabila setelah dilakukan evaluasi ternyata banyak peminatnya pada bulan maret akan ditambah 60 unit Kopaja. Selain hal tersebut pada Tahun 2013 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga mengoperasikan bus Kopaja AC S-602 jurusan Ragunan-Monas rute ini akan terintegrasi dengan tiga jalur bus Trans Jakarta, yakni koridor VI (Ragunan-Dukuh Atas), koridor IX (Pinang Ranti-Pluit) dan koridor I (Blok M-Kota) dan diharapkan pada tahun ini aka nada penambahan sampai sepuluh trayek diantaranya Kopaja AC S-66 jurusan Blok M-Manggarai dan masing –masing trayek ditargetkan akan dilayani sebanyak 108 bus Kopaja AC.

10. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang berusaha mengurangi kemacetan maka pada Tahun 2014 sedang menyiapkan perangkat pendukung untuk memperlakukan sistem jalan berbayar atau electronic road pricing (ERP), dimana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta selain telah menyelesaikan Detain Enginering Desing (DED) juga akan segera mengeluarkan regulasi mengenai sistem jalan berbayar tersebut. Sistem berbayar ini akan digunakan untuk menggantikan sistem 3 in 1 dimana lokasi yang akan diterapkannya electronic road pricing (ERP) adalah seluruh ruas 3 in 1 ditambah dengan jalan HR Rasuna Said Jakarta Selatan. Selain hal tersebut PT. Kereta Api Indonesia Commuter Jabodetabek (PT. KCJ) pada Tahun 2012 telah menambah 90 unit Kereta Rel Listrik (KRL) dan pada Tahun 2013 akan ada penambahan lagi sebanyak 160 Unit KRL dan diharapkan pada Tahun 2013 jumlah KRL akan mencapai 308 unit, serta pada Tahun 2019 jumlah KRL akan mencapai 1.440 Armada yang diharapkan dapat mengangkut sebanyak 1,2 juta orang.

11. PT. Trans Matahari Utama melakukan peremajaan kendaraan Roda Tiga dari kendaraan yang menggunakan bahan bakar premium menjadi kendaraan berbahan bakar Gas yang saat ini

tersebut diatas akan dilakukan sistem rayonisasi wilayah dan menyiapkan jasa operator angkutan lingkungan roda tiga.

12. Melakukan upaya pembenahan dan meningkatkan pengawasan pada dunia usaha untuk penanganan kualitas udara diantaranya melakukan pengawasan Emisi Cerobong Aktif dan Pengawasan Izin Lingkungan melakukan evaluasi Dokumen Lingkugan.

Dalam dokumen SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 (Halaman 39-48)

Dokumen terkait